Anda di halaman 1dari 4

Nama : Kartika Kusuma Dewi

NIM/Kelas : 19010014016 / 2019 B

Jurusan : Bimbingan dan Konseling

Mata Kuliah : Konseling Anak Berkebutuhan Khusus

Identifikasi Permasalahan Anak Berkebutuhan Khusus dan Penanganannya

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan anak yang memiliki ciri yang berbeda
dengan anak-anak pada umumnya, di mana mereka mengalami hambatan dalam pertumbuhan
dan perkembangannya (Rapisa, 2020). Dewasa ini, masyarakat mulai mengenal anak Indigo
sebagai salah satu bagian dari anak berkebutuhan khusus. Indigo adalah istilah bagi individu
yang mempunyai karakteristik perilaku yang unik, yaitu memiliki intuisi yang kuat, sangat
sensitif, dan sering diyakini memiliki kemampuan ESP (extra-sensoryperception) atau indera
keenam (DI Yogyakarta, n.d.).

Menurut Carrol dan Tober (1999, dalam Desiningrum, 2017), terdapat 10 karakteristik
paling umum dari anak-anak Indigo, yaitu:

a. Datang ke dunia dengan feeling of royalty (dan seringkali bertindak sesuai perasaan
tersebut). Anak merasa dirinya berbeda dan istimewa.
b. Memiliki perasaan “layak untuk berada di sini”, dan terkejut ketika orang lain tidak
menyadari hal tersebut.
c. Perasaan diri berharga bukanlah isu yang besar, bahkan mereka seringkali memberitahu
orang tua mereka mengenai “siapa diri mereka”.
d. Mengalami kesulitan dengan otoritas absolut (otoritas tanpa penjelasan atau pilihan).
e. Tidak akan melakukan hal-hal tertentu, misalnya mengantri adalah hal yang paling sulit
bagi mereka.
f. Merasa frustrasi dengan sistem yang berorientasi pada ritual dan tidak memerlukan
pemikiran kreatif.
g. Seringkali melihat dengan cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu, baik di
rumah maupun di sekolah sehingga mereka terlihat sebagai system busters, yaitu tidak
nyaman pada sistem yang ada.
h. Terlihat antisosial, kecuali dengan mereka yang setipe.
i. Tidak akan berespon terhadap disiplin yang didasari rasa bersalah (“Tunggu sampai
ayahmu pulang dan melihat apa yang kau lakukan”).
j. Tidak malu memberitahu apa yang mereka butuhkan.

Selain itu, Nancy Ann Tappe dalam Desiningrum, (2017) juga mengemukakan empat
tipe anak indigo, diantaranya :
a. Humanis
Indigo humanis akan bekerja dengan masyarakat dan melayani masyarakat. Anak tipe
ini adalah calon-calon dokter, pengacara, guru, salesman, pebisnis, dan politikus.
Mereka sangat aktif bahkan terkadang tampak terlalu ambisius. Mereka juga memiliki
pendapat yang kuat. Indigo humanis juga tidak tahu bagaimana bermain dengan satu
mainan, melainkan harus membawa semuanya walaupun belum tentu disentuh. Jika
diminta untuk membersihkan kamar, harus diingatkan berkali-kali karena mereka
mudah teralih, misalnyaketika masuk ke kamar dan membersihkannya lalu menemukan
sebuah buku, maka anak Indigo biasanya akan duduk dan membaca karena mereka
sangat suka membaca.
b. Konseptual Indigo
Konseptual adalah anak-anak yang lebih fokus pada proyek daripada orang. Mereka
akan menjadi insinyur, arsitek, desainer, astronot, pilot, dan pegawai militer. Anak-anak
ini tidak ceroboh dan seringkali sangat atletis sebagai seorang anak, tetapi mereka
memiliki masalah dalam mengontrol orang lain, terutama ibu atau ayahnya. Indigo tipe
ini memiliki kecenderungan adiksi terutama terhadap obat-obatan terlarang pada masa
remaja sehingga orang tua perlu mengawasi, apalagi jika mulai terlihat
menyembunyikan sesuatu.
c. Artis
Indigo tipe artis lebih sensitif dan seringkali berukuran tubuh lebih kecil, walaupun
tidak selalu. Mereka menyukai seni, kreatif, dan akan menjadi guru atau seniman.
Antara usia 4 dan 10, mereka dapat mempelajari 15 macam seni atau kreativitas yang
berbeda-beda, melakukannya selama lima menit lalu meletakkannya. Oleh karena itu,
orang tua dari anak tipe Indigo ini lebih baik menyewa saja alat musiknya, daripada
membelinya. Ketika usianya telah dewasa, barulah mereka akan menekuni satu bidang
seni tertentu dan menjadi ahli dalam bidangnya.
d. Interdimensional
Indigo interdimensional biasanya lebih besar daripada tipe Indigo lainnya. Pada usia
satu atau dua tahun, mereka tidak dapat diberitahu apapun. Mereka akan berkata atau
seolah berkata, “Saya tahu itu. Saya dapat melakukannya. Tinggalkan saya sendirian.”
Anak-anak Indigo ini yang menemukan filosofi dan agama baru serta membawanya ke
dunia. Mereka kurang dapat masuk ke dalam lingkungannya.

Anak Indigo seringkali melakukan penolakan atau tidak mampu menerima karakteristik
yang ada pada diri mereka sehingga mereka mengalami beberapa permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari. Anak Indigo seringkali terasingkan oleh lingkungan sekitarnya karena
perilakunya dianggap aneh. Anak Indigo seringkali berbicara sendiri, dapat melihat masa lalu
dan masa depan, serta bersikap lebih matang dari usianya. Karena anak Indigo seringkali
berbicara sendiri, tidak banyak dari orang tua maupun orang disekitar anak Indigo ini
berpandangan bahwa anak tersebut mengalami gangguan jiwa. Hal ini selaras dengan
pernyataan Arifiana, (2016) yaitu Indigo juga disangka sebagai penyakit karena pada diri
mereka muncul suatu perilaku yang sangat lain dari perilaku yang biasa ditunjukan oleh anak
yang terlahir sebelumnya, karena memiliki perbedaan maka disebut sebagai suatu yang tidak
normal, mengalami gangguan dan sakit. Masyarakat tidak hanya memandang anak Indigo
sebagai anak yang rendah atau sakit jiwa sehingga harus dihindari, namun juga ada beberapa
masyarakat yang mengistimewakan dan memandangnya sebagai anak ajaib sehingga banyak
dari masyarakat meminta bantuan kepada anak Indigo untuk membantu menyelesaikan
permasalahan yang dialaminya. Selain itu, anak Indigo juga merasa tidak nyaman dalam
berinteraksi dengan teman seumurannya karena pemikiran dan kemampuannya yang berbeda
dari anak-anak pada umumnya yang tidak bisa memahami fenomena Indigo.

Oleh karena itu, dari uraian permasalahan yang dialami anak Indigo diatas, perlu kita
pahami, bahwa anak Indigo cukup diperlakukan sewajarnya seperti anak normal pada
umumnya agar tidak menggangu perkembangan jiwanya. Perlakuan demikian akan dapat
mempercepat kinerja otak anak Indigo agar berfungsi seperti sedia kala, anak Indigo itu tidak
normal (alias sakit) (Ardiansyah). Penerimaan diri positif juga perlu diterapkan pada diri anak
Indigo yang tidak dapat menerima dirinya agar memberikan kemudahan individu untuk
melakukan penyesuaian diri dan penyesuaian sosial, serta menjadikannya sebagai individu
yang sehat secara mental, memiliki kepribadian yang matang dan bahagia (Arifiana, 2016).
Menurut Desiningrum, (2017) jika dilihat dari permasalahan yang dialami oleh anak
Indigo, maka orang tua, guru, serta orang-orang yang terlibat dalam kehidupan anak Indigo
perlu menggunakan cara-cara khusus pula dalam merawat dan membesarkan anak-anak Indigo.
Carrol & Tober (1999, dalam Desiningrum, 2017) memberikan beberapa dasar penting yang
dapat digunakan dalam membesarkan anak Indigo, yaitu:

1. Respek, yaitu dengan memberikan perlakukan anak Indigo dengan hormat.


2. Kreatif dan fleksibel, yaitu dengan membantu anak Indigo untuk membuat solusi
sendiri dalam mendisiplinkan diri.
3. Memberikan pilihan dengan adanya pemberian pengarahan terlebih dahulu kepada
mereka.
4. Jangan pernah biarkan mereka down.
5. Memberikan penjelasan ketika menginstruksikan sesuatu.
6. Jadikan anak partner dalam membesarkan diri mereka sendiri.
7. Ketika anak indigo masih bayi, jelaskan kepada anak apa yang sedang orangtua
lakukan.

Hegerle (1999 dalam Desiningrum, 2017) menambahkan bahwa orang tua perlu
bersikap jujur dan mencegah anak Indigo mengalami kebosanan, sebab anak Indigo sangat
menghargai kejujuran dan tidak menyukai kebosanan. Karena kejujuran merupakan kekuatan
mereka, sedangkan kebosanan dapat menjadikan anak Indigo bertingkah arogan. Pada
dasarnya, anak-anak Indigo sangat butuh merasa dipahami, dicintai, dan dihargai, sehingga
dapat menjadi diri sendiri dan menggunakan apa yang dimiliki untuk kebaikan banyak orang.

Referensi

Arifiana, I. Y. (2016). Penerimaan Diri Pada Individu Indigo. Persona: Jurnal Psikologi
Indonesia, 5(03).

Desiningrum, D. R. (2017). Psikologi anak berkebutuhan khusus. psikosain.

DI YOGYAKARTA, P. M. D. A. (n.d.). IDENTIFIKASI PERMASALAHAN INDIGO.

Rapisa, D. R. (2020). KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKUKAN IDENTIFIKASI


ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. PEDAGOGIA: Jurnal Ilmu Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai