Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENGAJUAN

Karya tulis ilmiah

SOSIAL BUDAYA DAN INDONESIA


1

Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa.atas
rahmat dan hidayah-nya,penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah
yang berjudul “ Sosial Budaya Bangsa Indonesia”.
Tak lupa penulis mengucap terimakasih kepada ibu ROSMAULI
SIRAIT.selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah
membantu penulis dalam mengerjakan karya ilmiah.penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dalam pembuatan karya ilmiah ini.Karya ilmiah ini
memberikan panduan praktis dalam mengatur Sosial Budaya Bangsa
Indonesia.
Tujuan penulis Menyusun karya tulis ilmiah ini,salah satunya
adalah sebagai persyaratan mengikuti UN dan UAS tahun ajaran
2021-2022.semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi para
pembaca lainnya,juga dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.
Akhir kata,penulis ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
berperan serta dalam penyusun karya tulis ilmiah ini dari awal
hingga akhir,apabila ada kekurangan dari karya tulis ilmiah
ini,penulis mohon maaf semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha penulis.
Jambi,desember 2021
Penulis
2

DAFTAR ISI
B. SUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH
- Pengantar………………………………………………………………………………. 1
- Daftar isi…………………………………………………………………………………. 2
- BAB 1 Pendahuluan………………………………………………………………… 3
- 1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………4
-1.2 Tujuan………………………………………………………………………….5
-1.3 HIPOTESIS…………………………………………………………………….6
3

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Indonesia merupakan negara yang terletak di antara Benua Asia dan Australia, juga diantara
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Indonesia merupakan negara yang luas. Bermil-mil lautan
terbentang luas dari Barat ke Timur. Beribu-ribu pulau berjajar dari Sabang sampai Merauke.
Indonesia terdiri atas sekurang-kurangnya 17.677 buah pulau baik pulau besar maupun kecil. Ada
sekitar 1.128 suku bangsa yang mendiami pulau-pulau tersebut. Setiap suku tersebut sudah barang
tentu memiliki bahasa, adat, dan kebudayaan masing-masing. Dengan itu dapat disimpulkan bahwa
Indonesia merupakan negara yang di dalamnya penuh dengan pluralitas  dan heterogenitas.

            Pluralitas  yang merupakan kontraposisi dari singularitas  mengindikasikan adanya suatu


situasi yang terdiri dari kejamakan, bukan ketunggalan. Artinya, di Indonesia terdapat berbagai
subkelompok masyarakat yang tidak dapat dipersatukan. Sementara heterogenitas  yang merupakan
kontraposisi dari homogenitas  mengindikasikan suatu kualitas dari keadaan yang menyimpan
ketidaksamaan dalam unsur-unsurnya. Artinya, berbagai subkelompok masyarakat tersebut beserta
kebudayaannya benar-benar berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

            Fenomena pluralitas  dan heterogenitas  yang ada ini merupakan sebuah peluang untuk


negara Indonesia menjadi negara yang besar. Banyaknya suku, agama, ras dan adat dengan
kebudayaannya masing-masing dapat dijadikan sebuah modal dasar untuk menunjukkan eksistensi
bangsa Indonesia di mata dunia. Namun dalam banyak urusan, keanekaragaman itu lebih potensial
untuk menjadi batu sandungan, yang kemudian tidak akan kita dapatkan ‘nation
building’ melainkan ‘nation bleeding’. Keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia dapat
menjadi sumber disintegrasi bangsa. Disintegrasi ini bisa terjadi jika masyarakat Indonesia
memandang perbedaan adalah sesuatu yang harus disamakan. Sudah barang tentu setiap suku, ras,
agama, dan adat memiliki ciri dan budaya yang berbeda dan tidak bisa disatupadukan. Apabila
perpecahan bangsa tidak diatasi, NKRI akan sirna dan hancur binasa. Kehidupan masyarakat
Indonesia tidak akan harmonis seperti yang diharapkan.
            Sebagai pengakuan adanya fenomena pluralitas  dan heterogenitas  di Indonesia, di berbagai
media massa terutama media massa elektronik milik pemerintah sering ditonjolkan masalah
persatuan

dan kesatuan. Artinya harus kita akui bahwa sudah lebih dari setengah abad Indonesia merdeka,
negara ini masih menghadapi persoalan-persoalan yang bisa mematahkan atau paling tidak
merapuhkan persatuan dan kesatuan bangsa. Kenyataan itu seharusnya mendorong kita untuk
memahami  bahwa masalah itu tidak cukup untuk diatasi hanya dengan sekedar terus-menerus
menggemborkan masalah persatuan dan kesatuan, dikarenakan masalah persatuan dan kesatuan itu
bukanlah masalah konsep ataupun slogan belaka, melainkan merupakan masalah yang harus
dijawab secara realistis. Memang dengan menjawab secara realistispun belum tentu masyarakat
Indonesia benar-benar bisa hidup harmonis berpayung perbedaan seperti yang diharapkan, tetapi
paling tidak masyarakat Indonesia mampu saling memberikan rasa terlindung dan ternaungi kepada
sesama masyarakat, seperti yang dicita-citakan dalam Undang-Undang Dasar 1945.

  Bangsa Indonesia mempunyai semboyan negara ‘Bhinneka Tunggal Ika’’  yang berarti meskipun
berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Seharusnya semboyan itu jangan hanya diadikan ujar-ujar
kebanggan nasioanal semata, makna dari Bhinneka Tunggal Ika harus benar-benar dihayati dan
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, dikarenakan semboyan ini merupakan simpul kuat
yang menyatukan masyarakat Indonesia di tengah pluralitas dan heterogenitas yang ada.
Semangat Bhinneka Tunggal Ika tersebut dimiliki para pendiri bangsa Indonesia. Fakta sejarah
membuktikan bahwa dengan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, kedaulatan Republik
Indonesia dapat dipertahankan. Kini, Indonesia memasuki masa pembangunan, dalam masa ini
semangat Bhinneka Tunggal Ika tetap harus terjaga untuk mempertahankan keutuhan NKRI.
Semangat itu diperlukan untuk mengolah heterogenitas dan pluralitasyang ada supaya integrasi
bangsa Indonesia akan terwujud, sehingga masyarakat Indonesia tetap bisa hidup harmonis
meskipun di tengah perbedaan. Bangsa Indonesia memiliki cukup banyak masalah kenegaraan,
salah satunya adalah tidak adanya konsistensi dalam pelaksanaan prinsip kebhinnekaan dan
keekaan yang sesuai dengan motto kenegaraan Indonesia. Kecenderungan kuat untuk
melakukan penyeragaman dengan pemaksaan memicu pergolakan daerah. Pergolakan daerah
ini sudah banyak terjadi di Indonesia. Contohnya konflik antar ras di Kalimantan Barat,
Sulawesi Tengah dan Papua. Ada juga perbedaan budaya dan perlakuan aparat pemerintah
terhadap suku Dayak dan Madura yang memunculkan masalah berkepanjangan dan
membawa banyak korban jiwa. Ada juga konflik berbau suku, ras, agama dan adat di Poso,
Sulawesi Tengah. Pergolakan daerah ini mudah sekali berkembang menjadi perlawanan untuk
memisahkan diri ( separatisme ). Tentu saja ancaman ini menjadikan kedamaian bangsa
Indonesia menjadi terusik dan keinginan untuk mengembangkan potensi yang ada menjadi
terhambat.

Masyarakat dan pemimpin-pemimpinnya yang tidak biasa berpikir, bersikap, dan berperilaku
secara mandiri untuk mengatasi berbagai masalah perbedaan yang ada, pastilah akan
menemui kesulitan untuk menetapkan suatu skala prioritas yang tidak hanya realistis, tetapi
juga rasional bagi tumpukan masalah perbedaan yang saling tumpang tindih dan siap
mengancam eksistensi bangsa Indonesia. Masyarakat Indonesia harus bersikap lebih mandiri
dan terbuka terhadap berbagai alternatif masa depan, supaya bisa menyikapi
keanekaragaman dengan lebih rasional. Jika masyarakat Indonesia tidak berhasil membangun
sikap tersebut, bangsa Indonesia menghadapi resiko untuk selalu tampil canggung dalam
pergaulan masyarakat mancanegara dan terus menerus mengalami tarik-menarik internal
untuk ‘bersatu kita teguh’ atau ‘bercerai kita runtuh’.
Bangsa Indonesia boleh bangga dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, namun
masyarakatnya tidak boleh lupa bahwa aplikasi semboyan tersebut merupakan tugas raksasa
yang di dalamnya banyak halangan dan rintangan yang harus diatasi dalam rangka
mewujudkan integrasi bangsa di tengah pluralitas  dan  heterogenitas. Untuk itu, tindakan
terbaik ialah kembali kepada konsistensi semangat Bhinneka Tunggal Ika. Semangat itu bisa
diwujudkan dengan menghargai pola-pola budaya daerah yang dimiliki oleh setiap suku,
agama, ras, dan adat serta mengakui haknya masing-masing untuk mengembangkan
budayanya tersebut. Masyarakat Indonesia harus memelihara persatuan dan kesatuan
berdasarkan kepentingan bersama secara nasional. Keanekaragaman yang dimiliki bangsa
Indonesia harus dipandang sebagai sebuah kearifan lokal yang harus dijaga kelestariannya.
Keanekaragaman ini juga harus dijadikan pijakan untuk berlomba-lomba menuju kebaikan.
Perlombaan ini akan semakin menunjukkan bahwa Negara Indonesia merupakan
negara multikultural yang unggul dan tangguh.
4

1.2 TUJUAN

1. Sebagai Pedoman Hubungan Antar Individu Maupun


Kelompok
Sekelompok masyarakat akan dapat berjalan beriringan dan harmonis karena
memiliki pedoman dan memiliki kebudayaan yang sama. Sehingga dalam hal
ini kebudayaan dan peradaban akan memudahkan dalam proses pencapaian tujuan dalam
masyarakat tersebut.

2. Sebagai Sarana dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup Maupun


Masyarakat
Budaya tidak hanya berbicara persoalan adat istiadat, namun juga pola perilaku
yang terdapat di masyarakat. Termasuk dalam bagaimana masyarakat tersebut dapat
bertahan hidup dengan memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti berkebun untuk masyarakat
pegunungan dan melaut di daerah pesisir pantai.

3. Sebagai Pendorong dalam Adanya Perubahan


Masyarakat
Kebudayaan dapat digunakan sebagai pendorong adanya perubahan dalam
masyarakat. Hal tersebut berlaku untuk kebudayaan populer (baru) yang mulai masuk pada
ranah masyarakat tertentu. Seperti budaya K-Pop yang merambah masyarakat yang
kebanyakan berusia remaja.
5

1.3 HIPOTESIS
Hipotesis kebudayaan dominan adalah sebuah model substantif yang merefleksikan
kenyataan hubungan antar sukubangsa dalam sebuah konteks struktur kekuatan setempat.
keberadaan dan kekuatan sosial dan pendistribusiannya di antara berbagai kelompok suku
bangsa yang hidup dalam konteks latar tersebut. Dalam hipotesis kebudayaan dominan
tercakup tiga unsur yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi satu sama lainnya saling
berhubungan, dan menentukan corak kesukubangsaan atau produk dan hubungan antar sukubangsa
yang terjadi. Unsur-unsur tersebut adalah:

• demografi sosial yang mencakup rasio populasi dan corak heterogenitas serta tingkat
percampuran hubungan di antara suku-suku bangsa yang ada dalam sebuah konteks latar
tertentu;
• kemantapan atau dominasi kebudayaan suku bangsa setempat, bila ada, dan cara-cara
yang biasanya dilakukan oleh anggota-anggota kelompok-kelompok suku bangsa pendatang
dalam berhubungan dengan suku-suku bangsa setempat dan penggunaan kebudayaan
masing-masing serta pengartikulasiannya;
• keberadaan dan kekuatan sosial dan pendistribusiannya di antara berbagai kelompok suku
bangsa yang hidup dalam konteks latar tersebut.

Salah satu ciri utama dan ada atau tidak adanya kebudayaan dominan dalam sebuah
masyarakat ialah adanya aturan-aturan main atau konvensi sosial dalam saling berhubungan yang
keberadaannya diakui dan digunakan oleh para pelaku dan berbagai kelompok suku bangsa yang
hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Dalam masyarakat dengan kebudayaan dominan, para
pelaku dan kelompok-kelompok suku bangsa yang tidak dominan menyesuaikan diri dengan dan
tunduk pada aturan-aturan main yang ditetapkan oleh masyarakat setempat yang dominan. Dalam
masyarakat yang tidak mengenal adanya kebudayaan dominan, aturan-aturan main terwujud
melalui tawar menawar kekuatan sosial yang dihasilkan dan proses-proses interaksi sosial yang
berlangsung dari waktu ke waktu dan dan generasi ke generasi. Aturan main yang telah mantap yang
menjadi acuan bagi kelakuan yang layak dan harus ditunjukkan di tempat-tempat umum dikontrol
dan diwasiti oleh masyarakat setempat sebagai benar atau salah dan waktu ke waktu.
BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISIS
A.    PEMBAHASAN

Para pendiri negara yang memahami betul konstelasi masyarakat Indonesia telah menjadikan
‘Bhinneka Tunggal Ika’ sebagai semboyan bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semboyan ini
tidak muncul begitu saja, melainkan sebuah kristalisasi sekaligus hasil refleksi atas kenyataan bahwa
bangsa Indonesia merupakan bangsa multikultural tetapi tetap satu kesatuan. Semboyan ini
bermakna walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Meskipun bangsa Indonesia memiliki
banyak sekali suku, agama, ras, adat, dan lain sebagainya, tetapi bangsa Indonesia tetap merupakan
satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Perbedaan itu tidak dapat dihapuskan dan tetap
akan mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia. Ketegangan dalam interaksi antara suku yang satu
dengan suku lainnya, agama yang satu dengan agama lainnya, dan lain sebagainya telah menjadi
salah satu sumber dari berbagai persoalan nasional Indonesia.

Bangsa Indonesia memiliki cukup banyak masalah kenegaraan, salah satunya adalah tidak adanya
konsistensi dalam pelaksanaan prinsip kebhinnekaan dan keekaan yang sesuai dengan motto
kenegaraan Indonesia. Kecenderungan kuat untuk melakukan penyeragaman dengan pemaksaan
memicu pergolakan daerah. Pergolakan daerah ini sudah banyak terjadi di Indonesia. Contohnya
konflik antar ras di Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah dan Papua. Ada juga perbedaan budaya dan
perlakuan aparat pemerintah terhadap suku Dayak dan Madura yang memunculkan masalah
berkepanjangan dan membawa banyak korban jiwa. Ada juga konflik berbau suku, ras, agama dan
adat di Poso, Sulawesi Tengah. Pergolakan daerah ini mudah sekali berkembang menjadi perlawanan
untuk memisahkan diri ( separatisme ). Tentu saja ancaman ini menjadikan kedamaian bangsa
Indonesia menjadi terusik dan keinginan untuk mengembangkan potensi yang ada menjadi
terhambat.

Masyarakat dan pemimpin-pemimpinnya yang tidak biasa berpikir, bersikap, dan berperilaku secara
mandiri untuk mengatasi berbagai masalah perbedaan yang ada, pastilah akan menemui kesulitan
untuk menetapkan suatu skala prioritas yang tidak hanya realistis, tetapi juga rasional bagi
tumpukan masalah perbedaan yang saling tumpang tindih dan siap mengancam eksistensi bangsa
Indonesia. Masyarakat Indonesia harus bersikap lebih mandiri dan terbuka terhadap berbagai
alternatif masa depan, supaya bisa menyikapi keanekaragaman dengan lebih rasional. Jika
masyarakat Indonesia tidak berhasil membangun sikap tersebut, bangsa Indonesia menghadapi
resiko untuk selalu tampil canggung dalam pergaulan masyarakat mancanegara dan terus menerus
mengalami tarik-menarik internal untuk ‘bersatu kita teguh’ atau ‘bercerai kita runtuh’.

Bangsa Indonesia boleh bangga dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, namun masyarakatnya
tidak boleh lupa bahwa aplikasi semboyan tersebut merupakan tugas raksasa yang di dalamnya
banyak halangan dan rintangan yang harus diatasi dalam rangka mewujudkan integrasi bangsa di
tengah pluralitas  dan  heterogenitas. Untuk itu, tindakan terbaik ialah kembali kepada konsistensi
semangat Bhinneka Tunggal Ika. Semangat itu bisa diwujudkan dengan menghargai pola-pola
budaya daerah yang dimiliki oleh setiap suku, agama, ras, dan adat serta mengakui haknya masing-
masing untuk mengembangkan budayanya tersebut. Masyarakat Indonesia harus memelihara
persatuan dan kesatuan berdasarkan kepentingan bersama secara nasional. Keanekaragaman yang
dimiliki bangsa Indonesia harus dipandang sebagai sebuah kearifan lokal yang harus dijaga
kelestariannya. Keanekaragaman ini juga harus dijadikan pijakan untuk berlomba-lomba menuju
kebaikan. Perlombaan ini akan semakin menunjukkan bahwa Negara Indonesia merupakan
negara multikultural yang unggul dan tangguh.

            Untuk membangun semangat Bhinneka Tunggal Ika selain dengan menciptakan otonomisasi


budaya tadi, masyarakat Indonesia juga harus bisa membangun sikap-sikap yang mencerminkan
semangat Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. Sikap-sikap itu antara lain:

1.                Cinta perbedaan dan berusaha menoleransinya

Perbedaan yang ada harus ditempatkan dengan penuh penghargaan sehingga tetap memperoleh
pengakuan yang sah sebagai bentuk kearifan lokal yang memperkaya budaya nasional. Ini adalah
tugas masyarakat Indonesia untuk berusaha mencintai perbedaan dan saling toleransi terhadap
sesama warga Indonesia yang mempunyai latar belakang budaya yang berbeda.

2.                Cinta damai dan menolong tanpa pandang bulu

Kerusuhan anatar suku, antar etnis, maupun antar agama yang sering terjadi di Indonesia tidak akan
terjadi apabila semua masyarakatnya memandang perbedaan bukanlah sesuatu yang harus
dipermasalahkan. Mereka bisa hidup bersama dalam suatu kedamaian dan keteraturan hidup
dengan saling tolong-menolong tanpa memandang siapa dia, darimana dia, dan apa latar
belakangnya.

3.                Cinta tanah air dan mengormati sesama

Cinta tanah air adalah langkah pilihan yang tidak mungkin dihindari. Tetapi langkah pilihan ini
sungguh memerlukan kebesaran jiwa dan kesediaan mendahulukan kepentingan bangsa diatas
kepentingan pribadi dan golongan. Tindakan besar ini memerlukan tekad yang besar pula, antara
lain tekad untuk berkorban demi masyarakat, bangsa, dan negara. Selain itu diperlukan pula
kebesaran jiwa untuk mengormati sesama warga Indonesia yang memiliki suku, agama, maupun ras
yang berbeda. Apabila tindakan ini sudah bisa diaplikasikan seluruh lapisan masyarakat, tentu akan
tertanam suatu kesadaran untuk ikut mewujudkan cita-cita nasional. Dengan itu kehidupan akan
terus berjalan dengan berlandaskan semangat persatuan dan kesatuan.

Para pendiri negara meletakkan akar kultural ikatan integratif dan semangat perjuangan berbangsa
dan bernegara, yaitu untuk berkehidupan berbangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur dalam persatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila. Perlu pula diungkapkan bahwa
dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan, diterimanya aliran pengertian negara persatuan sebagai
cita negara. Negara mengatasi segala paham golongan dan perseorangan mengandung pemahaman
bahwa negara tidak mempersatukan dirinya dengan satu golongan. Negara menghendaki persatuan
meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Dalam kehidupan di negara kesatuan ada 3 wawasan
kehidupan yang memang sudah menggariskan masyarakat Indonesia untuk tetap bisa hidup
harmonis di tengah perbedaan. Ketiga unsur wawasan tersebut adalah :

1.            Bermasyarakat

Kehidupan bermasyarakat memuat dan mengakui suatu kondisi kemajemukan latar belakang sosial,
pengelompokan, dan organisasi-organisasi masyarakatnya. Kemajemukan bagi bangsa Indonesia
justru secara dialektis menumbuhkan nilai persatuan bangsa. Jadi keanekaragaman dan persatuan
sebenarnya dua sisi dari satu keeping uang, atau dua sisi dari satu hal yang sama yaitu Indonesia.
Persatuan tidak bisa menghilangkan keanekaragaman, dan keanekaragaman itu pula yang
menumbuhkan persatuan.

2.            Berbangsa

Arti berbangsa adalah satu jiwa yang merupakan kesadaran untuk hidup bersama dengan satu cita-
cita bersama, menjadikan bangsa Indonesia memiliki roh kebangsaan yang sama.

3.            Bernegara

Bernegara memuat adanya peraturan-peraturan melalui perundang-undangan, kebijakan-kebijakan


dan praktik penyelenggaraan negara. Jadi berbangsa dan bernegara mencerminkan dimensi
kesatuan kehidupan bersama. Satu bangsa dan satu negara Indonesia.

            Selain menjaga kesatuan dan persatuan, Indonesia juga mempunyai tugas untuk melestarikan
budayanya. Di kalangan mancanegara, Indonesia merupakan negara yang kaya akan khazanah
budaya. Kekayaan ini harus dikelola dengan baik supaya tidak luntur termakan waktu. Menjaga aset
budaya Indonesia bukan saja tugas pemerintah, tetapi tugas seluruh masyarakat Indonesia. Sedari
dini masyarakat harus dikenalkan dengan budaya Indonesia supaya seluruh masyarakat ikut ambil
andil dalam upaya melestarikan budaya tersebut. Apalagi masyarakat Indonesia merupakan
masyarakat majemuk yang memiliki banyak sekali budaya, sehingga harus dilakukan pendekatan
agar kesadaran untuk mengelola budaya dalam masyarakat majemuk dapat tertanam di sanubari
warga Indonesia. Ada 2 cara untuk untuk mengelola keragaman budaya, yaitu :

1.      Culture Experience

Culture  experience erupakan salah satu upaya pelestarian budaya dengan cara terjun langsung
mempraktekkan budaya tersebut. Pihak yang terkait langsung dengan kebudayaan bisa mengajak
warga untuk berpartisipasi dalam kegiatan kebudayaan. Dengan itu warga Indonesia akan
merasakan langsung bagaimana pentingnya kebudayaan dalam kehidupan manusia. Selain itu,
apabila warga Indonesia diajak berpartisipasi dalam kegiatan kebudayaan dari daerah lain,
diharapkan masyarakat Indonesia bisa lebih menghargai keanekaragaman yang ada. Dengan itu akan
mudah tercipta keharmonisan dalam perbedaan.

2.      Culture Knowledge

Cara ini bisa dilakukan oleh pihak-pihak yang benar-benar mengerti dan menguasai kebudayaan di
Indonesia. Pihak-pihak tersebut diharapkan bisa mendirikan suatu wadah yang di dalamnya berisi
informasi seputar kebudayaan supaya warga Indonesia lebih mengerti dan memahami kebudayaan
di Indonesia. Dengan itu, warga Indonesia akan lebih mengerti dan bangga akan budaya negaranya
dan berusaha untuk menjaganya.

Apabila cara itu bisa diaplikasikan seluruh masyarakat, prinsip Bhinneka Tunggal Ika mendorong


berlangsungnya cross-cultural fertilizationguna menghasilkan budaya nasional hibrida yang lebih
unggul dan tangguh.

B.     ANALISIS

Guna menyimpulkan data yang akurat, digunakan analisis SWOT yaitu Strenght, Weakness,
Opportunity, Threats )

1.      Strenght  ( Kekuatan )
                   Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar dikarenakan berdiri di atas dasar-dasar
kemasyarakatan yang sangat kaya, baik secara kebudayaan, suku, etnik, bahasa, agama, serta adat
istiadat yang sangat majemuk sehingga
disebut plural  dan heterogen. Pluralitas  dan heterogenitas  ini telah berakar dalam sejarah yang
cukup panjang. Hal ini merupakan sebuah kekuatan dikarenakan budaya yang satu saling melengkapi
budaya yang lainnya dengan arah menuju konvergensi yang semakin kuat dan rapat. Pada terjadinya
konvergensi besar menuju ke arah titik-titik temu itulah terletak jaminan bagi kelangsungan hidup
bangsa Indonesia.

2.            Weakness  ( Kelemahan )

Memasuki abad 21, masyarakat, bangsa dan negara sedang ada pada tahap-tahap kritis. Pada satu
pihak dapat dilihat adanya arus pemantapan kebangsaan, persaudaraan, dan kebersamaan
masyarakat, tetapi di sisi lain dapat dilihat pula tumbuhnya egoism kelompo-kelompok dan aliran
yang menjadikan pluralitas  dan heterogenitas  sebagai alasan yang dapat membawa kerawanan,
keretakan, bahkan perpecahan dalam masyarakat dan bangsa.

3.            Opportunity  ( Peluang )

Pluralitas  dan heterogenitas  merupakan asset sumber daya pembangunan serta bisa dijadikan pilar-
pilar pembentuk jati diri bangsa dalam persatuan dan kesatuan nasional. Selain itu, hal ini menjadi
pendorong dinamika kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk membangun
masyarakat Indonesia yang memiliki semangat Bhinneka Tunggal Ika.

4.            Threats  ( Ancaman )

Pluralitas  dan heterogenitas  harus disadari bahwa bisa menjadi sumber kerawanan dan berpotensi
menyebabkan disintegrasi bangsa. Ancaman ini sangat mungkin terjadi terutama dalam menghadapi
era globalisasi, dikarenakan era globalisasi menghadapkan situasi yang terdapat arus keinginan
untuk menyatu dengan dunia luas, tetapi cenderung tetap ingin menunjukkan jati diri masing-
masing. Hal ini memicu konflik ingin menjadi yang terkuat, sehingga antar masyarakat yang berbeda
latar belakang akan terjadi perselisihan yang mendorong separatisme dan disintegrasi.

BAB III

SIMPULAN

            Indonesia adalah salah satu negara yang paling majemuk di dunia dan memiliki sistem nilai
yang sangat majemuk pula. Kemajemukan itu bisa kita lihat banyaknya suku-suku yang mendiami
wilayah Indonesia, banyaknya bahasa daerah yang digunakan masyarakat Indonesia, banyaknya adat
istiadat dan nilai norma yang diterapkan di Indonesia, banyaknya agama yang dianut masyarakat
Indonesia, dan lain sebagainya. Hal itu menjadi alasan Indonesia disebut sebagai negara
yang Plural dan Heterogen. Sebagai masyarakat yang memiliki kebudayaan yang
luhur, Pluralisme  dan Heterogenisme  itu harus dipandang sebagai anugerah Tuhan yang tidak
mungkin diubah, dilawan, apalagi diingkari. Yakin bahwa semua itu merupakan kehendak Tuhan
yang baik dan mulia. Bagi bangsa Indonesia hal itu bukan saja sebuah kekayaan, tetapi juga
memperkuat dan menumbuhkembangkan rasa persaudaraan dan semangat kerukunan. Mengingat
kenyataan heterogenisme  dan pluralisme  yang dimiliki bangsa Indonesia tadi, negara ini hanya bisa
bertahan dalam persatuan jika segenap warga dan pemerintahannya memberikan tempat yang
pantas bagi keanekaragaman yang ada sambil menjalankan penyelenggaraan pemerintahan yang
menghormati otonomisasi budaya daerah, tetapi juga megedepankan solidaritas demi menciptakan
kehidupan harmonis di tengah perbedaan. Semuanya beranekaragam, namun hakikatnya satu jua,
sebab tidak ada jalan kebaktian atau kebaikan yang mendua tujuan ( Bhinneka Tunggal Ika, Tan
Hana Dharma Mangroa ).Bangsa Indonesia boleh bangga dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika,
namun masyarakatnya tidak boleh lupa bahwa aplikasi semboyan tersebut merupakan tugas raksasa
yang di dalamnya banyak halangan dan rintangan yang harus diatasi dalam rangka mewujudkan
integrasi bangsa di tengah pluralitas  dan  heterogenitas. Untuk itu, tindakan terbaik ialah kembali
kepada konsistensi semangat Bhinneka Tunggal Ika. Semangat itu bisa diwujudkan dengan
menghargai pola-pola budaya daerah yang dimiliki oleh setiap suku, agama, ras, dan adat serta
mengakui haknya masing-masing untuk mengembangkan budayanya tersebut. Masyarakat
Indonesia harus memelihara persatuan dan kesatuan berdasarkan kepentingan bersama secara
nasional. Keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia harus dipandang sebagai sebuah kearifan
lokal yang harus dijaga kelestariannya. Keanekaragaman ini juga harus dijadikan pijakan untuk
berlomba-lomba menuju kebaikan. Perlombaan ini akan semakin menunjukkan bahwa Negara
Indonesia merupakan negara multikultural yang unggul dan tangguh.

Anda mungkin juga menyukai