Anda di halaman 1dari 4

3.

3 transaksi pendapatan daerah, belanja derah, pembiayaan daerah, asset


daerah, kewajiban daerah, dan equitas dana daerah
3.4 Menerapkan system akuntansi keuangan, dan struktur akuntansi
keuangan desa/kelurahan
3.5 Menerapkan standar pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan/
disclosur akuntansi pemerintah daerah
3.6 Menganalisis elemen basis akuntansi, pelaksana akuntansi, struktur
lengkap kode rekening untuk kelompok akun asset, kewajiban, ekuitas
dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan di desa /kelurahan
3.7 Menganalisis transaksi akuntansi pendapatan satker, dan akuntansi
pendapatan desa/kelurahan)
3.8 Menganalisis transaksi akuntansi belanja satker, dan akuntansi belanja
desa/kelurahan)
3.9 Menganalisis transaksi Akuntansi penerimaan pembiayaan, dan
akuntansi pengeluaran pembiayaan didesa/kelurahan
3.10 Menganalisis transaksi akuntansi asset satker, dan akuntansi asset
desa/kelurahan

Mengenal Akuntansi Keuangan Daerah


Apa itu Akuntan Keuangan Daerah? Akuntansi Keuangan Daerah masih
menganut prinsip dasar Akuntansi pada umumnya. Namun terdapat beberapa
perbedaan dari segi teknis pencatatan dan lingkup yang dituju. Akuntansi
Keuangan Daerah adalah proses mencatat, menilai, dan mengidentifikasi semua
transaksi bisnis yang terjadi pada entitas Pemerintah Daerah, seperti provinsi,
kota, atau kabupaten. Output berupa laporan keuangan dari Akuntansi
Keuangan Daerah ditujukan kepada pihak-pihak seperti Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), Badan Pengawas Keuangan (BPK), kreditor, investor,
donatur, dan pihak berkepentingan lainnya.
Output dari Akuntansi Keuangan Daerah
Pemberlakuan Akuntansi Keuangan Daerah diatur oleh Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 24 Tahun 2005 mengenai Standar Akuntansi Pemerintah, PP
Nomor 58 Tahun 2005 mengenai Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) nomor 13 Tahun 2006. Output yang akan
dipakai oleh pihak-pihak berkepentingan terkait Akuntansi Keuangan Daerah
adalah:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Laporan Neraca
c. Laporan Arus Kas
d. Laporan Perubahan Ekuitas Dana
e. Catatan atas Laporan Keuangan
Metode Pencatatan Akuntansi Keuangan Daerah
Terdapat tiga metode pencatatan dalam Akuntansi Keuangan Daerah, yaitu
Single Entry, Double Entry, dan Triple Entry. Metode pencatatan Single Entry
sekarang ini semakin ditinggalkan, walau masih ada beberapa area Pemda yang
masih memakai karena mempunyai beberapa kelemahan seperti: tidak
mencerminkan kinerja secara riil, dan tidak memberikan informasi yang
komprehensif. Maka dari itu, metode Double Entry hadir untuk mengisi
kelemahan dari metode Single Entry.
a. Double Entry
Prinsipnya, metode pencatatan Double Entry sama dengan metode pencatatan
debit-kredit pada prinsip dasar Akuntansi berterima umum. Namun, ada sedikit
perbedaan formulasi Persamaan Dasar Akuntansi di ranah Akuntansi Keuangan
Daerah. Formulasi Persamaan Dasar Akuntansi untuk Akuntansi Keuangan
Daerah adalah:
Belanja + Aset = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan

Pencatatan dengan metode Double Entry menggunakan Basis Kas modifikasian.


Maksud dari Basis Kas Modifikasian adalah pencatatan Akuntansi hanya
berlaku pada pencatatan yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran
kas. Sedangkan pencatatan di luar penerimaan dan pengeluaran kas dicatat
dengan basis akrual.
b. Triple Entry
Metode pencatatan Triple Entry merupakan pengembangan dari metode Double
Entry. Lagi dan lagi, prinsipnya sama dengan Double Entry dengan tambahan
pencatatan pada buku anggaran. Sederhananya ketika pencatatan Double Entry
dilakukan, metode Triple Entry akan bekerja dengan melakukan pencatatan
yang dilakukan oleh PPK SKPD (Pejabat Pengelola Keuangan Surat Ketetapan
Pajak Daerah) dan SKPKD (Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah).

Penjelasan Singkat Siklus Akuntansi Keuangan


Daerah
Siklus Akuntansi Keuangan Daerah sejatinya sama dengan Siklus Akuntansi
pada umumnya. Perbedaannya terdapat di langkah atau alurnya. Pada Akuntansi
Keuangan Daerah, setelah penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
(NSSP) bisa langsung dibuatkan Laporan Perhitungan APBD. Namun untuk
alasan kemudahan pembuatan laporan, setelah NSSP dibuat maka akan ditutup
oleh Jurnal Penutup dan akan langsung dibuatkan Laporan Arus Kas, Laporan
Perubahan Modal (R/K Pemda), dan Neraca.

Tentunya setiap pencatatan transaksi harus disertakan dengan dokumen-


dokumen dan bukti transaksi yang sah untuk kemudian dimasukkan ke dalam
jurnal dan buku besar pembantu. Bukti transaksi pada Sistem Akuntansi Daerah
dikategorikan menjadi tiga, yaitu Bukti Penerimaan Kas, Bukti Pengeluaran
Kas, dan Bukti Memorial yang kemudian dimasukkan ke Jurnal Umum.

Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006, terdapat empat proses dalam Sistem
Akuntansi Pemerintah Daerah, yaitu Akuntansi Penerimaan Kas, Pengeluaran
Kas, Selain Kas, dan Aset. Untuk info lengkap dari Permendagri No.13,
silahkan cek di sini.
Berikut overview singkat mengenai Akuntansi Keuangan Daerah. Jika Anda
membutuhkan instrumen pencatatan dan pelaporan Akuntansi berterima umum,
Jurnal solusinya. Jurnal adalah software akuntansi online yang memberikan
fitur-fitur terkait pencatatan transaksi bisnis dan menyediakan laporan keuangan
yang dibutuhkan untuk pihak-pihak berkepentingan seperti Laporan Laba-Rugi,
Neraca, dan lainnya. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan cek di sini.

Anda mungkin juga menyukai