Anda di halaman 1dari 23

ANALISIS CLINICAL PATHWAY DENGAN BPJS

ANTARA RS NEGERI DAN RS SWASTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada
Program Studi Magister Manajemen
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister dalam Ilmu Manajemen

Disusun Oleh:

FITRIA EKA RESTI WIJAYANTI


P 100 120 018

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
ii
iii
iv
ANALISIS CLINICAL PATHWAY DENGAN BPJS
ANTARA RS NEGERI DAN RS SWASTA

Oleh
Fitria Eka Resti Wijayanti1, Rusdi Lamsudin2, dan Farid Wajdi3
1)
Mahasiswa Pascasarjana UMS
2), 3)
Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan, penyusunan dan
pengawasan pelaksanaan clinical pathway dengan BPJS antara RS Negeri dan RS
Swasta.Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Informan dalam penelitian
ini adalah Direktur, Ketua Komite Medik, Kepala Perawat Ruangan dan Kepala
Instalasi Farmasi. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara,
observasi dan dokumentasi. Teknik analisa data menggunakan analisis model
interaktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Clinical pathway telah
diterapkan di Rumah Sakit Dr Moewardi dan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta berdasarkan Permenkes Nomor 012 tahun 2012 Tentang Akreditasi
Rumah Sakit. Penyusunan secara teknis penyusunan clinical pathway adalah
menentukan permasalahan, menunjuk koordinator, menentukan pihak-pihak yang
terlibat, menyiapkan literature, mengidentifikasi kebutuhan pasien, melakukan
penyesuaian PPK (Pedoman Praktik Klinis), mereduksi aktivitas dan biaya serta
antisipasi kesalahan (freud), dan terakhir menetapkan proses dan outcome.
Pengawasan pelaksanaan clinical pathwaydilakukanoleh penanggung jawab
rumah sakit dengan evaluasi secara berkala dan berkelanjutan. Kendala yang
ditemukan dari hasil pengawasan terhadap pelaksanaan clinical pathways adalah
1) kepatuhan dokter penanggungjawab pasien terhadap clinical pathway masih
kurang, 2) kurangnya konsentrasi dalam pengisian pembentukan clinical pathway,
3) kesulitan kepastian penggunaan clinical pathway, kapan harus didrop dan
kapan harus dipakai karena clinical pathways harus tanpa komplikasi.

Kata Kunci: clinical pathway,rumah sakit, BPJS, INA-CBG

Abstract
This study aimed to analyze the application, preparation and supervision
of implementation of clinical pathways with BPJS between public hospital and
private hospitals. The type of this study is qualitative research. Informants in this
study are Director, Chairman of the Medical Committee, Head Nurse room and
Chief Pharmacy. Methods of data collection using interviews, observation and
documentation. Data analysis techniques using interactive model analysis. The
results showed that the clinical pathway has been applied in the Dr Moewardi
Hospital and PKU Muhammadiyah of Surakarta Hospital based on Regulation
Health Minister No. 012 of 2012 About the Hospital Accreditation. Preparation of
clinical pathwayspreparation technicallyis to determinethe problem,
pointingcoordinator, determinethe partiesinvolved, prepareliterature, identifying

1
theneeds of the patient, make CPG adjustments(Clinical Practice Guidelines),
reducingactivity and costsand anticipatederrors (Freud), and thelastissetof
processes andoutcomes. Supervision ofthe clinical pathwaysimplementation
conductedby those responsible forthe hospital withregular and sustainable
evaluation. Problems were foundfromthe results ofsupervision of the
clinicalpathwaysimplementationare 1) thedoctorsresponsible forthe
patient'sadherencetoclinical pathwaysis still lacking, 2) lack of concentrationin
charging clinicalpathway development, 3) difficultycertainty ofthe use ofclinical
pathways, when todropandwhen touse becauseof clinicalpathwaysshould be
withoutcomplications.

Keywords: clinical pathway,hospital, BPJS, INA-CBG’s

PENDAHULUAN pemakaian sumber daya (biaya


Dalam rangka mencapai perawatan yang sama).
cita-cita awal dari pembentukan Berbeda dengan sistem
SJSN dan BPJS ini, diperlukan pembayaran berdasarkan jumlah
sebuah sistem penentuan tarif yang layanan (free for service) atau system
tepat untuk menjamin tidak ada satu pembayaran paket yang
pun pihak yang dirugikan, baik dikelompokan berdasarkan layanan
pasien (peserta SJSN), Rumah Sakit sejenis. Pola pelayanan atau sistem
atau Instansi Kesehatan lain yang paket yang dikelompokan
ditunjuk (penyedia layanan), maupun berdasarkan layanan
BPJS. Untuk itu, sistem dan prosedur sejenis. Pola pembayaran dengan
pelayanan yang tepat perlu sistem ini adalah prospective
direncanakan dengan cermat. Meski payment dimana biaya sudah
belum ada penentuan tarif yang jelas, ditentukan sebelum layanan
namun wacana terbaru menyiratkan diberikan. Berbeda dengan pola
sebuah sistem yang mengacu pada pembayaran PT. Askes (Persero) saat
INA- CBG’s. INA- CBG’s sendiri ini, yang pembayaran dilakukan
merupakan sistem pembayaran berdasarkan jenis pelayanan atau
kepada Pemberi Pelayanan paket pelayanan. Pada pola INA-
Kesehatan yang dikelompokkan CBG’s, dikenal tarif per -episode
berdasarkan ciri klinis yang samadan kasus yang ditentukan oleh kode
INA- CBG’s. Pembayaran per -kode

2
INA- CBG’s meliputi biaya dari pasien, dan hospital cost secara
mulai pasien masuk Rumah Sakit keseluruhan.
sampai Pertanyaan besar dalam
pasien pulang atau sembuh sesuai de penyelenggaraan pelayanan
ngan clinical pathway yang telah kesehatan di rumah sakit-rumah sakit
ditentukan. Satu tarif dibayarkan di Indonesia adalah bagaimana agar
sekaligus untuk seluruh komponen CP dapat berperan secara optimal
pelayananyang meliputi pemeriksaan dalam kendali mutu dan kendali
dokter, penunjang diagnostik biaya di RS serta bukan hanya
(laboratorium, radiodiagnostik, sekedar dokumen kertas yang
elektromedik), obat-obatan, serta menjadi prasyarat akreditasi.
akomodasi kelas rawat untuk pasien Kesuksesan penerapan CP di
rawat inap. berbagai negara maju sekalipun
Clinical masih menjadi PR besar yang perlu
pathways (CP), sebagaimana terus diteliti, termasuk di Inggris
diketahuimerupakan bagian penting yang membidani lahirnya CP.
dokumen dan tools dalam Dalam VFM Unit (NHS
mewujudkan Good Clinical Wales) Project yang meneliti
Governance di rumah sakit. Di tentang Clinical Resource Utilitation
Indonesia, dokumen ini juga menjadi Group pada bulan September 1995
salah satu syarat yang harus dipenuhi hingga Maret 1997 di Inggris dengan
dalam Standar Akreditasi RS versi melibatkan 700 orang staf klinis,
KARS 2012. Walaupun masih manajerial, dan operasional
diperdebatkan, sebagaimana dimuat memberikan rekomendasi terkait
dalam The Cochrane Library 2010 faktor kunci penentu kesuksesan
(issue 7), CP berperan dalam implementasi CP. Faktor pertama
meningkatkan kendali mutu dan dan utama yang harus diperhatikan
kendali biaya di RS, seperti adalah bahwa CP membutuhkan
pemendekan Length of kesadaran dan komitmen dari seluruh
Stay, penurunan risiko terjadinya re- pihak yang terkait. CP merupakan
admisi, komplikasi serta kematian alat yang bersifat leader driven,

2
sehingga yang paling mendasar dalam suatu CP tertentu. Penentuan/
adalah bagaimana pimpinan RS pemilihan fasilitator/ koordinator
terlebih dahulu memiliki kesadaran adalah salah satu langkah penting
dan komitmen tersebut sehingga bahkan sejak dimulainya penyusunan
dapat menyusun kebijakan strategis CP. RS perlu memproyeksikan siapa-
yang mendukung CP agar dapat siapa saja yang dapat menjalankan
berperan sebagai alat dalam peran sebagai fasilitator serta
manajemen perubahan, sebagai menyiapkan orang-orang tersebut
komponen integral dalam guna menjalankan perannya.
penyelenggaraan bisnis dan Tujuan penelitian ini adalah
penjaminan mutu pelayanan RS, untuk menganalisis clinical pathway
serta pilar tegaknyagood clinical dengan BPJS di RS negeri dan RS
governance. Kesadaran, komitmen, swasta.
dan peran manajer/ staf senior juga
sangat penting dalam kesuksesan METODE PENELITIAN
implementasi CP (Midleton & Pada penelitian ini peneliti
Roberts, 2000). mempergunakan jenis penelitian
Masalah klasik yang menjadi kualitatif, yaitu penelitian yang
hambatan dalam penerapan clinical bersifat deskriptif dan bertendensi
pathway adalah sumber daya yang mempergunakan analisis melalui
terbatas dan tingginya beban kerja di pendekatan induktif yaitu data yang
RS (Midleton & Roberts, 2000). berwujud keterangan-keterangan
Stephen dalam Midleton dan Robert yang diperoleh responden secara
(2000) menjelaskan bahwa fasilitator langsung. Tempat penelitian
merupakan faktor kunci keberhasilan dilaksanakan di dua tempat rumah
penerapan CP dalam situasi tersebut sakit di Surakarta yakni Rumah Sakit
di atas. Di Indonesia, fasilitator Negeri: dr.Moewardi Surakarta dan
sering disebut sebagai koordinator Rumah Sakit Swasta: PKU
atau ketua tim yang bertugas Muhammadiyah Surakarta.
mengkolaborasikan seluruh pemain Pemilihan informan
kunci/ tim multidisiplin yang terlibat penelitian berdasarkan prinsip

3
kesesuaian dan kecukupan berkaitan HASIL PENELITIAN DAN
dengan topik penelitian dan PEMBAHASAN
mengetahui secara lebih Hasil Penelitian
komprehensif mengenai tujuan 1. Penerapan clinical pathway
penelitian juga bisa dipercaya dengan BPJS di rumah sakit RS
sebagai sumber data, antara lain Negeri dan RS Swasta
Direktur, Ketua Komite Medik, Rumah sakit dalam
Kepala Perawat Ruangan dan Kepala memberikan pelayanan kepada
Instalasi Farmasi. penelitian ini pasien peserta BPJS Kesehatan
memerlukan sumber data yang dapat harus berpedomandan tidak
dikelompokkan dalam dua jenis data, melenceng dariclinical
yakni data primer dan data sekunder. pathwayyang sudah disusun. Hal
Terdapat tiga metode dalam ini sebagaimana disampaikan
mengumpulkan data penelitian yang oleh dr. X salah satu dokter di RS
dilakukan oleh peneliti, antara lain: Negeri, dalam wawancara
wawancara, observasi dan berikut.
dokumentasi. “…..dalam memberikan
pelayanan kepada pasien
Jenis triangulasi yang
peserta BPJS Kesehatan,
dipergunakan pada penelitian ini rumah sakit harus
berpedomandan tidak
yaitu triangulasi sumber dan teknik.
melenceng dari clinical
Perihal tersebut dilaksanakan sebab pathwayyang sudah disusun.
Dalam clinical pathway
dalam mengumpulkan data
tersebut sudah tercantum
mempergunakan metode tindakan-tindakan yang
perlu dilakukan berikut
dokumentasi, wawancara dan
biayanya untuk setiap jenis
observasi yang dilaksanakan kepada penyakit….dokter yang
menangani pasien BPJS
narasumber. Triangulasi sumber
Kesehatan harus bekerja
dilaksanakan dengan cara memeriksa sesuai prosedur dengan
mengikuti clinical pathway.
kembali data yang sudah didapatkan
Dengan demikian, biaya
lewat narasumber itu, jadi bisa yang dikeluarkan rumah
sakit tidak akan melebihi
ditarik suatu simpulan mengenai
jaminan yang ditanggung
hasil tindakan. BPJS Kesehatan,”

4
Keterangan Dr. X di atas, 2014. Penyusunan Clinical
ditegaskan kembali oleh Dr. Y pathways dilakukan karena
salah satu dokter di RS Swasta, adanya kebijakan terkait dengan
bahwa dalam memberikan evaluasi akreditasi rumah sakit.
pelayanan kesehatan pasien Hal ini ditegaskan oleh Dr. W
BPJS, pihak rumah sakit harus salah satu dokter di rumah sakit
memiliki pedoman standar PKU Muhammadiyah Surakarta
pelayanan yang dituangkan dalam wawancara berikut.
dalam bentuk clinical pathway. Memang benar mbak…..
adanya clinical pathway
Clinical pathway di Rumah
adalah upaya untuk
Sakit DR. Moewardi Surakarta meningkatkan kualitas
pelayanan sebagai bagian
hingga saat penelitian ini, ada 5
dari penilaian rumah sakit
jenis. Menurut hasil wawancara sebagaimana KARS tahun
2012…..
dengan dr. X selaku Dokter
BPJS, disampaikan bahwa, KARS atau disingkat
Setelah ada penilaian kinerja Komite Akreditasi Rumah Sakit
akreditasi rumah sakit,
adalah lembaga yang dibentuk
memang hamper semua
rumah sakit harus memiliki pemerintah. Akreditasi Rumah
Clinical pathway. Kami
Sakit adalah suatu proses dimana
melakukan penyusunan
clinical pathway mulai tahun suatu lembaga independen baik
2014, jadi hingga saat ini
dari dalam atau pun luar negeri,
kurang lebih baru 2 tahun,
dan CP di sini ada 5 macam, biasanya non pemerintah,
yaitu clinical pathway gagal
melakukan assesment terhadap
jantung, bedah dengan
penyakit BPH, paru dengan rumah sakit berdasarkan standar
penyakit pneumonia,
akreditasi yang berlaku. Rumah
penyakit dalam dengan
penyakit diabetes mellitus, sakit yang telah terakreditasi
dan anak dengan penyakit
akan mendapatkan pengakuan
DHF…..
Hasil wawancara di atas, dari Pemerintah karena telah
menunjukkan bahwa RS Dr memenuhi standar pelayanan dan
Moewardi mulai membuat managemen yang ditetapkan.
Clinical pathways sejak tahun Akreditasi RS versi 2012 terdapat

5
15 bab/kelompok kerja (Pokja), Muhammadiyah Surakarta
323 standar dan 1218 elemen memiliki 10 Clinical pathways.
penilaian (EP), antara lain: Hal ini sebagaimana hasil
Sasaran Keselamatan Pasien kelanjutan wawancara dengan Dr
(SKP), Hak Pasien dan Keluarga W salah satu dokter di Rumah
(HPK), Pendidikan Pasien dan Sakit PKU Muhammadiyah
Keluarga (PPK), Peningkatan Surakarta, berikut ini.
Mutu dan Keselamatan Pasien Kami siap menindaklanjuti
kebijakan pemerintah untuk
(PMKP), Sasaran Millenium
memberikan pelayanan
Development Goals (MDGs), kesehatan yang terbaik
kepada masyarakat mbak…..
Akses Pelayanan dan Kontinuitas
untuk Clinical pathway
Pelayanan (APK), Asesmen sendiri, kita sudah ada 10
kalau saya nda salah ingat….
Pasien (AP), Pelayanan Pasien
Coba saya cek sebentar
(PP), Pelayanan Anestesi dan mbak….. (Dr W membuka-
buka lembaran-lembaran
Bedah (PAB), Manajemen
kertas yang menumpuk di
Penggunaan Obat (MPO), mejanya) .. ya betul ada 10
macam Clinical pathway….
Manajemen Komunikasi dan
Informasi (MKI), Kualifikasi dan Jumlah clinical pathway di
Pendidikan Staff (KPS), Rumah Sakit PKU
Pencegahan dan Pengendalian Muhammadiyah Surakarta,
Infeksi (PPI), Tata Kelola, berdasarkan hasil wawancara di
Kepemimpinan dan Pengarahan atas, ada 10 Clinical pathways.
(TKP), Manajemen Fasilitas dan Rumah Sakit PKU
Keselamatan (MFK). Rumah Muhammadiyah Surakarta telah
Sakit PKU Muhammadiyah membuat Clinical pathways sejak
Surakarta, mengikuti peraturan tahun 2014, sama dengan Rumah
yang telah ditetapkan pemerintah Sakit Dr Moewardi. Kesepuluh
dengan turut membuat clinical Clinical pathways Rumah Sakit
pathways. Berdasarkan hasil PKU Muhammadiyah Surakarta
wawacara selanjutnya diketahui tersebut adalah 1) Hernia
bahwa Rumah Sakit PKU Inguinalis Responbiltis SMF

6
Bedah, 2) Diare cair akut dengan nasional dan Akreditasi
dehidrasi tak berat SMF anak, 3) internasional. Rumah sakit wajib
Kuretase SMF Obsgyn, 4) Stroke mengikuti Akreditasi nasional.
Infark SMF Saraf, 5) Dalam upaya meningkatkan daya
Tonsilektomi SMF THT, 6) saing, rumah sakit dapat
Dengue Fever (demam dengue) mengikuti Akreditasi
SMF anak, 7) infeksi saluran internasional sesuai kemampuan.
kemih (ISK) SMF penyakit 2. Penyusunan clinical pathway
dalam, 8) Appendicitis SMF dengan BPJS di rumah sakit RS
Bedah, 9) thypoid fever (demam Negeri dan RS Swasta
thypoid) SMF penyakit dalam, Ada beberapa langkah yang
10) operasi Caesar (SC) SMF harus dilakukan dalam menyusun
obsgyn. clinical pathway. Menurut hasil
Berdasarkan hasil penelitian wawancara dengan dr X.
di atas, diketahui bahwa clinical langkah-langkah penyusunan
pathway telah diterapkan di clinical pathway harus
Rumah Sakit Dr Moewardi dan memperhatikan komponen
Rumah Sakit PKU sebagaimana definisi clinical
Muhammadiyah Surakarta. pathway. Berikut kutipan hasil
Penerapan tersebut dilakukan wawancara dengan dr X selaku
agar dapat memenuhi penilaian dokter Rumah Sakit Dr
akreditas rumah sakit yang Moewardi Surakarta,
dilakukan oleh Komite “Penyusunan Format
Clinical pathway harus
Akreditasi Rumah Sakit
memperhatikan komponen
berdasarkan Permenkes Nomor yang harus dicakup
sebagaimana defnisi dari
012 tahun 2012 Tentang
Clinical pathway.
Akreditasi Rumah Sakit, Pasal 3 Manfaatkan data yang telah
ada di lapangan rumah sakit
menjelaskan bahwa dalam upaya
dan kondisi setempat dan
peningkatan mutu pelayanan sensus harian.Variabel
varians varians dalam
rumah sakit, dilakukan Akreditasi
Clinical pathway dapat
yang terdiri dari Akreditasi digunakan sebagai alat

7
(entry point) untuk membuat clinical pathway di
melakukan audit medis dan PKU ini….”
manajemen, baik untuk
tingkat pertama maupun Penyusunan clinical pathway
keduadalam rangka menjaga
di rumah sakit PKU
dan meningkatkan mutu
pelayanan” Muhammadiyah Surakarta,
menurut dr Y dilaksanakan oleh
Adapun teknisnya menurut
tim khusus dari masing-masing
Dr X, menguraikan dalam
SMF. Tim tersebut
wawancara berikut.
beranggotakan dokter-dokter
“…..Secara teknis
penyusunan clinical pathway spesialis di Rumah Sakit PKU
adalah menentukan
Muhammadiyah Surakarta, mulai
permasalahan, menunjuk
koordinator, menentukan dari pemilihan tema atau topik
pihak-pihak yang terlibat,
hingga penetapan outcome.
menyiapkan literature,
mengidentifikasi kebutuhan Pemilihan tema dalam Clinical
pasien, melakukan
pathway di rumah sakit PKU
penyesuaian PPK (Pedoman
Praktik Klinis), mereduksi Muhammadiyah Surakarta,
aktivitas dan biaya serta
ditetapkan berdasarkan high
antisipasi kesalahan (freud),
dan terakhir menetapkan volume dan high cost. Hal ini
proses dan outcome…..
sebagaimana diungkapkan oleh
Keterangan tersebut dr Y selaku dokter di Rumah
diperkuat dengan hasil Sakit PKU Muhammadiyah
wawancara dengan dr Y, selaku Surakarta berikut ini,
dokter di Rumah Sakit PKU Harapannya dengan
keanggotaan dokter spesialis
Muhammadiyah Surakarta,
dalam penyusunan clinical
“…kalau penyusunanannya pathway adalah agar clinical
saya kira sama saja dengan pathway tersebut tidak
rumah sakit lainnya terlalu jauh menyimpang
mbak….kalau di PKU ini, dari tindakan medis yang
clinical pathway disusun seharusnya atau
oleh dokter spesialis dari penggunakan saran yang sia-
masing-masing SMF (staf sia…..serta dengan
medis fungsional) di Komite keberadaan dokter-dokter
Rumah Sakit. Jadi ada tim special itu dapat memilih
khusus yang memang tema berdasarkan high

8
volume dan high cost yang Muhammadiyah Surakarta dalam
terjadi di rumah sakit PKU
wawancara dibawah ini.
ini…….
3. Pengawasan pelaksanaan clinical “Clinical pathway bisa
digunakan sebagai salah satu
pathway dengan BPJS di rumah
alat mekanisme evaluasi
sakit RS Negeri dan RS Swasta penilaian risiko…..penilaian
risiko untuk mendeteksi
Clinical pathways sebagai
kesalahan aktif (active
pedoman alur klinis dilaksanakan errors) dan laten (latent /
system errors)…. maupun
dan diawasi manajemen rumah
nyaris terjadi (near miss)
sakit sebagai kendali mutu dan dalam Manajemen Risiko
Klinis (Clinical Cost
kendali biaya. Entri point
Management) dalam rangka
pengawasan dalam clinical menjaga dan meningkatkan
keamanan dan keselamatan
pathways menurut dr X adalah
pasien (patient safety).”
variable tindakan dan obat-
Keterangan kedua informan
obatan. Hal ini sebagaimana
di atas, menunjukkan bahwa
dalam wawancara dengan Dr X
clinical pathways dikontrol
selaku dokter dari Rumah Sakit
dengan pengawasan untuk
Dr. Moewardi, berikut ini.
menjaga dan meningkatkan
“Variabel tindakan tindakan
dalam Clinical pathway bisa keamanan dan keselamatan
digunakan sebagai alat
pasien (patient safety)surveilans
(entry point) dalam
melakukan surveilans Tim Tim Pengendalian Infeksi
Pengendalian Infeksi
Nosokomial dan Health Impact
Nosokomial dan selanjutnya
untuk menilai Health Impact Intervention.
Intervention. Variabel obat
obatan dalam Clinical
Pembahasan
pathway dapat digunakan
sebagai alat (entry point) 1. Penerapan clinical pathway
untuk melakukan kegiatan
dengan BPJS di rumah sakit RS
evaluasi dan monitoring”.
Negeri dan RS Swasta
Penjelasan dr X tersebut
Berdasarkan hasil
ditegaskan oleh dr W, salah satu
penelitian di atas, diketahui
dokter di Rumah Sakit PKU
bahwa 1) Clinical pathway telah
diterapkan di Rumah Sakit Dr

9
Moewardi dan Rumah Sakit PKU dan meningkatkan kualitas
Muhammadiyah Surakarta. Hal pelayanan dalam manajemen
ini sejalan dengan temuan stroke. Selanjutnya, Chew, dkk.
penelitian yang pernah dilakukan (2007) menunjukkan penerapan
oleh Li, dkk. (2014) bahwa clinical pathway mampu berlaku
sistem clinical pathway terpadu efektif pada manajemen unit
secara signifikan mengurangi dimana perawatan melibatkan
kesalahan dan lama inap pasien, beberapa DRG (Diagnosis
yang menunjukkan bahwa Related Group). Keberhasilan ini
kualitas medis dapat secara dapat dikaitkan dengan
efektif ditingkatkan melalui pendekatan yang direncanakan
pendekatan clinical pathway. dengan rehabilitasi menggunakan
Integrasi pengetahuan medis clinical pathwayterpadu termasuk
dalam proses pengobatan tidak penggabungan perencanaan
hanya terletak pada sistem yang pembebasan secara pasien
terintegrasi, tetapi juga efektif.
tergantung pada tingkat informal Temuan penelitian kedua
organisasi. Kompleksitas proses adalah, bahwa penerapan
pengolahan dan desain arsitektur, dilakukan sebagaimana standar
budaya keselamatan pasien dan akreditas rumah sakit
proses pengobatan praktis berdasarkan Permenkes Nomor
merupakan tingkat informal 012 tahun 2012 Tentang
dalam manajemen clinical Akreditasi Rumah Sakit. Hal ini
pathway terpadu. sejalan dengan Lei, dkk. (2012)
Hasil penelitian dari bahwa salah satu bagian dari
Huang, dkk. (2015) menunjukkan penerapan clinical pathway
manfaat dari penerapan clinical adalah memberikan standar pada
pathway dapat mengurangi rata- clinical pathway, bagian ini
rata lama inap, mengurangi menjelaskan dalam keadaan apa
pengeluaran rawat inap, bisa mengobati pasien sesuai
meningkatkan kepuasan pasien dengan clinical pathway.Temuan

10
penelitian yang pernah dilakukan SMF anak, g) infeksi saluran
Roymeke dan Stummer (2012) kemih (ISK) SMF penyakit
menunjukkan dengan cara dalam, h) Appendicitis SMF
indikasi dan perencanaan Bedah, i) thypoid fever (demam
pengembangan prosedur terkait, thypoid) SMF penyakit dalam, j)
clinical pathway membantu operasi Caesar (SC) SMF
dokter, perawat dan terapis obsgyn.
sebagai alat untuk sosialisasi dan 2. Penyusunan clinical pathway
evaluasi proses pengobatan. dengan BPJS di rumah sakit RS
Temuan penelitian ketiga, Negeri dan RS Swasta
bahwa Clinical pathway Rumah Berdasarkan hasil
Sakit Dr Moewardi terdiri dari 5 penelitian di atas, diketahui
macam yaitu a) clinical pathway bahwa dalam penyusunan Format
gagal jantung, b) bedah dengan Clinical pathway harus
penyakit BPH, c) paru dengan memperhatikan komponen yang
penyakit pneumonia, d) penyakit harus dicakup sebagaimana
dalam dengan penyakit diabetes definisi dari Clinical pathway.
mellitus, dan e) anak dengan Hal ini sejalan dengan temuan
penyakit DHF. penelitian yang pernah dilakukan
Temuan penelitian oleh Firnanda bahwa dalam
keempat, bahwa Clinical menyusun Format Clinical
pathwayRumah Sakit PKU pathways harus diperhatikan
Muhammadiyah Surakarta ada 10 komponen yang harus dicakup
macamclinical pathway, yaitu: a) sebagaimana definisi dari
Hernia Inguinalis Responbiltis Clinical pathways. Clinical
SMF Bedah, b) Diare cair akut pathways (CP) sebagai kunci
dengan dehidrasi tak berat SMF utama untuk masuk ke dalam
anak, c) Kuretase SMF Obsgyn, sistem pembiayaan yang
d) Stroke Infark SMF Saraf, e) dinamakan DRG-Casemix.
Tonsilektomi SMF THT, f) Merupakan suatu konsep
Dengue Fever (demam dengue) perencanaan pelayanan terpadu

11
yang merangkum setiap langkah medis dan manajemen, baik
yang diberikan kepada pasien untuk tingkat pertama maupun
berdasarkan standar pelayanan kedua dalam rangka menjaga dan
medis dan asuhan keperawatan meningkatkan mutu pelayanan”
yang berbasis bukti dengan hasil Hal ini sejalan dengan temuan
yang terukur dan dalam jangka penelitian yang pernah dilakukan
waktu tertentu selama di rumah oleh Firnanda, dalam menyusun
sakit. Sebaliknya Undang Format Clinical pathways harus
Undang Nomor 29 Tahun 2004 diperhatikan komponen yang
tentang Praktik Kedokteran harus dicakup sebagaimana
dalam pasal 49menyebutkan definisi dari Clinical pathways.
bahwa dalam Manfaatkan data yang telah ada
melaksanakanpraktik kedokteran di lapangan rumah sakit dan
wajib menyelenggarakankendali kondisi setempat seperti data
mutu dan kendali biaya melalui Laporan RL1 sampai dengan
kegiatan audit medis serta RL6 dan sensus harian.Variabel
dilaksanakan oleh organisasi varians dalam CP dapat
profesi. Ini merupakan salah satu digunakan sebagai alat (entry
dari sekian tugas berat yang point) untuk melakukan audit
diamanatkan oleh undang undang medis dan manajemen baik untuk
tersebut kepadaorganisasi profesi tingkat pertama maupun kedua
(dalam hal ini organisasi profesi dalam rangka menjaga dan
kita adalah IDAI). meningkatkan mutu pelayanan.
Temuan penelitian kedua, Temuan penelitian ketiga,
bahwa Pemanfaatkan data yang bahwa penyusunan secara teknis
telah ada di lapangan rumah sakit penyusunan clinical pathway
dan kondisi setempat dan sensus adalah menentukan
harian.Variabel varians dalam permasalahan, menunjuk
Clinical pathway dapat koordinator, menentukan pihak-
digunakan sebagai alat (entry pihak yang terlibat,
point) untuk melakukan audit menyiapkanliterature,

12
mengidentifikasi kebutuhan dan pengobatan. Semenetara
pasien, melakukan penyesuaian penelitian dari Huang, dkk.
PPK (Pedoman Praktik Klinis), (2015) menunjukkan penyusunan
mereduksi aktivitas dan biaya clinical pathwaymemberikan
serta antisipasi kesalahan (freud), koordinasi pelayanan bagi
dan terakhir menetapkan proses pengguna dan bertujuan untuk
dan outcome; Tim penyusun memiliki “orang yang tepat,
Clinical pathway adalah dokter- melakukan hal yang benar, dalam
dokter spesialis; Prioritas pilihan urutan yang benar, pada waktu
tema yang digunakan adalah high yang tepat, di tempat yang tepat,
volume dan high cost. Hal ini dengan hasil yang tepat”.
diperkuat oleh Mackenzie, dkk. 3. Pengawasan pelaksanaan clinical
(2014) bahwa Clinical pathway pathway dengan BPJS di rumah
sangat cocok untuk kebanyakan sakit RS Negeri dan RS Swasta
bedah ortopedi dengan volume Berdasarkan hasil
tinggi dan bersifat elektif. Hasil penelitian di atas, diketahui
penelitian ini sejalan dengan bahwa pengawasan pelaksanaan
temuan penelitian yang pernah clinical pathwaydilakukanoleh
dilakukan oleh Roymeke dan penanggung jawab rumah sakit.
Stummer (2012) bahwa Hal ini sejalan dengan temuan
penyusunan clinical pathway penelitian yang pernah dilakukan
bagi penyedia layanan pada oleh Chew, dkk. (2007) bahwa
tingkat proses inti (dokter clinical pathway terpadu
spesialis, perawat, terapis dan mendasari proses rehabilitasi
staf keperawatanberbasis non secara keseluruhan dan
lingkungan), clinical pathway digunakan sebagai rencana
akan menyederhanakan proses perawatan interdisipliner untuk
pengobatan, dan mencegah atau seluruh tim rehabilitasi, jadi
setidaknya meminimalkan risiko pelaksanaan clinical
dengan cara terstruktur dan pathwaymerupakan tanggung
komprehensif prosedur diagnosis

13
jawab bersama seluruh tim clinical pathway karena beberapa
rehabilitasi. kendala: 1) kurangnya
Evaluasi pengawasan konsentrasi dalam pengisian
dalam pelaksanaan clinical pembentukan clinical pathway,
pathway dilakukan secara berkala 2) kesulitan kepastian
dan berkelanjutan. Seperti hasil penggunaan clinical pathway,
penelitian dari Roymeke dan kapan harus didrop dan kapan
Stummer (2012) bahwa untuk harus dipakai karena clinical
manajemen bisnis dari rumah pathways harus tanpa komplikasi.
sakit, clinical pathway Sementara kendala penerapan
menyajikan instrumen clinical pathway menurut hasil
manajemen strategis yang juga penelitian dari Zannini, dkk.
berfungsi sebagai instrumen (2012) adalah clinical pathway
untuk terus-menerus meningkatkan beban kerja
pengendalian biaya, dan dapat birokrasi dan masalah dapat
berkontribusi untuk transparansi timbul dalam hubungan antara
dalam penyediaan layanan. dokter dan otoritas kesehatan
Kendala yang ditemukan daerah.Aspek manajerial harus
dari hasil pengawasan terhadap dipertimbangkan dengan hati-hati
pelaksanaan clinical pathways dalam rangka eksperimen
adalah kepatuhan dokter memperkenalkan clinical
penanggungjawab pasien pathway dalam praktek umum,
terhadap clinical pathway masih dan kelangsungan eksperimen
kurang, karena masing-masing harus dijamin untuk
dokter memiliki kecenderungan meningkatkan kepatuhan dan
penanganan sesuai pengalaman komitmen dokter.
klinis. Kendala lain yang
KESIMPULAN
ditemukan dalam pengawasan
Berdasarkan hasil penelitian,
pelaksanaan clinical pathways
clinical pathway dengan BPJS di RS
adalah kesulitan menentukan isi
Negeri dan RS Swasta, dapat
clinical pathway dan topik dalam

14
dikemukakan beberapa simpulan Diare cair akut dengan
sebagai berikut, dehidrasi tak berat SMF anak,
1. Penerapan : 3) Kuretase SMF Obsgyn, 4)
a. Clinical pathway telah Stroke Infark SMF Saraf, 5)
diterapkan di Rumah Sakit Dr Tonsilektomi SMF THT, 6)
Moewardi dan Rumah Sakit Dengue Fever (demam
PKU Muhammadiyah dengue) SMF anak, 7) infeksi
Surakarta. saluran kemih (ISK) SMF
b. Penerapan dilakukan penyakit dalam, 8)
sebagaimana standar Appendicitis SMF Bedah, 9)
akreditas rumah sakit thypoid fever (demam
berdasarkan Permenkes thypoid) SMF penyakit
Nomor 012 tahun 2012 dalam, 10) operasi Caesar
Tentang Akreditasi Rumah (SC) SMF obsgyn.
Sakit 2. Penyusunan:
c. Clinical pathwayRumah Sakit a. Penyusunan Format Clinical
Dr Moewardi terdiri dari 5 pathway harus
macam yaitu 1) clinical memperhatikan komponen
pathway gagal jantung, 2) yang harus dicakup
bedah dengan penyakit BPH, sebagaimana defnisi dari
3) paru dengan penyakit Clinical pathway.
pneumonia, 4) penyakit b. Pemanfaatkan data yang telah
dalam dengan penyakit ada di lapangan rumah sakit
diabetes mellitus, dan 5) anak dan kondisi setempat dan
dengan penyakit DHF sensus harian.Variabel
d. Clinical pathwayRumah Sakit varians dalam Clinical
PKU Muhammadiyah pathway dapat digunakan
Surakarta ada 10 macam sebagai alat (entry point)
clinical pathway, yaitu: 1) untuk melakukan audit medis
Hernia Inguinalis dan manajemen, baik untuk
Responbiltis SMF Bedah, 2) tingkat pertama maupun

15
kedua dalam rangka menjaga b. Evaluasi pengawasan dalam
dan meningkatkan mutu pelaksanaan clinical
pelayanan” pathwaydilakukan secara
c. Penyusunan secara teknis berkala dan berkelanjutan.
penyusunan clinical pathway c. Kendala yang ditemukan dari
adalah menentukan hasil pengawasan terhadap
permasalahan, menunjuk pelaksanaan clinical
koordinator, menentukan pathways adalah kepatuhan
pihak-pihak yang terlibat, dokter penanggungjawab
menyiapkan literature, pasien terhadap clinical
mengidentifikasi kebutuhan pathway masih kurang,
pasien, melakukan karena masing-masing dokter
penyesuaian PPK (Pedoman memiliki kecenderungna
Praktik Klinis), mereduksi penanganan sesuai
aktivitas dan biaya serta pengalaman klinis.
antisipasi kesalahan (freud), d. Kendala lain yang ditemukan
dan terakhir menetapkan dalam pengawasan
proses dan outcome pelaksanaan clinical
d. Tim penyusun Clinical pathways adalah kesulitan
pathway adalah dokter-dokter menentukan isi clinical
spesialis pathway dan topic dalam
e. Prioritas pilihan tema yang clinical pathway karena
digunakan adalah high beberapa kendala: 1)
volume dan high cost kurangnya konsentrasi dalam
3. Pengawasan: pengisian pembentukan
a. Pengawasan pelaksanaan clinical pathway, 2) kesulitan
clinical kepastian penggunaan clinical
pathwaydilakukanoleh pathway, kapan harus didrop
penanggung jawab rumah dan kapan harus dipakai
sakit karena clinical pathways
harus tanpa komplikasi.

16
SARAN sakit, dan dalam mengajukan
1. Manajemen Rumah Sakit klaim ke BPJS. Masyarakat dapat
Hendaknya clinical pathways melakukan konfirmasi kepada
yang telah dibuat sebagaimana kedua instansi untuk memperoleh
Peraturan Pemerintah diteruskan pelayanan BPJS secara
dan dievaluasi untuk diperbaiki maksimal.
sehingga pengendalian mutu dan
biaya. Rumah Sakit perlu DAFTAR PUSTAKA
memberikan informasi yang
Chew, Daniel; Brook, Donna;
seluas-luasnya kepada BPJS Sheridan, Kathryn; Silvagni,
sehingga koordinasi penanganan Heather. 2007. “Evaluation
Of A Generic Integrated Care
pasien BPJS tidak terjadi Pathway For Rehabilitation”.
penyimpangan terhadap dana Australian Journal Of
Advanced Nursing,Vol., 25,
kesehatan oleh individu ataupun No. 2, pp. 62-69.
kelompok tertentu. Firmanda, Dody. 2006. “Clinical
2. BPJS Pathways Kesehatan Anak”.
Sari Pediatri, Vol. 8, No. 3,
Hendaknya BPJS membina Desember 2006: 195 – 208.
kerjasama dengan rumah sakit
Huang, Di; Song, Xuping; Tian,
dengan baik, terbuka dan Jinhui; Cui, Qi; Yang, Kehu.
2015. “Effects of clinical
bertanggung jawab. BPJS
pathways in stroke
melakukan koordinasi secara management: A meta-
analysis”. Neurology Asia
intens dalam melakukan
2015; Vol. 20, No. 4, pp. 335
kerjasama dengan rumah sakit – 342.
sehingga program pemerintah Lei, J., Wang, F.L., Deng, H., Miao,
D. 2012. Emerging Research
dalam menjamin kesehatan
in Artificial Intelligence and
kepada masyarakat dapat Computational Intelligence.
London: Springer.
terwujud.
3. Masyarakat Li, S., Jin, Q., Jiang, X., Park, J.J.
2014. Frontier and Future
Hendaknya masyarakat lebih arif Development of Information
dan cermat dalam menyikapi Technology in Medicine and
Education. London: Springer.
pelayanan kesehatan dari rumah

17
Mackenzie, C.R., Cornell, C.N., in Hospitals - A Discussion
Memtsoudis, S.G. 2014. Paper”. Global Journal of
Perioperative Care of The Health Science, Vol. 4, No. 2,
Orthopedic Patient. London: pp. 50-59.
Springer.
Zannini, Lucia; Cattaneo, Cesarina;
Midleton, Sue dan Roberts, Adrian. Peduzzi, Paolo, Loppiccoli,
2000. Integration Clinical Silvia; Auxilia, Francesco.
Pathways: A Practical 2012. “Experimenting
Approach To Implementation. Clinical Pathways In General
USA: McGraw-Hill. Practice: A Focus Group
Investigation With Italian
Roymeke, Tobias dan Stummer, General Practitioners”.
Harald. 2012. “Clinical Journal of Public Health
Pathways as Instruments for Research 2012 ; Vol. 1, No.
Risk and Cost Management 30, pp. 192-198.

18

Anda mungkin juga menyukai