Taat Syariat Hingga Akhir Hayat PDF
Taat Syariat Hingga Akhir Hayat PDF
ii | Joko Prasetyo
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr Wb.
Dengan dibantu kru Media Umat dan para kontributor
daerah, pada tahun-tahun lampau penulis merekonstruksi
kisah-kisah menggugah para pejuang khilafah yang istiqamah hingga
berkalang tanah dalam kapasitas sebagai wartawan, sekarang
mengumpulkan dan memuat ulang dalam sebuah buku seolah
sebagai sejarawan.
Peran kontributor, meskipun tak dapat disebutkan
namanya di sini, sangat penting bagi penulis karena telah
membantu mengumpulkan bahan dan wawancara dengan
narasumber. Jazakumullah khairan katsira.
Dengan diterbitkannya buku ini, diharapkan para pejuang
khilafah yang tengah dihadapkan dengan tantangan dakwah
yang semakin menarik dapat memetik pelajaran berharga dari
saudara-saudaranya yang tetap istiqamah hingga kembali ke
rahmatullah.
Bagi pembaca yang merasa tercerahkan, dimohon
kerelaannya untuk membagikan kepada orang baik lainnya
sehingga mereka pun merasakan apa yang Anda rasakan.
Meski mungkin hanya setetes, semoga buku ini menjadi
bahan bakar perjuangan melawan kedzaliman mulkan jabrian
untuk menyongsong tegaknya khilafah ala minhajin nubuwwah.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.
Depok, 16 Dzulhijjah 1440 H/17 Agustus 2019
Penulis,
Joko Prasetyo
iv | Joko Prasetyo
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................... iii
Daftar Isi ....................................................................................... v
1. Taat Syariat hingga Akhir Hayat
Ires Restu Indah Fauziah [1995-2019], Guru Bahasa
Indonesia Ponpes Al-Abqary, Serang, Banten ................ 1
2. Akhir Perjalanan Sang Mantan Roker
Ustadz Hari Moekti [1957-2018], Dai mantan roker ...10
3. Sosok Jujur Karantina Surabaya
Mochammad Mukzi [1980-2016], Pengendali
Organisme Pengganggu Tanaman (PPOT) di Balai
Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya ...............17
4. “Sengok Arep Negakagih Agemenah Allah”
Luqman El Hakim [1978-2012], Kurier percetakan.....23
5. Ke Negeri Kinanah Demi Totalitas Dakwah
Ustadz Asep “Wahiduddin” Darmawan [1972-2017],
Pendiri HSG al-Mufasi .....................................................30
6. Jiwanya Hanya Bisa Dibeli Surga
Ustadz Ma’shum bin Tasmun [1947-2015],
Pakar Ilmu Hadits .............................................................36
vi | Joko Prasetyo
Taat Syariat
hingga Akhir Hayat
Ires Restu Indah Fauziah [1995-2019]
Guru Bahasa Indonesia Ponpes Al-Abqary, Serang, Banten
2 | Joko Prasetyo
berkesan. Ires sosok istri yang shalihah sangat beruntung saya
pernah beristrikan beliau, beliau tidak pernah meninggikan
suaranya, setiap malam beliau selalu meminta maaf kepada
saya jika selama hari itu dia punya salah, padahal beliau tidak
punya salah sama sekali,” ungkap Firman Bhakti Bahari,
suami Ires, kepada Media Umat, Ahad (5/5/2019).
Dakwah Berjamaah
Ires adalah aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia
kelahiran Pandeglang, 5 November 1995. Ia merupakan putri
sulung dari lima bersaudara pasangan suami istri Endin
Haerudin dan Nyi Muhayati.
Ires sedang menjejaki jenjang kuliah S2 di kampus
Untirta. Setelah lulus S1 dengan predikat cumlaude di kampus
yang sama. Di saat bersamaan, ia juga tercatat sebagai
pengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di Ponpes Al-
Abqary pimpinan KH Yasin Muthohar.
Ia sudah mengenal perjuangan syariah dan khilafah sejak
SMA, namun sempat terhenti sejak kuliah di Unjani Bandung
karena sakit TBC yang dideritanya. Hingga kuliah di Jurusan
Psikologi Unjani pun harus ia tinggalkan karena sakit. Tak
putus harapan, kemudian memulai kuliah dari semester awal
di kampus baru saat kesehatannya membaik. Ia pun
mendapat beasiswa bidikmisi di Fakultas Hukum Untirta,
Serang.
Di kampus Untirta-lah Ires kembali berdakwah bersama
H1zb03t Tahr1r. “Dan aku sudah mengenalnya sejak awal
4 | Joko Prasetyo
Ia justru semakin yakin dengan perjuangan ini. Karena
ideologi kapitalisme sekulerlah yang membuat ketidakadilan
tercipta. Membuat seorang perempuan tak sesuai fitrahnya.
Harus menjadi tulang punggung keluarga bukan tulang rusuk
yang mesti dijaga.
6 | Joko Prasetyo
tokoh dengan mudah. Dan bisa menjadi pembicara yang
kompeten di bidangnya.
Ires juga mahasiswi berprestasi di kampus. Beberapa kali
ia mendapatkan IP 4 saat S1. Hingga gelar cumlaude sukses
melekat di gelar SH-nya. Di kelas, ia bisa dengan gamblang
menyampaikan konsep khilafah di bidang politik,
pemerintahan juga hukum. Dan dosen-dosen justru dibuat
takjub dengan segenap argumentasinya.
Dakwah ke Keluarga
Ia benar-benar memikirkan supaya semua anggota
keluarga bisa masuk surga bersama. Bisa menjadi pejuang
khilafah seluruhnya. Hingga ia rela bekerja keras membiayai
kuliah adiknya di Bogor. Di kampus yang ada pembinaan
Hizbut Tahrirnya. Ia juga menyekolahkan dua adik lainnya di
Ponpes Al-Abqary Serang agar mereka bisa lebih mudah
menjadi pejuang Islam.
Saat Ratu Ika takziah ke tempat keluarga Ires, ibundanya
Ires menceritakan nasehat-nasehat Ires untuk ibundanya Ires.
“Enggak boleh kelihatan rambutnya Ma, harus tertutup
auratnya,” ujar Nyi Muhayati mengutip nasihat Ires.
“Ires selalu bilang, rezeki itu bukan cuma harta, Ma.
Tenaga, pikiran, dll. itu juga rezeki dari Allah. Apa yang bisa
kita bantu walau enggak dengan harta, kita harus bantu.
Harus selalu bersyukur dengan rezeki yang Allah beri,”
ungkapnya lagi.
8 | Joko Prasetyo
dulu ke Ires yaa... Soalnya dari kemarin setiap bilang mau
bikin BPJS Ires selalu berontak. Ngamuk. Enggak mau.”
Ya, saat setengah kesadarannya hilang akibat racun yang
sudah sampai ke otak pun. Ia masih bisa bereaksi terhadap
sesuatu yang ia pahami haram. Tubuhnya menggeliat
berontak.
Namun Ratu Ika tak dapat lagi menjelaskan kepada Ires
tentang bolehnya BPJS gratis, karena Ires sudah tidak dapat
diajak komunikasi lagi.
Kata-kata terakhir jelang akhir hayatnya, sebelum Ratu
Ika datang, Ires berkata kepada ayahnya dalam bahasa Sunda,
“Pak jangan menangis, Teteh mau pulang sudah ada yang
nungguin, tapi ada setan juga yang hadir gangguin Ires buat
bikin BPJS, jangan bikin BPJS Pak, BPJS haram!”
Saat mengurusi jenazahnya, KH Yasin Muthohar pun
berpesan kepada ayahnya Ires. “Pak Endin, tidak usah larut
dalam kesedihan. Bapak harus bahagia. Putri Bapak adalah
anak yang shalihah. Putri Bapak manusia yang mulia di sisi
Allah SWT. Putri Bapak insya Allah sesuai dengan namanya.
Restu, direstui oleh Allah. Matinya indah. Dia insya Allah,
fauziah, bahagia di sisi Allah SWT.”
Aamiin.[]
M
ulama.
eski sudah beberapa pekan meninggal,
keteladanan Ustadz Hari Moekti tetap menjadi
perbincangan berbagai kalangan termasuk para
10 | Joko Prasetyo
Kiai Nawawi sulit membayangkan bagaimana seorang
roker nomor satu di Indonesia saat itu bisa meninggalkan
dunia glamornya.
Awal Hijrah
Awal tolak hijrahnya Kang Hari bermula pada Ramadhan
1995. “Aku diundang dalam acara dialog interaktif ‘Buka
Puasa Bersama Artis’ di SMAK Analisis Kimia Bogor. Saat
itu dialog dengan Adi Maretnas dengan moderator
Muhammad Syamsul Arifin. Adi ini kok pinter banget,
pikirku. Masih muda tapi otaknya seperti kiai saja, karena
semua argumenku terbantahkan,” ujar Kang Hari kepada
Media Umat pada 2009 lalu.
Usai acara, Kang Hari diajak mengaji secara rutin kepada
Syamsul Arifin. Kang Hari bertanya, boleh enggak mengaji di
12 | Joko Prasetyo
tempat lain. Syamsul membolehkan yang penting Hari Moekti
punya pemahaman kepemimpinan berpikir (qiyadah fikriyah).
“Pemimpin kita itu bukan perasaan tetapi pikiran kita yang
diatur oleh syariah Islam. Jadikanlah Islam sebagai
kepemimpinan berpikir,” tandasnya menirukan ucapan
Syamsul.
Syamsul berbicara panjang lebar. “Akhirnya aku mengerti
ternyata sekitar 80 persen ajaran Islam adalah terkait politik.
Artinya sebagian besar ajaran Islam itu mengatur seluruh
kehidupan manusia, seperti pendidikan, ekonomi, budaya,
peradilan, pemerintahan dan lainnya. Sisanya, ya terkait
ibadah mahdhah dan lainnya,” ungkap Kang Hari.
Seperti Lilin
Sejak saat itu, Hari dibina seorang ustadz muda secara
rutin dengan berbagai dalil. Di antaranya Surat Al-Mulk ayat
2, “Agar Dia menguji kalian siapa di antara kalian yang amal
perbuatannya paling sempurna”. Hari sebagai artis banyak
amalnya. Membangun masjid, sunatan massal, sedekah
menyekolahkan anak-anak orang miskin tetangganya dan
menyantuni anak yatim.
“Sindiran apa yang didapat? Hari Moekti itu bagaikan lilin
yang menyala bermanfaat menerangi lingkungan tetapi
tubuhnya terbakar. Artinya, pikiranku, hartaku, tenagaku, itu
bermanfaat bagi orang lain tetapi akan mencelakakanku di
akhirat, karena tidak mendapat ridha Allah,” ungkapnya
menyampaikan teguran Syamsul.
14 | Joko Prasetyo
lurus. Jalan yang lurus itu sirathal ladziina an’amta ‘alaihim,
jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat, yakni
Nabi-Nabi dan para pengikut setianya.
Bukti sebagai pengikut setia itu ya tentu saja yang
mengikuti Nabi Muhammad SAW. Karena, tidak beriman
seseorang di antara kalian, sehingga hawa nafsunya mengikuti
apa-apa yang kubawa, begitu sabda Nabi SAW. Apa yang
Nabi Muhammad SAW bawa? Yaitu Alquran dan Sunah.
Yang kemudian diijtihadi oleh para mujtahid dan
diperkenalkanlah kepada umat sebagai syariah Islam dengan
hukum yang lima itu, wajib, sunah, mubah, makruh dan
haram. Ghairil maghdhubi ‘alaihim, dan bukan jalannya orang-
orang yang Engkau murkai.
“Mengapa kaum Yahudi dimurkai padahal mereka adalah
orang-orang yang cerdas?” tanya Hari.
“Ya karena kecerdasannya dipakai untuk merusak umat
Islam. Jadi artis sebenarnya adalah ujung tombak Yahudi
untuk menyebarkan paham setan, di antaranya adalah seks
bebas dan sinkretisme agama,” jawab Syamsul.
“Jadi aku harus meninggalkan dunia artis ini?” tanya Hari.
“Oh terserah Kang Hari, Ente kan sudah paham tentang
qadla dan qadar bahwa hidup itu pilihan,” jawab Syamsul.
Hari Moekti pun berdoa. “Ya Allah berikan aku kekuatan
untuk mampu meninggalkan apa saja yang Engkau tidak sukai
dan gantikanlah aktivitas kehidupanku ke aktivitas yang
Engkau ridhai.”
16 | Joko Prasetyo
Sosok Jujur
Karantina Surabaya
Mochammad Mukzi [1980-2016]
Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (PPOT) di Balai
Besar Karantina Pertanian (BBKP) Surabaya
18 | Joko Prasetyo
Sejak saat itu, setiap ada percobaan penyuapan
terselubung itu ditolaknya dengan tegas. Dan ia pun tetap
berupaya menjalankan tugasnya dengan jujur serta tetap
istiqamah hingga akhir hayatnya pada Rabu 30 Nopember
2016.
Begitu kabar meninggalnya tersiar, panpage facebook resmi
Badan Karantina Pertanian (Barantan) pada 1 Desember 2016
menuliskan bela sungkawanya.
“Perginya Sosok Jujur Karantina Surabaya, Kemarin Malam....
#KarantinaBerduka #KarantinaSurabaya
Berdedikasi, jujur, tidak neko-neko. Tak pernah mau terima tip
dari siapapun. Itulah sosok almarhum Bpk. Mukzi, seorang POPT di
BBKP Surabaya yang kemarin telah dipanggil menghadap Tuhannya.
Luar biasa. Figur harapan Barantan. Sayangnya Allah
memanggilnya sangat cepat, di usia yang belum genap 40 tahun. Masih
muda. Namun, taqdir Allah telah mendahuluinya.
Almarhum meninggal dalam kecelakaan setelah menunaikan
tugasnya, melakukan pemeriksaan di Kantor Pos dan JNE. Motornya
dihantam mobil dari depan dan samping.
Jenazah Almarhum dimakamkan di Bojonegoro setelah
dishalatkan di masjid (01/12). Di masjid ini pula almarhum biasa
memberikan bimbingan kepada masyarakat semasa hidupnya.
Almarhum meninggalkan seorang istri dan 4 orang putra yang
masih kecil. Semoga almarhum Bpk. Mukzi khusnul khatimah,
diterima segala amalnya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan
kesabaran dan kekuatan.
20 | Joko Prasetyo
diri mereka bahwa merekalah calon panglima yang sedang
ditunggu-tunggu oleh umat.
Awalnya Pendiam
Pada 1998, lelaki kelahiran Bojonegoro, 14 September
1980 merantau ke Malang untuk kuliah di Jurusan Hama dan
Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Pada
tahun 2000, ia rajin mengikuti pengajian umum di kampus
yang diselenggaran aktivis HTI. Hingga ia pun menyadari
bahwa lingkungan kehidupan sehari-hari kaum Muslimin jauh
dari ajaran Islam.
“Ia pun sangat sadar bahwa perubahan masyarakat hanya
dengan dakwah berkelompok, makanya ia gabung HTI. Sejak
itu dakwah Islam bersama HTI menjadi pilihan hidupnya,
hingga memilih jodoh pun, ia utamakan yang bisa
membuatnya istiqamah dalam dakwah,” ujar Tri Wahyu
pembinanya kala itu.
Menurut Tri, awalnya Mukzi tidak banyak bicara.
“Bahkan saya harus mencari bahan pertanyaan untuk
memulai diskusi. Di luar dugaan, setelah mengenal dakwah
perubahan drastis terjadi, ia lebih grapyak (mudah bergaul)
dengan target untuk mencari pertemanan dalam dakwah. Ia
tak segan untuk mengenal terlebih dahulu dengan harapan
bisa diajak dalam barisan dakwah,” ungkapnya kepada Media
Umat.
Tri juga menyatakan almarhum terbilang jujur dan lugu
namun berani. Ketika ia mengetahui hal yang benar maka tak
22 | Joko Prasetyo
“Sengok Arep
Negakagih
Agemenah Allah”
Luqman El Hakim, [1978-2012]
Kurir percetakan
24 | Joko Prasetyo
Ketika makan malam, tukang pecel lele pun menjadi
target berikutnya. Sampai-sampai pedagangan makanan yang
kerap disapa Pak Haji mengundangnya untuk ceramah di
tengah keluarganya. Tidak hanya itu, Luqman juga
mendakwahi preman yang sering nongkrong di Utan Kayu
akan bahaya narkoba dan menyatakan bahwa pemerintah
zalim karena memberi grasi kepada ratu narkoba Corby.
Setiap Jumat, Luqman mengantarkan buletin dakwah Al-
Islam ke salah satu masjid di Matraman. Namun pada Jumat
(6/7/2012) ia tidak sedang mendapatkan tugas mengantarkan
cetakan di tempatnya bekerja, maka waktu luang itu ia
gunakan untuk full melakukan aktivitas dakwah di Matraman.
Menurut Yan Hadi Kalamullah, binaan Luqman, ia
antarkan buletin Al-Islam ke sepuluh masjid. Shalat Jumat di
Masjid Al Manar Utan Kayu, dan kontak dakwah dengan
Imam Masjid KH Juhroni. Siang turut mendisribusikan
majalah politik dan dakwah al-wa’ie. Malam Sabtu, dengan
berbekal tabloid Media Umat, Luqman mengontak Rofik,
seorang pengusaha bangunan.
Sabtu (7/7) pagi, ia diamanahi untuk mengantarkan
poster bedah Media Umat dengan menggunakan motor ke
Pulogadung, Jakarta. Sekitar pukul 10 pagi Luqman pun
terkena musibah tertabrak bus Malino Putra, di Jalan Utan
Kayu ke arah Jalan Pemuda.
Ia pun pingsan dan dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Tepat pukul 10.30 dokter menyatakan Luqman kembali ke
Rahmatullah. Inna Lillahi wa Inna ilaihi rajiuun.
Mengenal HT
Luqman El Hakim lahir di Jember, 1 September 1978
dengan nama Kusnadi. Setamat sekolah dasar ia kemudian
nyantri kepada KH Shihabuddin di Pondok Pesantren Al
Wafa Tempurejo. Selama 14 tahun ia mondok, karena
setamat nyantri ia langsung diamanahi menjadi ustadz untuk
26 | Joko Prasetyo
mengajar di sana. Oleh sang kiai, namanya diganti menjadi
Luqman El Hakim.
Menurut Ahmad, teman sepondok di pesantren, Luqman
mendapat informasi awal tentang ide-ide HT darinya ketika
mengabdi di Al Wafa. Namun mulai tertarik dengan ide-ide
HT pada 2002-2003, setelah kembali ke kampung halaman
dan dikontak lebih intensif oleh dua aktivis HTI Jember.
Sepekan sekali Luqman pun rela ngontel sejauh 6 Km
menggunakan sepeda untuk ngaji secara intensif kepada
Ahmad. Berangkat sebelum Maghrib dan sering pulang dini
hari, jam 1 atau jam 2, melewati jalanan sepi dan gelap serta
medan yang naik-turun dan berkelok-kelok.
Karena usai ngaji, Ahmad selalu membawanya kontak
dakwah ke berbagai kiai dan ustadz di Jember. Sampai-sampai
ayahnya, kala masih hidup, mengkhawatirkan keselamatan
dirinya sekaligus citranya di mata para tetangga karena pulang
dini hari.
Jika demikian ibunya senantiasa menenangkan Abah dan
menjadi pihak yang mendukung keputusan yang diambil
putranya. Sikap dukungan ibunya inilah yang membuat
Luqman ringan langkah dalam dakwah.
Hijrah ke Jakarta
Aktivitas dakwah yang seperti itu berlangsung hingga
dirinya merantau ke Jakarta, tahun 2007 saat diadakan
Konferensi Khilafah Internasional di stadion GBK. Mulai
28 | Joko Prasetyo
kerudung. Secara khusus ia sangat prihatin akan kondisi
keluarga serta Muslimah sekitar yang terkendala secara
ekonomi sehingga tidak bisa mengenakan jilbab dan
kerudung tapi berkomitmen menjalankan kewajiban itu.
Luqman pun mengusahakan membantu kebutuhan itu
dengan menggalang pengumpulan jilbab dan kerudung
sumbangan teman-teman Jakarta. Setelah didakwahi Luqman,
ibunya pun terbiasa mengenakan kerudung dan jilbab serta
kerap kali mengikuti kajian keislaman Muslimah. “Termasuk
masirah (unjuk rasa) padahal Umi sudah sepuh,” ujar Aji.
Ia selalu berusaha menjadikan dakwah sebagai poros
kehidupannya. Tiada hari tanpa kontak dan terus kontak
masyarakat. Kadang, ia kontak bersama temannya, meski
tidak memiliki ongkos, ia akan pinjam.
“Bagi beliau, utang bukanlah aib selama digunakan untuk
dakwah, yakni terlaksananya aktivitas yang dituntut oleh
dakwah,” pungkas Aji.[]
30 | Joko Prasetyo
mengucapkan kalimat tauhid,” ujar Ujang Furqon, salah satu
adik almarhum, kepada Media Umat.
Usai shalat jenazah yang diimami Ustadz Rokhmat S
Labib, ambulans yang ditumpangi jenazah lelaki kelahiran
Surabaya 14 September 1972 pun dikawal seratusan motor
sembari mengibarkan rayah (panji Rasulullah SAW berwarna
hitam bertuliskan dua kalimat syahadat) ke Tempat
Pemakaman Umum (TPU) Pondok Petir.
32 | Joko Prasetyo
Di negeri Kinanah inilah ia menemukan jodohnya, yang
juga aktivis Hizbut Tahrir, alumni IPB, Ustadzah Mahmubah
Aseri, yang lebih dulu menimba ilmu di sana. Setelah menetap
beberapa tahun hingga kuliahnya selesai pada 2000 pindah ke
Jakarta.
Komitmen, tekad dan keberaniannya sebagai pendobrak
di forum-forum membuatnya diberi amanah sebagai Ketua
Unit Reaksi Cepat (URC), yang tugasnya mendatangi forum-
forum diskusi, kajian dan seminar di Jakarta dan sekitarnya.
“Tugasnya tidak hanya mendatangi, tim ini juga diberi
tugas untuk menyebarkan buletin Al-Islam, nasyrah, Al-Waie
baik kepada peserta, tokoh maupun pembicara yang hadir di
acara-acara tersebut,” Hafidz.
Ketika itu, meski Hizbut Tahrir Indonesia telah
melakukan kampanye syariah, “Selamatkan Indonesia dengan
Syariah” tahun 2002, tetapi di kalangan tokoh pergerakan,
ormas, intelektual dan pejabat, baik sipil maupun militer, apa
dan siapa sesungguhnya Hizbut Tahrir belum begitu dikenal
dengan baik. Maka almarhum pun ‘bergerilya’ mendatangi
mereka.
Dengan tekad, keberanian dan intensitas kegiatan URC
yang luar biasa di zamannya, akhirnya nama Hizbut Tahrir
Indonesia benar-benar dikenal di kalangan tokoh-tokoh itu.
Banyak pertemuan HTI dengan tokoh-tokoh penting
diinisiasi olehnya, setelah bertemu di seminar atau forum-
forum diskusi. Terkadang mereka diundang ke Kantor DPP
HTI, terkadang delegasi HTI yang mendatangi mereka.
B
eliau suami sejati yang selalu menginginkan istri dan keluarganya
mendapatkan pahala tertinggi meskipun harus melalui banyak
kesusahan, seorang suami yang berusaha melaksanakan semua
kewajibannya meskipun tampak tidak biasa. Misalnya, tentang kewajiban
suami yang berkaitan dengan segala sesuatu di luar rumah (khaarijal
bait) seperti mencari nafkah dan mencukupi segala kebutuhan rumah,
dilakukan dengan penuh kesungguhan.
34 | Joko Prasetyo
Urusan apa pun di luar rumah dia yang handle, beli kebutuhan
rumah seperti gas, beras, air galon dan kebutuhan dapur. Beliau yang
selalu ke pasar bahkan untuk membeli sayur mayur, sejak di Kairo dan
sampai meninggalkan kami untuk selamanya.
Beliau juga sangat
memperhatikan pendidikan anak,
shalat harus berjamaah, kadang-
kadang menunggu lama anak-
anaknya bersuci, yang penting
harus berjamaah shalatnya, jika
ada anak yang ngantuk pingin
cepat-cepat shalat Shubuh
duluan, maka pasti disuruh ulangi
lagi dengan berjamaah.
Prinsip hidupnya, ambil
pahala tertinggi jangan puas
dengan yang dibawahnya. Beliau
Ustadz Wahiduddin selalu mengatakan dan
memotivasi anak-anak yang
belajar di Kairo, kalian harus sampai S3, kalian pasti mampu
melakukannya, maka bersungguh-sungguhlah, semoga kalian menjadi
ulama yang mu'tabar di zamannya.[]
36 | Joko Prasetyo
beasiswa kuliah Tafsir Hadits di Fakultas Syariah Universitas
Ibnu Saud Riyadh, Saudi Arabia.
Setelah mendapat gelar Lc, tepatnya pada 1980, kini
giliran dirinya berbakti, mengajar di pesantren tempatnya
menimba ilmu dulu. Mengajar ushul fiqh, ilmu akhlak, ilmu
tafsir, faraidh, dan lainnya. Ilmunya pun semakin tersebar luas
karena diamanahi sebagai staf redaksi dan mengisi rubrik
Hadits di majalah yang diterbitkan lembaga yang sama.
Tentu saja, semakin mengukuhkan dirinya sebagai ustadz
yang ahli hadits apalagi majalah tersebut bukan hanya beredar
di dalam negeri tetapi juga sampai ke Malaysia dan Singapura.
Mengisi pengajian ke berbagai masjid yang terafiliasi dengan
lembaganya, menjadi rujukan umat. Ditambah lagi rumah
dinas dan segala fasilitas. Ah kurang apa? Semua sudah
sempurna.
Namun kedatangan Abdun Muthi, satu-satunya aktivis
Hizbut Tahrir yang ada di Bangil saat itu, telah menghentak
relung kebenaran hatinya. Pada suatu petang di tahun 1992,
pintu rumah dinasnya yang asri pun dibuka dan menyambut
Abdun Muthi dengan hangat.
“Di sinilah saya dapat merasakan betapa Ustadz Maksum
adalah pribadi yang ikhlas dan bersahaja, beliau begitu
menghargai apa saja ide yang saya sampaikan. Beliau saya lihat
begitu sabar diam mendengar uraian ide-ide Hizbut Tahrir
yang saya sampaikan. Menghormati siapa pun yang
menyampaikan kebenaran,” kenang Abdun Muthi.
38 | Joko Prasetyo
Indonesia? Tolong saya diantarkan untuk bertemu langsung
dengan beliau.”
Setelah diantar menemui pimpinan Hizbut Tahrir kala itu
di Bogor, Jawa Barat, Ustadz Maksum sepekan sekali
mengikuti kajian rutin ke Malang. Karena kebiasaan barunya
itu, dan juga kerap menyuarakan wajibnya menegakkan
khilafah, maka muncullah reaksi beragam dari para pengurus
lembaga tempatnya bernaung. Ada yang biasa saja tetapi
kebanyakan yang tidak suka.
Teguran untuk berhenti mengaji kepada Hizbut Tahrir
tidak diindahkannya. Ancaman dipecat dari pekerjaan dan
dicabut semua fasilas juga sudah disampaikan, namun Ustadz
Maksum tetap bertahan.
Bahkan sampai disidang beberapa kali di hadapan dewan
guru lembaga. Opsinya satu: keluar dari Hizbut Tahrir dan
tetap di lembaga tempat bernaungnya selama ini. Tetapi hati
yang telah tersinari tak bisa dibohongi, meski Hizbut Tahrir
saat itu di Indonesia belum menjadi HTI. Dan di Bangil saat
itu yang menjadi anggota selain dirinya, ya hanya Abdun
Muthi.
Sampailah pada sidang terakhir pada suatu hari di tahun
1996. Di sidang penentuan ini, opsi menjadi dua: tetap di
lembaga dan meninggalkan HT atau kalau tetap tak mau
keluar HT harus meninggalkan lembaga. Dengan kesiapan
menghadapi segala resikonya, Ustadz Maksum memilih tetap
di Hizbut Tahrir. Mendengar jawabannya tersebut, pimpinan
lembaga pingsan seketika.
40 | Joko Prasetyo
Sempitnya rumah ukuran 3,5 x 12 meter, dan kumuhnya
lingkungan sepertinya sama sekali tidak ia hirau dan rasakan.
Ustadz mulia yang saat itu berusia 50 tahun kedatangannya
disambut seorang muda 20 tahunan dengan penuh suka cita
bercampur aduk dengan keharuan.
“Betapa kontras antara yang rawuh dengan yang
dikunjungi. Sang muda sama sekali bukan apa-apa apalagi
siapa-siapa hanya kebetulan lebih dulu mengaji di Hizbut
Tahrir sedangkan yang satunya lagi pakar ilmu hadits dari
perguruan tinggi ternama di Timur Tengah. Pengetahuan
agama sang muda apalagi! Bukanlah tamatan dari mana-mana.
Dia hanya kerap ikut-ikutan nyantri kalong di sela libur
semester atau ikut sanlat sehari dua hari di masjid kampus,”
ujar Syahroni.
Setelah keduanya berangkulan sebagai aktualisasi rasa
kasih sayang, keduanya masuk ke ruang tamu yang hanya
beralaskan karpet sederhana. Tidak lama berlalu setelah
minum air seadanya, tepat pukul 20.00 acara serius mereka
berdua dimulai.
Acara serius itu mereka sebut halqah li inhadlil ummah
(halqah untuk membangkitkan umat), karena menurut si
muda untuk membangkitkan umat memang harus dimulai
dengan halqah. Apa nyambung ya? Tapi begitulah, yang jelas
Ustadz Maksum itu percaya bahkan meyakininya. Padahal
yang ngaji pada si muda saat itu hanya satu dua dan dari
rumah ke rumah. Dan jika pun ada yang bersungguh-sungguh
untuk bergabung dalam barisan "sumpah setia" halqah li
42 | Joko Prasetyo
“Saya Sangat
Mendukung
Perjuangan
Hizbut Tahrir”
KH Ridwan Mansyur [1945-2016]
Ketua Umum MUI Kota Banjar
KH Ridwan Mansyur (nomor dua dari kanan) hadir dalam kegiatan Liqo Syawal HTI 1435H
44 | Joko Prasetyo
Hal senada juga disampaikan aktivis Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI) Ibnu Aziz Fathoni. “Tentu saja seperti tidak
percaya karena sehari sebelumnya, saya bertemu beliau dan
ngobrol hampir dua jam,” ungkapnya kepada Media Umat.
Bakda shalat magrib, Ibnu Aziz langsung bertakziyah
hingga pukul satu malam. “Sayang, saya tidak bisa turut
mengantar pemakamannya karena bentrok dengan tugas luar
kota,” sesalnya.
Esoknya, Sabtu (10/09/2016), jenazah di dikebumikan di
pemakaman keluarga di Dusun Cibeureum, RT 6, RW 2,
Desa Balokang, Kecamatan Banjar.
Di acara pemakaman almarhum, warga Banjar dari
berbagai kalangan hadir, mulai dari tokoh agama, tokoh
pemuda, pimpinan OPD, Walikota Banjar, Kapolres Banjar,
mantan Walikota Banjar dan para pejabat utama Polres
Banjar dan juga Ketua HTI Banjar Zaenal Arifin.
Menurut Zaenal, almarhum merupakan sosok yang
berani mengatakan sesuatu sesuai kenyataan baik secara
langsung maupun dengan kiasan, ketegasannya itu juga
didampingi wawasan yang luas dengan kemampuan
berbahasa Arab dan Inggris yang baik secara lisan maupun
tulisan.
Ketulusan dan kesederhanaannya membuat sosoknya
disegani. Bahkan dengan keberaniannya, almarhum pernah
memakai jaket kalimat tauhid ke mana-mana, tidak takut
dilabeli apa pun, bahkan dia sering membela para pengemban
Istiqamah Berdakwah
Ulama yang lahir pada 18 April 1945 tersebut menempuh
pendidikan keislaman di Pondok Pesantren Cidewa (sekarang
Darussalam) Ciamis, Jawa Barat. Dilanjutkan ke Pondok
Modern Gontor Ponorogo, Jawa Timur. Ridwan muda
termasuk aktivis Nahdlatul Ulama (NU) di tempat
kelahirannya di Pamarican Ciamis. Pernah mengabdi di
lingkungan Departemen Agama sebelum akhirnya
mengembara ke Saudi Arabia selama empat tahun.
Putra ke-6 dari keluarga besar Haji Bahruddin
Karangcengek Pamarican ini dikenal sebagai ulama yang low
profile, bijaksana dan bisa diterima oleh semua kalangan.
Sebagai bentuk kepedulian terhadap persoalan Islam dan
umatnya, ia banyak memberikan kajian-kajian keislaman di
berbagai tempat termasuk berkiprah di MUI kecamatan
Banjar hingga diberikan amanah Ketua Umum MUI kota
Banjar masa hikmat 2013 -2018.
46 | Joko Prasetyo
Ia sangat memahami betul kondisi umat yang mundur
yang selalu dirundung masalah, dalam berbagai kesempatan
termasuk dalam forum diskusi, almarhum kerap mengatakan:
"Upami nganggo Syariat Islam mah, umat tangtu salamet, pami
henteu, pasti ancur. " ---Kalau menggunakan syariah Islam,
umat tentu selamat, kalau tidak, pasti hancur. Kalimat yang
sama juga diucapkan istri almarhum, Hj Ai Sukaesih ketika
ditanya pesan apa yang kerap disampaikan Kyai Ridwan.
Ai juga menyatakan suaminya sangat mendukung HTI
dan selalu mendorong dirinya untuk mengikuti kajian-kajian
HTI. "Upami aya uleman ti Hizbut Tahrir, satuntung abdi nuju
sehat, abdi mah sok ngiringan wae," tambah sang istri kepada
Media Umat menirukan ucapan almarhum. --- Bila ada
undangan dari Hizbut Tahrir, selama saya masih sehat, saya
selalu hadir.
Kyai Ridwan pertama kali kenal HTI pada tahun 2006,
saat dirinya didatangi Ibnu Aziz. “Kiai menyambut kami
dengan ramah, kami perbincangkan problematika keumatan
serta solusi kembali kepada syariah dan khilafah, maka
sambutan beliau luar biasa baiknya,” kenang Ibnu Aziz.
Kesamaan pandangan tentang kewajiban perjuangan
penerapan syariat dan pentingnya khilafah Islam untuk
mempersatukan umat, menjadikan almarhum mendukung
agenda dan kegiatan HTI. “Termasuk beliau sendiri
mengikuti beberapa even besar baik yang berskala nasional
atau pun lokal,” ungkap Ibnu Aziz.
Pernyataan tegasnya tentang pentingnya perjuangan
syariah dan khilafah diemban oleh setiap Muslim, pernah
48 | Joko Prasetyo
“Di mana letak kesalahannya? Tidak ada kalimat yang
mengkafirkan seseorang yang tidak mendukung HTI,”
ungkap Ibnu Aziz menirukan almarhum. Polemik pun
berhenti.
Ibnu Aziz pun menceritakan pertemuan terakhirnya
dengan almarhum. Salah satu pernyataan yang almarhum
sampaikan adalah “tugas ini (perjuangan syariah khilafah)
harus disuarakan oleh semua elemen Islam, karena ini adalah
kewajiban." Termasuk isyarat ucapan perpisahannya,
"sepertinya usia saya tidak lama lagi ..." dengan bahasa Sunda.
Hingga Ibnu Aziz sempat mendokumentasikan sosok Kyai
Ridwan dengan kamera ponselnya.[]
50 | Joko Prasetyo
Ya, hari Jumat
menjadi hari yang
menyedihkan baginya.
Jumat, 17 Juni 2016
Rummyhasta melihat
Siska untuk yang
terakhir kali. Dari
Jakarta, Rumi langsung
pulang kampung ke
Sukoharjo begitu
mendengar kabar adik
tercintanya dinyatakan
hilang hanyut terbawa
arus sungai Bengawan
Solo sejak Kamis sore --
--belakangan jenazahnya Siskawati
ditemukan beberapa
jam kemudian sudah terbujur kaku tetapi tetap terbalut
pakain syar’inya.
“Jumaat itu hatiku hancur lidahku kelu aku menatapmu
kamu diam terbujur kaku,” kenang Rumi.
Aninditya, sahabat Siskawati, pun merasakan hal serupa.
“Beberapa hari terakhir.. saya takut membuka laman Fb.
Semua timeline membicarakan sahabat saya Sisca Chika (nama
akun facebook Siskawati, red), setiap membaca postingan-
postingan itu saya selalu tak kuasa menahan air mata dan
mengungkit kenangan-kenangan perjuangan dalam dakwah
maupun mencari maisah dan curhatan-curhatannya. Dan pada
Berpulang
Usai mengisi pegajian di Desa Ngadipuro, Siska pulang
melalui jalan pintas melalui jembatan sesek bambu di Desa
Lengking, Kecamatan Bulu, Kamis (16/6) petang. Warga
Desa Lengking ini terpeleset saat mengerem di tengah
jembatan tersebut sekitar pukul 16.30 WIB.
Tim SAR bersama, BPBD, Polisi dan relawan lainnya
melakukan upaya pencarian di sepanjang aliran sungai di
sekitar lokasi kejadian. Namun arus yang cukup deras dan
volume air cukup tinggi menjadikan proses pencarian
mengalami hambatan. Sehingga butuh waktu berjam-jam
mencari sebelum akhirnya jenazah Siska ditemukan.
Pentakziyah mensholatkan almarhumah Siska putri ke 11
dari 12 bersaudara keluarga Bapak Derajat. Sekitar 500 orang
hadir, baik dari warga kampung Lengking maupun para
aktivis Muslimah HTI bahkan beberapa Babinsa juga turut
hadir.
Prosesi pemakaman cukup singkat, tepat pukul 10
jenazah Siskawati dikebumikan di Desa Jomblang 300 meter
dari rumahnya. Hampir seluruh keluarga yang berada di
Jakarta pulang untuk melepas kepergian Siska untuk terakhir
kalinya.
52 | Joko Prasetyo
Mengenal Hizbut Tahrir
Awal mengenal Muslimah HTI pada 2011 tatkala dirinya
masuk kuliah di Universitas Satya Negara Indonesia (USNI)
Jakarta. Menurut Layli Triana, pembina dan sahabatnya di tim
dakwah kampus, Siska bergabung dengan Muslimah HTI
karena merasa sedih dengan kondisi umat Islam saat ini dan
sangat ingin merubahnya.
“Sebelum mengenal HTI, almarhumah seperti halnya
Muslimah kebanyakan dan belum berjilbab. Setelah mengenal
HTI, ia berubah drastis baik dalam penampilan maupun
sikap. Muncul kegundahan ketika melihat maksiat di mana-
mana. Almarhumah selalu mengaitkan segala aktivitasnya
dengan hukum syara’ dan tidak ingin sampai melanggarnya,”
beber Layli.
Siska juga orang pertama yang menjadi pejuang syariah
khilafah di kampusnya. “Sejak itulah dakwah di kampus
USNI semakin terasa dan banyak mahasiswi yang mulai
mengkaji Islam karena ajakan amarhumah,” ungkap Layli.
Selain di kampus, Siska juga sangat gigih mendakwahi
keluarga. Meskipun awalnya banyak pertentangan dan
mendebat perubahannya terutama dalam hal pakaian, namun
almarhumah tetap berpegang teguh dan menjalankannya.
Seiring waktu pada akhirnya keluarga menjadi terbiasa
dan bahkan almarhumah bisa memberi pengaruh besar dalam
keluarga, almarhumah menjadi rujukan nasihat dalam
keluarga. Alhamdulillah satu per satu kakak-kakaknya
mengikuti jejaknya dan bahkan jilbab yang semula adalah
54 | Joko Prasetyo
“Padahal saat itu almarhumah juga seharusnya pulang ke
Sukoharjo untuk menjenguk bapaknya yang sakit. Karena
tahu bapaknya sakit saya persilahkan almarhumah pulang
kampung dulu dan menyerahkan acara kampus ke SDM yang
lain,” kenang Laily.
Namun Siska memilih mengundurkan pulang
kampungnya dan menyelesaikan amanah di kampus.
“Almarhumah bilang, ingin tenang ketika pulang kampung
dan ingin merawat bapaknya selama bulan puasa sampai
lebaran,” kata Laily kepada Media Umat Ahad (21/08/2016).
Siska pun pamit untuk pulang kampung ke Sukoharjo
sejak awal Ramadhan lalu, karena sesuai janjinya, ingin
merawat bapaknya yang sakit selama Ramadhan.
“Pengorbanannya begitu besar untuk dakwah. Lokasi
sejauh apa pun, cuaca hujan atau panas, bahkan selelah
apapun, almarhumah tidak pernah mengeluhkannya.
Contohnya setiap kali akan menghadiri rapat, almarhumah
rela menjemput salah satu anggota yang lokasi rumahnya
tidak dilalui transportasi umum dan anggota tersebut harus
membawa dua anak. Padahal, hal itu membuat almarhumah
harus memutar lebih jauh dari lokasi rapat. Tapi tidak tampak
dari almarhumah suatu keberatan sedikitpun dalam hal itu,”
bebernya.
Di kampung, selain mengurus orang tuanya, Siskawati
pun tetap aktif berdakwah. Hujan tidak menjadi penghalang
bagi dirinya untuk tetap melakukan aktivitas. Termasuk di
hari terakhir hayatnya. Ia tetap pulang usai mengisi pengajian
untuk segera mengurus ayahnya, meskipun hujan menerjang.
56 | Joko Prasetyo
Hanya Islamlah
yang Mampu
Sejahterakan Papua
KH Ahmad Anderson Meage [1978-2016]
Ketua MUI Kab Sorong, Papua Barat
58 | Joko Prasetyo
Wajar saja warga Sorong berduka cita, sebab
kepergiannya terkesan tiba-tiba alias mendadak. Sehari
sebelum wafatnya, Pondok Pesantren Nurul Yaqin
(Makbusun) tersebut masih sibuk mengisi kajian di majelis-
majelis ta’lim dan bersilaturrahim dengan sanak famili.
Bahkan pada saat menjelang wafat, ia masih berdiri di atas
mimbar mengisi sebuah kajian. Namun karena merasa kurang
enak badan, ia pun menghentikan kajian tersebut sesaat
kemudian pingsan sehingga harus dibawah ke rumah sakit.
Namun diperjalanan menuju RS. Selebe Solu Kota Sorong, ia
telah berpulang menghadap Allah SWT.
Bupati Sorong Stepanus Malak menilai figur Anderson
Meage menyatakan merasa kehilangan. “Memang kita merasa
kehilangan dengan telah meninggalnya Almarhum H. Meage,
baik dalam bidang keagamaan maupun bidang lain secara
menyeluruh. Jadi kita melihat bagaimana figur pemimpin itu
bukan saja dilihat dari sisi keagamaan semata, tapi bagaimana
figur itu bisa mengayomi masyarakat di sekitar lingkungan
atau wilayah Kabupaten Sorong pada umumnya,” jelas Malak
usai mengikuti rapat bersama Ketua BPK RI Perwakilan
Papua Barat, di Sorong, Senin (1/2) kepada awak media.
Masuk Islam
Anderson Meage, itu adalah nama kecilnya. Ia berasal dari
keluarga bangsawan, ayahnya bernama Meage adalah seorang
kepala suku, dengan kepercayaan animisme dan kental
dengan adat istiadat. Anderson Meage lahir di Wamena pada
5 Desember 1978 dan beristrikan Hj. Ambar Yuli Astuti ---
60 | Joko Prasetyo
keistiqamahannya dalam berjuang ia pun menjadi tokoh di
Sorong.
Ia sering tampil di tengah-tengah masyarakat khususnya
masyarakat Papua dalam upaya penyelesaian permasalahan -
permasalahan umat bersama dengan ormas – ormas Islam
sebagai mitra aparat keamanan. Permasalahan seperti kasus
pembakaran masjid dan pembubaran jamaah sholat Id di
Tolikara, kasus penolakan pembangunan Masjid Andai
Manokwari oleh umat Kristen dan penolakan pembangun
masjid dan mushola di beberapa daerah pedalaman Papua ---
yang diprakarsai oleh misionaris Kristen--- sempat digelutinya
sebelum akhirnya ia wafat.
Di lingkungan tempat tinggalnya, ia dikenal sebagai
seorang yang memiliki sifat sosial dan gemar bersilaturrahim.
“Pak Meage adalah aset umat Islam di Papua, dan sulit untuk
mencari penggantinya’’ kenang salah seorang sahabat dekat
beliau. “Beliau juga senang merangkul berbagai elemen
masyarakat dan ormas – ormas yang ada’’ lanjutnya ketika
dikunjungi Media Umat.
Lebih dari itu, Anderson Meage sangat memuliakan guru.
Karena setiap berkunjung ke Jawa dalam hal pekerjaan, selalu
berusaha menyempatkan waktunya untuk berkunjung
menemui orang-orang yang dikenal semasa hidup di Jawa,
terutama guru-gurunya yang telah mengajar sewaktu belajar di
tingkat SMP sampai SMA.
Selain itu, ia memiliki hobi bekerja, ia tidak ingin
waktunya terbuang sia-sia. “Saya teringat waktu masih SD,
setiap saya pulang sekolah, sering saya dapati beliau sedang
62 | Joko Prasetyo
Aktif Berdakwah
Meski Fisik Lemah
Ummu Athiyah [1992-2016]
Tim Media Muslimah HTI Makassar
64 | Joko Prasetyo
Faktor lain yang membuat teman-temannya terkejut,
memang selama ini Ummu selalu berupaya untuk
menghadirkan kondisinya yang paling baik di hadapan orang
lain. Tidak banyak yang mengetahui bagaimana sebenarnya
kondisi fisiknya kecuali sahabat-sahabat yang sering
bersamanya.
“Cenderung tertutup. Tidak semua hal akan dia cerita
bahkan dengan orang dekatnya. Sekuat-kuatnya manusia pasti
pernah ngeluh ya... tapi seperti yang saya katakan tadi dia
akan menyimpan sendiri setiap masalahnya. Kalau dia ngeluh
berarti sudah level parah kalau ukuran saya. Masalah jika
merasakan sakit, iya dia katakanji tapi ya kayak bertanya-tanya
gituji. Misalnya kenapa dadanya sakit, kepalanya pusing, kayak
sesak. Atau kalau dia letih dia ungkapkanji. Cuma memang
kalau lagi sakit dia diam berbaring di kamar saja. Nanti kalau
saya tegur kenapa masih tidur, dia baru bilang kalau sakit,”
beber Rawe.
Rela Berkorban
Di waktu yang lain, diceritakan oleh Muji, rekan
almarhumah, Ummu Athiyah rela meminjam uang dengan
jumlah yang tidak sedikit untuk memobilisasi peserta sebuah
even Islami yang berangkat dari kampung ke Makassar.
Sebagian dari uang tersebut dilunasi dari hasil pengumpulan
dana di kampung, tapi qadarullah setelah even tersebut,
Ummu Athiyah kembali ke Makassar dan sulit menagih.
66 | Joko Prasetyo
menikah lagi sehingga Ummu diurus oleh tantenya,” beber
Rawe.
Sejak sekolah termasuk anak yang berprestasi tetapi
memang lemah secara fisik, sakit-sakitan. Hingga tamat SMA
dan dia berhasil melanjutkan kuliahnya di Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan (PPB) Fakultas Ilmu Pendidikan
(FIP) Universitas Negeri Makassar (UNM) jalur beasiswa
Bidikmisi.
“Apa yang dia dapat dari beasiswa tentu tidak mencukupi
kebutuhan sehari-hari. Selain itu biaya kuliah yang banyak
embel-embelnya ditambah lagi beasiswa yang sering telat
cairnya. Namun tidak pernah saya dengar dia minta uang ke
kampung untuk menutupi kebutuhan hidup selama di
Makassar. Jadinya dia hanya berutang kepada orang-orang
itupun tidak sembarang orang. Kalaupun minta ke kampung
itu pun dia juga utang di keluarganya yang dekat,” ungkap
Rawe.
Aktif Berdakwah
Wanita kelahiran Sentani, 21 Juli 1992 ini telah menjadi
aktivis Muslimah HTI Makassar mengenal Hizbut Tahrir
sejak semester pertama di bangku kuliah pada 2010. Saat itu,
Tati teman sekelasnya kuliah, mengontak Ummu untuk turut
berdakwah menyadarkan umat akan kewajiban menegakkan
syariah dan khilafah. Ummu yang sudah mengikuti
pergerakan Wahdah Islamiyah (WI) pun setuju dan dengan
68 | Joko Prasetyo
Saat masih kuliah, almarhumah pernah menjadi bagian
dari tim kontak aktivis Muslimah HTI, kemudian yang paling
terakhir adalah keanggotaannya di Tim Media MHTI
Makassar sebagai reporter video dan reporter berita tulis.
Selain itu, di balik kelembutannya, almarhumah kerap
berorasi dalam berbagai kesempatan demonstrasi.
Di hari Ummu Athiyah meninggal, sekitar lima puluh
teman-teman seperjuangan Ummu Athiyah dari Makassar
melayat ke kampung karena sudah tidak sempat lagi melihat
jenazahnya di rumah sakit. Perjalanan ke sana menempuh
waktu lima jam. Saat datang ke sana, tampak ibundanya
almarhumah yang walaupun tampak begitu terpukul tapi
masih menunjukkan ketegaran dan berkata “Na tinggalkan
miki Ummu, Nak (Ummu sudah meninggalkan kita Nak).”
“Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia,
muliakanlah tempatnya, luaskanlah tempat masuknya,
mandikanlah dia dengan air, salju dan embun. Sucikanlah dia
dari segala kesalahan sebagaimana pakaian disucikan dari
najis. Gantikan untuknya rumah yang lebih baik dari
rumahnya, gantikan untuknya keluarga yang lebih baik dari
keluarganya. Masukkanlah ke dalam surga dan lindungilah dia
dari azab kubur dan azab neraka.” Aamiin.[] Risma/Joy
70 | Joko Prasetyo
dosen Jurnalistik di STAI PTDI Jakarta (2010-2015),
wartawan majalah Pamong Rider’s (Agu 2010-2015),
wartawan majalah Moslempreneur (Agu-Sep 2012), wartawan
majalah Percik (Sep-Des 2012), staf sirkulasi Indomedia
Group (Jul 2007-Nov 2008), wartawan tabloid Intelijen (Okt
2006-Jun 2007).
Pernah pula mengelola Dilla’s Digital Photo (2004-2006) di
Sumedang, menjadi koresponden media daerah Surat Kabar
Priangan Biro Sumedang (Mei-Jun 2006), job training pada
media daerah Harian Umum Galamedia di Bandung (Nov-
Des 2002), pengasuh desk artikel di Surat Kabar Kampus
(Suaka) IAIN Bandung (1998).[]