Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Indera Keenam Terhadap Anak Remaja

Perempuan Dalam Keseharian

Metodologi Penelitian Dasar


Dosen pengampu : Drs. Sahat Saragih, M.Si.

Disusun oleh :
Annisa Nur Fadillah
1511900287

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
i

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan
I.I Latar Belakang............................................................................................................1

I.II Rumusan masalah......................................................................................................2

I.III Tujuan......................................................................................................................2

Bab II Pembahasan
II.I Rasa indera keenam pada remaja perempuan..........................................................3

II.II Penggambaran indera keenam................................................................................5

II.III Pengaruh memiliki indera keenam dalam keseharian...........................................6

II.IV Alasan memilih indera keenam sebagai penelitian...............................................6

II.V Indera keenam termasuk dalam fenomenologi......................................................7

Daftar pustaka................................................................................................................8
1

Bab I
Pendahuluan

I.I Latar Belakang


Bagi kita masyarakat Indonesia, pasti sudah tidak asing dengan istilah “Indera Keenam”.
Namun, indera manusia umumnya terdiri dari lima bagian, yaitu indera penglihatan (mata),
indera pendengar (telinga), indera pembau (hidung), indera pengecap (lidah), dan indera
peraba (kulit).

Tetapi apa sebenarnya indera keenam ini ?. Indera keenam adalah indera untuk menangkap
informasi tentang dunia sekitar yang tidak bisa diperoleh dengan indera biasa. Secara ilmiah
istilah indera keenam disebut dengan istilah Extra Sensory Perception (ESP) (Phoenix, 2009,
h. 18). Extra Sensory Perception apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dapat
diartikan sebagai penerimaan oleh indra khusus. Extra Sensory Perception adalah
kemampuan pengamatan atau penglihatan di luar panca indera (Kartoatmodjo,1985, h. 25).

Menurut Anwar (2014, h. 12) fenomena-fenomena tersebut kerap dialami oleh orang
yang memiliki ketajaman spiritual. Istilah tersebut sering disebut dengan indera keenam atau
sixth sense (Phoenix, 2009, h. 7). Ketajaman spiritual ini dapat meliputi melihat atau
merasakan arwah seseorang, hantu, aura, dan kejadian dimasa depan maupun masa lalu.

Indera keenam juga dapat dikatakan bisa membawa musibah apabila kekuatan intuisi tersebut
digunakan untuk mencelakai orang lain. Manusia lahir membawa hawa nafsu, hal tersebut
yang akhirnya membawa rasa ketidakpuasan, kegagalan, dan rasa iri pada lingkungan sekitar.
Oleh karena hal tersebut dapat berpotensi menimbulkan rencana jahat untuk memuaskan
hawa nafsu tersebut (Phoenix, 2009, h. 53).

Namun, bagi masyarakat indonesia, seseorang yang memiliki indera keenam dikatakan
sebagai “Indigo”. Indigo adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan seseorang
yang diyakini memiliki kemampuan atau sifat yang spesial, tidak biasa, dan bahkan
supranatural. Konsep ini merupakan ilmu semu yang didasarkan pada gagasan Zaman Baru
pada tahun 1970-an.
2

Dan bagaimana jadinya bila indera keenam dimiliki oleh seorang remaja. Dengan, masa
muda yang sedang mencari jati diri, tentu hal ini tidak biasa bagi dirinya. Maka dari itu
dibuatlah penelitian ilmiah mengenai Pengaruh Indera Keenam Terhadap Remaja Dalam
Kesehariannya

I.II Rumusan Masalah

1. Apa saja dirasakan pada remaja yang memiliki indera keenam ?

2. Adakah penggambaran mengenai indera keenam ?

3. Adakah pengaruh memiliki indera keenam dalam keseharian ?

4. Apa alasan membuat penelitian ilmiah indera keenam ini ?

5. Termasuk dalam kategori apakah kemampuan Indera keenam dalam Metodologi Penelitian
Dasar ?

I. III Tujuan

Penelitian ditujukan untuk mengeksplorasi dan menjelaskan fakta mengenai fenomena unik,
seperti indera keenam pada seorang remaja perempuan. Dan termasuk dalam kategori apakah
pada metodologi penelitian dasar.
3

Bab II

Pembahasan

II.I Rasa indera keenam pada remaja perempuan

Dengan melakukan metode penelitian kualitatif, saya memilih meggunakan teknik


pengumpulan data dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi pada partisipan
remaja perempuan yang disebut Indigo oleh banyak orang.

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan strategi-strategi yang bersifat


interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-
fenomena sosial dari sudut pandang partisipan. Dengan demikian arti atau pengertian
penelitian kualitatif tersebut adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek alamiah dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2012).

Dan sebagai informasi dari partisipan. Partisipan berinisial N.A, berusia 15 tahun dan duduk
dibangku SMP. Wawancara kami menggunakan bahasa daerah, dan saya bahasa
indonesiakan. Dan berikut dialog wawancara yang telah berlangsung.

Saya : Terima kasih, telah menyempatkan waktu untuk diwawancarai untuk tugas penelitian
saya mengenai indera keenam. Saya dengar, kamu memiliki indera keenam ?

N.A : Iya benar

Saya : Menurut kamu apa itu indera keenam ?

N.A : Menurut saya, indera keenam itu kemampuan untuk melihat hantu, terkadang bisa
melihat sesuatu dari masa lalu.

Saya : Kapan kamu menyadari dapat merasakan indera keenam mu ?

N.A : Saat itu saya masih duduk dibangku SD. Tiba-tiba saya menyadari ada hal spiritual
seperti diikuti oleh hantu. Dan hanya saya saja yang dapat melihatnya.

Saya : Bagaimana perasaanmu menyadari hal tersebut ?


4

N.A : Pertama kali saya rasakan adalah ketakutan luar biasa, aneh, dan terganggu.

Saya : Selain itu ada apa lagi yang kamu rasakan setelah memiliki indera keenam ?

N.A : Kata orang tua saya, saya jadi pemarah, aneh, lebih banyak terbangun saat malam dan
terkadang sulit membedakan ini orang atau hal ghaib.

Saya : Reaksi orang tua kamu bagaimana saat tau kamu indigo ?

N.A : Bingung, mengira saya berbohong. Tetapi akhirnya percaya dan diobatkan ke ahli
spiritual.

Saya : Reaksi teman-teman kamu saat tau kamu indigo ?

N.A : Saya cuma bilang ke teman dekat, dan malah ditanya ada hantu yang mengikuti dia
atau tidak

Saya : Bagi kamu menjalani kehidupan sehari-hari dengan memiliki indera keenam
bagaimana rasanya ?

N.A : Ya, seperti tadi. Pertama sama sekali ga nyaman. Kadang kalo dimana-mana diikuti
terus sama mereka (hal ghaib). Kadang mereka mengganggu konsentrasi juga, misalnya tiba-
tiba muncul depan muka, kaget. Kadang ada yang ngajak bicara juga, tapi saya nya tidak
mau. Akhirnya, dia ikut saya terus. Ada juga yang tau aku bisa lihat mereka (hal ghaib), gatau
ya dia (hal ghaib) cuma diam aja. Tapi, lama-lama udah sedikit terbiasa. Ya terus diobatkan
tadi.

Saya : Tapi untuk saat ini bagaimana perasaanmu setelah diobatkan ?

N.A : Dulu lama-lama terbiasa, tetapi tetap mengganggu. Tapi sudah ditutup kemampuan
indigonya jadi, sekarang biasa saja.

Saya : Bagi kamu adakah keuntungan dan kekurangannya punya indera keenam ?

N.A : kekurangannya, hal ghaib selalu mendekati saya, soalnya mereka dimana-mana.
Merasa terganggu dan takut. Untuk keuntungannya, saya pernah lihat hal dimasa lalu tentang
seseorang (dirahasiakan oleh partisipan), jadi saya tahu sesuatu saja. Selebihnya saya merasa
banyak tidak sukanya memiliki indera keenam.

Saya : Menurut kamu apakah gender memiliki pengaruh pada kepemilikan indera keenam ?
5

N.A : Iya, perempuan lebih senang didekati oleh hal ghaib. Soalnya sering, tetapi mengapa
kurang tahu.

Dari percakapan wawancara diatas, pasrtisipan merasa sangat terganggu dan takut akan
indera keenamnya yang mengundang hal ghaib tertuju padanya. Dan dapat disimpulkan
partisipan melakukan penolakan pada kemampuan indera keenamnya.

II.II Penggambaran Indera keenam

Penggambaran indera keenam oleh partisipan seperti hal buruk, tiap hari selalu terganggu
oleh hal ghaib. Indera keenam partisipan meliputi melihat dan merasakan hal ghaib, dan
dapat melihat masa lalu. Namun, dikatakan oleh Tanous & Donnelly (dalam Zahran,
2011), terdapat beberapa bentuk dari indera keenam, yaitu:

1)Telepati adalah mengirim pikiran. Biasanya disebut transferensi pemikiran.

2)Clairvoyancea dalah persepsi visual dari peristiwa atau hal. Fenomena ini termasuk juga
melihat kejadi anyang terjadi di tempat lain.

3)Precognition adalah pengetahuan tentang masa depan.

4)Premonition adalah sebuah pengalaman yang mirip dengan prekognisi dan dapat
didefinisikan sebagai perasaan. Mengalami seperti ada sesuatu yang akan terjadi, tetapi tidak
memberikan informasi yang spesifik.

5)Psikis mimpi adalah mimpi yang berhubungan dengan peristiwa telepati, clairvoyance,
precognition atau firasat.

6)Psikometri adalah mendapatkan informasi dengan menyentuh sebuah objek.

7)Psikokinesis (PK) adalah menggerakkan objek tanpa menggunakan fisik.

Menurut penjelasan partisipan mengenai kemampuannya tentang melihat hal ghaib dan
melihat masa lalu, dapat dikategorikan dalam Clairvoyance.

Dan indera keenam juga dapat disama artikan dengan Extrasensory Perception yang
merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menerima rangsang atau
6

informasi bukan melalui indera fisik mereka, namun dirasakan melalui pikiran (Rhine, 1997).
Orang yang menghayati dirinya memiliki kemampuan extrasensory perception tidak selalu
dapat menerima kemampuan tersebut. Adanya kesadaran bahwa karakteristik kemampuan
diri berbeda dengan orang lain di sekitar akan mempengaruhi fungsi diri dan penerimaan diri
seseorang

II.III Pengaruh memiliki indera keenam dalam keseharian

Menurut partisipan, dirinya kerap didatangi hal ghaib dan terkadang dirinya tidak
diperdulikan oleh hal ghaib. Dikatan terkadang menggangu dan terkadang juga tidak. Bagi,
partisipan, kesehariannya sangat terganggu apabila hal ghaib mengagetkannya dan
mengajaknya berkomunikasi. Dan menurut orang tua partisipan, partisipan memiliki
perubahan setelah memiliki indera keenam. Perubahan ini meliputi sulitnya berkonsentrasi,
pemarah, penakut, dan tertekan.

Sama dengan yang dikatakan oleh Rhine, 1997. Bahwa “Adanya kesadaran bahwa
karakteristik kemampuan diri berbeda dengan orang lain di sekitar akan
mempengaruhi fungsi diri dan penerimaan diri seseorang”. Partisipan, lambat laun
menerima kemampuan indera keenamnya, tetapi tetap merasa terganggu, hingga akhirnya
diobatkan.

II. IV Alasan memilih indera keenam sebagai penelitian

Bagi saya, manusia umumnya hanya memiliki lima indera. Dan seperti kita tau, bahwa di
dunia ini kebanyakan manusia hanya melihat dan merasakan yang mereka ketahui. Bila
disana terdapat orang berjalan seperti seharusnya maka hal itu nyata, otak kita akan merespon
bahwa terdeteksi ada orang berjalan. Dan tentu kita termasuk orang normal, seperti
kebanyakan orang.

Namun, bagaimana jadinya bila seseorang dapat merasakan hal yang berbeda. Bagi mereka
yang menyadang nama “indigo” bersaksi merasakan hal yang berbeda. Fenomena yang
berbeda dari manusia umumnya. Seperti melihat manusia berbentuk hologram yang dapat
hilang tiap saat, tanpa berjalan atau melihat wujud makhluk yang belum pernah diketahui
kebanyakan orang.
7

Pernah menjadi perdebatan seseorang indigo ini gila, halusinasi atau memang nyata adanya
yang mereka rasakan. Saya, sebagai seseorang yang tidak memiliki indera keenam merasa
ingin tahu. Mengeksplorasi mengenai apa itu indigo sebenarnya. Dan memperbanyak
pengalaman serta mengerti pemikiran orang indigo.

II.V Indera keenam termasuk dalam fenomenologi (Phenomenology)

Istilah feomenologi diperkenalkan oleh Johann Heinrickh Lambert, tahun 1764. Meskipun
demikian Edmund Husserl(1859-1938) lebih dipandang sebagai bapak fenomenologi, karena
intensitas kajiannya dalam ranah filsafat. Fenomenologi yang kita kenal malalui Husserl
adalah ilmu tentang fenomena. Walaupun demikian Alfred Schutz yang lebih dikenal dalam
membangun perspektif ini. Melalui Schutz-lah pemikiran-pemikiran Husserl yang dirasakan
abstrak dapat dipahami, dan lebih “membumi”. Schutz juga adalah orang pertama yang
menerapkan fenomenologi dalam penelitian ilmu sosial. Untuk itu dalam pemahaman
menyangkut fenomenologi, penulis akan lebih merujuk pada pemikiran Alfred Schutz.Teori
Max Weber mengenai tindakan sosial secara historis dijadikan dasar lahirnya perspektif
fenomenologis (juga interaksionisme simbolik). Weber menyebut tindakan sosial bilamana
segala perilaku seseorang ketika dan sejauh yang bersangkutan memberi makna subyektif
terhadap perilakunya tersebut. Menurut Weber, tindakan manusia pada dasarnya bermakna,
melibatkan penafsiran, berpikir dan kesengajaan.

Indera keenam memanglah tidak asing didengar, apalagi bagi kita penduduk Indonesia yang
kental akan adat dan budaya. Dalam adat dan budaya Indonesia, selalu terselip hal ghaib yang
tidak diketahui orang pada umumnya. Dan tentu selalu ada orang yang mengklaim dirinya
memiliki indera keenam yang mengerti terselipnya hal ghaib dalam cerita, budaya, adat di
Indonesia.

Indera keenam ini dikategorikan sebagai fenomenalogi karena Menurut Husserl, fenomena
adalah segala sesuatu yang dengan suatu cara tertentu tampil dalam kesadaran manusia.
8

Daftar Pustaka

http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t!@file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_718793118976.p
df

http://repository.unair.ac.id/85765/

https://journal.trunojoyo.ac.id/personifikasi/article/view/723

Siyoto, S., & Sodik, A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian Dr. Sandu Siyoto, SKM,
M.Kes M. Ali Sodik, M.A. 1.

http://repository.unika.ac.id/19411/2/14.E1.0160%20MARGARETHA%20RATRY%20WID
YANINGTYAS%20%281.82%29..pdf%20BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai