Anda di halaman 1dari 7

PERANAN BIOENGINEERING DALAM PEMECAHAN MASALAH KESTABILAN LERENG http://eprints.unika.ac.

id/146

PERANAN BIOENGINEERING DALAM PEMECAHAN


MASALAH KESTABILAN LERENG
R. Andre Sagitha, Ferry Sentio Jaya, Daniel Hartanto
Universitas Katolik Soegijapranata – Semarang.

Abstrak: Pada daerah lerengan banyak dijumpai permasalahan yang berkenaan dengan stabilitas
lereng. Salah satu permasalahan adalah erosi permukaan yang disebabkan aliran air. Penanganan erosi
permukaan dapat diatasi dengan menggunakan beberapa metode antara lain: metode konvensional
misalnya: shortcrete atau penyemprotan pemukaan dengan air semen, membuat pergerakan erosi dapat
dicegah. Metode yang penulis tawarkan disini adalah metode yang ramah lingkungan yaitu dengan
metode bioengineering. Beberapa metode yang kami bahas adalah: Vegetated Rock Gabion, Live
Fascine dan Brush Layering. Metode-metode ini mengkombinasikan antara perkuatan akar tanaman
dengan konstruksi konvensional dalam hal ini adalah bronjong (gabion).

I. PENDAHULUAN Penanggulangan erosi permukaan dapat


dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
Latar Belakang
mengubah geometri lereng, mengendalikan air
Masalah kestabilan lereng merupakan
permukaan, membangun konstruksi (rip rap,
masalah yang sering dijumpai di Indonesia.
retaining wall) dan cara lainnya, yang
Biasanya pada waktu musim hujan sering
biasanya membutuhkan biaya yang cukup
terjadi peristiwa pengikisan tanah yang
mahal. Cara penanggulangan lain yang dapat
berlebihan atau yang sering disebut dengan
dipertimbangkan adalah bioteknologi (soil
erosi yang mengakibatkan tanah disekitar
bioengineering), yaitu teknologi yang
lereng menjadi rusak dan erosi yang terjadi
menggunakan vegetasi untuk mencegah erosi.
terus menerus dapat mengakibatkan bencana
Lereng tanah yang mengandung akar tanaman
longsor. Kestabilan lereng merupakan syarat
dapat meningkatkan kuat geser tanah,
mutlak yang harus diperhatikan kepada para
sehingga akan lebih besar dari tegangan geser
pengembang perumahan yang terletak di kaki
yang bekerja, dan secara otomatis akan
lereng ataupun di lerengan.
meningkatkan stabilitas tanahmya.
Erosi bukan merupakan masalah baru.
Teknologi bioteknologi (soil
Selama manusia berinteraksi dan
bioengineering) ini mempunyai berbagai
mengeksploitasi alam, bencana ini akan tetap
macam jenis metode pelaksanannya, ada yang
terus terjadi. Banyak faktor-faktor yang
mengunakan kombinasi antara struktur dengan
menyebabkan terjadinya bencana longsor
vegetasi, ada juga yang menggunakan
antara lain: curah hujan dengan intensitas
kombinasi antara vegetasi hidup dengan
tinggi serta durasi yang lama, gempa bumi,
vegetasi mati, dan ada juga yang
dan lain sebagainya. Selain faktor-faktor luar
menggunakan vegetasi hidup secara penuh.
yang mempengaruhi kestabilan tanah, bencana
Metode-metode yang akan dibahas merupakan
longsor juga disebabkan akibat faktor-faktor
perwakilan dari jenis-jenis metode
yang ada pada tanah itu sendiri seperti: jenis
pelaksanaannya. Vegetated Rock Gabion
tanah, sifat batuan, corak topografi dan
adalah metode yang mengkombinasikan antara
geologi yang membentuk lapisan tanah
struktur dengan vegetasi. Live Fascine adalah
tersebut.
metode yang menggunakan kombinasi antara
Erosi menurut bidang longsornya dibagi
vegetasi hidup dan mati, dan Brush Layering
menjadi 2 bagian, yaitu: erosi permukaan
adalah metode yang menggunakan vegetasi
(surficial erotion) dan erosi global massa
secara penuh.
tanah (soil mass stability). Erosi permukaan
Dengan meningkatnya kepedulian
berarti erosi atau longsoran yang terjadi hanya
masyarakat terhadap masalah lingkungan,
pada permukaan tanah saja atau hanya pada
serta keterbatasan kemampuan finansial akibat
kedalaman tertentu dari permukaan. Dan erosi
krisis ekonomi yang belum berakhir,
global massa tanah berarti erosi yang terjadi
menjadikan teknologi ini lebih dapat diterima
pada keseluruhan massa. Ada kesan kuat para
dan sangat kompetitif serta memiliki potensi
ahli geoteknik lebih fokus kepada persoalan-
yang sangat besar untuk diterapkan di
persoalan yang menyangkut stabilitas global
Indonesia.
meskipun seharusnya disadari bahwa erosi
global yang terjadi tidak jarang diawali oleh
persoalan erosi permukaan.
PERANAN BIOENGINEERING DALAM PEMECAHAN MASALAH KESTABILAN LERENG http://eprints.unika.ac.id/146

Maksud dan Tujuan II. SOIL BIOENGINERING


Studi ini dimaksudkan untuk
2.1. Pengertian
memperkenalkan alternatif penyelesaian
Soil Bioengineering adalah teknologi
dalam menanggulangi longsor akibat erosi
yang menggunakan bahan dari tanaman hidup
permukaan.
dan bagian dari tanaman, untuk mengatasi
Tujuan dari studi ini adalah untuk
persoalan-persoalan mengenai alam
mengetahui mekanisme dan manfaat dari
lingkungan seperti erosi permukaan tanah dan
metode-metode soil bioengineering, antara
erosi lereng sungai. Dalam sistem soil
lain: Vegetated Rock Gabion, Live Fascine,
bioengineering, tanaman berperan sebagai
dan Brush Layering. Selain itu pengertian
komponen struktural yang utama, tidak hanya
akan teknologi ini diharapkan dapat
sebagai bagian dari estetika lansekap.
menambah ilmu pengetahuan dan jika
Hal yang perlu dilakukan sebelum
memungkinkan dapat digunakan sebagai
pelaksanaan metode soil bioengineering
alternatif penyelesaian dalam menanggulangi
adalah pemilihan jenis tanaman dan persiapan
longsor akibat erosi permukaan.
lahan. Banyak jenis tanaman yang dapat
digunakan dalam metode soil bioengineering,
Batasan Masalah
namun tidak semua jenis tanaman cocok untuk
Studi literatur ini hanya membahas
digunakan. Jenis tanaman yang cocok untuk
mengenai mekanisme kerja, cara pelaksanaan,
digunakan adalah jenis tanaman yang
manfaat, keunggulan dan kekurangan dari
mempunyai karakteristik tumbuh dengan cepat
metode live fascine, brush layering, dan
dan berakar cukup dalam dan banyak. Jenis
vegetated rock gabion. Jenis erosi yang
tanaman yang dapat digunakan untuk menjaga
dibahas di dalam studi literatur ini adalah erosi
stabilitas lereng dan erosi permukaan meliputi
permukaan (surface erotion) akibat aliran air
rerumputan, palawija, semak-semak, dan
yang disebabkan oleh air hujan.
pepohonan. Masing-masing mempunyai
keuntungan dan kerugian sesuai dengan
karakteristiknya (Tabel 1).

Tabel 1. Jenis-jenis tanaman untuk stabilisasi dan pengontrolan erosi


No Jenis Keuntungan Kerugian
1 Rumput-rumputan • Serbaguna dan murah • Pengakaran dangkal
• Mudah menyesuaikan diri • Diperlukan pemeliharaan setiap hari
• Pertumbuhan cepat
• Baik untuk menutupi permukaan
Alang-alang • Pertumbuhan baik pada lereng sungai • Penanaman dengan tangan cukup
• Pertumbuhan cepat mahal
• Susah didapat
2 Palawija • Pengakaran lebih dalam • Bibit mahal
• Kadang-kadang penanaman susah
• Banyak species mati pada musim
dingin
Kacang-kacangan • Penanaman murah • Tidak bisa ditanam di daerah yang
• Menghasilkan Nitrogen sulit
• Cocok bila dicampur dengan rumput
3 Semak-semak • Cukup murah • Penanaman mahal
• Banyak species yang bisa ditanam • Kadang-kadang penanaman sulit
• Penutup tanah pengganti
• Banyak species hijau
• Pengakaran Dalam
• Pemeliharaan mudah
4 Pohon-pohon • Pengakaran kuat • Penanaman cukup lama
• Beberapa dapat dijadikan bibit • Pertumbuhan lambat
• Tidak perlu pemeliharaan bila sudah • Mahal
berdiri
Willows dan Poplars • Akar mudah muncul dari • Pemeliharaan harus tepat
pemotongan • Penanaman dapat menjadi mahal
• Serbaguna • Tidak dapat tumbuh dengan bibit
• Teknik penanaman banyak
• Penanaman cepat
(Diambil dari Prociding Seminar Nasional SLOPE 2002 dengan judul “Pengaruh Akar Tanaman
Terhadap Kekuatan Geser Tanah” oleh Theo F. Najoan dan Carlina Soetjiono di Universitas
Katolik Parahyangan Bandung)
PERANAN BIOENGINEERING DALAM PEMECAHAN MASALAH KESTABILAN LERENG http://eprints.unika.ac.id/146

2.2. Sejarah dan Perkembangan Soil Land Reclamation and Conservation, disusul
Bioengineering dengan buku kedua pada tahun 1997 dengan
Soil Bioengineering jika ditinjau kembali judul Ground Engineering Techniques for
ke masa lalu sebenarnya sudah diterapkan di Slope Protection yang sering digunakan
daratan Asia dan Eropa. Seorang sejarahwan sebagai buku acuan bagi para pemerhati
Cina pernah menuliskan tentang penggunaan bidang soil bioengineering.
teknologi ini di daratan Cina yaitu untuk Saat ini sudah semakin banyak tersedia
perbaikan tanggul sungai dengan cara buku-buku soil bioengineering dalam bahasa
memasukkan batu-batu kedalam anyaman asing (inggris khususnya), demikian pula
yang terbuat dari pohon tertentu atau bambu. informasi penting lainnya data ditelusuri
Sedangkan di daratan Eropa bisa dijumpai dengan mudah di situs-situs internet. Namun
dalam bentuk dinding penahan yang terbuat sayangnya sampai saat ini sepengetahuan
dari anyaman ranting dan cabang untuk penulis belum terdapat buku yang tertulis
konstruksi-konstruksi hidrolika. Pada abad ke dalam bahasa Indonesia. Hal ini sebagai salah
16 teknologi ini mengalami perkembangan satu penyebab terhambatnya perkembangan
yang sangat pesat di hampir seluruh daratan soil bioengineering di Indonesia.
Eropa, terutama untuk proyek-proyek Teknologi ini mempunyai potensi yang
perbaikan tebing sungai menggunakan metode sangat besar untuk diterapkan di Indonesia.
yang masih dikenal sampai saat ini, yaitu: live Dengan belum berakhirnya krisis yang
stakes yang didokumentasikan oleh Woltmann melanda Indonesia maka teknologi ini menjadi
1791. suatu ilmu yang sangat tepat jika dibanding
Pada tahun 1930 soil bioengineering dengan teknologi yang lain jika dilihat dari
mengalami perkembangan yang sangat pesat segi finansial.
dimana keterbatasan finansial di awal perang
dunia kedua memaksa beberapa negara di 2.3. Metode Soil Bioengineering
Eropa Tengah terutama Jerman dan Austria Dalam pelaksanaan Soil Bioengineering
untuk lebih banyak menerapkan teknologi ini ada berbagai macam metode, diantaranya yang
pada proyek-proyek pekerjaan publiknya. akan dibahas secara garis besar adalah,
Bahkan di Jerman pernah didirikan sebuah metode Vegetated Rock Gabion, Contour
institut penelitian oleh Adolf Hitler untuk Wattling / Live Fascine, dan Brush Layering.
mengembangkan teknologi ini, yang
kemudian melahirkan beberapa pakar 2.3.1. Vegetated rock gabion
terkemuka antara lain Arthur Von Kruedener Vegetated Rock Gabion adalah salah satu
yang dikukuhkan sebagai the father of soil metode dari soil bioengineering yang
bioengineering. Sebagai penghargaan atas mengkombinasikan antara kontruksi dengan
karyanya maka diterbitkan sebuah buku vegetasi. Dengan adanya kombinasi antara
pertama dalam bidang ini dengan judul konstruksi dan vegetasi maka metode ini akan
Ingenieurbiologi (Engineering Biologi). Pada memberikan ketahanan yang lebih baik dalam
kurun waktu yang kurang lebih sama di menanggulangi longsoran tanah akibat erosi
Amerika Serikat merupakan awal dari permukaan maupun pengikisan tanah yang
perkembangan teknologi ini. Seseorang yang disebabkan oleh arus sungai.
telah mengembangkan teknologi soil Gabion (bronjong) adalah kerangka
bioengineering dengan metoda live fascine berbentuk bujursangkar yang terbuat dari
adalah Charles Kraebel yang bekerja pada kawat besi atau kawat berlapis vinyl (plastik
USDA Forest Service. Kegunaan dari metode elastis yang kuat) dan berisikan batu-batu
ini antara lain untuk stabilisasi lereng pada berukuran kecil sampai sedang (coarse
proyek jalan raya. agregate dan gravel). Gabion-gabion tersebut
Setelah perang dunia kedua usai para ahli disusun dan dipasang di tepi lereng atau tepi
soil bioengineering kembali melanjutkan aliran sungai sebagai kerangka tumpuan atau
upaya penyempurnaan terhadap teknologi dinding samping yang berbentuk seperti anak
yang sudah dikembangkan sebelumnya, untuk tangga. Tumbuhan dan cabang-cabang hidup
menyusun standarisasi teknologi dan ditempatkan didalam kerangka dan disetiap
spesifikasi konstruksi. Pada tahun 1951 Arthur susunan gabion tersebut. Cabang-cabang ini
Von Kruedener mempublikasikan buku akan mulai berakar dan bertumbuh didalam
pertamanya mengenai soil bioengineering. gabion dan pada tanah dibelakang kerangka
Sementara itu pada tahun 1980 terbit buku (backfill). Akar-akar itu pada akhirnya akan
pertama dalam edisi bahasa inggris oleh Hugo menyatukan kerangka yang ada dan
Schichtl dengan judul Bioengineering for melekatkannya pada lereng.
PERANAN BIOENGINEERING DALAM PEMECAHAN MASALAH KESTABILAN LERENG http://eprints.unika.ac.id/146

Metode ini digunakan untuk tersebut. Selain itu akar dari vegetasi yang
menanggulangi longsoran pada lereng tanah ditanam didalam kerangka gabion akan
maupun lereng dengan konstruksi diatasnya, menambah kestabilan lereng. Hal ini
seperti rel kereta api, jalan raya, dan disebabkan karena akar-akar dari vegetasi
sebagainya. Vegetated rock gabion juga tersebut akan meningkatkan kuat geser tanah
menanggulangi pengikisan pada lereng tepi dan menyerap aliran air yang merembes
sungai akibat arus sungai. didalam tanah sehingga akan mengurangi
tekanan air pori pada lereng tersebut.
2.3.1.1. Aplikasi dan Kegunaan Vegetated Berikut ini adalah sketsa sederhana tampak
Rock Gabion samping dari Vegetated Rock Gabion.
Metode ini digunakan untuk
menanggulangi erosi tanah pada lereng
maupun lereng dengan konstruksi diatasnya,
seperti rel kereta api, jalan raya, dan
sebagainya. Vegetated Rock Gabion juga
menanggulangi pengikisan pada lereng tepi
sungai akibat arus sungai.
Metode vegetated rock gabion sangat
cocok digunakan pada lereng dengan
kemiringan yang curam. Susunan gabion yang
berbentuk seperti anak tangga dan akar-akar
vegetasi yang melekat pada lereng, akan
mereduksi kecuraman lereng sehingga lereng
menjadi lebih stabil. Susunan gabion yang Gambar 2.1: Tampak samping vegetated rock gabion
seperti anak tangga dapat menahan lereng (Chapter 16 Streambank and Shoreline Protection,
Robin B Sotir, 1996)
tanah dengan baik dan proporsional. Yang
dimaksud dengan proporsional adalah
2.3.1.2. Pelaksanaan Metode Vegetated Rock
kekuatan untuk menahan sesuai dengan
Gabion
kekuatan yang mendorong, dengan kata lain
Pelaksanaan metode Vegetated Rock Gabion
susunan gabion yang seperti anak tangga
dapat dilihat dengan skema dibawah ini.
tersebut menahan lereng sesuai dengan
(Gambar 2.2)
tekanan aktif atau gaya lateral pada lereng

1. Bronjong

2. Vegetasi
Persiapan material
3. Batuan

4. Backfill

1. Tempatkan bronjong di dasar lereng

2. Mengisi bronjong dengan batu secara diagonal

Pemasangan 3. Masukkan stek vegetasi

4. Bronjong diisi kembali dengan agregat hingga penuh

5. Tutup penutup dan ikat dengan kawat

1. Pemeriksaan bronjong

2. Pemeriksaan vegetasi yg sudah mati


Pemeliharaan
3. Penyiraman air (bila perlu)

4. Insektisida (bila perlu)

Gambar 2.2: Skema pelaksanaan metode Vegetated Rock Gabion


PERANAN BIOENGINEERING DALAM PEMECAHAN MASALAH KESTABILAN LERENG http://eprints.unika.ac.id/146

2.3.2. Contour Wattling / Live Fascines /


Anyaman Vegetasi
Live fascine adalah salah satu metode soil
bioengineering yang terdiri dari kumpulan
cabang hidup tanaman yang diikat menjadi
satu ikatan berkas (bundles), dimana bundles
tersebut ditanam dalam suatu galian tanah
berbentuk parit yang dangkal yang terletak
pada lereng. Vegetasi yang ada didalam
bundles tersebut akan bertumbuh dan akar-
akarnya akan menyebar dan menjalar didalam
tanah yang akan memperkuat tanah dan
melindungi lereng dari erosi. Gambar 2.3 : Penampang Live Fascine
(Chapter 16 Streambank and Shoreline Protection,
Robin B Sotir, 1996)
2.3.2.1. Aplikasi dan Kegunaan Metode Live
Fascine
Live fascine dapat dipergunakan pada
lereng bukit atau pada lereng ditepi sungai.
Metode ini sering digunakan pada lereng
dengan bentang yang panjang dimana live
fascine berfungsi sebagai sistem drainase pada Gambar 2.4 : Bundles
lereng yang terbagi atas beberapa segmen. (Chapter 16 Streambank and Shoreline Protection,
Live fascine akan mereduksi energi aliran air Robin B Sotir, 1996)
dan mengalirkan supaya air dapat diserap oleh
tanaman yang ada didalam bundles (Gambar 2.3.2.2. Pelaksanaan Metode Live Fascine
2.4). Untuk mendapatkan gambaran yang Pelaksanaan metode Live Fascine akan
lebih jelas mengenai Live fascine dapat dilihat dijelaskan dengan skema berikut ini.
pada gambar 2.3. (Gambar 2.5)

Vegetasi dengan panjang 1,5 – 9m diikat menjadi satu ikatan


Pembuatan Bundles berkas dengan diameter 15 – 20cm

Gali parit memanjang lereng dengan kedalaman 30 – 45cm,


lebar 20 – 25cm.

Letakkan bundles. Overlap 15 – 30cm


Pelaksanaan
Pasang balok pemancang dengan jarak 60 – 90cm

Pasang stek hidup

Pemeriksaan vegetasi yg sudah mati


Pemeliharaan Penyiraman air (bila perlu)

Insektisida (bila perlu)

Gambar 2.5: Skema pelaksanaan Live Fascine

2.3.3. Brush Layering tanaman yang memiliki ranting yang cukup


Brush Layering adalah salah satu metode banyak atau rerumputan yang memiliki batang
untuk mengurangi erosi permukaan yaitu cukup panjang yang ditempatkan pada
dengan cara menanam tanaman di sepanjang permukaan lereng sepanjang parit-parit yang
dinding lereng, dan dibagi beberapa lapisan. telah digali sepanjang kontur-kontur lereng.
Penanaman brush layer terdiri dari bahan
PERANAN BIOENGINEERING DALAM PEMECAHAN MASALAH KESTABILAN LERENG http://eprints.unika.ac.id/146

2.3.3.1. Aplikasi dan kegunaan Brush berada pada daerah tersebut benar-benar
Layering terganggu dan atau tererosi. Brush Layering
Brush Layering adalah metode yang bisa diandalkan sebagai teknik yang terbaik
mempunyai sistem yang hampir sama dengan untuk memperkuat permukaan lereng untuk
Live Fascine. Hal ini dapat dilihat karena mengurangi erosi permukaan dan secara tidak
keduanya meliputi pemotongan vegetasi dan langsung memperkecil kemungkinan
penempatannya pada lereng, hanya terjadinya sliding.
perbedaanya adalah pada penempatan
vegetasinya. Brush Layering dalam 2.3.3.2. Pelaksanaan Metode Brush Layering
penempatan vegetasi berorientasi secara tegak Pelaksanaan metode brush layering akan
lurus (perpendicular) terhadap lereng. digambarkan dengan skema berikut ini.
Teknik ini sangat tepat bila diterapkan (Gambar 2.6)
pada area cut and fill dimana tanah yang

Persiapan Lahan

Gali parit memanjang lereng dengan kedalaman kira-kira


¾ dari panjang vegetasi. Jarak antar parit 4 – 10 feet.

Vegetasi ditanam kedalam parit dengan kemiringan ± 10°


Pelaksanaan
Parit diurug kembali dengan tanah hasil galian

Membuat gundukan diatas vegetasi

Pemeriksaan vegetasi yg sudah mati


Pemeliharaan Penyiraman air (bila perlu)

Insektisida (bila perlu)

Gambar 2.6: Skema pelaksanaan Brush Layering

Berikut ini adalah gambaran sederhana membutuhkan peralatan berat serta


mengenai pelaksanaan metode brush layering. jumlah pekerja yang relatif minimal
menyebabkan kerusakan lahan yang
minimal pula pada saat pelaksanaan.
Dengan demikian soil bioengineering
cocok digunakan pada area atau lahan
dimana estetika, kesuburan lahan, dan
habitat hewan menjadi prioritas yang
penting.
• Penerapan soil bioengineering
memerlukan media lahan yang baik dan
subur. Oleh sebab itu soil bioengineering
tidak dapat diterapkan pada lahan dengan
tanah berbatu, sangat berpasir, tergenang
air terus menerus.
• Pelaksanaan soil bioengineering
dilakukan pada awal musim hujan (antara
bulan September – Maret)
Gambar 2.7: Cara penanaman brush layering
• Metode Vegetated Rock Gabion
III. KESIMPULAN DAN SARAN dilaksanakan bila gaya lateral tanah
lereng cukup besar sehingga diperlukan
3.1. Kesimpulan penahan struktur untuk menstabilkan
• Sistem Soil Bioengineering adalah system lereng dan mereduksi kecuraman lereng.
perbaikan alam yang tidak mutlak
PERANAN BIOENGINEERING DALAM PEMECAHAN MASALAH KESTABILAN LERENG http://eprints.unika.ac.id/146

• Metode Vegetated Rock Gabion tidak United States Departement of Agriculture


didesain untuk menahan gaya lateral yang (USDA)
sangat besar. Sotir, R.B. (1996), Chapter 16 Streambank
• Metode Vegetated Rock Gabion sangat and Shoreline Protection, The United
cocok digunakan bila ruang pelaksanaan States Departement of Agriculture
yang tersedia terbatas dan lebih banyak (USDA)
dibutuhkan pembangunan struktur arah
vertikal.
• Metode Live Fascine cocok untuk lereng
curam dan cukup berbatu dimana
penggalian sulit dilakukan.
• Live Fascine cocok bila ditempatkan pada
lereng sungai atau lereng lain yang
mempunyai bentang panjang.
• Brush Layering sangat tepat bila
diterapkan pada area cut and fill dimana
tanah yang berada pada daerah tersebut
benar-benar terganggu dan atau tererosi.
Brush Layering bisa diandalkan sebagai
teknik yang terbaik untuk memperkuat
permukaan lereng untuk mengurangi erosi
permukaan dan secara tidak langsung
memperkecil kemungkinan terjadinya
sliding.

3.2. Saran
• Perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai penerapan metode Vegetated
Rock Gabion, Live Fascine, dan Brush
Layering dilapangan.
• Soil Bioengineering di Indonesia masih
dianggap sebagai suatu hal yang baru,
sehingga perlu adanya sosiaisasi tentang
soil bioengineering di kalangan
masyarakat.

IV. DAFTAR PUSTAKA


Aponno, G, dan Kuncoro, I. (2002),
“Penggunaan Vegetasi Sebagai Metoda
Stabilisasi Lereng”, Prociding Seminar
Nasional SLOPE 2002, Universitas
Katolik Parahyangan, Bandung
Jaya, F.S, dan Sagitha, R.A. (2004), “Studi
Literatur tentang Soil Bioengineering
dengan Metode Vegetated Rock Gabion,
Live Fascine, dan Brush Layering”,
Laporan Tugas Akhir, Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang
Najoan, F.,T, dan Soetijono, C. (2002),
“Pengaruh Akar Tanaman Terhadap
Kekuatan Geser Tanah” Prociding
Seminar Nasional SLOPE 2002,
Universitas Katolik Parahyangan,
Bandung
Sotir, R,B. (1992), Chapter 18 Soil
Bioengineering for Upland Slope
Protection and Erosion Reduction, The

Anda mungkin juga menyukai