Disusun oleh
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan distribusi makanan
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan penyajian
makanan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Distribusi Makanan
Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian
barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya
sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat
dibutuhkan). Dengan kata lain, proses distribusi merupakan aktivitas pemasaran
yang mampu:
1. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang
dapat merealisasikan kegunaan atau utilitas bentuk, tempat, waktu, dan
kepemilikan.
2. Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel flow) secara
fisik dan non-fisik. Yang dimaksud dengan arus pemasaran adalah aliran
kegiata yang terjadi di antara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat
di dalam proses pemasaran. Arus pemasaran tersebut meliputi arus
barang fisik, arus kepemilikan, arus informasi, arus promosi, arus
negosiasi, arus pembayaran, arus pendanaan, arus penanggungan risiko,
dan arus pemesanan.
Dalam pelaksanaan aktivitas-aktivitas distribusi, perusahaan kerap sekali
harus bekerja sama dengan berbagai perantara (middleman) dan saluran
distribusi (distribution channel) untuk menawarkan produknya.
Dalam menetapkan kebutuhan sarana fisik dan perlengkapan instalasi
gizi, salah satu faktor yang turut berperan adalah sistem distribusi dan macam
pelayanan yang ditetapkan institusi. Dengan penetapan sistem distribusi dan
pelayanan, berarti institusi telah pula memperhitungkan keuntungan dan
kelemahan system, efisiensi pekerjaan, kelancaran arus kerja serta
keharmonisan dalam pelaksanaan pelayanan bagi klien. Sistem distribusi ini
hanya dibutuhkan bagi institusi yang melayani klien ditempat-tempat yang cukup
besar dibeberapa lokasi.
Dalam menerapkan prosedur distribusi, dikenal dua cara pendistribusian
makanan kepada klien atau konsumen, yaitu sebagai berikut:
1. Cara Sentralisasi
Dengan cara ini maka semua kegiatan pembagian makanan dipusatkan
pada suatu tempat (centralized). Sebelum memilih cara ini manajer atau
penanggung jawab penyediaan makanan sudah harus memperhitungkan
konsekuensi yang harus diadakan seperti luas tempat, peralatan, tenaga, dan
kesiapan manajemen yang menyeluruh. Dengan cara sentralisasi ini memang
ada hal-hal yang menguntungkan seperti:
a. Penghematan bangunan institusi karena hanya dibutuhkan satu tempat
yang cukup luas untuk pendistribusian makanan. Di tempat atau lokasi
maka hanya diperlukan dapur kecil yang sifatnya untuk pos pengecekan
ulang. Kadang dapur kecil (pantry) ini juga tidak dibutuhkan, bila
pendistribusian langsung ke klien atau konsumen (pengguanaa bon
perjalanan ke lokasi). Penghematan ini diasumsi sampai 50%.
b. Tidak dibutuhkan alat-alat makan yang berlebihan di pantry dan juga tidak
diperlukan ruang penyimpanan khusus. Alat ini akan langsung kembali ke
sentral pelayanan.
c. Masalah kelebihan makanan atau sisa makanan diruangan akan
berkurang.
d. Pengawasan di pusat, pendistribusian dapat lebih intensif, dan lebih teliti,
sehingga pengawas di ruangan/pantry dapat dikurangi.
e. Tidak akan dijumpai suara keributan tenaga, alat ataupun bau makanan
ke klien.
f. Makanan dapat langsung ke klien tanpa hambatan berarti, pelayanan
cepat hanya membutuhkan setengah dari cara sentralisasi.
Kelemahan dari pelaksanaan cara ini adalah :
a. Dibutuhkan ruang pendistribusian yang cukup luas untuk peralatan
makanan dan alat makan dalam kegiatan pelaksanaan dan pengawan.
Investasi ini menyangkut juga mengadaan bon belanja langsung ke
klien/lokasi pembagian makanan. Terkadang bon berjalan diganti dengan
kereta makan yang di dorong manusia. Cara ini cukup baik, tetapi kurang
menjamin penyampaian makanan kepada klien.
b. Dibutuhkan pegawai yang terampil dan terlatih untuk mampu bekerja
dengan teliti, cepat, benar dan rapi.
c. Sering ada hambatan atau kesulitan dalam pelaksanaan system bon
belanja.
d. Ketidaksesuaian alat makan dan jenis hidangan yang tersedia.
e. Kepuasan klien perorangan sedikit terabaikan.
Walaupun demikian, sistem sentralisasi lebih sesuai untuk institusi besar
yang memiliki tenaga yang terbatas. Yang perlu dipikirkan adalah investasi dan
instalasi peralatan yang tepat, sehingga efisiensi dan efektifitas system ini akan
jelas dirasakan.
2. Cara Desentralisasi
Seperti halnya cara sentralisasi, maka cara pendistribusian desentralisasi
juga diterapkan di institusi yang memiliki ruang makan atau unit-unit pelayanan
yang berbeda pada lokasi yang berbeda. Dengan cara ini maka fokus kegiatan
masih tetap berada di unit pembagian utama, yang kemudian langkah
selanjutnya adalah menata makanan dalam alat-alat makan perorangan yang
telah disediakan di pantry atau dapur ruangan.
Sistem ini jelas membutuhkan pantry atau pos pelayanan makan
sementara yang berfungsi untuk menghangatkan kembali makanan, membuat
minuman atau sejenisnya, menyiapkan peralatan makan bersih, menyajikan
makanan sesuai dengan porsi yang ditetapkan, meneliti macam dan jumlah
makanan, serta membawa hidangan kepada klien. Juga menilai kemampuan
konsumsi makan klien.
Keuntungan cara desentralisasi adalah :
a. Mutu makanan dapat dipertahankan, karena makanan dihangatkan
kembali.
b. Peralatan yang dibutuhkan relatif lebih sedikit dan macam peralatan lebih
murah dibandingkan cara sentralisasi.
Kelemahan cara desentralisasi adalah :
a. Memerlukan tempat distribusi yang luas, baik di unit pelayanan utama
ataupun di pantry, baik untuk perkakas besar, peralatan angkut makanan
(dalam jumlah besar), alat masak kecil di pantry, peralatan makan serta
kereta pengangkut makanan.
b. Kadang kualitas makanan dapat rusak. Pelayanan makanan lebih
lambat. Biaya untuk pantry cukup tinggi..
c. Pengawasan sukar, dan perlu tenaga dalam jumlah yang cukup terutama
untuk diet khusus.
d. Kesulitan menata peralatan makan dan inventarisasinya di pantry.
e. Sering menimbulkan kegaduhan dan bau makanan.
Terkadang di institusi dilakukan kedua sistem tersebut, setalah
melakukan ketetapan khusus. Contohnya : dengan terbatasnya tenaga
pengawas di pantry, maka makanan yang khusus dilakukan dengan cara
sentralisasi, makanan biasa menggunakan cara desentralisasi. Penerapan
sistem sentralisasi sering juga tidak menyeluruh sehingga kegunaannya dan
efisiensinya kurang dirasakan.
b. Penyajian Makanan
Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan sanitasi, yaitu bebas
dari kontaminasi, bersih dan tertutup, serta dapat memenuhi kebutuhan diet
pasien dirumah sakit. Adapun persyaratan penyajian makanan (PERMENKES
No.1204 tahun 2004) adalah :
Makanan harus terhindar dari bahan pencemar.
Peralatan yang digunakan untuk menyajian harus terjaga
kebersihannya.
Makanan jadi yang siap saji harus ditempatkan pada peralatan yang
bersih.
Penyajian dilakukan dengan prilaku yang sehat dan prilaku yang
bersih.
Makanan yang disajikan dalam keadaan hangat di tempatkan pada
fasilitas penghangat makanan dengan suhu minimal 60 °C.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari
produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana barang atau
jasa tersebut diperlukan. Dimana didalam distribusi terdapat 2 cara
pendistribusian yaitu cara Sentralisasi dan cara Dsesentralisasi. Dengan kata
lain, proses distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang mampu:
a. Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang
dapat merealisasikan kegunaan atau utilitas bentuk, tempat, waktu, dan
kepemilikan.
b. Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel flow) secara
fisik dan non-fisik. Yang dimaksud dengan arus pemasaran adalah aliran
kegiatan yang terjadi di antara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat
di dalam proses pemasaran. Arus pemasaran tersebut meliputi arus
barang fisik, arus kepemilikan, arus informasi, arus promosi, arus
negosiasi, arus pembayaran, arus pendanaan, arus penanggungan risiko,
dan arus pemesanan.