Rumah klasik biasanya diidentikkan dengan orang elit alias punya banyak uang model
klasik biasanya butuh arsitektur lebih detail untuk hiasan interiornya agar terlihat klasik dan
sedap dilihat.
Desain klasik adalah desain yang tidak dibuat oleh jaman. Ciri khas arsitektur klasik
pada pilar-pilar, ornamen, dan profil-profil yang berkembang pada saat Kerajaan Romawi
atau Yunani kuno. Rumah klasik biasanya menggunakan pilar-pilar besar sebagai penopang
rumah baik di dalam maupun di luar seperti di teras rumah. Tiang yang besar dengan
ornamen dan ornamen yang khas yang menimnlkan kesan megah.
Bangunan dengan gaya klasik memiliki ukuran yang melebihi kebutuhan fungsiinya. Setiap
jenis ruangan dibuat terpisah dengan ukuran besar. Warna-warna seperti kuning keemasan,
langit biru dan krem banyak diaplikasikan di ruang, furnitur dan elemen pelengkap. Furnitur
pun dipercantik dengan teknik ukir, pahat dan penyepuhan yang semakin terlihat mewah.
Langit-langitnya memiliki ketinggian ideal 4 meter, sehingga dapat mengaktifkan
kemegahan. Sederhana untuk atap depan rumah diselipi kubah kecil untuk mempercantik
gaya klasik rumah Anda.
Perabot atau furnitur yang digunakan biasanya terbuat dari kayu dan marmer. Seperti di meja
makan kursi dan meja makan terbuat dari kayu berwarna coklat tua dengan ukiran yang indah
dengan harga yang tergolong mahal. Untuk perabot lainnya dapat digunakan vas besar pada
ruangan untuk menciptakan kesan klasik.
Hiasan dinding bermotif bunga atau garis tirai sementara yang dipilih berbahan tebal
dan menjuntai sampai ke lantai. Bahan beludru dan brokat banyak diaplikasikan sebagai
bahan penutup untuk furnitur atau tirai. Ciri khas lainnya yang menunjang model rumah
klasik adalah aksesoris. Lukisan yang bergaya klasik dengan bingkai berwarna emas atau
coklat tua yang memberikan kesan antik dan mewah. Untuk lantai biasanya menggunakan
marmer atau batu lain dengan warna coklat tua atau krim.
https://artmoire.wordpress.com/2016/02/23/ciri-khas-desain-rumah-interior-klasik/
Retro Art Deco identik dengan konsep, bentuk lebih simpel, seperti Furnitur berbentuk
formal lingkaran, kotak dan segitiga dengan garis yang tegas, simpel tanpa lekuk rumit,
berkaki pendek dan membesar ke arah horisontal. Bahan yang digunakan adalah bahan kayu
solid dengan aksentuasi besi, kuningan, atau logam. Warna dinding hijau mint, krem, kuning
gading, beige, dan abu-abu muda.
2. Retro Fifties
Retro Fifties menggunakan furnitur berbahan fiber, formika, vinil, busa karet, melamin, atau
plastik. Untuk warna, gaya ini menggunakan Warna fuchsia,merah, kuning, jingga, menjadi
warna aksentuasi primer, baik untuk dinding, furnitur maupun upholstery.
3. Pop Art
Retro Pop Art memiliki ciri khas dari bentuk dan gayanya yang tajam serta unik. Warna yang
digunakan pada gaya ini juga sangat beragam sehingga memiliki tampilan paling berbeda dari
gaya retro yang lain.
4. Retro Seventies
Gaya Retro Seventies merupakan kelanjutan atau bisa dikatakan sebagai evolusi dari gaya
Retro Art Deco, namun untuk gaya ini tidak serumit masa sebelumnya dan cenderung
bernuansa gelap. Penggunaan warna-warna tanah membuat nuansa ruang pada tahun ini
cenderung natural dan hangat.
Dari beberapa jenis gaya retro tersebut dapat dikatakan jika konsep retro pada desain interior
memang bertujuan untuk menciptakan kesan masa lalu atau klasik baik dari penggunaan
warna maupun furnitur.
Pilihan warna pada desain retro biasanya jatuh pada warna-warna yang cerah dan tajam,
seperti misalnya hijau laut, pink, merah ceri, kuning mentega, coklat, orange dan lain-lain.
(Sumber : http://www.inirumahkita.com
Salah satu cirinya adalah pemakaian bentuk-bentuk geometris dan warna-warna ceria
disertai pemakaian material sintetis.
Inovasi material dalam dunia industri pada masa 1960-an sampai 1970-an juga
mendorong terciptanya kreasi baru dalam elemen-elemen interior. Plastik, akrilik,
fiberglass, vinil, dan teknologi baru dalam pengolahan kayu lapis dimanfaatkan dalam
pembuatan elemen interior, mulai dari finishing dinding, lantai, plafon, sampai furnitur.
Furniture yang dapat digunakan untuk menciptakan suasana retro tidak harus selalu
berupa barang antik dari tahun 1950-an, namun dapat diperoleh juga dengan mudah
seperti jenis furniture yang berbentuk ramping yang memiliki pola wallpaper dan kain.
Meja berbahan dasar formika sebagai furniture yang berasal dari tahun 1950-an.