Anda di halaman 1dari 14

AFTER COOKING ACTION (SPOILED AND TRANSFER)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memenuhi Tugas Manajemen Catering

Disusun oleh

Anggita Widya Yunita P17331119404


Annisa Triwahyuni P17331119406
Ati Agustina Antares P17331119407
Nur Rahmawati Kodriah P17331119424
Rivani Narissa P17331119430
Welly Anggraeni P17331119438

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


JURUSAN GIZI PROGRAM DIPLOMA IV
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari
produsen kekonsumen dan para pemakai barang, sewaktu dan dimana barang
atau jasa tersebut diperlukan. Proses distribusi tersebut pada dasarnya
menciptakan faedah waktu, tempat, dan pengalihan hak milik. Saluran distribusi
adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses
untuk menjadikan suatu barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi.
Sistem distribusi yang baik akan menjamin produk sampai ke konsumen lebih
cepat sehingga mengurangi resiko kerugian.
Penyajian makanan merupakan salah satu prinsip dari hygiene dan
sanitasi makanan. Penyajian makanan yang tidak baik tidak hanya dapat
mengurangi selera makan seseorang tapi dapat juga menjadi penyebab
kontaminasi terhadap bakteri. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penyajian makanan sesuai dengan prisip hygiene dan sanitasi makanan akan
kami bahas lebih lengkap pada tulisan kami ini. Karena pentingnya peran
distribusi dan penyajian makanan dalam berbagai bidang industri maka
dibutuhkan suatu prosedur yang digunakan sebagai acuan atau nilai standar
dalam kegiatan distribusi dan penyediaan bahan makanan yang akan kami
dibahas dalam tulisan ini.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah kami adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan distribusi makanan ?
2. Apa yang dimaksud dengan penyajian makanan ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan distribusi makanan
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan penyajian
makanan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Distribusi Makanan
Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian
barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya
sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat
dibutuhkan). Dengan kata lain, proses distribusi merupakan aktivitas pemasaran
yang mampu:
1. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang
dapat merealisasikan kegunaan atau utilitas bentuk, tempat, waktu, dan
kepemilikan.
2. Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel flow) secara
fisik dan non-fisik. Yang dimaksud dengan arus pemasaran adalah aliran
kegiata yang terjadi di antara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat
di dalam proses pemasaran. Arus pemasaran tersebut meliputi arus
barang fisik, arus kepemilikan, arus informasi, arus promosi, arus
negosiasi, arus pembayaran, arus pendanaan, arus penanggungan risiko,
dan arus pemesanan.
Dalam pelaksanaan aktivitas-aktivitas distribusi, perusahaan kerap sekali
harus bekerja sama dengan berbagai perantara (middleman) dan saluran
distribusi (distribution channel) untuk menawarkan produknya.
Dalam menetapkan kebutuhan sarana fisik dan perlengkapan instalasi
gizi, salah satu faktor yang turut berperan adalah sistem distribusi dan macam
pelayanan yang ditetapkan institusi. Dengan penetapan sistem distribusi dan
pelayanan, berarti institusi telah pula memperhitungkan keuntungan dan
kelemahan system, efisiensi pekerjaan, kelancaran arus kerja serta
keharmonisan dalam pelaksanaan pelayanan bagi klien. Sistem distribusi ini
hanya dibutuhkan bagi institusi yang melayani klien ditempat-tempat yang cukup
besar dibeberapa lokasi.
Dalam menerapkan prosedur distribusi, dikenal dua cara pendistribusian
makanan kepada klien atau konsumen, yaitu sebagai berikut:
1. Cara Sentralisasi
Dengan cara ini maka semua kegiatan pembagian makanan dipusatkan
pada suatu tempat (centralized). Sebelum memilih cara ini manajer atau
penanggung jawab penyediaan makanan sudah harus memperhitungkan
konsekuensi yang harus diadakan seperti luas tempat, peralatan, tenaga, dan
kesiapan manajemen yang menyeluruh. Dengan cara sentralisasi ini memang
ada hal-hal yang menguntungkan seperti:
a. Penghematan bangunan institusi karena hanya dibutuhkan satu tempat
yang cukup luas untuk pendistribusian makanan. Di tempat atau lokasi
maka hanya diperlukan dapur kecil yang sifatnya untuk pos pengecekan
ulang. Kadang dapur kecil (pantry) ini juga tidak dibutuhkan, bila
pendistribusian langsung ke klien atau konsumen (pengguanaa bon
perjalanan ke lokasi). Penghematan ini diasumsi sampai 50%.
b. Tidak dibutuhkan alat-alat makan yang berlebihan di pantry dan juga tidak
diperlukan ruang penyimpanan khusus. Alat ini akan langsung kembali ke
sentral pelayanan.
c. Masalah kelebihan makanan atau sisa makanan diruangan akan
berkurang.
d. Pengawasan di pusat, pendistribusian dapat lebih intensif, dan lebih teliti,
sehingga pengawas di ruangan/pantry dapat dikurangi.
e. Tidak akan dijumpai suara keributan tenaga, alat ataupun bau makanan
ke klien.
f. Makanan dapat langsung ke klien tanpa hambatan berarti, pelayanan
cepat hanya membutuhkan setengah dari cara sentralisasi.
Kelemahan dari pelaksanaan cara ini adalah :
a. Dibutuhkan ruang pendistribusian yang cukup luas untuk peralatan
makanan dan alat makan dalam kegiatan pelaksanaan dan pengawan.
Investasi ini menyangkut juga mengadaan bon belanja langsung ke
klien/lokasi pembagian makanan. Terkadang bon berjalan diganti dengan
kereta makan yang di dorong manusia. Cara ini cukup baik, tetapi kurang
menjamin penyampaian makanan kepada klien.
b. Dibutuhkan pegawai yang terampil dan terlatih untuk mampu bekerja
dengan teliti, cepat, benar dan rapi.
c. Sering ada hambatan atau kesulitan dalam pelaksanaan system bon
belanja.
d. Ketidaksesuaian alat makan dan jenis hidangan yang tersedia.
e. Kepuasan klien perorangan sedikit terabaikan.
Walaupun demikian, sistem sentralisasi lebih sesuai untuk institusi besar
yang memiliki tenaga yang terbatas. Yang perlu dipikirkan adalah investasi dan
instalasi peralatan yang tepat, sehingga efisiensi dan efektifitas system ini akan
jelas dirasakan.

2. Cara Desentralisasi
Seperti halnya cara sentralisasi, maka cara pendistribusian desentralisasi
juga diterapkan di institusi yang memiliki ruang makan atau unit-unit pelayanan
yang berbeda pada lokasi yang berbeda. Dengan cara ini maka fokus kegiatan
masih tetap berada di unit pembagian utama, yang kemudian langkah
selanjutnya adalah menata makanan dalam alat-alat makan perorangan yang
telah disediakan di pantry atau dapur ruangan.
Sistem ini jelas membutuhkan pantry atau pos pelayanan makan
sementara yang berfungsi untuk menghangatkan kembali makanan, membuat
minuman atau sejenisnya, menyiapkan peralatan makan bersih, menyajikan
makanan sesuai dengan porsi yang ditetapkan, meneliti macam dan jumlah
makanan, serta membawa hidangan kepada klien. Juga menilai kemampuan
konsumsi makan klien.
Keuntungan cara desentralisasi adalah :
a. Mutu makanan dapat dipertahankan, karena makanan dihangatkan
kembali.
b. Peralatan yang dibutuhkan relatif lebih sedikit dan macam peralatan lebih
murah dibandingkan cara sentralisasi.
Kelemahan cara desentralisasi adalah :
a. Memerlukan tempat distribusi yang luas, baik di unit pelayanan utama
ataupun di pantry, baik untuk perkakas besar, peralatan angkut makanan
(dalam jumlah besar), alat masak kecil di pantry, peralatan makan serta
kereta pengangkut makanan.
b. Kadang kualitas makanan dapat rusak. Pelayanan makanan lebih
lambat. Biaya untuk pantry cukup tinggi..
c. Pengawasan sukar, dan perlu tenaga dalam jumlah yang cukup terutama
untuk diet khusus.
d. Kesulitan menata peralatan makan dan inventarisasinya di pantry.
e. Sering menimbulkan kegaduhan dan bau makanan.
Terkadang di institusi dilakukan kedua sistem tersebut, setalah
melakukan ketetapan khusus. Contohnya : dengan terbatasnya tenaga
pengawas di pantry, maka makanan yang khusus dilakukan dengan cara
sentralisasi, makanan biasa menggunakan cara desentralisasi. Penerapan
sistem sentralisasi sering juga tidak menyeluruh sehingga kegunaannya dan
efisiensinya kurang dirasakan.

Contoh Distribusi Makanan di Rumah Sakit


Pendistribusian makanan adalah kegiatan menyalurkan makanan yang
telah diproduksi dan telah diporsikan berdasarkan jumlah dan jenis diet pasien.
Tujuan pendistribusian makanan adalah agar makanan yang telah diproduksi
dapat disalurkan ke pasien dan pegawai.
a. Sistem Distribusi Makanan
Rumah Sakit biasanya menggunakan sistem sentralisasi karena semua
kegiatan produksi hingga pemorsian dilakukan di dapur. Makanan yang telah
diolah oleh juru masak kemudian diporsikan sesuai dengan jenis diet dan kelas
perawatan. Sebelum dan saat pendistribusian dilakukan pemeriksaan kembali
oleh petugas distribusi agar tidak terjadi kesalahan pemberian makan. Saat
pemorsian, petugas pemorsian menyesuaikan jenis diet dengan label yang ada.
Pelabelan dilakukan untuk mengurangi kesalahan dalam pemberian jenis
diet dan kegiatan distribusi kepada pasien.
b. Waktu dan Petugas Distribusi Makan Sore
Waktu distribusi dari makan sore antara pukul 16.30 – 17.00 dengan dua
orang petugas distribusi. Makan sore memerlukan petugas distibusi yang lebih
banyak agar makanan dapat lebih cepat sampai pada pasien. Dalam hal
distribusi makanan yang menjadi kendala adalah hilangnya pelabelan makanan
pasien.
Pelabelan makanan untuk pasien dilakukan agar bagian pemorsian dan
distribusi tidak mengalami kesulitan pada waktu memorsikan makanan dan
mendistribusikan makanan ke pasien.
c. Peralatan Distribusi Makanan
Peralatan distribusi makanan adalah semua peralatan yang dapat
membantu kelancaran kegiatan distribusi. Peralatan yang digunakan untuk
mendistribusikan makan adalah piring, mangkok, gelas, sendok, garpu, plato,
nampan dan kereta dorong (trolley).

2.2 Penyajian Makanan


Penyajian makanan merupakan suatu cara untuk menyuguhkan makanan
kepada orang atau para tamu untuk di santap secara keseluruhan yang berisikan
komposisi yang di atur dan telah disesuaikan dengan permainan warna yang di
susun secara menarik agar dapat menambah nafsu makan. Penyajian makanan
merupakan salah satu prinsip dari sanitasi dan hygiene makanan. Penyajian
makanan yang tidak baik dan etis bukan saja dapat mengurangi selera makan
seseorang tetapi dapat juga menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri.
Dalam penyediaan makanan, sudah wajar bila setiap orang yang bekerja
bertujuan untuk mencapai suatu tujuan. Semua fungsi-fungsi seperti pembelian
bahan makanan, penerimaan, penyimpanan, persiapan, pemasakan, penyajian
yang dirancang untuk menyediakan makan yang berkualitas tinggi, memuaskan
konsumen, aman dan harganya layak. Khusus tentang penyajian makanan,
bagian ini memberi arti khusus bagi penapilan makanan. Seni penyajian ini ada
beberapa jenis, tergantung dari asal tempat metode tersebut diperkenalkan, yaitu
sebagai berikut :
1. Pelayanan Meja Gaya Amerika
Konsep dasar pelayanan penyajian makanan yaitu menyajikan
hidangan pada piring di dapur. Biasanya ada piring roti, mentega, daun
salad (lalap). Bagian kiri disediakan hidangan cair, tetapi air/jeruk berada
di sebelah kanan. Bila ada piring kotor, langsung harus diangkat.
2. Pelayanan Meja Gaya Prancis
Makanan sebagian sudah disajikan pada piring dan sisanya
diperagakan dimuka tamu. Bagian kanan dari piring diletakkan pisau,
sendok sup, dan bagian kiri garpu, mentega dan pisau mentega, gelas
minum disebelah kanan.

3. Pelayanan Menggunakan Baki atau Alat Makan Bersekat


Pada umumnya, pada penyelenggaraan makanan banyak
digunakan alat makan bersekat yang terbuat dari plastic, aluminium
ataupun stainleel, dengan kedalaman yang cukup untuk porsi hidangan
yang ditetapkan.
4. Pelayanan Cafetaria
Ada beberapa tipe pelayanan cafetaria. Pelayanan ini biasanya
dilakukan di pabrik, rumah sakit, lembaga penyediaan makanan banyak,
sekolah ataupun di pasar atau tempat umum. Prinsip pelayanan cafetaria
ini cukup stabil bertahuntahun, dan selalu lebih ditingkatkan
pelayanannya. Prinsip dasar pelayanan adalah menggabungkan fungsi
yang sama seperti alat makan diatur dari sendok garpu, serbet, lalu baki,
piring.
Kemudian hidangan dimulai dengan penyegar, sup, hidangan
panas, hidangan dingin, minuman panas, dingin, terakhir makanan
penutup, bagian akhir adalah loket pembayaran. Semua jenis hidangan
dalam porsi tertentu dan harga yang pasti, sehingga konsumen dapat
memperhitungkan biaya makanannya.
5. Pelayanan Makan Kapal Terbang.
Ada tiga cara penanganan makanan bagi klien di pesawat terbang.
Sistem pertama adalah penyediaan makanan panas, tepat saat sebelum
pesawat terbang diberangkatkan. Sebelum dikirimkan, makanan harus
tetap berada dalam alat pemanas. Sistem kedua makanan didinginkan
selama 72 jam sebelum diberangkatkan. Kemudian makanan dipanaskan
di pesawat terbang sebelum diberikan pada klien. Sistem ketiga
menggunakan makanan beku, makanan ini dipanaskan sebelum
diberikan pada klien.
6. Penyajian makanan melalui kemasan
Dengan cara ini makanan masukkan atau dikemas semuanya
dalam satu tempat. Biasanya kotak karton digunakan sebagai pengemas.
Makanan yang dikemas dapat berupa makanan dan juga berupa
makanan selingan. Teknik Penyajian Makanan Indonesia

Adapun teknik penyajian makanan Indonesia, yaitu sebagai berikut :


1. Tradisional
Lesehan adalah suatu budaya dalam hal menyajikan makanan sambil
duduk di tikar atau lantai. Makanan yang disajikan biasanya di atas meja
pendek atau rendah dengan menu lengkap baik minuman ataupun
makanan utama dan dinikmati secara bersama-sama. Lesehan ini
membuat suasana makan menjadi lebih santai, sehingga perasaan
nyaman dapat dinikmati oleh semua orang.
Dalam budaya lesehan tata cara makan yang kaku sering diabaikan
sehingga suasananya tidak sekaku saat makan di meja makan yg
menggunakan cuterelies yg lengkap dan makanan yang telah disusun
atau diatur sebelumnya. Budaya lesehan yang sangat terkenal di
Indonesia adalah di daerah, hal ini yang menjadi salah satu daya tarik
tersendiri bagi wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Alat yang biasanya digunakan pada saat makan di lesehan ini adalah
piring makan, mangkuk kecil untuk cuci tangan, gelas minum, piring-piring
penyajian untuk lauk pauk.
2. Modern
a. Prasmanan atau Buffet, merupakan tata cara makan yang disajikan
secara berurutan dan disajikan dalam meja besar dengan menu yang
lengkap, mulai dari pembuka sampai penutup. Di dalam prasmanan
modern Indonesia ini biasanya antara meja penyajian dan tempat
duduk jaraknya agak jauh dan menu yang disajikan tidak sebanyak
atau selengkap sajian internasional. Contoh hidangan yang biasanya
ada di buffet Indonesia adalah nasi, bistik daging, sambal goreng ati,
gurame pesmol, sup atau tekwan (sup palembang), selada padang
atau gado-gado, dengan minuman es doger, aneka buah, pudding.
b. Rijsttafel ("rèisttafel") merupakan cara penyajian makanan ala raja-raja
Nusantara jaman dulu. Awalnya rijsttafel berkembang di kalangan
budaya keluarga Jawa. Rijstaffel ala Jawa merupakan cara penyajian
makanan yang menyediakan semua lauk-pauk di atas meja. Namun
ketika Belanda berada di Indonesia selama 350 tahun, budaya ini
dibawa ke negara tersebut dan ternyata dapat berkembang lebih pesat
di sana. Pada acara-acara khusus, hotelhotel mewah menyajikan
rijsttafel dalam skala besar dengan cara mereka sendiri. Para pelayan
hotel selalu datang secara bergantian untuk melayani tamu dengan
berbagai jenis makanan dan setiap hidangan berisi makanan dari rasa
yang berbeda.

Penyajian Makanan Sesuai Hygine dan Sanitasi


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan sesuai
dengan prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut:
1. Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah
terpisah dan diusahakan tertutup. Tujuannya adalah :
 Makanan tidak terkontaminasi silang
 Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan
2. Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan
makanan.
3. Prinsip kadar air artinya penempatan makanan yang mengandung kadar
air tinggi (kuah, susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan
untuk mencegah makanan cepat rusak. Makanan yang disiapkan dalam
kadar air tinggi (dalam kuah) lebih mudah menjadi rusak (basi).
4. Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian
adalah merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari
pemakaian bahan yang membahayakan kesehatan seperti steples besi,
tusuk gigi atau bunga plastik.
5. Prinsip pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah
seperti makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan setiap
jenismakanan agar tidak saling bercampur. Tujuannya agar tidak terjadi
kontaminasi silang.
6. Prinsip panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan
tetap dalam keadaan panas seperti soup, gulai, dan sebagainya. Untuk
mengatur suhu perlu diperhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan
dalam food warmer harus masih berada diatas 600 C. Alat terbaik untuk
mempertahankan suhu penyajian adalah dengan bean merry (bak penyaji
panas).
7. Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah
dan tutupnya, dus, piring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi
baik. Bersih artinya sudah dicuci dengan cara yang hygienis. Baik artinya
utuh, tidak rusak atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah
penularan penyakit dan memberikan penampilan yang estetis.
8. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan
tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir.
Tujuannya adalah mencegah pencemaran dari tubuh.
9. Memberi penampilan yang sopan, baik dan rapi.

Penyajian Makanan di Rumah Sakit


Penyelenggaraan makanan di rumah sakit sangat bergantung dari
hygiene dan sanitasi agar makanan tersebut tidak menjadi sumber penularan
penyakit bagi manusia yang mengkonsumsi makanan tersebut. Pada kegiatan
sanitasi makanan misalnya kebersihan bahan makanan yang diolah sebagai
makanan untuk pasien rawat inap yang ada di rumah sakit.
a. Pengadaan Bahan Makanan
Kesehatan makanan selain ditentukan oleh proses pembuatan dan
orang yang membuat makanan, juga dipengaruhi oleh bahan makanannya
sendiri. Dalam pembuatan makanan dan pada penyelenggaraan makanan pada
rumah sakit yang harus di perhatikan adalah bahan makanan harus dalam
kondisi yang baik, tidak rusak, dan tidak membusuk. Setiap bahan makanan
yang mengalami kerusakan, terutama kerusakan disebabkan mikrobiologis akan
memberikan ciri-ciri menurut jenis bahannya. Meskipun demikian terdapat ciri-ciri
umum yang mencirikan perubahan komponen utama penyusun bahan makanan.
Dengan demikian, bahan makanan yang tinggi kandungan proteinnya
akan memiliki tanda kerusakan yang berbeda dengan bahan makanan yang
tinggi kandungan lemak atau karbohidratnya.

b. Penyajian Makanan
Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan sanitasi, yaitu bebas
dari kontaminasi, bersih dan tertutup, serta dapat memenuhi kebutuhan diet
pasien dirumah sakit. Adapun persyaratan penyajian makanan (PERMENKES
No.1204 tahun 2004) adalah :
 Makanan harus terhindar dari bahan pencemar.
 Peralatan yang digunakan untuk menyajian harus terjaga
kebersihannya.
 Makanan jadi yang siap saji harus ditempatkan pada peralatan yang
bersih.
 Penyajian dilakukan dengan prilaku yang sehat dan prilaku yang
bersih.
 Makanan yang disajikan dalam keadaan hangat di tempatkan pada
fasilitas penghangat makanan dengan suhu minimal 60 °C.
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari
produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana barang atau
jasa tersebut diperlukan. Dimana didalam distribusi terdapat 2 cara
pendistribusian yaitu cara Sentralisasi dan cara Dsesentralisasi. Dengan kata
lain, proses distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang mampu:
a. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang
dapat merealisasikan kegunaan atau utilitas bentuk, tempat, waktu, dan
kepemilikan.
b. Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel flow) secara
fisik dan non-fisik. Yang dimaksud dengan arus pemasaran adalah aliran
kegiatan yang terjadi di antara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat
di dalam proses pemasaran. Arus pemasaran tersebut meliputi arus
barang fisik, arus kepemilikan, arus informasi, arus promosi, arus
negosiasi, arus pembayaran, arus pendanaan, arus penanggungan risiko,
dan arus pemesanan.

Penyajian makanan merupakan suatu cara untuk menyuguhkan makanan


kepada orang atau para tamu untuk di santap secara keseluruhan yang berisikan
komposisi yang di atur dan telah disesuaikan dengan permainan warna yang di
susun secara menarik agar dapat menambah nafsu makan. Penyajian makanan
merupakan salah satu prinsip dari sanitasi dan hygiene makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Padmiari, Eka dkk. 2014. Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Dasar
(MSPM Dasar). Denpasar Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Gizi.
Nuramauliza. 2015. Manajemen Sistem Penyelenggaraan. Tersedia pada :
http://nuramauliza.blogspot.com/2015/01/manajemen
sistempenyelenggaraan.html Diakses pada : selasa 3 maret 2015
Anonim. 2011. Distribusi Dan Penyajian Bahan Makanan. Tersedia pada :
http://websitehamdin. com/2011/11/distribusi-dan-penyajian-bahan
makanan.html Diakses pada : selasa 3 maret 2015
Anonim. 2012. Produksi Distribusi Dan Pelayanan. Tersedia pada :
http://esgezetpunyablog. com/2012/03/produksi-distribusi-dan
pelayanan.html Diakses pada : selasa 3 maret 2015
Anonim. 2014. Perencanaan Saluran Pemasaran Distribusi. Tersedia pada :
https://pemasaransmkn1udanawu.wordpress.com/2014/05/23/perencan
ansaluran-pemasaran-distribusi/ Diakses pada : selasa 3 maret 2015
Anonim. 2014. Praktek Penyajian Makanan. Tersedia pada :
http://pelajarantatabogasmp5clp..com/2014/01/praktek
penyajianmakanan_22.html Diakses pada : selasa 3 maret 2015

Anda mungkin juga menyukai