Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KIMIA ORGANIK

HIDROKARBON AROMATIK
KELOMPOK 2
ANGGOTA :

Bintang Hambela Ilmanto H1D115029


Desy Ratna Sari H1D115005
Desy Maya Sari H1D115030
Dini Aprilla H1D115033
Sonia Dwiastuti H1D115050
Rajuwardi H1D115022
Rayyan Midi Perdana H1D115210
Muhammad Ilmi H1D115018
Muhammad Rofi Haka H1D115019
Muhammad Bahrul Ulum H1D115017
Maria Natalia H1D115015
Wirananditami H H1D115027
HIDROKARBON AROMATIK

Pengertian
Hidrokarbon Aromatik adalah senyawa hidrokarbon yang mengandung
inti benzena, yaitu rantai enam karbon yang melingkar tetapi stabil. Contoh dari
senyawa aromatik sederhana yaitu benzena. Benzena pertama kali ditemukan oleh
Michael Faraday pada 1825. Faraday berhasil mengisolasi benzena dari gas dan
memberinya nama hidrogen bikarburet (bicarburet of hydrogen). Pada 1833,
ilmuwan Jerman, Eilhard Mitscherlich berhasil membuat benzena melalui distilasi
asam benzoat dan kapur.
panas
C6H5CO2H(aq) + CaO(s) C6H6(aq) + CaCO3(s)
asam benzoat kalisum oksida benzena kalsium karbonat

Mitscherlich memberi nama senyawa tersebut dengan sebutan benzin.


Pada 1845, ilmuwan Inggris, Charles Mansfield yang bekerja sama dengan
August Wilhelm von Hofmann, mengisolasi benzena dari tar batubara. Empat
tahun kemudian, Mansfield memulai produksi benzena dari tar batubara dalam
skala industri. Berdasarkan hasil penelitian, benzena memiliki rumus kimia C6H6.
Rumus kimia ini memberikan misteri mengenai struktur yang tepat untuk benzena
selama beberapa waktu setelah benzena ditemukan. Hal tersebut dikarenakan
rumus kimia C6H6 tidak sesuai dengan kesepakatan ilmuwan bahwa atom C dapat
mengikat 4 atom dan atom H mengikat 1 atom. Masalah ini akhirnya sedikit
terpecahkan setelah menunggu selama 40 tahun. Ilmuwan Jerman, Friedrich
August Kekule mengusulkan agar struktur benzena berupa cincin heksagonal.
Perhatikanlah gambar berikut.
Struktur benzena yang diusulkan Kekule tidak mengandung ikatan
rangkap karena benzena tidak bereaksi seperti halnya senyawa hidrokarbon yang
memiliki ikatan rangkap. Namun, struktur benzena ini menimbulkan masalah
karena atom C tidak taat asas. Berdasarkan kesepakatan, 1 atom C seharusnya
mengikat 4 atom, sedangkan pada struktur yang diusulkan Kekule atom C hanya
mengikat 3 atom.

Legenda Kimia
Friedrich Kekule

Friedrich Kekule (18291896) berhasil mengungkapkan bagaimana enam


atom karbon pada molekul benzena berikatan dengan atom hidrogen. Dia
menemukan pemecahannya ketika sedang tidur. Dia bermimpi tentang barisan
atom-atom karbon dan hidrogen membentuk cincin, seperti seekor ular yang
menelan ekornya sendiri. Pada 1872, Kekule mengusulkan perubahan struktur
benzena. Menurut Kekule, benzena mengandung tiga ikatan tunggal dan tiga
ikatan rangkap yang posisinya berselang-seling.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa setiap atom C pada cincin
benzena memiliki sifat yang sama. Hal ini ditentukan setelah para ilmuwan
mengetahui bahwa semua ikatan antaratom C memiliki panjang yang sama, yakni
140 pm (pikometer). Oleh karena semua atom C memiliki fungsi yang sama,
ikatan rangkap senantiasa berubah-ubah. Bagaimanakah cara menggambarkan
sifat benzena tersebut? Perhatikanlah gambar berikut.

*Tanda menyatakan bahwa senyawa benzena mengalami resonansi.

Gambar 1. Jarak ikatan dan sudut ikatan


pada benzena.

Aromatik Senyawa Organik

Yaitu senyawa yang distabilkan oleh delikalisasi elektron pi

Syarat suatu senyawa bersifat aromatik :

a. Molekul harus siklik


b. Molekul harus datar
c. Tiap atom cincin harus memiliki orbital p tegak lurus dengan bidang
cincin
d. Memenuhi hukum Huckel :

Elektron pi = 4n+2 (n = bilangan bulat)

Tata nama Benzena

Nama IUPAC

a. Benzena Monosubstitusi

Benzena monosubstitusi adalah benzena dengan 1 substituen alkil.

Rumus:
Penamaan benzena monosubstitusi menurut IUPAC adalah dengan
menyebutkan nama alkil disertai akhiran benzena.

Seperti para pemberian nama senyawa alifatik :

Jika R berukuran kecil (C 6) : benzena sebagai nama induk, alkil sebagai


substituen.

Jika R berukuran besar (C > 6) : Benzena sebagai substituen.


b. Benzena Disubstitusi

Benzena disubstitusi merupakan benzena dengan 2 substituen alkil.


Apabila benzena mengikat 2 substituen, maka kemungkinan memiliki 3
isomer struktur, antara lain: Posisi 1,2 disebut posisi ortho Posisi 1,3 disebut
posisi meta.

Gambar:

Penentuan nama benzena disubstitusi antara lain:

1. Menentukan posisi substituen (posisi 1,2/1,3/1,4)


2. Menentukan nama substituen dalam urutan alfabetnya
3. Menambahkan akhiran benzena.
Contoh :

4. Jika salah satu diantara 2 substituen yang terikat pada cincin benzena
memberikan nama khusus (seperti tercantum dalam label nama trivial)
maka senyawanya diberi nama sebagai turunan dari nama trivial tsb.

Contoh :

5. Benzena terdisubtitusi (tidak diunakan untuk sikloheksana atau sistem


cincin lain) diberi dengan awalan orto, meta, dan para dan tidak dengan
nomor-nomor posisi.
Sifat Fisis Hidrokarbon Aromatik

1. Benzena dan hidrokarbon aromatik lain bersifat nonpolar. Tidak larut


dalam air tapi larut dalam pelarut organik seperti dietil eter, karbon
tetraklorida, atau heksana.
2. Benzena digunakan secara meluas sebagai pelarut. Dan memiliki sifat
azeotrop dengan air.
3. p-xilena mempunyai titik leleh lebih tinggi dari pada o- atau m-xilena,
karena p-isomer yang lebih simetris membentuk kisi kristal yang lebih
teratur dan lebih kuat.

4. Benzena bersifat toksik dan agak karisogenik. Termasuk batubara yang


mengandung empat cincin batubara terpadu atau lebih bersifat
karisogenik.
Substitusi Aromatik Elektrofilik

Pada kondisi yang tepat benzena mudah bereaksi subtitusi


aromatikelektrofilik: reaksi dimana suatu eletrofilik disubtitusikan untuk satu
atom hidrogen pada cincin aromatik.

1. Substitusi Pertama

Suatu elektrofil dapat menyerang elektron suatu cincin benzena untuk


menghasilkan suatu macam karbokation yang terstabilkan oleh resonansi yang
disebut suatu ion benzonium. Seperti karbokation lain, suatu ion benzonium
bereksi lebih lanjut. Dalam hal ini, sebuah ion hidrogen dibuang dari dalam
zat-antara (misalnya ditarik oleh HSO4-) untuk menghasilkan produk
substitusi. Dalam menunjukkan struktur-struktur ini, digunakan rumus Kekule,
yang memungkinkan diikutinya jumlah elektron . Dalam persamaan berikut
ini, ditunjukkan juga atom-atom hidrogen yang diikat pada cincin, sehingga
akan nampak bagaimana pengaruh pada mereka terhadap reaksi itu.
(Fessenden, 1989: 467-468)

a. Halogenasi

Halogenasi aromatik dicirikan oleh brominasi benzena. Katalis dalam


brominasi aromatik adalah FeBr3 untuk menghasilkan elektrofil Br+. Pada
pembelahan Br2, tidak tidak sepenuhnya terbelah pada reaksi dengan katalis
FeBr3 melainkan sekedar terpolarisasikan.

b. Efek Isotop

Deuterium (21H atau D) ialah isotop hidrogen yang intinya terdiri dari
proton dan satu neutron. Ikatan C-D lebih kuat daripada ikatan C-H sebanyak
1,2 kkal/mol. Jika pemutusan ikatan CH merupakan bagian dari tahap
penentu-laju suatu reaksi, maka laju reaksi untuk senyawa CD akan lebih
lambat daripada laju senyawa CH.

Jika tahap penentu-laju substitusi aromatik elektrofilik ialah pembentukan


ion benzezonium, maka reaksi benzena terdeuterasi dan reaksi benzena normal
akan sama cepat. Eksperimen menunjukkan bahwa hal ini memang benar;
benzena dan perdeuteriobenzena (C6D6) menjalani brominasi elektrofilik
sama cepat, dan tak dijumpai efek isotop kinetik. (Fessenden, 1989: 470)

c. Nitrasi

Benzena mengalami nitrasi bila diolah dengan HNO3 pekat. Katalis asam
Lewisnya adalah H2SO4 pekat. Nitrasi aromatik berlangsung dua tahap yaitu
tahap lambat sebagai serangan dan tahap cepat.
d. Alkilasi

Alkilasi benzena berupa subtitusi sebuah gugus alkil untuk sebuah


hidrogen pada cincin. Alkilasi dengan alkil halida dan runutan AlCl3 sebagai
katalis sering disebut alkilasi Friede-Crafts dari nama ahli kimia Perancis
Charles Friedel dan ahli kimia Amerika James Crafts yang mengembangkan
reaksi ini dalam tahun 1877. Istilah alkilasi berarti substitusi oleh suatu gugus
alkil.
1) Tahap pertama dalam alkilasi ialah pembentukan elektrofil suatu
karbokation.

2) Tahap kedua adalah serangan elektrofilik pada benzena, sedangkan tahap


ketiga adalah sebuah ion hydrogen dengan hasil sebuah alkilbenzena.

e. Asilasi

Friedel dan Crafts juga membuat reaksi semacam reaksi alkilasi di atas.
Reaksi tersebut dinamakan reaksi asilasi Friedel-Crafts, karena tersubstitusi ke
dalam cincin benzenanya adalah gugus asil bukan alkil.
f. Sulfonasi

Sulfonasi benzena dengan asam sulfat berasap (H2SO4 + SO3)


menghasilkan asam benzena sulfonat.
2. Substitusi Kedua

Benzena tersubtitusi dapat mengalami subtitusi gugus kedua. Beberapa


benzena tersubtitusi bereaksi lebih mudah daripada benzenenya sendiri,
sementara yang lainnya lebih sukar bereaksi. Misalnya anilina bereaksi
subtitusi elektrofilik sejuta kali lebih cepat dibanding dengan benzena.
Sebaliknya, nitrobenzena bereaksi dengan laju kira-kira seperjuta laju
benzena. Untuk mengatasi kekurang reaktifan, maka digunakan reagensia
yang lebih kuat dan temperatur yang lebih tinggi.

Dalam contoh-contoh ini dapatlah dikatakan bahwa NH2 merupakan gugus


aktivasi adanya gugus ini menyebabkan cincin lebih terbuka terhadap subtitusi
lebih lanjut. Sebaliknya, gugus NO2 merupakan gugus deaktivasi yang
menyebabkan cincin lebih tertutup terhadap subtitusi.

3. Substitusi Ketiga
a. Alkilbenzena

Karbon di dekat cincin benzena adalah karbon benzilik.


Katio benzil, radikal bebas benzil, dan karbanion benzil semua terstabilkan
secara resonansi oleh cincin benzena. Akibatnya posisi benzil itu merupakan
letak serangan dalam banyak reaksi.
Gugus alkil dari alkilbenzena dapat dioksidasi. Karena reaktivitas posisi
benzilik ini, semua alkil benzena dengan atom H benzilik menghasilkan
produk oksidasi yang sama, yaitu asam benzoat.

b. Fenol

Suatu fenol (ArOH) ialah senyawa dengan suatu gugus OH yang terikat
pada cincin aromatik. Karena ikatan sp2 lebih kuat daripada ikatan oleh karbon
sp3, maka ikatan C-O dari suatu fenol tidak mudah terputuskan, namun ikatan
OH bisa dipatahkan.

A. Esterefikasi Fenol

Esterefikasi fenol bergantung pada pemaksapisahan ikatan OH.


Biasanya yang digunakan dalam esterefikasi fenol adalah derivate asam
karboksilat yang reaktif seperti anhibrida asam asetat.

B. Reaksi Kolbe

Reaksi Kolbe adalah reaksi antara natrium fenoksida dan CO2 yang
menghasilkan natrium silsilat, dan jika diasamkan menghasilkan asam
salisilat. Asam salisilat digunakan untuk mensintesis asam asetilsalisilat,
yaitu aspirin
C. Reaksi Reiner-Tiemann

Reaksi Reiner-Tiemann adalah reaksi fenol dengan kloroform dalam


basa berair, yang disusul dengan perlakuan dengan asam berair,
menghasilkan produk salisilaldehida.

Tahap pertama : Pembentukan diklorokarbena

Tahap kedua : Reaksi subtitusi aromatic dengan diklorokarbena


sebagai elektrofil

Tahap ketiga : Senyawa hasil produk kedua bereaksi subtitusi,


menghasilkan 1,1 - klorohidrin yang tak stabil (kehilangan H+
dan Cl-)

Tahap keempat : 1,1 - klorohidrin diasamkan.

D. Oksidasi Fenol

Fenol bertahan terhadap oksidasi karena pembentukan suatu gugus


karbonil akan mengakibatkan dikarbonkannya penstabilan aromatic.
Namun, 1,2 dan 1,4 dihidroksibenzena (hidrokuinon), dapat
dioksidasi menjadi kuinon. Oksidasi berlangsung dengan bahan
pengoksidasi sangat lembut, seperti Ag+ atau Fe+, dan mudah balik.

Anda mungkin juga menyukai