Anda di halaman 1dari 19

AYAT-AYAT ETIKA BISNIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu dari Tugas Kelompok pada Mata Kuliah
Ayat-Ayat Ekonomi pada Program Studi Ekonomi Syariah
Kelompok 1 Semester 6 Fakultas Ekonomi dan Bsinis Islam
IAIN Bone

Oleh :

Kelompok 1

HANATUO
01 16 3016

ANDI ZULHULAIFAH SURADI


01 16 3019

AYUNI FEBRIANI
01 16 3025

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


BONE
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Swt atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang

sederhana ini. Tak lupa kita kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi

Muhammad Saw yang menjadi suri teladan bagi umat manusia.

Ucapan terima kasih juga kami haturkan kepada seluruh pihak yang telah

membantu dalam proses penulisan makalah ini sehingga dapat selesai tepat pada

waktunya. Makalah ini berjudul “Ayat-Ayat Etika Bisnis” yang kami buat dalam

bentuk yang sederhana dan ringkas dengan harapan semoga para pembaca mudah
memahami isi makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharap kritik dan saran dari para

pembaca sehingga dalam penulisan makalah ini selanjutnya menjadi lebih baik.

Watampone, Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan Penulisan 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengantar Ayat-Ayat Etika Bisnis 2

B. Ayat yang Terkait dengan Etika Bisnis 4

C. Istibath Ayat-Ayat Etika Bisnis 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 14

B. Saran 15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika bisnis yaitu perilaku yang mencerminkan akhlak (etika) seseorang.

Apabila seseorang taat pada etika, berkecenderungan akan menghasilkan perilaku

yang baik dalam setiap aktifitas atau tindakannya, tanpa terkecuali dalam aktifitas

berbisnis. Bisnis merupakan kegiatan bermuamalah yang pertama kali

menanggalkan etika. Bisnis yang sehat adalah bisnis berdasarkan etika.

Tidak heran jika Islam yang bersumber dari Al-Qur’an memberi tuntutan

menyeluruh sekaligus petunjuk-petunjuknya terkait dengan interaksi dan etika

dalam bidang bisnis dengan tujuan untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan dalam konteks berbisnis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dikemukakan rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Pengantar ayat-ayat etika bisnis


2. Ayat yang terkait dengan etika bisnis

3. Istibath ayat-ayat etika bisnis

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui ayat-ayat etika bisnis

2. Untuk mengetahui ayat-ayat yang terkait mengenai etika bisnis

3. Untuk memahami istinbath ayat-ayat mengenai etika bisnis

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengantar Ayat-Ayat Etika Bisnis

1. QS Al-Baqarah{/2: 282
‫س ًّمى فَٱ ْكتُبُوهُ ۚ َو ْليَ ْكتُب بَّ ْينَ ُك ْم كَات ٌِۢب بِ ْٱلعَدْ ِل ۚ َو ََل‬ َ ‫َٰٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓو ۟ا إِذَا تَدَايَنتُم بِدَي ٍْن إِلَ َٰٓى أ َ َج ٍل ُّم‬
‫َس‬ْ ‫ٱَّللَ َربَّ ۥه ُ َو ََل يَ ْبخ‬ َّ ‫ق‬ ْ
ِ َّ ‫علَ ْي ِه ٱل َح ُّق َوليَت‬ ْ َّ
َ ‫ٱَّلل ُ ۚ فَ ْليَ ْكتُبْ َو ْليُ ْم ِل ِل ٱلذِى‬ َّ ُ‫علَّ َمه‬ َ ‫ب َك َما‬ َ ُ ‫ب كَاتِب أَن يَ ْكت‬ َ ْ ‫يَأ‬
ْ َ
ُ ‫ضعِيفًا أ ْو ََل يَ ْستَطِ ي ُع أن يُمِ َّل ه َُو فَليُ ْمل ِْل َو ِليُّ ۥه‬ َ َ ‫سفِي ًها أ َ ْو‬ َ ‫علَ ْي ِه ْٱل َح ُّق‬ َ ‫شيْـًٔا ۚ فَإِن َكانَ ٱلَّذِى‬ َ ُ‫مِ ْنه‬
َ‫ض ْون‬ َ ‫َان مِ َّمن ت َْر‬ ِ ‫ت‬َ ‫أ‬‫ر‬َ ‫ٱم‬ْ ‫و‬ َ ‫ل‬ ‫ج‬
ُ ‫ر‬ َ
َ ِ ‫ف‬ ‫ْن‬ ‫ي‬َ ‫ل‬ ‫ج‬ُ ‫ر‬
َ ‫َا‬ ‫ن‬ ‫و‬ ُ
‫ك‬ ‫ي‬
َ ‫م‬ْ َّ ‫ل‬ ‫ن‬ ِ ‫إ‬ َ ‫ف‬ ۖ ‫م‬
ْ ُ ‫ك‬ ‫ل‬
ِ ‫ا‬ ‫ج‬َ ‫ر‬ِ ‫ن‬ ِ‫م‬ ‫ْن‬
ِ ِ ‫ي‬ َ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ه‬‫ش‬َ ۟
‫ُوا‬ ‫د‬ ‫ه‬
ِ ْ
‫ش‬ َ ‫ت‬ ‫س‬
ْ ‫ٱ‬ ‫و‬َ ِ ْ‫ِب ْٱل َعد‬
ۚ ‫ل‬
‫وا ۚ َو ََل‬ ۟ ‫ع‬ ُ ُ ‫ش َهدَآَٰ ُء ِإذَا َما د‬ ُّ ‫ب ٱل‬ َ ْ ‫َض َّل إِحْ دَى ُه َما فَتُذَك َِر إِحْ دَى ُه َما ْٱْل ُ ْخ َرى ۚ َو ََل يَأ‬ ِ ‫ت‬ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ِ‫ء‬ َٰٓ ‫ا‬ َ ‫د‬ ‫ش َه‬ ُّ ‫مِ نَ ٱل‬
‫ش َهدَةِ َوأَدْن ََٰٓى أ َ ََّل‬ َّ ‫ٱَّللِ َوأ َ ْق َو ُم لِل‬ َّ َ ‫سطُ عِند‬ َ ْ ‫ق‬ْ َ ‫أ‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬ ‫ل‬
ِ َ ‫ذ‬ ۚ ‫ۦ‬
‫ه‬
ِ ‫ل‬
َِ‫ج‬ َ ‫أ‬ ‫ى‬
َٰٓ َ ‫ل‬ ‫إ‬
ِ ً ِ ْ‫ا‬ ‫ير‬ ‫ب‬ َ
‫ك‬ ‫و‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬‫ِير‬ً ‫غ‬ ‫ص‬
َ ُ ‫ه‬ ‫ُو‬ ‫ب‬ُ ‫ت‬ ْ
‫ك‬ َ ‫ت‬ ‫ن‬ َ ‫أ‬ ‫تَسْـَٔ ُم َٰٓو ۟ا‬
‫علَ ْي ُك ْم ُجنَاح أ َ ََّل ت َ ْكتُبُوهَا ۗ َوأ َ ْش ِهد َُٰٓو ۟ا ِإذَا‬ َ َ ‫ْس‬ ‫ي‬ َ ‫ل‬ َ ‫ف‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬
ْ َ َ ُ َ ‫ن‬ ‫ي‬ ْ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ن‬
َ ‫و‬ ‫ِير‬ ‫د‬ ُ ‫ت‬ ً ‫ة‬‫ر‬ ‫اض‬
َ ِ َ َ َ ِ ‫ح‬ ً ‫ة‬ ‫ر‬ ‫ج‬ ‫ت‬ َ‫ون‬ ُ
‫ك‬ َ ‫ت‬ ‫ن‬ َ ‫أ‬ َٰٓ ‫َل‬ َّ ‫إ‬ ۖ ۟
ِ ‫ت َْرت َاب َُٰٓوا‬
َّ ‫ٱَّللَ ۖ َويُ َع ِل ُم ُك ُم‬
َّ ‫ٱَّللُ ۗ َو‬
ُ ‫ٱَّلل‬ َّ ‫وا‬ ۟ ُ‫وق بِ ُك ْم ۗ َوٱتَّق‬ ٌۢ ‫س‬ ُ ُ‫وا فَإِنَّ ۥه ُ ف‬ ۟ ُ‫ش ِهيد ۚ َوإِن ت َ ْفعَل‬ َ ‫ضا َٰٓ َّر كَاتِب َو ََل‬ َ ُ‫ت َبَايَ ْعت ُ ْم ۚ َو ََل ي‬
‫علِيم‬ َ ٍ‫ىء‬ ْ ‫ش‬ َ ‫بِ ُك ِل‬

Terjemahannya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya,
meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada
Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Commented [Andi Zulh1]:
Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau
dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan
dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki
(di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa
maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang
itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian
itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali
jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka
tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit
menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.1
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Bintang Indonesia, 2011),
h. 48.
2. QS al-Nisa>/4: 29

َ ُ‫اض ِمن ُك ْم ۚ َو ََل ت َ ْقتُلُ َٰٓو ۟ا أَنف‬


َّ ‫س ُك ْم ۚ ِإ َّن‬
َ‫ٱَّلل‬ َٰٓ َّ ‫ُوا ََل ت َأ ْ ُكلُ َٰٓو ۟ا أ َ ْم َولَكُم بَ ْينَ ُكم ِب ْٱلبَطِ ِل ِإ‬
ٍ ‫َل أَن ت َ ُكونَ تِ َج َرة ً َعن ت ََر‬ ۟ ‫ََٰٓيأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمن‬
‫َكانَ بِ ُك ْم َرحِ ي ًما‬

Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.2
3. QS al-Taubah{/9: 24

‫سادَهَا‬ َ ‫ِيرت ُ ُك ْم َوأ َ ْم َول ٱ ْقت ََر ْفت ُ ُموهَا َوتِ َج َرة ت َْخش َْونَ َك‬
َ ‫قُلْ إِن َكانَ َءابَا َٰٓ ُؤ ُك ْم َوأ َ ْبنَا َٰٓ ُؤ ُك ْم َوإِ ْخ َونُ ُك ْم َوأ َ ْز َو ُج ُك ْم َو َعش‬
َّ ‫ٱَّللُ ِبأ َ ْم ِرِۦه ۗ َو‬
‫ٱَّللُ ََل يَ ْهدِى‬ َّ ‫ى‬ َِ ‫وا َحتَّى يَأْت‬
۟ ‫ص‬ُ َ َّ ‫ب‬‫َر‬ ‫ت‬ َ ‫ف‬ ‫ۦ‬
‫ه‬
ِ ‫ل‬
ِ ‫ي‬ ِ َ ‫سو ِلِۦه َو ِج َها ٍد ف‬
‫ب‬ ‫س‬ ‫ِى‬ ُ ‫ٱَّللِ َو َر‬َّ َ‫ض ْونَ َها َٰٓ أ َ َحبَّ ِإلَ ْي ُكم ِمن‬ َ ‫َو َم َس ِكنُ ت َْر‬
َ‫ْٱلقَ ْو َم ْٱلفَ ِسقِين‬

Terjemahnya:
Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri,
kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik.3
4. QS al-Nu>r/24: 37

ُ‫ٱلزكَوةِ ۙ يَخَافُونَ يَ ْو ًما تَتَقَلَّبُ فِي ِه ْٱلقُلُوب‬


َّ ِ‫صلَوةِ َوإِيت َآَٰء‬ َّ ‫ِر َجال ََّل ت ُ ْل ِهي ِه ْم تِ َج َرة َو ََل بَيْع َعن ِذ ْك ِر‬
َّ ‫ٱَّللِ َوإِقَ ِام ٱل‬
‫ص ُر‬ َ ‫َو ْٱْل َ ْب‬

Terjemahnya:
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual
beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)
membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
penglihatan menjadi goncang.4
B. Ayat-Ayat yang Terkait dengan Etika Bisnis
1. QS Al-Baqarah{/2: 282

Allah berfirman dalm QS Al-Baqarah{/2: 283

2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Bintang Indonesia, 2011),
h. 83.
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Bintang Indonesia, 2011),
h. 190.
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Bintang Indonesia, 2011),
h. 355.
ُ‫ض ُكم بَ ْعضًا فَ ْلي َُؤ ِد ٱلَّذِى ٱؤْ تُمِ نَ أ َ َمنَت َ ۥه‬
ُ ‫ضة ۖ فَإ ِ ْن أَمِ نَ َب ْع‬ ۟ ‫سف ٍَر َولَ ْم ت َِجد‬
َ ‫ُوا َكاتِبًا فَ ِر َهن َّم ْقبُو‬ َ ‫َوإِن ُكنت ُ ْم َعلَى‬
َّ ‫ش َهدَة َ ۚ َو َمن يَ ْكت ُ ْم َها فَإِنَّ َٰٓۥهُ َءاثِم قَ ْلبُ ۥهُ ۗ َو‬
‫ٱَّللُ بِ َما ت َ ْع َملُونَ َعلِيم‬ ۟ ‫ٱَّللَ َربَّ ۥهُ ۗ َو ََل ت َ ْكت ُ ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬ َّ ‫ق‬ ِ َّ ‫َو ْليَت‬
Terjemahnya:
Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan
yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu
mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan
barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang
berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ayat ini memiliki keterkaitan dengan ayat sebelumnya yang membahas
tentang bermuamalah secara tidak tunai maka hendaknya terdapat penulis, maka

dari itu ayat ini menjelaskan bahwa jika orang yang sedang melakukan transaksi

secara tidak tunai maka boleh memberi barang tanggungan sebagai jaminan

pinjaman atau dengan kata lain menggadai.5

2. QS al-Nisa>/4: 29

Dalam QS al-Nisa>/4: 29 membahas tentang perolehan harta dengan jalan

yang tidak batil dan tidak memakan harta sesama muslim. Allah berfirman dalam

QS al-Nisa>/4: 5

‫سو ُه ْم َوقُولُوا لَ ُه ْم قَ ْو ًَل َّم ْع ُروفًا‬ َّ ‫َو ََل تُؤْ تُوا السُّفَ َها َٰٓ َء أ َ ْمولَ ُك ُم الَّتِى َجعَ َل‬
ْ ‫َّللاُ لَ ُك ْم قِي ًما َو‬
ُ ‫ار ُزقُو ُه ْم فِي َها َوا ْك‬

Terjemahnya:
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna
akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah
sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta
itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.
Ayat ini terdapat kata amwa>lakum, penulis mengemukakannya bahwa itu

menunjukkan bahwa harta anak yatim atau harta siapapun sebenarnya

menunjukkan milik bersama, dalam arti ia harus beredar dan mengahasilkan

manfaat bersama. Begitupun dengan harta pribadi harusnya dirasakan dan

5
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h (Cet. I: Jakarta; Lentera Hati, 2002), h.
412-413.
difungsikan sebagai milik bersama yang dibuktikan dengan sosial harta itu.

Redaksi ini mengandung kerjasama dan tidak saling merugikan, baik itu pihak

pertama ataupun pihak kedua. Agar tidak terjadi permusuhan maka Allah swt

menetapakn neraca dan memerintahkan untuk menegakkannya.

Allah berfirman dalam QS al-Rah{man/55: 9

۟ ‫وا ْٱل َو ْزنَ بِ ْٱل ِقسْطِ َو ََل ت ُ ْخس ُِر‬


َ‫وا ْٱلمِ يزَ ان‬ ۟ ‫َوأَقِي ُم‬

Terjemahnya:
Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu
mengurangi neraca itu.
Menegakkan neraca menjadikan kedua belah pihak tidak mengalami

kerugian, bahkan masing-masing memperoleh apa yang diharapkannya.6

3. QS al-Taubah{/9: 24

Ayat ini bukan berarti melarang mencintai keluarga atau harta benda.

Betapa ia melarangnya padahal cinta terhadap harta dan anak adalah naluri

manusia. Allah berfirman dalam QS al-Imr>an/3: 14

َ ‫ض ِة َو ْٱل َخ ْي ِل ْٱل ُم‬


‫س َّو َم ِة َو ْٱْل َ ْنعَ ِم‬ َّ ‫ب َو ْٱل ِف‬ َ ‫ير ْٱل ُمقَن‬
ِ ‫ط َرةِ مِ نَ ٱلذ َّ َه‬ ِ ِ‫سآَٰءِ َو ْٱلبَنِينَ َو ْٱلقَنَط‬
َ ِ‫ت مِ نَ ٱلن‬ ِ ‫ش َه َو‬ َّ ‫اس حُبُّ ٱل‬ ِ َّ‫ُز ِينَ لِلن‬
ِ ‫ٱَّللُ عِندَ ۥهُ ُح ْس ُن ْٱل َمـَٔا‬
‫ب‬ َّ ‫ث ۗ ذَلِكَ َمت َ ُع ْٱل َحيَوةِ ٱلد ُّ ْنيَا ۖ َو‬
ِ ‫َو ْٱل َح ْر‬

Terjemahnya:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).7
Dengan adanya ayat ini yang bertujuan sebagai penjelas bahwa yang
demikian itu merupakan kesenangan hidup di dunia. Jangan sampai manusia akan
terlena akan kecintaan apa-apa yang ada di dunia dan melupakan kehidupan
akhirat.8

6
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h (Cet. I: Jakarta; Lentera Hati, 2002), h.
610.
7
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h (Cet. I: Jakarta; Lentera Hati, 2002), h.
560-561.
8
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h (Cet. I: Jakarta; Lentera Hati, 2002), h.
561.
4. QS al-Nu>r/24: 37
Ayat ini membahas tentang manusia-manusia yang senantiasa mengingat

Allah swt dan tidak lupa saat mereka sedang melakukan jual beli dan meraih

keuntungan, merekapun tidak lupa shalat yang dilaksanakan pada saat-saat

tertentu itu dan tidak lupa menunaikan zakat. Allah berfirman dalam QS al-

Zumar/39: 47

َ‫َوبَدَالَ ُه ْم مِ نَ هللاِ َمالَ ْم يَ ُك ْون ُْوا يَحْ ت َ ِسب ُْون‬


Terjemahnya:
“Maka nampaklah buat mereka dari sisi Allah, apa yang selama ini mereka
tak duga”.
Ayat ini memberikan penjelasan bahwa hati dan pandangan ketika itu

beralih dari penyaksian hal-hal yang bersifat duniawi yang menghalangi manusia
memandang hakikat dan kebenaran kepada pandangan yang berbeda, yaitu

menyaksikan cahaya iman dan ma’rifat yang menjadikan seorang mukmin

memandang denagn cah aya Ilahi.9

B. Istibath Ayat-Ayat Etika Bisnis

1. QS Al-Baqarah{/2: 282
Kata ( ‫ ) تداينتم‬tada>yantum memiliki arti bermuamalah, terambil dari kata

(‫ )دين‬dain. Kata ini memiliki banyak arti, yakni selalu menggambarkan hubungan

antar dua pihak, adapun makna yang lain yakni hutang, pembalasan, ketaatan dan

agama. Kesemuanya menggambarkan hubungan timbal balik, atau dengan kata

lain bermuamalah. Muamalah yang dimaksud muamalah yang tidak secara tunai,

yakni hutang-piutang.10

Ayat ini mengisyaratkan perlunya belajar tulis menulis, karena dalam

hidup ini setiap orang dapat mengalami kebutuhan pinjam dan memimjamkan. Itu

9
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h (Cet. I: Jakarta; Lentera Hati, 2002), h.
357-358.
10
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h (Cet. I: Jakarta; Lentera Hati, 2002),
h. 603.
diisyaratkan oleh penggunaan kata (‫ )إذا‬idza/ apabila pada awal penggalan ayat ini

yang lazim digunakan untuk menunjukkan kepastian akan terjadinya sesuatu.

Perintah menulis dapat mencakup perintah kepada kedua orang yang bertransaksi,

dalam arti salah seorang menulis, dan apa yang ditulisnya diserahkan kepada

mitra pandai tulis baca, dan bila tidak pandai atau keduanya tidak pandai, maka

mereka hendaknya mencari orang ketiga.11

Kemudian dikemukakan kembali tentang siapa yang mengimlakkan

kandungan perjanjian, yakni dengan firman-Nya: Dan hendaklah orang yang

berhutang itu mengimlakkan apa yang telah disepakati untuk ditulis. Mengapa

yang berhutang, bukan yang memberi hutang? karena dia dalam posisi lemah, jika

yang memberi hutang yang megimlakkan sendiri hutangnya dan di depan penulis
serta yang memberinya juga, maka tidak ada alasan bagi yang berhutang untuk

mengingkari isi perjanjian.

Bagaimana kalau yang berhutang, karena suatu dan hal lain tidak mampu

mengimlakkan? Lanjutan ayatnya menjelaskannya, Jika yang berhutang itu orang

yang lemah akalnya, tidak pandai mengurus harta, karena suatu dan sebab lain,
atau lemah keadaannya seperti sakit atau sangat tua, atau dia sendiri tidak mampu

mengimlakkan karena bisu atau tidak mengetahui bahasa yang digunakan, atau

boleh jadi malu, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur.

Setelah menjelaskan tentang penulisan, maka uraian berikut ini adalah

menyangkut persaksian, baik dalam tulis menulis maupun selainnya. Dan

persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantara kamu.

Kata saksi yang digunakan ayat ini adalah ( ‫ ) شهيدين‬syahidain bukan ( ‫) شاهدين‬

sya>hidain. Ini berarti bahwa saksi yang dimaksud adalah benar-benar yang wajar

serta dikenal kejujurannya sebagai saksi, dan telah berulang-ulang melaksanakan

11
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h (Cet. I: Jakarta; Lentera Hati, 2002),
h. 604.
tugas tersebut. Dengan demikian, tidak ada kergauan menyangkut kesaksiannya.

Dua orang saksi dimaksud adalah saksi-saksi lelaki yang merupakan anggota

masyarakat muslim. Atau kalau bukan dua orang lelaki, maka (boleh) seorang

lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, yakni yang

disepakati oleh yang melakukan transaksi.

Dalam pandangan Mazhab Maliki, kesaksian wanita dibenarkan dalam

hal-hal yang berkaitan dengan harta benda, tidak dalam kriminal, pernikahan,

cerai dan rujuk. Mazhab Hanafi lebih luas dan lebih sesuai dengan perkembangan

masyarakat dan kodrat wanita.12

Sebagaimana Allah berpesan kepada para penulis, kepada para saksi pun

Allah berpesan, “Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila


mereka dipanggil” karena keterangannya dapat mengakibatkan hilangnya hak dan

terjadi korban. Yang dinamai saksi adalah orang yang berpotensi menjadi saksi,

walaupun ketika itu dia belum melaksanakan kesaksian, dan dapat juga secara

aktual telah menjadi saksi.

Setelah mengingatkan para saksi, ayat ini kembali berbicara tentang


penulisan hutang-piutang, tapi dengan memberi penekanan pada hutang-piutang

yang jumlahnya kecil, karena biasanya perhatian tidak diberikan secara penuh

menyangkut hutang yang kecil, padahal yang kecilpun dapat mengakibatkan

permusuhan, bahkan pembunuhan. Apalagi yang kecil bagi seseorang boleh jadi

dinilai besar oleh orang lain. Ayat ini mengingatkan, janganlah kamu jemu

menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai yakni termasuk batas waktu

membayarnya.

Petunjuk-petunjuk di atas adalah jika muamalah dilakukan dalam bentuk

hutang-piutang. Tetapi jika ia merupakan perdagangan tunai yang kamu jalankan

12
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h (Cet. I: Jakarta; Lentera Hati, 2002),
h. 605-606.
di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu (jika) kamu tidak menulisnya.

Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli, perintah di sini oleh mayoritas

ulama dipahami sebagai petunjuk umum, buka perintah wajib.13

Saksi dan penulis yang dimintai atau diwajibkan untuk menulis dan

menyaksikan, tentu saja mempunyai aneka kepentingan pribadi atau keluarga

kehadirannya sebagai saksi, dan atau tugasnya menulis, dapat jual beli atau

hutang-piutang itu, dapat mengalami kesulitan dari para penulis dan saksi jika

mereka menyelewengkan kesaksian atau menyalahi ketentuan penulisan. Karena

itu Allah berpesan dengan menggunakan satu redaksi yang dapat dipahami

sebagai tertuju kepada penulis saksi, kepada penjual dan pembeli, serta yang

berhutang dan pemberi hutang. Penggalan ayat berikut yang menyatakan ( ‫وَليضر‬
‫ ) كاتب وَلشحيد‬dapat berarti janganlah penulis dan saksi memudharatkan yang

bermuamalah, dan dapat berarti janganlah yang bermuamalah memudharatkan

para saksi dan penulis.

Salah satu bentuk mudharat yang dapat dialami oleh saksi dan penulis

adalah hilangnya kesempatan memperoleh rezeki, karena itu tidak ada salahnya
memberikan mereka ganti biaya transport dan biaya administrasi sebagi imbalan

jerih payah dan penggunaan waktu mereka. Di sisi lain, para penulis dan saksi

hendaknya tidak merugikan yang bermuamalah dengan memperlambat kesaksian

apalagi menyembunyikan atau melakukan penulisan tidak sesuai dengan

kesepakatan mereka. Jika kamu wahai para saksi dan penulis serta yang

melakukan muamalah, melakukan yang demikian, maka sesungguhnya hal itu

adalah suatu kefasikan pada dirimu.

Kefasikan adalah keluarnya seseorang dari ketaatan kepada Allah swt atau

dengan kata lain kedurhakaan. Ini berarti, siapapun yang melakukan suatu

13
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h (Cet. I: Jakarta; Lentera Hati, 2002),
h. 607-608.
aktivitas yang mengakibatkan kesulitan bagi orang lain. Maka dia dinilai durhaka

kepada Allah serta keluar dari ketaatan kepada-Nya.

Ayat ini diakhiri dengan firman-Nya: Dan bertakwalah kepada Allah,

Allah akan mengajar kamu dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Ayat ini

memerintahkan bertakwa yang disusul dengan mengingatkan pengajaran Ilahi,

karena sering kali yang melakukan transaksi perdagangan menggunakan

pengetahuan dimilikinya dengan berbagai cara terselubung untuk menarik

keuntungan sebanyak mungkin.14

2. QS al-Nisa>/4: 29

Secara bahasa kata ( ‫ ) أموا لكم‬memiliki arti harta yang beredar dalam

masyarakat. Kata ( ‫ ) بينكم‬memiliki arti diantara kamu. Kata ( ‫ ) الباطل‬memiliki arti


rusak, salah, palsu, tidak sah. Kata ( ‫ ) عنتراض منكم‬memiliki arti keralaan kedua

belah pihak.

Dapat dikatakan bahwa kelemahan manusia tercermin antara lain pada

gairahnya yang melampaui batas untuk mendapatkan gemerlapnya duniawi

berupa wanita, harta, dan tahta. Melalui ayat ini Allah swt mengingatkan, wahai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan, yakni memperoleh harta

yang merupakan sarana kehidupan kamu, diantara kamu dengan jalan yang batil,

yakni tidak sesuai dengan tuntunan syariat, tetapi hendaklah kamu peroleh harta

itu dengan jalan perniagaan yang berdasarkan kerelaan di antara kamu, kerelaan

yang tidak melenggar ketentuan agama.

Karena harta benda mempunyai kedudukan di bawah nyawa, bahkan

terkadang nyawa dipertaruhkan untuk memperoleh atau mempertahankannya,

maka pesan ayat ini selanjutnya adalah dan janganlah kamu membunuh diri kamu

14
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h (Cet. I: Jakarta; Lentera Hati, 2002),
h. 609.
sendiri, atau membunuh orang lain secara tidak hak karena orang lain adalah sama

dengan kamu, dan bila kamu membunuhnya kamu pun terancam dibunuh.15

Thabathabai memperoleh kesan dari kata bainakum. Menurutnya, kata ini

mengandung makna adanya semacam himpunan di antara mereka atas harta, dan

harta itu berada ditengah mereka yang berhimpun itu. Larangan memakan harta

yang berada di tengah mereka dengan batil itu, mengandung makna larangan

melakukan transaksi/perpindahan harta yang tidak mengantar masyarakat kepada

kesuksesan, bahkan mengantarnya kepada kebejatan dan kehancuran seperti

praktek-praktek riba, perjudian, jual beli yang mengandung penipuan dan lain-

lain.

Selanjutnya ayat di atas menekankan juga keharusan adanya kerelaan


kedua belah pihak. Walaupun kerelaan adalah sesuatu yang tersembunyi di lubuk

hati, tetapi indikator dan tanda-tandanya dapat terlihat. Ijab dan Kabul, atau apa

saja yang dikenal dalam adat kebiasaan sebagai serah terima adalah bentuk-bentuk

yang digunakan hukum untuk menunjukkan kerelaan.16

3. QS al-Taubah{/9: 24
Secara bahasa, kata ( ‫ ) عشيرتكم‬memiliki arti kaum keluarga. Kata ( ‫) أموال‬

memiliki arti harta kekayaan. Kata ( ‫ ) تجراة‬memiliki arti perniagaan. Kata ( ‫) أحب‬

memiliki arti lebih kamu cintai.

Ayat ini hanya mengingatkan jangan sampai kecintaan kepada hal-hal

tersebut (keluarga, harta kekayaan, dan perniagaan) melampaui batas sehingga

menjadikan ia yang dipilih sambil mengorbankan kepentingan agama. Memang

kecintaan kepada sesuatu diukur ketika seseorang dihadapkan kepada dua hal atau

lebih yang harus dipilih salah satunya. Dalam konteks ini jika kenikmatan duniawi

15
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h (Cet. I: Jakarta; Lentera Hati, 2002),
h. 411-412.
16
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h (Cet. I: Jakarta; Lentera Hati, 2002),
h. 413.
disandingkan dengan nilai-nilai Ilahi maka cinta yang lebih besar akan terlihat

saat menjatuhkan pilihan. Perlu juga dicatat bahwa tidak selalu kepentingan

duniawi dan kenikmatannya bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi. Dan ketika itu

tidak ada salahnya jika keduanya digabung.17

4. QS al-Nu>r /24: 37

Kata ( ‫ ) رجال‬tidak harus selalu dipahami arti antonim perempuan. Kata ini

digunakan juga dalam arti manusia, baik laki-laki maupun perempuan selama

mereka memiliki keistimewaan, atau ketokohan, atau ciri tertentu yang

membedakan mereka dari yang lain.18Ayat ini juga menggunakan kata ( ‫) تجارة‬

dan ( ‫) بيع‬. Keduanya biasa diterjemahkan jual beli. Sementara ulama memahami

kata ( ‫ ) تجارة‬dalam arti membeli dan ( ‫ ) بيع‬dalam arti menjual.19 Sedang kata
(‫ )ذكرهللا‬yang berarti mengingat Allah. Kata ( ‫ ) اصلواة‬memiliki arti shalat,

sedangkan kata ( ‫ ) الزكواة‬memiliki arti zakat.

Thabathabai berpendapat bahwa kata tijarah jika diperhadapkan dengan

bai’ maka ia berarti kesinambungan dalam upaya mencari rezeki dengan jalan jual

beli, sedang bai’ adalah upaya jual beli yang menghasilkan keuntungan ril yang
sifatnya langsung. Dengan demikian penggalan ayat ini bagaikan menyatakan

bahwa manusia-manusia itu tidak pernah lengah dari mengingat Allah sepanjang

upaya mereka yang bersinambung guna mencari keuntungan, dan tidak juga pada

saat mereka sedang melakukan jual beli dan meraih keuntungan.

Melaksanakan shalat dan menunaikan zakat adalah lambang dan hubungan

baik dengan Allah swt dan sesama manusia, dengan demikian penyebutan kedua

17
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h (Cet. I: Jakarta; Lentera Hati, 2002),
h.561.
18
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h (Cet. I: Jakarta; Lentera Hati, 2002),
h.355.
19
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h (Cet. I: Jakarta; Lentera Hati, 2002),
h. 356.
ibadah itu dapar berarti melaksanakan aneka kewajiban dan tuntunan Allah swt,

atau dengan kata lain melaksanakan aktivitas positif.20

20
Muhammad Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h (Cet. I: Jakarta; Lentera Hati, 2002),
h. 357.
15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Etika bisnis adalah seperangkat aturan normal yang berkaitan dengan baik

dan buruk, benar dan salah, bohong dan jujur. Etika ini dimaksudkan untuk

mengendalikan perilaku manusia dalam menjalankan aktivitas bisnis yakni

menjalankan pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan untuk

memperoleh keuntungan.

Adapun beberapa ayat yang terkandung didalam Al-qur’an yang

membahas tentang etika bisnis, yakni:


QS Al-Baqarah{/2: 282 yang membahas tentang tata cara bermuamalah

secara tidak tunai maka harus dilakukan pencatatan yang dilakukan antara dua

orang yang bertransaksi tersebut. Namu jika keduanya tidak mampu maka bisa

menggunakan pihak ketiga sebagai penulis. Kemudian ayat ini juga

mengemukakan bahwa pihak yang berhutang mengimlakkan (mendiktekan)


kandungan perjanjian. Namun apabila pihak yang berhutang tidak mampu

mengimlakkan kandungan perjanjian dengan alasan tertentu maka walinya dapat

mengimlakkannya dengan jujur. Ayat ini juga menganjurkan adanya persaksian

baik itu dalam bentuk tulisan atau lain sebagainya. Dimana saksi disini terdiri atas

dua orang lelaki atau seorang lelaki dan dua orang perempuan. Kemudian ayat ini

juga berbicara tentang pemberian perhatian pada penulisan utang-piutang dalam

jumlah yang kecil.

QS al-Nisa>/4: 29 membahas tentang cara memperoleh harta yakni dengan

jalan yang tidak batil atau jalan yang tidak sesuai dengan syariat Islam serta tidak

memakan harta sesama muslim. Larangan memakan harta sesame muslim


15

mengandung makna larangan melakukan transaksi/perpindahan harta yang tidak

mengantar masyarakat kepada kesuksesan, bahkan mengantarnya kepada

kebejatan dan kehancuran seperti praktek-praktek riba, perjudian, jual beli yang

mengandung penipuan dan lain-lain.

QS al-Taubah{/9: 24. Ayat yang menjadi peringatan kepada umat muslim

jangan sampai mencintai secara berlebihan terhadap apa-apa yang ada di dunia

seperti: keluarga, harta kekayaan, dan perniagaan yang melampaui batas sehingga

ia lupa akan kepentingan akhirat.

QS al-Nu>r/24: 37 ayat yang membahas tentang manusia yang

menyeimbangkan antara dunia dan akhiratnya. Mereka yang tidak pernah lengah

mengingat Allah sepanjang upaya mereka yang bersinambung guna mencari


keuntungan, dan tidak juga lupa pada saat mereka sedang melakukan jual beli dan

meraih keuntungan. Merekapun melaksanakan shalat dan menunaikan zakat yang

merupakan hubungan baik dengan Allah swt dan sesama manusia.

B. Saran

Dalam kehidupan ini banyak hal yang sudah diatur di dalam Al-Qur’an
baik itu mengenai muamalah, cara pemerolehan harta, peringatan agar tidak

mencintai harta secara berlebihan dan yang terpenting adalah menyeimbangkan

antara kehidupan dunia dan akhirat. Banyak manfaat yang didapatkan ketika kita

berpacu pada kitabullah, jadi agar kehidupan kita bisa terarah maka perpegang

teguhlah kepada Al-Qur’an sebagai sumber hukum yang pertama.


DAFTAR PUSTAKA

RI, Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Bintang Indonesia,


2011.
Shihab, Muhammad Quraish. Tafsir Al-Mishba>h. Cet. I: Jakarta; Lentera Hati,
2002.

16

Anda mungkin juga menyukai