Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu metode titrimetri adalah titrasi pembentukan kompleks
yang juga dikenal sebagai kompleksometri. Metode ini memungkinkan
penentuan analisis pengukuran untuk sejumlah kation bervalensi banyak
dalam larutan air. Metode ini berdasarkan penentuan khelat organik yang
larut dalam air dan praktis tidak terdisosiasi.
Dewasa ini pereaksi yang paling sering digunakan dalam titrasi
kompleksometri adalah ligan bergigi banyak yaitu asam
etilendiamintetraasetat (EDTA). Karena senyawa ini sukar larut dalam air
maka garam dinatriumnya lebih mudah larut digunakan untuk membuat
larutan pentiter.
Berdasarkan perubahan warna dari indikator logam ini dapat kita beda-
bedakan:
1. Cara titrasi langsung, pada titrasi ini larutan ion logam ditambah larutan
dapar dan indikator, kemudian langsung dititrasi dengan komplekson III.
Titrasi ini digunakan untuk penentuan ion-ion logam kalium, magnesium
dan zink.
2. Cara titrasi tidak langsung, digunakan untuk menentukan senyawa
aluminium dan bismth, karena pada titrasi secara langsung terjadi
kesalahan yang disebabkan karena pengendapan dari logam sebagai
hidroksida dalam suasana alkali
Keuntungan dari metode kompleksometri adalah waktu
pengerjaannya lebih sederhana dibandingkan gravimetri dan spektrometer.
Sedangkan kerugiannya adalah penentuan titik akhir susah ditentukan,
karena sangat dipengaruhi oleh pH dan bahan yang digunakan cukup
banyak dibandingkan dengan metode lain yaitu larutan bak, indikator,
larutan dapar, dan larutan asam atau basa.
Titrasi kompleksometri ini digunakan untuk penetapan kation
bervalensi banyak dalam air. Di dalam dunia farmasi, metode ini banyak
digunakan dalam penetapan kadar suatu senyawa obat yang mengandung
ion logam Misalnya penentuan kadar MgSO4 yang digunakan sebagai
laksativum atau ZnO yang digunakan sebagai antiseptik.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penentuan kadar suatu zat dengan
menggunakan metode tertentu.
2. Tujuan Percobaan
Menentukan kadar zat ZnCl2 dengan menggunakan metode
kompleksometri.
C. Prinsip Percobaan
Penentuan kadar ZnCl2 dengan menggunakan metode titrasi
volumetri yaitu sampel dilarutkan dalam air dan ditambahkan NaOH 0,1 N
lalu ditambahkan dapar amonia pH 10 dan dititrasi dengan larutan baku
Na2EDTA 0,05 M menggunakan indikator EBT sampai terjadi perubahan
warna dari merah ke biru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum
Analisa kimia farmasi kuantitatif untuk zat-zat anorganik yang
mengandung ion-ion logam seperti aluminium, bismuth, kalsium,
magnesium dan zink dengan cara gravimetri memakan waktu yang lama,
karena prosedurnya meliputi pengendapan, penyaringan, pencucian dan
pengeringan atau pemijaran sampai bobot tetap.
Sekarang ditemukan prosedur titrimetri yang baru untuk penentuan
ion-ion logam ini dengan pereaksi etilen diamion tetra asetat dinatrium,
yang umumnya disebut EDTA dengan menggunakan indikator terhadap ion
logam yang mempunyai sifat seperti halnya indikator pH pada titrasi asam
basa, dengan dasar pembentukan kompleks khelat yang digolongkan dalam
golongan komplekson. (Underwood, 2002: 301)
Dalam penentuan ion-ion logam secara titrasi kompleksometri
umumnya digunakan komplekson III (EDTA) sebagai zat pembentuk
kompleks khelat, dimana EDTA bereaksi dengan ion logam yang polivalent
seperti Al+++ , Bi+++ , Ca++ , Cu++ membentuk senyawa atau kompleks
khelat yang stabil dan larut dalam air.
Dalam perkembangan analisa kimia kompleks, kompleksometri
pengkhelat yang paling umum dan menonjol dalam penggunaannya adalah
EDTA, faktor-faktor yang membuat EDTA sebagai titrimetri:
- Dengan ion logam membentuk kompleks 1:1 sehingga reaksi hanya
berlangsung satu tahap.
- Konstan kestabilan khelatnya umumnya besar sekali sehingga reaksinya
sempurna (kecuali logam alkali).
- Banyak ion logam yang bereaksi cepat.
Pemberian khelat adalah anion organik yang pada jarak tertentu
mempunyai beberapa gugus dengan fungsi dasar elektron atau senyawa
organik dengan dua atau lebih gugus donor elektron pada jarak tertentu.
Setiap molekul akan membentuk satu atau lebih cincin dengan ion logam
bervalensi dua atau lebih. Kompleks yang terjadi dengan cara ini disebut
khelat karena berbentuk gunting. (Hardjadi, 1993: 221)
Indikator dalam titrasi kompleksometri tidak berubah karena
perubahan pH, tidak juga karena daya oksidasi titrat berubah, akan tetapi
karena perubahan pM (M adalah khelat logam ).
Syarat-syarat indikator logam, yaitu:
- Reaksi warnanya harus sensitif, dengan kepekaan yang besar terhadap
logam.
- Reaksi warnanya harus spesifik.
- Perbedaan warna dari indikator bebas dengan indikator kompleks harus
mempunyai kestabilan yang efektif dimana pH titrasi tidak boleh tidak
teroksidasi dan tereduksi.
- Kestabilan kompleks logam indikator harus cukup.
- Reaksi pengusiran indikator oleh EDTA harus belangsung cepat
Dan berdasarkan perubahan warna dari indikator logam ini dapat kita
beda-bedakan:
1. Cara titrasi langsung, pada titrasi ini larutan ion logam ditambah larutan
dapar dan indikator, kemudian langsung dititrasi dengan komplekson III.
Titrasi ini digunakan untuk penentuan ion-ion logam kalium, magnesium
dan zink.
2. Cara titrasi tidak langsung, digunakan untuk menentukan senyawa
aluminium dan bismth, karena pada titrasi secara langsung terjadi
kesalahan yang disebabkan karena pengendapan dari logam sebagai
hidroksida dalam suasana alkali.
Titrasi kompleksometri adalah salah satu metode kuantitatif dengan
memanfaatkan reaksi kompleks antara ligan dengan ion logam utamanya,
yang umum di indonesia EDTA ( disodium ethylendiamintetraasetat/
tritiplex/ komplekson, dll ).
Kestabilan termodinamik (dari) suatu spesi merupakan ukuran
sejauh mana spesi ini akan terbentuk dari spesi-spesi lain pada kondisi-
kondisi tertentu, jika sistem itu dibiarkan mencapai keseimbanagan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan kompleks, yaitu :
a. Kemampuan mengkompleks logam-logam.
Kemampuan mengkompleks relatif (dari) logam-logam digambarkan
dengan baik menurut klarifikasi Schwarzenbach, yang dalam garis
besarnya didasarkan atas pembagian logam menjadi asam Lewis
(penerima pasangan elektron) kelas A dan kelas B.
b. Ciri-ciri khas ligan itu.
Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi
kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
1. kekuatan basa dari ligan itu,
2. sifat-sifat penyepitan (jika ada), dan
3. efek-efek sterik (ruang).
Keinertan atau kelabilan kinetik dipengaruhi oleh banyak faktor,
tetapi pengamatan umum berikut ini merupakan pedoman yang baik akan
perilaku kompleks-kompleks dari berbagai unsur, yaitu diantaranya :
1. Unsur grup utama, biasanya membentuk kompleks-kompleks labil.
2. Dengan kekecualian Cr(III) dan Co(III), kebanyakan unsur transisi baris-
pertama, membentuk kompleks-kompleks labil.
3. Unsur transisi baris kedua dan baris ketiga, cenderung membentuk
kompleks-kompleks inert.
Suatu reaksi kompleks dapat dipakai dalam penitaran apabila:
1. Kompleks cukup memberikan perbedaan pH yang cukup besar pada
daerah titik setara.
2. Terbentuknya cepat.
Ada 2 jenis lignand dilihat dari jumlah atom donor di dalamnya :
1. Ligand monodentat : terdapat 1 atom di dalamnya.
2. Ligand polidentat : terdapat lebih dari 1 atom donor di dalamnya.
Contoh beberapa komplekson :
1. Asam nitrilotriasetat(III)
Nama lainnya adalah :
 NITA

 NTA

 Komplekson I
2. Asam trans-1,2-diaminosikloheksana-N,N,N’,N’-tetraasetat(IV)
Nama lainnya adalah:
 EDTA
 DcyTA
 DCTa
 Komplekson IV
3. Asam 2,2’2etilenadioksibis(etiliminodiasetat) (V)
Nama lainnya:
 Asam etilenaglikolbis (2-aminoetil eter) N,N,N’,N-tetraasetat (EGTA)
4. Asam trietilenatetramina-N,N,N’,N”,N”’,N”’-heksaasetat (TTHA)
Jenis-jenis titrasi EDTA, yaitu :
1. Titrasi langsung
2. Titrasi balik
3. Titrasi penggantian atautitrasi substitusi
4. Titrasi alkalimetri
5. Macam-macam metode
Kurva pada titrasi EDTA dibuat dengan memplot pM (logaritma
negatif dari konsentrasi ion logam bebas : pM = -log[Mn+]) pada sumbu y
dan volume larutan EDTA yang ditambahkan pada sumbu x. (Basset, 1998:
201)
Faktor-faktor yang akan membantu menaikkan selektivitas, yaitu :
1. Dengan mengendalikan pH larutan dengan sesuai
2.Dengan menggunakan zat-zat penopeng
3. Kompleks-kompleks sianida
4. Pemisahan secara klasik
5. Ekstraksi pelarut
6. Indikator
7. Anion-anion
8.‘Penopengan Kinetik’
Macam-macam indikator logam, yaitu diantaranya :
1. Mureksida (C.I. 56085)
2. Hitam Solokrom (Hitam Eriokrom T)
3. Indikator Patton dan Reeder
4. Biru Tua Solokrom atau Kalkon
5. Kalmagit
6. Kalsikrom (calcichrome)
7. Hitam Sulfon F Permanen (C.I. 26990)
8. Violet Katekol (Catechol Violet) atau Violet Pirokatekol (Pyrocatechol
Violet)
9. Merah Bromopirogalol (Bromopyrogalol Red)
10. Jingga Xilenol (Xylenol Orange)
11. Komplekson Timolftalein (Timolftalein)
12. Biru Metiltimol (Komplekson Biru Metiltimol)
13. Zinkon (Zincon) atau 1-(2-hidroksi-5-sulfofenil)-3-fenil-5-(2
karboksifenil)-formazan
14. Biru Variamina (C.I. 37255)
Kesalahan titrasi kompleksometri tergantung pada cara yang
dipakai untuk mengetahui titik akhir. Pada prinsipnya ada dua cara, yaitu
kelebihan titran yang pertama ditunjukkam atau berkurangnya konsentrasi
komponen tertentu sampai batas yang ditentukan, dideteksi.
1. Kesalahan titrasi dihitung dengan cara yang sama pada titrasi pengendapan.
2. Digunakan senyawa yang membentuk senyawa kompleks yang berwarna
tajam dengan logam yang ditetapkan. Warna ini hilang atau berubah sewaktu
logamtelah diikat menjadi kompleks yang lebih stabil. Misalnya EDTA.
(Susanti, 2002: 122)
B. Uraian Bahan
1. Aquades (Dirjen POM, 1997; 97)
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Nama lain : Air Suling
RM/BM : H20/18,02
Pemerian : Cairan jenuh, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. EBT (Dirjen POM, 1979;754 )
Nama resmi : HITAM MORDAT II
Nama lain : Hitam Eriokromat
RM/BM : C20H12N3O4S / 461,38
Rumus Bangun :

Pemerian : Serbuk hitam kecoklatan


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai indikator
3. Amonia (Dirjen POM, 1979;86 )
Nama resmi : AMMONIA
Nama lain : Amonium hidroksida
RM/BM : NH4OH / 35,05
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk
kuat.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
4. Zink sulfat (Dirjen POM, 1979; 627)
Nama resmi : ZINCI SULFAS
Nama lain : Seng sulfat
RM/BM : ZnSO4.7H2O / 287,54
Pemerian :Hablur transparan atau serbuk hablur, tidak
berwarna, tidak berbau, rasa sepat dan mirip logam.
Sedikit merapuh.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, praktis tidak larut
dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam gliserol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel
5. Zink Klorida (Dirjen POM, 1979; 627)
Nama resmi : ZINCI CHLORIDUM
Nama lain : Zink klorida
RM/BM : ZnCl2 / 136,29
Pemerian : Serbuk hablur, granul, putih, berbentuk selinder,
sangat mudah mencair
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam
etanol (95%) P, mudah larut dalam gliserol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel
C. Prosedur Kerja (Haeriah, 2011: 5)
1. Pembutan larutan baku EDTA 0,05 M
Timbang seksama 18,605 g EDTA, larutkan dengan air suling
hingga 1000 ml
2. Standarisasi larutan baku EDTA 0,05 M dengan MgSO4. 7H2O
Timbang seksama 12,325 g MgSO4. 7H2O, larutkan dalam air dan
cukupkan volumenya hingga 1000 ml. Pipet 10 ml larutan tersebut,
tambahkan 100 ml air dan 2 ml larutan dapar amonia pH 10 (campuran
17,5 g NH4Cl dengan 142 ml amonia pekat yang kemudian diencerkan
hingga 250 ml). Tambahkan indikator EBT dan titrasi dengan larutan
EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah menjadi biru. Hitung
konsentrasi larutan EDTA tersebut.
Tiap ml EDTA 0,05 M setara dengan 12,319 mg MgSO4. 7H2O
3. Penentuan kadar ZnCl2
Timbang seksama ZnCl dan NH4Cl masing-masing 3 g. Larutkan
dalam 250 ml H2O sebagai larutan stok. Ukur 10 ml larutan ZnCl 2,
tambahkan 10 ml H2O dan 2 ml dapar amonia, dan indikator EBT.
Titrasi dengan EDTA 0,05 M.
4. Prosedur larutan dapar amonia pH 10
Larutkan 5,4 gram NH4Cl P dalam 70 ml NH4OH P 0,5 M yang
diencerkan dengan air hingga 100 ml.
BAB III
METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan :
Alat yang digunakan yaitu buret, erlenmeyer, pipet volume, pipet
tetes, gelas ukur, gelas kimia, lap kasar, lap halus statif & klem
2. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan yaitu ZnCl2, NH4Cl, H2O, dapar amonia,
indikator EBT, Na2EDTA 0.05 M dan tissue.
B. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Ditimbang ZnCl2 dan NH4Cl masing-masing 3 g
3. Dilarutkan dalam 250 ml H2O sebagai larutan stok
4. Dipipet seksama 10 ml larutan ZnCl2 , kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer lalu ditutup dengan aluminium foil.
5. Ditambahkan 10 ml H2O
6. Ditanbahkan 2 ml dapar amonia
7. Ditambahkan indikator EBT
8. Dititrasi dengan Na2EDTA 0,05 M
9. Titrasi dihentikan kemudian dicatat volume titran yang digunakan
kemudian dihitung persen kadarnya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan
No. Volume Sampel Volume titran
1. 10 ml 25,3 ml
2 10 ml 25,5 ml

B. Perhitungan
 m grek ZnCl2 = m grek Na2EDTA
=N×V

= 0,05 × 25
mg = 0,05 × 25 × 68,145
= 85,1825 mg
= 0,0851 gram

% kadar = × 100 %
= 2,835 %
 m grek ZnCl2 = m grek Na2EDTA
=N×V

= 0,05 × 25,1
mg = 0,05 × 25,1 × 68,145
= 85,521 mg
= 0,08552 g

% kadar = × 100 %
= 2,8507 %
% kadar rata-rata =

= 2,842 %
C. Reaksi
1. Zn2+ + NH2 ZnIn (merah) + H+
ZnIn- + N2Y2- ZnY2- + NIn2- (biru) + N+
OH

ZnCl2 + Na+Cl N=N


OH-2n-O

Na+Cl N=N + H2SO4

2. Sampel + titran
ZnCl2 + HOOC-CH3 CH2COONa
N-CH2-CH2-N
HOOC-CH3 CH2COONa
O
C
O CH2
C
Zn O CH2
O N KOMPLEKS
CH2
N
C CH2
O O C
O
3. Sampel + indikator + titran
NaOOC-CH2
Na2SO3- N=N +
NaOOC-CH2

CH2COOH OH
N-CH2-CH2-N NaSO3 N=N

CH2COOH

NaOOC CH3-COOZn
+ N-CH2-CH2N-
NaOOC- CH3-COOZn

BAB V
PEMBAHASAN

Titrasi kompleksometri adalah titrasi yang berdasarkan atas


pembentukan kompleks yang larut dari reaksi komponen zat uji (logam) dengan
titran (komplekson). Untuk penentuan ion-ion logam ini dengan pereaksi etilen
diamin tetraasetat dinatrium, yang umumnya disebut EDTA dengan menggunakan
indikator terhadap ion logam yang mempunyai sifat seperti halnya indikator pH
pada titrasi asam basa/ dengan dasar pembentukan kompleks khelat yang
digolongkan dalam golongan komplekson. Faktor-faktor seperti suhu, pelarut, ion
lawannya atau zat-zat/ ion-ion pembentuk kompleks lainnya dapat mempengaruhi
pembentukan kompleks khelat.
Prinsip dan dasar reaksi dalam penentuan ion-ion logam secara titrasi
kompleksometri umumnya digunakan komplekson III (EDTA) sebagai zat
pembentuk kompleks khelat, dimana EDTA bereaksi dengan ion-ion logam yang
polivalent seperti Al 3  ,Bi 3  ,Ca 2  dan Cu 2  membentuk senyawa atau
kompleks khelat yang stabil dan larut dalam air.
Ion kompleks adalah suatu senyawa bermuatan yang terbentuk oleh
suatu ion sederhana dengan ion-ion lain atau molekul netral, pembentukan ion
kompleks kooordinasi berlangsung bila ion pusat menerima elektron-elektron
untuk mengisi orbital-orbital yang belum lengkap dengan penerimaan pasangan
elektron fungsi oleh ion pusat. Garam kompleks adalah garam rangkap yang
dalam larutannya memberikan ion-ion yang berbeda dengan ion-ion garam
tunggal pembentuknya, dengan perkembangan ilmu kimia perhatian orang
terhadap senyawa kompleks tidak hanya terbatas pada garam-garam saja, tetapi
meluas pada persenyawaan-persenyawaan garam.
Pada percobaan ini sampel ZnCl2 sebagai sampel yang akan ditentukan
kadarnya. Larutan ZnCl2 yang telah dilarutkan dalam aquadest kemudian
ditambahkan 2 ml NaOH encer, 5 ml dapar ammonia pH 10 dan 3 tetes indicator
EBT sehingga larutan berubah warna menjadi ungu. Setelah itu, sampel ZnCl 2
dititrasi dengan larutan baku Na2EDTA 0,05 M sampai larutan berubah warna
menjadi biru. Diulangi perlakuan 2 kali lagi kemudian dihitung kadar ZnCl2
tersebut.
Alasan penggunaan bahan yaitu, Aquadest digunakan untuk melarutkan
sampel karena ZnCl2 sangat mudah larut dalam air. Dapar ammonia digunakan
sebagai pereaksi dalam titrasi kompleksometri dan dikatakan dapar ammonia
karena digunakan untuk mempertahankan pH. EBT digunakan sebagai indikator
karena EBT termasuk indikator metalkromat yaitu indikator yang bertindaak
sebagai pengompleks dan indikator logamnya mempunyai warna yang berbeda
dengan pengompleksnya sendiri.
Dari sebuah literatur dikatakan bahwa EBT apabila direaksikan dengan
ion logam Zn2+ akan menghasilkan warna ungu dan pada saat penambahan EDTA
akan menghasilkan warna biru. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini sudah
sesuai dengan literatur.
Dari perhitungan kadar, diperoleh persentase kadar rata-rata yaitu 140,95
%. Hasil tersebut tidak sesuai dengan literatur karena pada literatur dinyatakan
bahwa kadar ZnCl2 tidak kurang dari 99,0 %.
Pada percobaan ini, mekanisme perubahan warna terjadi pada saat
penambahan indikator EBT terjadi perubahan warna menjadi ungu karena ion
Zn2+ terikat pada EBT membentuk suatu kompleks. Lalu saat dititrasi dengan
EDTA terjadi perubahan warna dari ungu ke biru karena pembentukan kompleks
khelat antara ion Zn2+ denga EDTA sehingga k\etika ion Zn 2+ habis bereaksi
dengan EDTA menghasilkan warna biru.
Faktor-faktor kesalahan yang mungkin menyebabkan perbedaan hasil
tersebut adalah kurang teliti dalam penimbangan, kesalahan dalam titrasi, Kurang
teliti mengamati titik akhir titrasi, Alat-alat yang digunakan selama praktikum
tidak stabil.
Dalam dunia Farmasi, metode kompleksometri digunakan untuk
menentukan persentase kadar suatu sediaan obat berdasarkan reaksi pembentukan
ion kompleks. Selain itu, untuk mengetahui persen kadar ion logam yang
terkandung dalam air.

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh kadar rata - rata
ZnCl2 yaitu 140,95 % sedangkan menurut literatur yaitu kadar ZnCl2 tdak
kurang dari 99.0%.
B. Saran
1. Untuk laboratorium
Alat dan bahan praktikum perlu dilengkapi
2. Untuk asisten
Senyum, kebaikan, dan keikhlasan kakak dalam membimbing
adalah kunci kesuksesan kami.
DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A, Underwood, A,A,L., (1993) Analisa Kimia Kualitatif, edisi IV,
PT. Erlangga, Jakarta, 152

Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Depertemen


Kesehatan RI, Jakarta, 87, 673, 1027

Dirjen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, Depertemen


Kesehatan RI, Jakarta, 179, 278, 930

Harjadi, W., (1990), Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta,


234,245

Roth,H, J., Blasche, G., (1985), Analisis Farmasi, Gadjah Mada


University Press, Yogyakarta, 257-260

Susanti,S., Wunas,Y., (1979), Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif,


Lembaga Penerbitan UNHAS, Makassar, (141-145)
SKEMA KERJA

3 g ZnCl2 + 3 g NH4Cl

250 ml H2O

10 ml larutan ZnCl2

10 ml H2O

2 ml dapar amonia

2-3 tetes EBT

Titrasi dengan Na2EDTA 0,05 M

Pembuatan larutan EDTA 0,05 M


Timbang seksama 18,605 g EDTA

larutkan dengan H2O hingga 1000 ml


Standarisasi larutan baku EDTA 0,05 M dengan MgSO4.7H2O
Timbang seksama 12,325 g MgSO4.7H2O

larutkan dalam H2O

cukupkan volumenya hingga 1000 ml

pipet 10 ml larutan tersebut

+ 100 ml H2O

2 ml larutan dapar amonia pH 10


(campuran 17,5 g NH4Cl dengan 142 ml amonia pekat
yang kemudian diencerkan hingga 250 ml)

+ indikator EBT

Titrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna


dari merah menjadi biru

Anda mungkin juga menyukai