PengantarTeori Modul PDF
PengantarTeori Modul PDF
Pertama-tama tentu saja saya selaku penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat
Gusti Allah SWT yang dengan rahmat dan karunianya telah menjadikan saya sebagai seorang
(mantan) mahasiswa Prodi Matematika FMIPA UGM. Sebelumnya saya ingin meminta maaf
dulu apabila kalimat pada kata pengantar ini tidak sepenuhnya merupakan kalimat baku dan
cenderung ekspresif. Maklum, penulis juga merangkap profesi sebagai seorang blogger (bisa
dilihat di http://wijna.web.id). Akan tetapi pada pembahasan mengenai Teori Modul, penulis
menggunakan bahasa baku yang mengacu kepada standar tata-kalimat Tugas Akhir di Prodi
Matematika FMIPA UGM.
Ide awal penulis menciptakan karya tulis matematika ini adalah karena adanya anggapan
sebagian besar teman penulis bahwa matematika, khususnya aljabar abstrak, yang penulis tekuni
saat kuliah dulu hanya dimengerti oleh penulis dan oleh-Nya. Untuk membantah anggapan
tersebut maka penulis mempersembahkan karya tulis ini kepada anda, agar anda juga mengerti
apa yang penulis tekuni selama penulis kuliah dulu. Karya tulis ini merupakan apa yang ada di
catatan kuliah penulis saat mengikuti matakuliah Pengantar Teori Modul (MMS 3207) yang
waktu itu diampu oleh Bu Prof. Dr. Sri Wahyuni pada semester 6 di tahun 2006 silam. Penulis
masih bisa mengenang masa-masa kuliah dulu yang bertempat di Gedung MIPA Selatan, ruang
M2.14 (pakai AC), hari Kamis selama 3 jam dari pukul 07.00 hingga 10.00. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bu Prof. Dr. Sri Wahyuni yang sudah menurunkan ilmu
beliau kepada penulis. Juga kepada teman-teman penulis saat mengikuti matakuliah Pengantar
Teori Modul dahulu, Nanang, Gunawan, Rully, Hansun, Winky, Adit, dan teman-teman lainnya
yang penulis lupa. Akhir kata, semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi anda yang
membacanya, khususnya bagi mahasiswa/i Program Studi Matematika FMIPA UGM.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....………………..………………………………………............... i
DAFTAR ISI.......…………………………………………………………...........................ii
1. Pengertian Umum Modul dan Submodul.......…………………………........................... 1
2. Modul Faktor dan Homomorfisma.................…………………………........................... 8
3. Elemen Torsi dan Annihilator........................…………………………........................... 18
4. Pembangun Modul dan Modul Bebas............…………………………........................... 21
5. Jumlahan Langsung.......................................…………………………........................... 28
6. Barisan Eksak.......………………………….................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA.......………………………………………………........................... 39
ii
Apabila selama ini dikenalkan suatu konsep aljabar mengenai ruang vektor, maka modul
merupakan perumuman dari ruang vektor. Pada modul, syarat skalar diperumum menjadi elemen
pada suatu ring dan bukan lapangan. Dengan demikian ruang vektor merupakan suatu kasus
khusus dari modul dan karena sifat modul yang lebih luas dari ruang vektor maka ada berbagai
sifat-sifat trivial pada ruang vektor menjadi non-trivial pada modul. Untuk mengawali
pembahasan mengenai modul, berikut diberikan definisi tentang modul kanan dan modul kiri.
2. (r1 + r2 ) * m = r1 * m + r2 * m , ∀m ∈ M ∀r1 , r2 ∈ R
Contoh E4.2
3
Diberikan ruang vektor dan himpunan seluruh matriks bilangan real berukuran 3x3
⎧ ⎡ a11 a12 a13 ⎤ ⎫
⎪ ⎪
M 3x3 = ⎨ ⎢⎢ a21 a22 a23 ⎥⎥ aij ∈ ⎬
⎪⎢a a33 ⎥⎦ ⎪
⎩ ⎣ 31 a32 ⎭
Diberikan pula operasi biner *: M 3 x 3 × 3
→ 3
sebagai operasi pergandaan matriks dengan
vektor.
3
Diketahui adalah grup Abelian dan M 3 x 3 adalah ring. Serta operasi pergandaan matriks
dengan vektor adalah operasi biner. Akan ditunjukkan bahwa ketiga aksioma dipenuhi.
Menggunakan sifat pergandaan matriks dengan vektor :
⎡ a11 + b11 a12 + b12 a13 + b13 ⎤ ⎡ x1 ⎤ ⎡ a11 a12 a13 ⎤ ⎡ x1 ⎤ ⎡ b11 b12 b13 ⎤ ⎡ x1 ⎤
⎢a + b a22 + b22 a23 + b23 ⎥⎥ ⎢⎢ x2 ⎥⎥ = ⎢⎢ a21 a22 a23 ⎥⎥ ⎢⎢ x2 ⎥⎥ + ⎢⎢b21 b22 b23 ⎥⎥ ⎢⎢ x2 ⎥⎥
⎢ 21 21
⎢⎣ a31 + a31 a32 + b32 a33 + b33 ⎥⎦ ⎢⎣ x3 ⎥⎦ ⎢⎣ a31 a32 a33 ⎥⎦ ⎢⎣ x3 ⎥⎦ ⎢⎣b31 b32 b33 ⎥⎦ ⎢⎣ x3 ⎥⎦
⎛ ⎡ a11 a12 a13 ⎤ ⎡ b11 b12 b13 ⎤ ⎞ ⎡ x1 ⎤ ⎡ a11 a12 a13 ⎤ ⎛ ⎡ b11 b12 b13 ⎤ ⎡ x1 ⎤ ⎞
⎜⎢ ⎟ ⎜ ⎟
⎜ ⎢ a21 a22 a23 ⎥⎥ ⎢⎢b21 b22 b23 ⎥⎥ ⎟ ⎢⎢ x2 ⎥⎥ = ⎢⎢ a21 a22 a23 ⎥⎥ ⎜ ⎢⎢b21 b22 b23 ⎥⎥ ⎢⎢ x2 ⎥⎥ ⎟
⎜ ⎢a a33 ⎥⎦ ⎢⎣b31 b32 b33 ⎥⎦ ⎟⎠ ⎢⎣ x3 ⎥⎦ ⎢⎣ a31 a33 ⎥⎦ ⎜⎝ ⎢⎣b31 b32 b33 ⎥⎦ ⎢⎣ x3 ⎥⎦ ⎠⎟
⎝ ⎣ 31 a32 a32
3
Akibatnya = M 3 x 3 −Modul.
3
Diperhatikan bahwa operasi pergandaan dengan M 3 x 3 pada contoh diatas dapat berlaku
3
karena vektor dari direpresentasikan sebagai matriks vertikal. Bagaimana jika vektor pada
3 3
direpresentasikan sebagai matriks horizontal? Jelas bahwa jika vektor pada
direpresentasikan sebagai matriks horizontal maka operasi pergandaan pada contoh diatas tidak
3
dapat berlaku. Namun dengan vektornya sebagai matriks horizontal tetap dapat menjadi
modul atas ring M 3 x 3 jika operasi pergandaannya diubah, yakni matriks dioperasikan dengan
vektor dari sisi kanan. Dari contoh tersebut dapat dinyatakan suatu definisi baru.
2. m *(r1 + r2 ) = m * r1 + m * r2 , ∀m ∈ M ∀r1 , r2 ∈ R
3. m *(r1 ⋅ r2 ) = ( m * r )1 * r2 , ∀m ∈ M ∀r1 , r2 ∈ R .
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa operasi pergandaan skalar pada modul
dapat berlaku dari kiri dan sekaligus dari kanan. Sifat modul dengan operasi pergandaan tersebut
dapat dinyatakan sebagai definisi.
Definisi E4.4 (Bi-Modul)
Diberikan grup Abelian ( M , +) dan ring ( R, +, ⋅) . Jika M adalah modul kiri sekaligus modul
kanan atas R maka M disebut Bi-Modul.
Contoh E4.5
Himpunan seluruh bilangan bulat merupakan Bi-Modul dengan ring dan operasi
pergandaan perkalian bilangan bulat.
Jika ring pada modul merupakan ring dengan elemen satuan, maka dapat dimunculkan
suatu definisi baru.
Definisi E4.6 (Modul Uniter Kiri)
Diketahui M R-Modul dan R ring dengan elemen satuan. Modul M disebut modul uniter kiri jika
dan hanya jika untuk setiap m ∈ M berlaku 1R * m = m dengan 1R merupakan elemen satuan di
R.
satuan di R.
Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009. 3
http://wijna.web.ugm.ac.id
Contoh E4.8
Himpunan seluruh bilangan bulat merupakan Bi-Modul Uniter dengan ring dan operasi
pergandaan perkalian bilangan bulat.
Contoh E4.10
1. Pada − Modul, himpunan 3 merupakan submodul dari .
2. Pada − Modul, himpunan bilangan rasional merupakan submodul dari .
3. Pada − Modul, himpunan bilangan bulat bukan submodul dari , karena untuk
1 ∈ dan 2 ∈ diperoleh 1 ⋅ 2 = 2 bukan merupakan elemen di .
3 3 3
Untuk selanjutnya, ring R pada M R-Modul diasumsikan sebagai ring dengan elemen satuan.
2. rn ∈ N , ∀n ∈ N ∀r ∈ R
Bukti.
(⇒)
Diketahui bahwa N adalah submodul dari modul M. Dengan demikian N adalah subgrup Abelian
dari M dan akibatnya untuk setiap n1 , n2 ∈ N , berlaku n1 − n2 ∈ N . Karena operasi pergandaan
skalar yang berlaku pada M juga berlaku pada N, maka untuk setiap n ∈ N dan r ∈ R , berlaku
rn ∈ N .
( ⇐)
Karena untuk setiap n1 , n2 ∈ N berlaku n1 − n2 ∈ N , maka menurut Teorema 1.19 N merupakan
Jika diketahui dua submodul dari suatu modul, maka dapat dibentuk submodul baru dari
kedua submodul tersebut. Teorema berikut menyatakan hal tersebut.
Teorema E4.12
Diketahui M R-Modul. Jika H dan K merupakan sebarang submodul dari M, maka kedua sifat
berikut berlaku:
1. H ∩ K merupakan submodul dari M
2. H + K merupakan submodul dari M.
sebarang r ∈ R , karena H dan K adalah submodul maka rn1 , rn2 ∈ H dan rn1 , rn2 ∈ K .
(2)
Akan ditunjukkan H + K adalah submodul dari M, yaitu H + K memenuhi Teorema E4.11.
Diperhatikan bahwa H + K = {h + k h ∈ H dan k ∈ K } . Diambil sebarang n1 , n2 ∈ H + K , maka
Contoh E4.13
Diberikan ring polinomial dengan peubah x dan koefisiennya bilangan bulat, [ x] . Karena
adalah ring dengan elemen satuan maka [ x] juga ring dengan elemen satuan. Karena ring
dengan elemen satuan adalah grup Abelian maka [ x] adalah -Modul dengan operasi
pergandaan skalar dengan polinomial.
∞ ∞ ∞ ∞
y = ∑ bi x i untuk ai , bi ∈ n , sehingga x − y = ∑ ai x i − ∑ bi x i = ∑ (ai − bi ) x i untuk suatu
i =0 i =0 i =0 i =0
∞
ai − bi ∈ n , akibatnya x − y ∈ n [ x] . Untuk sebarang m∈ dan x = ∑ ai x i ,
i =0
∞ ∞
mx = m∑ ai x i = ∑ (mai ) x i untuk suatu mai ∈ n , akibatnya mx ∈ n [ x] .
i =0 i =0
Misalkan diketahui M R-Modul. Karena M grup Abelian, maka sebarang subgrup dari M
juga merupakan grup Abelian. Misalkan N merupakan sebarang subgrup dari M. Karena N
subgrup Abelian, maka N merupakan subgrup normal terhadap M, yaitu aN = Na untuk setiap
a ∈ M . Dengan demikian menurut Teorema E3.17, M N = {a + N a ∈ M } merupakan grup
r ( a + N ) = r ( b + N ) . Terbukti operasi ini terdefinisi dengan baik. Kedua, operasi ini tertutup
karena ra ∈ M untuk sebarang r∈R dan a∈M dan dengan demikian berlaku
r ( a + N ) = ( ra ) + N ∈ M N . Jadi, operasi pergandaan koset merupakan operasi biner.
= ( r ( a + b)) + N
= ( ra + rb ) + N
= ( ra + N ) + ( rb + N )
= r ( a + N ) + r (b + N )
2. ( r1 + r2 )( a + N ) = ( ( r1 + r2 ) a ) + N
= ( r1a + r2 a ) + N
= ( r1a + N ) + ( r2 a + N )
= r1 ( a + N ) + r2 ( a + N )
3. ( r1r2 )( a + N ) = ( ( r1r2 ) a ) + N
= ( r1 ( r2 a ) ) + N
= r1 ( r2 a + N )
= r1 ( r2 ( a + N ) )
4. 1R ( a + N ) = (1R a ) + N
= a + N.
Contoh E4.15
Pada -Modul dapat dipilih submodul 6 dan dibentuk grup abelian
6 = {0 + 6 , 1 + 6 , 2 + 6 , 3 + 6 , 4 + 6 , 5 + 6 }. Himpunan 6 merupakan modul
a+6 ∈ 6 .
Contoh E4.17
Diketahui dan [ x ] keduanya merupakan -Modul. Pemetaan φ : → [ x ] dengan definisi
φ ( a ) = ax 3 merupakan homomorfisma modul, karena
2. Jika a ∈ M , maka φ ( − a ) = −φ ( a )
4. Jika K ' merupakan submodul dari M ' , maka φ −1 ( K ' ) merupakan submodul dari M.
ii. φ ( 0 M + a ) = φ ( 0 M ) + φ ( a ) = φ ( a ) .
(2)
Diambil sebarang a ∈ M dan dengan demikian diperoleh a + ( − a ) = ( − a ) + a = 0 M . Karena
i. φ ( a + ( −a ) ) = φ ( a ) + φ ( −a ) = 0M ' dan
ii. φ ( ( − a ) + a ) = φ ( − a ) + φ ( a ) = 0 M ' .
berlaku φ ( − a ) = −φ ( a ) .
(3)
Diambil sebarang a, b ∈ φ ( H ) , maka a = φ ( x ) dan b = φ ( y ) untuk suatu x, y ∈ H .
Karena H submodul, maka menurut Teorema E4.11 berlaku rx ∈ H dan dengan demikian
ra = φ ( rx ) ∈ φ ( H ) . Jadi, menurut Teorema E4.11 terbukti bahwa φ ( H ) merupakan submodul.
K ' submodul, maka menurut Teorema E4.11 berlaku k1 − k2 ∈ K ' dan dengan demikian
Teorema E4.11 berlaku rk1 = φ ( ra ) ∈ K ' dan dengan demikian ra ∈ φ −1 ( K ' ) . Jadi, menurut
Berikut diberikan definisi mengenai Kernel dan Image suatu homomorfisma beserta sifat-
sifatnya.
Definisi E4.19 (Kernel dan Image Homomorfisma)
Diketahui M dan M ' adalah R-Modul dan φ : M → M ' merupakan homomorfisma modul, maka
Contoh E4.20
{
Pada Contoh E4.17 diketahui ker (φ ) = {0} dan image (φ ) = ax3 a ∈ }.
Lemma E4.21
Diketahui M dan M ' adalah R-Modul dan φ : M → M ' merupakan homomorfisma modul, maka
Bukti.
Diperhatikan bahwa ker (φ ) bukan himpunan kosong, karena 0 M ∈ ker (φ ) . Selanjutnya, diambil
φ (rk ) = r φ (k ) = r 0 M ' = 0M ' dan dengan demikian rk ∈ ker (φ ) . Jadi, menurut Teorema E4.11
Diperhatikan bahwa image (φ ) bukan himpunan kosong karena 0 M ' ∈ image (φ ) . Selanjutnya,
adalah homomorfisma modul, maka rx = rφ (m) = φ (rm) . Karena M modul, maka rm ∈ M dan
Contoh E4.23
Diketahui -Modul, maka pemetaan ϕ : → dengan ϕ ( a ) = − a , untuk setiap a ∈
Teorema E4.25
Diketahui M dan M ' adalah R-Modul dan φ : M → M ' merupakan homomorfisma modul
Dari Teorema E4.24 dan E4.25, dapat dibentuk langkah-langkah sebagai berikut:
1. Diketahui M dan M ' merupakan R-Modul
2. Diketahui φ : M → M ' homomorfisma modul
3. Diketahui φ ( M ) ⊆ M '
Diperhatikan langkah 4, 5, dan 6. Jika a ∈ M , maka untuk memetakan elemen a ke M ' melalui
suatu pemetaan homomorfisma modul, tidak harus melalui pemetaan φ . Dari langkah 4, 5, dan
6, untuk memetakan elemen a ke M ' dapat pula melalui pemetaan γ dan μ yang keduanya
merupakan pemetaan homomorfisma modul. Pertama, elemen a dipetakan terlebih dahulu ke
grup M ker (φ ) melalui pemetaan γ , hasil petanya adalah γ ( a ) . Selanjutnya, elemen γ ( a )
Jadi, menggunakan langkah-langkah tersebut elemen a tidak langsung dipetakan ke M ' melalui
pemetaan φ , melainkan harus “singgah sejenak” di modul M ker (φ ) untuk kemudian dipetakan
ke M ' melalui pemetaan μ γ . Tetapi yang terpenting adalah modul M ker (φ ) dan φ ( M )
isomorfis, yaitu ada suatu isomorfisma dari M ker (φ ) ke φ ( M ) . Sifat tersebut dapat
Jika φ merupakan pemetaan surjektif akan diperoleh φ ( M ) = M ' dan Teorema E4.26
Teorema Utama Homomorfisma Modul pada dasarnya merupakan kasus khusus dari
Teorema Utama Homomorfisma Grup dan Ring. Karena itu terdapat juga Teorema ke-2 dan ke-3
mengenai Teorema Utama Homomorfisma Modul. Pembuktian untuk kedua teorema tersebut
serupa dengan pembuktian untuk Teorema Utama Homomorfisma Grup dan Ring.
Teorema E4.28 (Teorema Utama Homomorfisma Modul 2)
Diketahui M R-Modul serta H dan N merupakan sebarang submodul dari M, maka terdapat
suatu ismomorfisma modul dari ( H + N ) N ke H ( H ∩ N ) .
Bukti.
Bukti sejalan dengan pembuktian Teorema E3.21.
Bukti.
Bukti sejalan dengan pembuktian Teorema E3.22.
Teorema E4.30
Diketahui M dan M ' adalah R-Modul dan φ : M → M ' merupakan homomorfisma modul, maka
untuk sebarang submodul K ' dari M ' berlaku:
1. Submodul φ −1 ( K ' ) memuat ker (φ ) .
2. Jika terdapat submodul H dari M yang memuat ker (φ ) dan φ ( H ) = K ' maka
φ −1 ( K ') = H .
Bukti.
(1)
Karena 0M ' ∈ M ' , elemen identitas di M ' , termuat pada K ' maka φ −1 ( K ' ) memuat setiap
anggota M yang dipetakan ke 0 M ' . Dengan kata lain φ −1 ( K ' ) memuat ker (φ ) .
(2)
Misalkan H merupakan submodul dari M dengan ker (φ ) ⊆ H dan φ ( H ) = K ' .
Karena φ ( H ) = K ' , maka jelas bahwa H ⊆ φ −1 ( K ' ) . Selanjutnya, akan dibuktikan bahwa
Karena H dan K merupakan submodul dari M dan φ merupakan pemetaan surjektif, maka jelas
φ −1 ( K N ) = K , maka diperoleh H = K .
Contoh E4.32
2. a ∩ b = c , dengan c = lcm ( a, b )
dengan gcd merupakan faktor persekutuan terbesar dan lcm merupakan kelipatan persekutuan
terkecil. Selanjutnya, dimisalkan N = n dan H = m . Karena m dan n saling relatif prima,
maka gcd ( n, m ) = 1 dan lcm ( n, m ) = mn . Dengan demikian H + N = m + n = dan
diperoleh
(H + N ) ≅H ⇔ ≅m .
N (H ∩ N ) n ( mn )
Sesuai definisi modul, suatu ring dengan elemen satuan dapat dipandang sebagai modul
atas dirinya sendiri. Diperhatikan pada kasus ketika ring tersebut memuat elemen pembagi nol.
Ingat kembali bahwa elemen pembagi nol pada suatu ring adalah elemen a dan b yang keduanya
tidak nol dengan ab = 0 . Keberadaan elemen pembagi nol ini akan memunculkan sifat pada
modul yang tidak terdapat pada ruang vektor. Hal tersebut dikarenakan skalar pada ruang vektor
merupakan elemen lapangan yang setiap elemennya bukan merupakan pembagi nol.
Definisi E4.33 (Elemen Torsi)
Diberikan M R-Modul, elemen m ∈ M disebut elemen torsi jika dan hanya jika terdapat
r ∈ R − {0 R } sehingga rm = 0M . Dengan demikian 0M ∈ M merupakan elemen torsi.
Contoh E4.36
Diketahui ring 8 merupakan modul atas ring dan juga atas dirinya sendiri. Jika 8
dipandang sebagai -Modul, maka seluruh elemen pada 8 merupakan elemen torsi dan
dengan demikian 8 merupakan modul torsi. Karena dapat dipilih 8 ∈ sehingga
Dari definisi elemen torsi, jika diberikan suatu M R-Modul maka dapat dihimpun semua
elemen torsi pada modul M tersebut. Misalkan M T merupakan himpunan seluruh elemen torsi
Teorema E4.37
Diketahui M R-Modul dan M T himpunan seluruh elemen torsi pada M. Jika R daerah integral,
Bukti.
Diambil sebarang m1 , m2 ∈ M T , maka terdapat r1 , r2 ∈ R − {0 R } sehingga r1m1 = r2 m2 = 0M . Akan
pembagi nol yaitu untuk setiap r1 , r2 ∈ R − {0 R } , berlaku r1r2 ≠ 0 R . Dengan demikian dapat dipilih
Sehingga diperoleh m1 − m2 ∈ M T .
Sehingga diperoleh rm ∈ M T .
Bukti.
Menurut Teorema E4.37, karena R daerah integral maka M T adalah submodul atas M sehingga
Jika elemen torsi merupakan elemen pada modul, maka dari kondisi rm = 0 M juga dapat
dihimpun elemen pada ring yang menyebabkan kondisi tersebut berlaku.
Definisi E4.37 (Annihilator)
Diberikan M R-Modul dan X ⊆ M . Annihilator atas X, dinotasikan dengan ann ( X ) ,
Contoh E4.38
Diketahui ring 8 merupakan modul atas ring dan X = {2 + 8 , 6 + 8 } maka
ann ( X ) = 4
Bukti.
Diambil sebarang a, b ∈ ann ( X ) , maka ax = bx = 0M untuk setiap x ∈ X . Dengan demikian
Akibat E4.40
Diberikan M R-Modul dan X ⊆ M . Jika R ring komutatif, maka ann ( X ) merupakan ideal kiri
Apabila diketahui X merupakan suatu himpunan bagian dari M R-Modul, maka dapat
dibentuk suatu submodul dari M yang dibangun oleh X. Submodul tersebut merupakan
submodul terkecil dari M yang memuat X. Definisi berikut menyatakan hal tersebut.
Definisi E4.41 (Submodul yang Dibangun oleh X)
Diketahui M R-Modul dan X ⊆ M . Submodul N merupakan submodul yang dibangun oleh X
Teorema E4.43
Diketahui M R-Modul. Jika H dan K merupakan sebarang submodul dari M maka H + K
merupakan submodul terkecil yang memuat submodul H dan K.
Bukti.
Pada Teorema E4.12 telah dinyatakan bahwa H + K merupakan submodul dari M. Diperhatikan
bahwa untuk sebarang h ∈ H dapat dipilih k = 0M sehingga h = h + 0 M = h + k ∈ H + K dan
dengan demikian H ⊆ H + K . Dengan cara yang serupa dapat pula ditunjukkan bahwa
K ⊆ H + K dan dengan demikian berlaku H ∪ K ⊆ H + K .
Andaikan ada submodul S dengan H ∪ K ⊆ S . Karena H , K ⊆ H ∪ K akibatnya H ⊆ S dan
K ⊆ S . Karena S merupakan submodul, maka untuk setiap h ∈ H dan k ∈ K berlaku h + k ∈ S .
Dengan kata lain H + K ⊆ S .
Jadi, terbukti bahwa H + K merupakan submodul terkecil yang memuat submodul H dan K.
Akibat E4.44
Diketahui M R-Modul. Jika H dan K merupakan sebarang submodul dari M maka
H ∪K = H +K .
Teorema E4.45
Diketahui M R-Modul, jika X = ∅ maka X = {0 M } .
Bukti.
Diperhatikan bahwa untuk setiap himpunan bagian N ⊆ M , maka ∅ ⊆ N . Dengan demikian
untuk modul {0 M } , juga berlaku ∅ ⊂ {0 M } dan akibatnya {0 M } ∈ I . Karena setiap submodul
⎧⎪ ⎫⎪
X = ∅ = {0 M } ∩ ⎨ ∩ I ⎬ = {0 M } .
⎩⎪ I ∈I −{0M } ⎭⎪
Teorema E4.46
Diketahui M R-Modul dan X ⊆ M dengan X ≠ ∅ , maka berlaku
⎧ n ⎫
X = ⎨∑ ri xi n ∈ , ri ∈ R, dan xi ∈ X ⎬ .
⎩ i =1 ⎭
Bukti.
⎧ n ⎫
Misalkan K = ⎨∑ ri xi n ∈ , ri ∈ R, dan xi ∈ X ⎬ . Akan ditunjukkan bahwa K merupakan
⎩ i =1 ⎭
n m
submodul dari M . Diambil sebarang a, b ∈ K , maka a = ∑ ri xi dan b = ∑ si yi untuk suatu
i =1 i =1
n m n+m
ri , si ∈ R dan xi , yi ∈ X . Diperhatikan bahwa a − b = ∑ ri xi − ∑ si yi = ∑ k j z j dengan
i =1 i =1 j =1
⎧ rj 1≤ j ≤ n ⎧ xj 1≤ j ≤ n
kj = ⎨ dan zj = ⎨ .
⎩ s j −n n +1 ≤ j ≤ m ⎩ y j −n n +1 ≤ j ≤ m
n+m
Sehingga diperoleh a − b = ∑ k j z j ∈ K .
j =1
⎛ n ⎞ n
Selanjutnya, diambil sebarang r ∈ R dan diperhatikan bahwa ra = r ⎜ ∑ ri xi ⎟ = ∑ ( rri ) xi ∈ K .
⎝ i =1 ⎠ i =1
Jadi, menurut Teorema E4.11 terbukti bahwa K merupakan submodul dari M. Karena X ⊆ K
dan X merupakan submodul terkecil yang memuat X, berakibat X ⊆ K .
K⊆ X .
siklik.
Contoh E4.48
− Modul merupakan modul siklik karena 1 = .
Lemma E4.49
Diketahui M R-Modul siklik dan M = a untuk suatu a ∈ M , maka M ≅ R ann ( a ) .
Bukti.
Dibentuk pemetaan φ : R → M dengan definisi φ ( r ) = ra . Pemetaan φ tersebut merupakan
homomorfisma modul yang surjektif dan jelas bahwa ker (φ ) = ann ( a ) . Jadi, menurut Teorema
berhingga maka modul M dikatakan dibangun secara berhingga dan rank dari M merupakan
banyaknya elemen dari himpunan pembangun M yang terkecil. Notasi μ ( M ) untuk selanjutnya
berhingga maka μ ( M ) = ∞ .
Lemma E4.53
Diketahui M R-Modul dan N sebarang submodul dari M. Jika M dibangun secara berhingga,
maka modul M N juga dibangun secara berhingga dan μ ( M N ) ≤ μ ( M ) .
Bukti.
Misalkan M = X dengan X = { x1 ,..., xk } ⊆ M sebagai himpuan pembangun terkecil. Diambil
⎛ n ⎞
y = a + N = ⎜ ∑ ri xi ⎟ + N = ( ( r1 x1 ) + N ) + + ( ( rn xn ) + N ) = r1 ( x1 + N ) + + rn ( xn + N ) .
⎝ i =1 ⎠
Jadi, modul M N dibangun secara berhingga.
terdapat himpunan Y ' ⊂ { y1 ,..., ys } sehingga { y1 ,..., ys } − Y ' = { y '1 ,..., y 'k } = X = { x1 ,..., xk } .
Akibatnya a = y '1 + + y 'k ∈ M = X dan dengan demikian a + N = ( y '1 + + y 'k ) + N .
Bukti.
Misalkan X = { x1 ,..., xk } ⊆ N merupakan himpunan pembangun terkecil untuk N, sehingga
demikian μ ( M ) ≤ k + s = μ ( N ) + μ ( M N ) .
a − ( r1 y1 + + rs ys ) ∈ ker (φ ) ⊆ N = X .
Tidak setiap modul memiliki himpunan pembangun. Jika suatu modul memiliki
himpunan pembangun, maka terdapat sifat pada himpunan pembangun tertentu yang disebut
dengan basis. Berikut akan diberikan pengertian mengenai basis dan modul bebas.
Definisi E4.55 (Bebas Linear)
Diketahui M R-Modul dan X ⊆ M . Himpunan X dikatakan bebas linear jika dan hanya jika
untuk setiap n ∈ , untuk setiap ri ∈ R dan xi ∈ X dengan 1 ≤ i ≤ n , jika r1 x1 + + ri xi = 0M
berakibat r1 = = ri = 0 R .
2. X bebas linear.
Contoh E4.58
8 8 − Modul merupakan modul siklik karena 1 + 8 = 8 dan dengan demikian
8 merupakan modul bebas. Namun 8 − Modul bukan modul bebas, karena untuk
himpunan bagian pada 8 selain {0} tidak bebas linear dan dengan demikian 8
Lemma E4.59
Diketahui M R-Modul. Jika M modul bebas dan R daerah integral, maka M modul bebas torsi.
Bukti.
Karena M modul bebas, maka M memiliki basis. Misalkan X merupakan basis untuk M dan M T
merupakan himpunan elemen torsi pada M. Diambil sebarang x ∈ M T dan dengan demikian
⎛ ⎞
Dengan demikian diperoleh rx = r ⎜ ∑ ri xi ⎟ = ∑ ( rri ) xi = 0M . Karena X merupakan basis, maka
⎝ xi ∈X ⎠ xi ∈X
diperoleh rri = 0 R untuk setiap ri ∈ R . Karena R daerah integral dan r ≠ 0 R , maka diperoleh
ri = 0 . Akibatnya x = ∑ rx = ∑ 0
xi ∈ X
i i
xi ∈X
R xi = 0 M . Jadi, M T = {0 M } atau M modul bebas torsi.
Konsep jumlahan langsung (direct sum) merupakan suatu konsep untuk membentuk suatu
modul yang “lebih luas” dari beberapa modul yang diberikan. Modul-modul tersebut akan
isomorfis dengan suatu submodul pada modul yang “lebih luas” tersebut.
Definisi E4.60 (Jumlahan Langsung)
Diketahui M 1 ,..., M n untuk suatu n ∈ merupakan modul-modul atas R, maka produk
Lemma E4.61
Diketahui M 1 ,..., M n untuk suatu n ∈ merupakan modul-modul atas R , maka pemetaan
n n
φk : M k → ⊕ M i dengan φk ( a ) = ( x1 ,..., xk −1 , xk , xk +1 ,..., xn ) = ( 0,..., 0, a, 0,..., 0 ) ∈ ⊕ M i merupakan
i =1 i =1
isomorfisma modul.
Teorema E4.62
Diketahui M R-Modul dan N1 ,..., N n untuk suatu n ∈ merupakan submodul-submodul dari M.
xi ∈ N i ∩ { N1 + + N i −1 + N i +1 + + N n } . Karena N i ∩ { N1 + + N i −1 + N i +1 + + N n } = {0 M } ,
Contoh E4.64
Pada 6 sebagai modul atas dirinya sendiri, submodul K = {0 + 6 , 2 + 6 , 4 + 6 }
merupakan komplemen pada 6 , karena dapat dipilih submodul H = {0 + 6 , 3 + 6 }
sehingga:
1. K + H = 6
2. K ∩ H = {0 + 6 }.
Akibatnya, menurut Teorema E4.62 berlaku K ⊕ H ≅ 6 .
Untuk suatu koleksi submodul N1 ,..., N n dari M R-Modul, dapat dibentuk suatu barisan
yang disebut dengan barisan eksak. Barisan tersebut dinamakan barisan eksak dan memiliki sifat
penting di teori modul, salah satunya pada pembahasan mengenai modul proyektif.
Definisi E4.65 (Barisan Eksak)
Diketahui M R-Modul dan { N i i ∈ I } merupakan koleksi submodul dari M. Diketahui juga fi
dikatakan eksak pada Ni jika dan hanya jika image ( f i ) = ker ( f i +1 ) . Barisan tersebut dikatakan
{0M } N1
f
M
g
N2 {0M }
disebut barisan pendek dengan f dan g merupakan homomorfisma modul.
{0M } N1
f
M
Bukti.
(⇒)
Diperhatikan bahwa satu-satunya homomorfisma modul φ yang mungkin dari {0 M } ke N1
adalah φ ( 0 M ) = 0 M . Karena barisan tersebut eksak di N1, maka image (φ ) = ker ( f ) . Karena
Struktur Aljabar – Pengantar Teori Modul © Wijna 2009. 30
http://wijna.web.ugm.ac.id
image (φ ) = {0M } , maka ker ( f ) = {0 M } . Sehingga sejalan dengan Lemma E3.6, berakibat
( ⇐)
Karena homomorfisma modul f injektif, maka sejalan dengan Lemma E3.6 berakibat
ker ( f ) = {0 M } . Diperhatikan bahwa satu-satunya homomorfisma modul φ yang mungkin dari
eksak di N1 .
Teorema E4.68
Barisan
M
g
N2 {0M }
Bukti.
(⇒)
Diperhatikan bahwa satu-satunya homomorfisma modul ψ yang mungkin dari N 2 ke {0 M }
( ⇐)
Karena homomorfisma modul g surjektif, maka image ( g ) = N 2 . Diperhatikan bahwa satu-
{0M } N1
f
M
g
N2 {0M }
merupakan barisan eksak jika dan hanya jika homomorfisma modul f injektif, g surjektif, dan
image ( f ) = ker ( g ) . Lebih lanjut, menurut Teorema Utama Homomorfisma Modul 1, berlaku
N2 ≅ M .
image ( f )
Contoh E4.70
Barisan
{0} 3
f
6
g
2 {0}
1 dan 3, berlaku 2 ≅ 6 .
2 6
Contoh E4.72
Pada Contoh E4.70 diketahui image ( f ) = ker ( g ) = 2 6 = {0 + 6 , 2 + 6 , 4 + 6 } . Sehingga
menurut Contoh E4.64, barisan eksak pendek pada Contoh E4.70 merupakan barisan eksak
terpisah.
setiap a ∈ M . Pemetaan identitas tersebut jelas merupakan homomorfisma modul dan dapat
diturunkan sifat barisan eksak terpisah. Sebelumnya diberikan lemma mengenai pemetaan
berikut.
Lemma E4.73
Diketahui A dan B sebarang himpunan dan pemetaan f : A → B , maka
Bukti.
Untuk sebarang a ∈ A jelas bahwa f ( a ) ∈ f ( A ) ⊆ B . Dengan demikian untuk sebarang a ∈ A
surjektif.
Selanjutnya, diambil sebarang b1 , b2 ∈ B dengan k ( b1 ) = k ( b2 ) . Diperhatikan untuk
{0M } N1
f
M
g
N2 {0M }
merupakan barisan eksak maka tiga pernyataan dibawah ini ekuivalen:
1. Terdapat homomorfisma modul α : M → N1 sehingga (α f ) = 1N1
homomorfisma modul yang dimaksud. Akan ditunjukkan bahwa pemetaan β terdefinisi dengan
baik. Diambil sebarang x, y ∈ N 2 dengan x = y . Karena, pemetaan g : M → N 2 surjektif, maka
α ( ( a − b ) + ( f α )( b − a ) ) = α ( a − b ) + (α ( f α )) (b − a )
= α ( a − b ) + ( α f ) (α ( b − a ) )
= α ( a − b ) + 1N (α ( b − a ) )
1
= α ( a − b) + α (b − a )
= α ( a ) − α (b) + α (b) − α ( a )
= 0M .
( a − b ) + ( f α )( b − a ) ∈ image ( f ) .
Akibatnya, β ( x ) − β ( y ) = ( a − b ) + ( f α )( b − a ) ∈ ker (α ) ∩ image ( f ) = {0} .
dengan demikian
β ( x ) + β ( y ) = ( a + b ) − ( f α )( b + a ) = β ( x + y ) . Untuk sebarang r∈R , diperoleh
r β ( x ) = ra + ( f α )( ra ) = ra − r ( f α )( a ) = r ( a − ( f α )( a ) ) = r β ( x ) .
( g β )( x ) = g ( a − ( f α )( a ) ) = g ( a ) − ( g ( f α ) ) ( a ) . Diperhatikan, karena
( f α )( a ) = f (α ( a ) ) ∈ image ( f ) dan image ( f ) = ker ( g ) , maka ( g ( f α ) ) ( a ) = 0M . Jadi,
diperoleh ( g β )( x ) = g ( a ) − 0 M = g ( a ) = x atau dengan kata lain ( g β ) = 1N2 .
( 2 ⇒ 3)
Dari pembuktian bagian (1 ⇒ 2 ) telah diketahui bahwa ker (α ) ∩ image ( f ) = {0} . Selanjutnya
α ( x − f (α ( x ) ) ) = α ( x ) − α ( f (α ( x ) ) ) = α ( x ) − (α f ) (α ( x ) ) .
α ( x − f ( α ( x ) ) ) = α ( x ) − (α f ) (α ( x ) ) = α ( x ) − α ( x ) = 0 M .
( 3 ⇒ 1)
Diketahui baris eksak tersebut merupakan barisan eksak terpisah dan berlaku M ≅ N1 ⊕ N 2 .
Akan dibuktikan pemetaan tersebut terdefinisi dengan baik. Diambil sebarang x, y ∈ M dengan
pemetaan α terdefinisi dengan baik. Pemetaan α jelas merupakan homomorfisma modul dan
berlaku (α f )( a ) = a untuk setiap a ∈ N1 atau dengan kata lain (α f ) = 1N1 .
f g
N1 N2
φ1 φ2
{0M } {0M }
φ4 φ3
N1 N2
α β
Pemetaan φ1 , φ2 , φ3 , dan, φ4 seluruhnya merupakan pemetaan nol (zero mapping), yaitu pemetaan
homomorfisma. Lebih lanjut, φ1 dan φ3 merupakan pemetaan injektif serta φ2 dan φ4 merupakan
pemetaan surjektif.
Adkins William A. and Weintraub Steven H., 1992, Algebra: an Approach via Module Theory,
Springer-Verlag, United States.
Teorema-teorema dengan awalan E3 dapat disimak pada topik Teorema Utama Homomorfisma
Grup yang dapat diunduh di alamat
http://wijna.web.ugm.ac.id/ Extra3-Teorema Homomorfisma Grup.pdf