0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
43 tayangan4 halaman
Laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) merupakan bentuk pertanggungjawaban atas penggunaan dana publik yang disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintahan. LKPD terdiri dari laporan keuangan SKPD, PPKD, dan konsolidasi yang mencerminkan keuangan pemerintah daerah secara keseluruhan. SKPD menyusun LKPD meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan operasional, perubahan ekuitas, dan
Laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) merupakan bentuk pertanggungjawaban atas penggunaan dana publik yang disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintahan. LKPD terdiri dari laporan keuangan SKPD, PPKD, dan konsolidasi yang mencerminkan keuangan pemerintah daerah secara keseluruhan. SKPD menyusun LKPD meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan operasional, perubahan ekuitas, dan
Laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) merupakan bentuk pertanggungjawaban atas penggunaan dana publik yang disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintahan. LKPD terdiri dari laporan keuangan SKPD, PPKD, dan konsolidasi yang mencerminkan keuangan pemerintah daerah secara keseluruhan. SKPD menyusun LKPD meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan operasional, perubahan ekuitas, dan
5 Langkah-Langkah yang Dilakukan dalam Praktek Keuangan Daerah
Setiap entitas, termasuk pemerintah daerah, wajib menyusun laporan keuangan. Laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) memberikan gambaran mengenai kondisi dan kinerja keuangan entitas tersebut. Pada dasarnya LKPI) merupakan bentuk pertanggungjawaban atas penggunaan dana publik (APBD). Terlebih Pasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan (SAP). Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP berbasis akrual dimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi, yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh. Laporan Keuangan memiliki karakteristik yang menjadi ukuran- ukuran normatif dan perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah: a. Relevan. Informasi dalam Laporan Keuangan dapat mempengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan dengan membantunya dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan dan menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna laporan di masa lalu. b. Andal. Laporan Keuangan harus bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap kenyataan secara jujur serta dapat diverifikasi. c. Dapat dibandingkan. Laporan Keuangan dapat menjadi lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan pemerintah daerah lain pada umumnya. d. Dapat dipahami. Laporan Keuangan harus dapat dipahami oleh pengguna laporan keuangan, dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna laporan. Dalam prakteknya, LKPD disusun terdiri dari 3 (tiga) hal, yaitu: a. Laporan Keuangan yang disusun oleh SKPD selaku entitas pelaporan; b. Laporan Keuangan yang disusun oleh PPKD selaku entitas akuntansi; c. Laporan Keuangan Konsolidasi/Gabungan yang mencerminkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah secara utuh. Mengerucutkan pembahasan pada fungsi SKPD selaku entitas pelaporan, yang perlu disiapkan oleh SKPD dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) adalah: a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) SKPD; b. Neraca SKPD; c. Laporan Operasional (LO) SKPD; d. Laporan Perubahan Ekuitas; dan e. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK) SKPD. Metode Pencatatan Akuntansi Keuangan: Terdapat tiga metode pencatatan yaitu Single Entry, Double Entry dan Triple Entry. Metode pencatatan Single Entry sekarang ini semakin ditinggalkan, walau masih ada beberapa area Pemda yang masih memakai karena mempunyai beberapa kelemahan seperti: tidak mencerminkan kinerja secara riil dan tidak memberikan informasi yang komprehensif. Maka dari itu, metode Double Entry hadir untuk mengisi kelemahan dari metode Single Entry. a. Single Entry Ada banyak sistem pencatatan buku, salah satunya adalah sistem pencatatan buku tunggal (single entry). Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi hanya dilakukan satu kali. Transaksi yang mengakibatkan pemasukan kas akan dimasukkan dalam sisi penerimaan, sedangkan yang mengurangi kas dimasukkan dalam sisi pengeluaran. Sistem pencatatan buku tunggal memiliki kelebihan, salah satunya adalah mudah dipahami dan sederhana. Namun, dalam sistem ini kurang bagus untuk pelaporan karena sulit untuk menemukan kesalahan pembukuan serta sulit melakukan kontrol keuangan. Karena itu ada sistem pencatatan lain yang lebih baik. b. Double Entry Prinsipnya, metode pencatatan Double Entry sama dengan metode pencatatan debit-kredit pada prinsip dasar akuntansi berterima umum. Namun, ada sedikit perbedaan formulasi Persamaan Dasar Akuntansi di ranah Akuntansi Keuangan Daerah. Formulasi Persamaan Dasarnya adalah : Belanja + Aset = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan Pencatatan dengan metode Double Entry menggunakan Basis Kas modifikasi. Maksud dari Basis Kas Modifikasi adalah pencatatan akuntansi hanya berlaku pada pencatatan yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas sedangkan pencatatan di luar penerimaan dan pengeluaran kas dicatat dengan basis akrual. c. Triple Entry Metode pencatatan Triple Entry merupakan pengembangan dari metode Double Entry. Lagi dan lagi, prinsipnya sama dengan Double Entry dengan tambahan pencatatan pada buku anggaran. Sederhananya, ketika pencatatan Double Entry dilakukan, metode Triple Entry akan bekerja dengan melakukan pencatatan yang dilakukan oleh PPK SKPD (Pejabat Pengelola Keuangan Surat Ketetapan Pajak Daerah) dan SKPKD (Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah). Perlakuan Akuntansi Daerah: Untuk perlakuan akuntansi keuangan daerah penyusunannya harus mengikuti PSAP yang telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tanggal 13 juni 2005, yaitu PSAP Nomor 1 sampai dengan Nomor 11, dimana hasil proses akuntansinya adalah: a. Neraca b. Laporan Realisasi Anggaran c. Laporan Arus Kas d. Catatan Atas Laporan Keuangan. Daftar Pustaka: https://danisuluhpermadi.web.id/2019/10/11/langkah-langkah-menyusun-laporan- keuangan-skpd-basis-akrual/ https://www.jurnal.id/id/blog/akuntansi-keuangan-daerah-pengertian-metode- pencatatan-dan-siklus-akuntansi/ https://www.e-akuntansi.com/laporan-keuangan-pemerintah-daerah/
Materi KD 3.2 Menerapkan Persamaan Akuntansi, Konsep Debet Dan Kredit, Penjurnalan, Buku Besar, Saldo Normal Dan Laporan Keuangan Untuk Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah