Anda di halaman 1dari 9

Skenario 1

Mual ,muntah dan regurgitasi

Seorang ibu usia 40 tahun,datang kedokter praktek dg keluhan tidak enak pada daerah uluh hati
setelah makan, masih ada keluhan lainya yaitu ada rasa mual dan kadang muntah. Regurgitasi water
brash, pirosis, meteorismus,flatulens, cepat kenyang. Pf: tanda vital dalam batas normal, perkusi
didapatkan hipertimpanitik setelah itu pasien dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam dan
diusulkan agar penderita melakukan pemeriksaan khusus dg endoskopi, ternyata hasil endoskopi
tidak dijumpai kelainan.

Step 1 klarifikasi istilah

1 regurgitasi: aliran balik isi lambung kedalam rongga mulut tanpa mual dan tanpa tenaga adanya
inkompetensi sphingteroesophageal bagian bawah

2 water brash : nyeri ulu hati dg regurgitasi cairan asam / saliva yg hampir tak berasa ke dalam mulut

3 pirosis: sensasi panas, terbakar terasa diepigastrium atas.

4 meteorismus : adanya gas dalam gaster (abdomen)

5 flatulensi: adanya gas/ udara dalam jumlah berlebihan  keluar karena distensi organ”

6 pemeriksaan endoskopi: alat” / memeriksa bagian dalam suatu dengan organ / organ berongga

Step 2 daftar masalah

1mengapa keluhan” yg timbul pada pasien ini setelah makan pd daerah ulu hati ?

2 bagaimana mekanisme dari keluhan” tsb?

3 mengapa pd pf ditemukan : - tanda vital : normal

 Nyeri tekan regio epigastrium


 Bising usus normal
 Perkusi : hipertimpanitik

4 mengapa dilakukan pemeriksaan endoskopi ?

5 mengapa tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan endoskopi ?

6 pemeriksaan penunjang ?

7 diagnosis ?

8 dd?
9penatalaksanaan ?

10 komplikasi ?

11 prognosis ?

12 etiologi ?

Step 3 analisis masalah

1 – makan pedas/ makan berlebihan  asam lambung meningkat  mengiritasi sphingter


oesopagus bag bawah  dipengaruhi oleh enzim  bekerja kurang baik  refluks asam lambung /
getah alkali usus kedalam oesophagus (berlangsung lama )

 Asam lambung meningkat  produksi as. Lambung berlebihan  mual, muntah , regurgitasi
 gangguan sphingter bag bawah  ada water brash  pirosis udara / gas tertekan 
meteorismus  gas keluar flatulensi.

3- vital sign tdk terlalu berpengaruh, biasanya normal , karna tdk ada ulcus

 Nyeri tekan : karena penyebaranya masih lokal , lambung di regio epigastrium


 Bising usus : prosesnya masih digaster blm sampe ke colon
 Perkusi karena abdomen (gaster) terisi banyak udara /gas.

4 supaya lebih jelas terlihat organ” yg ingin diperiksa dan untuk membantu menegakan doagnosis

5 belum ada kelainan jadi tidak ditemukan apa “

6 - USG

 Foto rontgen
 Pemeriksaan LAB , - darah rutin. – feses, - ph lambung

7 syndrom dispepsia

8 DD : - gastritis

- Duodenitis
- Ulcus peptikus
- Ulcus duodenitis
- Refluks oesophagitis
- Syndrom coronaria

9 penatalaksanaaan(sb)

10 komplikasi (sb)

11 prognosis(sb)

12 etiologi (sb)
Step 4 main problem

Bising Nyeri Endosk


Water
usus nrml tekan di opi (-)
brash
epigastriu
m
Syndrome
Dispepsia

Pirosis
hiperti meteori
mpani smus regurgit
asi

STEP 5 sasaran belajar

1 penatalaksanaan

2 komplikasi

3 prognosis

4 etiologi

5 BNO ?

6 patofisiologi

Step 6 belajar mandiri

Step 7 membahas sasaran belajar


DYSPEPSIA

Definisi Dyspepsia

Dyspepsia (atau, seperti yang seringkali dirujuk oleh dokter, non-ulcer dyspepsia atau dyspepsia tidak
berborok) adalah satu dari penyakit-penyakit (ringan) yang paling umum dari usus-usus,
mempengaruhi perkiraan dari 20% dari orang-orang di Amerika. Mungkin hanya 10% dari mereka
yang terpengaruh sebenarnya mencari perhatian medis untuk dyspepsia mereka. Dyspepsia
bukanlah istilah yang terlalu baik untuk penyakit ringan karena ia menyiratkan bahwa ada
"dyspepsia" atau pencernaan makanan yang abnormal, dan ini kemungkinan besar adalah bukan
kasusnya. Sesungguhnya, nama umum lain untuk dyspepsia adalah gangguan pencernaan
(indigestion), yang, untuk sebab yang sama, adalah tidak lebih baik daripada istilah dyspepsia!

Dyspepsia digambarkan paling baik sebagai penyakit fungsional. Adakalanya ia disebut dyspepsia
fungsional. Konsep dari penyakit fungsional terutama bermanfaat ketika mendiskusikan penyakit-
penyakit sistim pencernaan. Konsep berlaku pada organ-organ berotot dari saluran pencernaan -
kerongkongan (esophagus), lambung, usus kecil, kantong empedu, dan kolon (usus besar). Apa yang
diartikan oleh istilah, fungsional, adalah bahwa salah satu dari keduanya yaitu otot-otot dari organ-
organ atau syaraf-syaraf yang mengontrol organ-organ tidak bekerja secara normal, dan, sebagai
akibatnya, organ-organ tidak berfungsi secara normal. Syaraf-syaraf yang mengontrol organ-organ
termasuk tidak hanya syaraf-syaraf yang terletak didalam otot-otot dari organ-organ namun juga
syaraf-syaraf dari sumsum tulang belakang (spinal cord) dan otak.

Beberapa penyakit-penyakit saluran pencernaan dapat dilihat dan didiagnosis dengan mata
telanjang, seperti borok-borok (ulcers) dari lambung. Jadi, borok-borok dapat dilihat waktu operasi,
pada x-rays, dan pada endoskopi-endoskopi. Penyakit-penyakit lain tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang, namun dapat dilihat dan didiagnosis dibawah mikroskop. Contohnya, gastritis (peradangan
lambung) didiagnosis dengan pemeriksaan mikroskop dari biosi-biopsi dari lambung. Berlawanan
dengannya, penyakit-penyakit fungsional pencernaan (gastrointestinal) tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang atau dengan mikroskop. Pada beberapa kejadian-kejadian, fungsi yang abnormal
dapat ditunjukkan dengan tes-tes (contohnya, studi-studi pengosongan lambung atau studi-studi
antro-duodenal motility). Bagaimanapun, tes-tes seringkali adalah kompleks, dan tidak tersedia
secara luas, dan tidak secara dipercaya mendeteksi kelainan-kelainan fungsional. Sesuai dengan itu,
dan pada dasarnya, penyakit-penyakit fungsional pencernaan adalah yang melibatkan fungsi yang
abnormal dari organ-organ pencernaan dimana kelainan-kelainan tidak dapat dilihat pada organ-
organ dengan mata telanjang atau mikroskop.

Adakalanya, penyakit-penyakit yang diperkirakan adalah fungsional akhirnya ditemukan


berhubungan dengan kelainan-kelainan yang dapat dilihat. Kemudian, penyakit keluar dari katagori
fungsional. Contoh dari ini adalah infeksi Helicobacter pylori dari lambung. Beberapa pasien-pasien
dengan gejala-gejala pencernaan bagian atas yang ringan yang diperkirakan mempunyai fungsi
abnormal dari lambung atau usus telah ditemukan mempunyai lambung-lambung yang terinfeksi
dengan Helicobacter pylori. Infeksi ini dapat didiagnosis dibawah mikroskop dengan mengidentifikasi
bakteri. Ketika pasien-pasien dirawat dengan antibiotik-antibiotik, Helicobacter dan gejala-gejala
hilang. Jadi, pengakuan infeksi-infeksi dengan Helicobacter pylori telah mengeluarkan beberapa
penyakit-penyakit pasien dari katagori fungsional.

Perbedaan antara penyakit fungsional dan penyakit bukan fungsional mungkin sesungguhnya adalah
kabur. Jadi, bahkan penyakit-penyakit fungsional mempunyai kelainan-kelainan biokimia atau
molekul yang berkaitan yang akhirnya akan mampu diukur. Contohnya, penyakit-penyakit fungsional
dari lambung dan usus kecil mungkin dapat ditunjukan akhirnya berkaitan dengan tingkat-tingkat
bahan-bahan kimia normal yang meningkat atau berkurang didalam organ-organ pencernaan,
sumsum tulang belakang, atau otak. Haruskah penyakit yang ditunjukan disebabkan oleh
pengurangan atau peningkatan bahan kimia tetap dipertimbangkan sebagai penyakit fungsional?
Saya rasa tidak. Pada situasi teoritis ini, kita tidak dapat melihat kelainan dengan mata telanjang atau
mikroskop, namun kita dapat mengukurnya. Jika kita dapat mengukur kelainan yang berkaitan atau
yang menyebabkannya, penyakit mungkin seharusnya tidak lagi dipertimbangkan sebagai fungsional.

Meskipun ada kekurangan-kekurangan dari istilah, fungsional, konsep dari kelainan fungsional adalah
bermanfaat untuk pendekatan dari banyak gejala-gejala yang berasal dari organ-organ sistim
pencernaan yang berotot. Untuk mengulangi, konsep ini berlaku pada gejala-gejala yang mana tidak
ada kelainan-kelainan yang berkaitan yang dapat dilihat dengan mata telanjang atau mikroskop.

Gejala-Gejala Dyspepsia

Kita biasanya berpikir gejala-gejala dyspepsia sebagai berasal dari sistim pencernaan bagian atas,
terutama lambung dan bagian pertama dari usus kecil. Gejala-gejala ini termasuk nyeri perut bagian
atas (diatas pusar), bersendawa, mual (dengan atau tanpa muntah), kembung perut (perasaan perut
yang penuh tanpa penggelembungan yang obyektif), cepat kenyang (perasaan kenyang setelah
jumlah makan yang sangat kecil), dan, mungkin, penggelembungan perut (pembengkakan). Gejala-
gejala kebanyakan dibangkitkan (diprovokasi) oleh makan, yang adalah waktu ketika banyak fungsi-
fungsi pencernaan yang berbeda dipanggil untuk bekerja dalam konser.

Adalah tepat untuk mendiskusikan bersendawa dalam detil karena ia adalah gejala yang umumnya
disalahartikan yang berkaitan dengan dyspepsia. Kemampuan untuk bersendawa adalah hampir
sedunia (universal). Bersendawa adalah aksi mengeluarkan gas dari lambung melalui mulut.
Penyebab umum dari bersendawa adalah penggelembungan perut yang disebabkan oleh udara atau
gas yang tertelan. Penggelembungan dari lambung menyebabkan ketidakenakan perut, dan
bersendawa mengeluarkan udara dan menghilangkan ketidakenakan. Sebab-sebab yang umum dari
penelanan jumlah-jumlah yang besar dari udara (aerophagia) atau gas adalah menelan makanan
atau minuman terlalu cepat, ketakutan, dan minuman-minuman bersoda (berkarbonat). Orang-orang
seringkali tidak sadar bahwa mereka menelan udara. Lebih dari itu, jika tidak ada kelebihan udara
didalam lambung, aksi bersendawa sebenarnya mungkin menyebabkan lebih banyak udara yang
ditelan. "Bersendawa" bayi-bayi sewaktu menyusu dari botol atau dari ibunya adalah penting dalam
rangka mengeluarkan udara didalam lambung yang telah tertelan dengan susu.

Udara yang berlebihan didalam lambung adalah bukan penyebab satu-satunya dari bersendawa.
Untuk beberapa orang-orang, bersendawa menjadi suatu kebiasaan dan tidak mencerminkan jumlah
udara didalam lambung-lambung mereka. Untuk yang lain-lainnya, bersendawa adalah respon pada
segala tipe dari ketidakenakan perut dan tidak hanya pada ketidakenakan yang disebabkan oleh gas
yang meningkat. Setiap orang mengetahui bahwa ketika mereka mempunyai ketidakenakan perut
yang ringan, bersendawa seringkali menghilangkan persoalan. Ini karena kelebihan udara didalam
lambung seringkali adalah penyebab ketidakenakan perut yang ringan. Sebagai akibatnya, orang-
orang bersendawa kapan saja ketidakenakan perut yang ringan dirasakan - apapun penyebabnya.

Penyebab Dyspepsia

Adalah tidak mengejutkan bahwa banyak penyakit-penyakit pencernaan telah dikaitkan dengan
dyspepsia. Bagaimanapun, banyak penyakit-penyakit yang bukan pencernaan juga telah dikaitkan
dengan dyspepsia. Contoh-contoh dari yang belakangan termasuk diabetes, penyakit tiroid,
hipertiroid (kelenjar-kelenjar paratitoid yang terlalu aktif), dan penyakit ginjal yang berat. Adalah
tidak jelas, bagaimanapun, bagaimana penyakit-penyakit bukan pencernaan ini mungkin
menyebabkan dyspepsia. Penyebab kedua yang penting dari dyspepsia adalah obat-obat. Ternyata
bahwa banyak obat-obat seringkali dikaitkan dengan dyspepsia, contohnya, obat-obat anti-
peradangan nonsteroid (NSAIDs seperti ibuprofen), antibiotik-antibiotik, dan estrogen-estrogen).
Sesungguhnya, kebanyakan obat-obat dilaporkan menyebabkan pada paling sedikit beberapa pasien-
pasien.

Seperti didiskusikan sebelumnya, kebanyakan dyspepsia (bukan yang disebabkan oleh penyakit-
penyakit bukan pencernaan atau obat-obat) dipercayai disebabkan oleh fungsi yang abnormal
(disfungsi) dari otot-otot organ-organ sistim pencernaan atau syaraf-syaraf yang mengontrol organ-
organ. Kontrol syaraf dari sistim pencernaan, bagaimanapun, adalah kompleks (rumit). Sistim syaraf
yang menelusuri seluruh panjang dari sistim pencernaan dari kerongkongan sampai ke anus (dubur)
dalam dinding-dinding yang berotot dari organ-organ. Syaraf-syaraf ini berkomunikasi dengan syaraf-
syaraf lain yang berjalan ke dan dari sumsum tulang belakang (spinal cord). Syaraf-syaraf didalam
sumsum tulang belakang, pada gilirannya, berjalan ke dan dari otak. Jumlah-jumlah syaraf-syaraf
yang dikandung sistim pencernaan dilebihi hanya oleh sumsum tulang belakang dan otak. Jadi, fungsi
abnormal dari sistim syaraf pada dyspepsia mungkin terjadi pada organ pencernaan yang berotot,
sumsum tulang belakang (spinal cord), atau otak.

Sistim syaraf yang mengontrol organ-organ pencernaan, seperti dengan kebanyakan organ-organ lain,
mengandung keduanya yaitu syaraf-syaraf sensor dan motor. Syaraf-syaraf sensor secara terus
menerus merasakan apa yang terjadi (aktivitas) didalam organ dan menyampaikan (merelay)
informasi ini pada syaraf-syaraf dalam dinding organ. Dari sana, informasi dapat disampaikan
(direlay) pada sumsum tulang belakang dan otak. Informasi diterima dan diproses didalam dinding
organ, sumsum tulang belakang, atau otak. Kemudian, berdasarkan pada masukan (input) sensor ini
dan caranya masukan (input) diproses, perintah-perintah (respon-respon) dikirim ke organ melalui
syaraf-syaraf motor. Dua dari respon-respon motor yang paling umum dalam usus kecil adalah
kontraksi atau pengenduran dari otot organ dan pengeluaran cairan dan/atau lendir kedalam organ.

Seperti telah disebutkan, fungsi abnormal dari syaraf-syaraf organ-organ pencernaan, paling sedikit
secara teori, mungkin terjadi pada organ, sumsum tulang belakang (spinal cord), atau otak. Lebih dari
itu, kelainan-kelainan mungkin terjadi pada syaraf-syaraf sensor, syaraf-syaraf motor, atau pada
pusat-pusat pemrosesan dalam usus kecil, spinal cord, atau otak.

Perjalanan Dyspepsia

Dyspepsia adalah penyakit kronis yang biasanya berlangsung tahunan, jika tidak seumur hidup. Ia
bagaimanapun menunjukan keperiodean (kecenderungan waktu tertentu), yang berarti bahwa
gejala-gejala mungkin lebih sering atau berat/parah berhari-hari, berminggu-minggu, atau berbulan-
bulan dan kemudian kurang sering atau berat/parah untuk berhari-hari, berminggu-minggu, atau
berbulan-bulan. Sebab-sebab untuk fluktuasi-fluktuasi ini tidak diketahui. Karena fluktuasi-fluktuasi
ini, adalah penting untuk menilai efek-efek perawatan melalui waktu berminggu-minggu atau
berbulan-bulan untuk memastikan bahwa segala perbaikan disebabkan oleh perawatan dan bukan
hanya pada fluktuasi alami dalam frekwensi atau keparahan dari penyakit.
Komplikasi-Komplikasi Dyspepsia

Komplikasi-komplikasi dari penyakit-penyakit fungsional dari saluran pencernaan adalah relatif


terbatas. Karena gejala-gejala paling sering dibangkitkan (diprovokasi) oleh makan, pasien-pasien
yang merubah diet-diet mereka dan mengurangi pemasukan kalori-kalori mereka mungkin
kehilangan berat badan. Bagaimanapun, kehilangan berat badan adalah tidak biasa pada penyakit-
penyakit fungsional. Sesungguhnya, kehilangan berat badan harus menyarankan kehadiran dari
penyakit-penyakit yang bukan fungsional. Gejala-gejala yang membangunkan pasien-pasien dari tidur
juga kemungkinan disebabkan oleh penyakit-penyakit bukan fungsional daripada fungsional.

Mendiagnosis Dyspepsia

Dyspepsia didiagnosa terutama berdasarkan gejala-gejala khas dan penyampingan (eksklusi) dari
penyakit-penyakit pencernaan yang bukan fungsional (termasuk penyakit-penyakit yang berkaitan
dengan asam), penyakit-penyakit yang bukan pencernaan, dan penyakit-penyakit jiwa (psikiatris).
Ada tes-tes untuk mengidentifikasi fungsi pencernaan yang abnormal secara langsung, namun
mereka terbatas dalam kemampuan mereka untuk melakukannya.

Merawat Dyspepsia

Perawatan dyspepsia adalah topik yang sulit dan tidak memuaskan karena begitu sedikit obat-obat
yang telah dipelajari dan telah menunjukan ke-efektifan. Lagi pula, obat-obat yang telah ditunjukan
bermanfaat masih belum efektif secara substansial. Situasi sulit ini ada untuk beberapa sebab-sebab,
seperti berikut:

 Penyakit-penyakit yang mengancam nyawa (contohnya, kanker, penyakit jantung, dan


tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah penyakit-penyakit yang menangkap perhatian publik
dan, lebih penting, pembiayaan penelitian. Dyspepsia adalah bukan penyakit yang
mengancam nyawa dan telah menerima pembiayaan penelitian yang sedikit. Karena
kekurangan penelitian, pengertian dari proses-proses (mekanisme-mekanisme) fisiologi yang
bertanggung jawab untuk dyspepsia telah berkembang secara perlahan. Obat-obat yang
efektif tidak dapat dikembangkan hingga ada pengertian dari mekanisme-mekanisme ini.
 Penelitian pada dyspepsia adalah sulit. Dyspepsia didefinisikan oleh gejala-gejala subyektif
(seperti nyeri) daripada tanda-tanda obyektif (contohnya, kehadiran dari borok). Gejala-
gejala subyektif adalah lebih kurang dipercaya daripada tanda-tanda obyektif dalam
mengidentifikasi kelompok-kelompok pasien-pasien yang homogen. Sebagai akibatnya,
kelompok-kelompok dari pasien-pasien dengan dyspepsia yang tengah menjalani perawatan
kemungkinan mengandung beberapa pasien-pasien yang tidak mempunyai dyspepsia, yang
mungkin melemahkan hasil-hasil perawatan. Lebih dari itu, hasil-hasil perawatan harus
dievaluasi berdasarkan respon-respon subyektif (seperti membaiknya nyeri). Sebagai
tambahan pada lebih ketidakpercayaan, respon-respon subyektif adalah lebih sulit untuk
diukur daripada respon-respon obyektif (contohnya, kesembuhan dari borok).

 Subtipe-subtipe dari dyspepsia yang berbeda (contohnya, nyeri perut dan perut yang
kembung) kemungkinan disebabkan oleh proses-proses (mekanisme-mekanisme) fisiologi
yang berbeda. Adalah juga mungkin, bagaimanapun, bahwa subtipe dyspepsia yang sama
mungkin disebabkan oleh mekanisme-mekanisme yang berbeda pada orang-orang yang
berbeda. Apa yang lebih, obat apa saja kemungkinan mempengaruhi hanya satu mekanisme.
Oleh karenanya, tidak mungkin bahwa satu obat apa saja dapat efektif dalam semua bahkan
kebanyakan pasien-pasien dengan dyspepsia, bahkan pasien-pasien dengan gejala-gejala
yang serupa. Efektivitas yang tidak konsisten ini membuat pengujian obat-obat sangat sulit.
Tentu saja, itu dapat dengan mudah berakibat pada percobaan-percobaan obat yang
menunjukan tidak ada kemanjuran ketika , kenyataannya, obat sedang mebantu
subkelompok dari pasien-pasien.

 Gejala-gejala subyektif terutama sekali cenderung merespon pada placebo-placebo (obat-


obat tidak aktif). Kenyataannya, pada kebanyakan studi-studi, 20 sampai 40% dari pasien-
pasien dengan dyspepsia akan membaik jika mereka menerima obat-obat yang tidak aktif.
Sekarang, semua percobaan-percobaan klinik dari obat-obat untuk dyspepsia memerlukan
kelompok yang dirawat dengan placebo untuk perbandingan dengan kelompok yang dirawat
dengan obat. Respon-respon placebo yang besar berarti bahwa percobaan-percobaan klinik
ini harus menggunakan jumlah-jumlah yang besar dari pasien-pasien untuk mendeteksi
perbedaan-perbedaan yang berarti (signifikan) dalam perbaikan antara kelompok-kelompok
placebo dan obat. Oleh karenanya, percobaan-percobaan ini adalah mahal untuk
dilaksanakan.

Daftar pustaka :

 Katzung bertam G. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 1. Jakarta. Salemba Medika. 2001.
 Syarif Amir, dkk. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta. Balai penerbit FK UI.2007.
 Sudoyo A.W., Setiyohadi B., Alwi Idrus , Simadibrata M.,Setiati S.Buku Ajar Ilmu penyakit
Dalam Edisi keempat Jilid I. Jakarta . pusat penerbitan Departemen Ilmu penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia .2006.
 Kumar, Robbins, Cotran . Buku Ajar patologi Edisi 7 Vol 1 . Jakarta . EGC.2007.
LAPORAN PBL
SKENARIO 1 MUAL, MENTAH DAN REGURGITASI

Disusun oleh : Afifa Khairinnisa A


Astri Nenti
Gita Puspa A
Juwita Agustina
Lugindo
Nissa Nurmuflihah
Nuzul Dio Ika P
Rina S
Wahyu wibowo

FAKULTAS KEDOKTERAN UNSWAGATI 2011

CIREBON

Anda mungkin juga menyukai