Anda di halaman 1dari 24

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara
(Undang-Undang No 20 Tahun 2003). Pendidikan merupakan
hal yang penting untuk tiap-tiap individu. Karena dengan
pendidikan, seseorang akan mendapatkan ilmu, pengetahuan,
serta skill. Yang nantinya hal tersebut dapat diamalkan
dikehidupan sehari-hari serta dapat di wariskan ke generasi
selanjutnya.

Pendidikan tidak hanya dilakukan saat di sekolah saja.


Namun, adapula pendidikan yang dilakukan di luar sekolah.
Program pendidikan luar sekolah dapat diartikan sebagai
kegiatan yang disusun secara terencana dan memiliki tujuan,
sasaran, isi dan kegiatan, pelaksana kegiatan, proses kegiatan,
waktu, fasilitas, alat-alat, biaya, dan sumber-sumber
pendukung lainnya (Sudjana, 2006:4). Pendidikan kejuruan
merupakan salah satu pendidikan luar sekolah yang
mempersiapkan warga belajar untuk dapat bekerja dalam
bidang tertentu. Jenis pendidikan tersebut dilaksanakan
melalui program kursus-kursus, pelatihan, kelompok belajar,
magang, dan sebagainya (Sudjana, 2006:5). Program-program
pendidikan luar sekolah bersifat horisontal dan dapat pula
vertikal, berbeda dengan program-program pendidikan
Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ketika anak telah
memasuki usia remaja, mulailah muncul kekhawatiran orang tua
terhadap anak dengan pergaulannya. Karena usia remaja adalah
usia yang rawan terhadap kenakalan kenalan remaja. Fungsi dari
keluarga adalah salah satu faktor dalam penentuan kondisi well-
being seseorang. Terutama di masa remaja, hal ini disebabkan
seorang yang sedang mengalami masa tidak stabil dalam
pertumbuhannya, mengalami banyak konflik dan tekanan yang
mengakibatkan tetap membutuhkan perhatian dan dukungan
orang tua dan keluarganya untuk dapat melewati masa-masa
sulit dan memiliki kepuasan dalam hidup (Nayana, 2013:230) Di
Indonesia masalah kenakalan remaja telah mencapai tingkat yang
cukup meresahkan bagi masyarakat. Kondisi ini memberi
dorongan kuat kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab
mengenai masalah ini, seperti kelompok edukatif di bidang
pendidikan, hakim dan jaksa dibidang penyuluhan dan
penegakan kehidupan kelompok. Pihak pemerintah sebagai
pembentuk kebijakan umum dalam pembinaan, penciptaan, dan
pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat. Peran yang
tidak dapat dikesampingkan yakni peran masyarakat dan
keluarga (Sudarsono, 1990:2).

Di Desa Mentaraman, kecamatan Donomulyo,


Kabupaten Malang remaja di desa tersebut menganggur
ketika libur sekolah. Supaya kegiatan libur sekolah tersebut
produktif dan tidak mengarah kepada hal-hal penyimpangan,
maka peneliti akan melakukan pelatihan menghias totebag
dengan teknik batik cap dan eco print. Dengan media audio
visual, berupa video tutorial yang akan di share di grup
whatsapp. Video tutorial termasuk kedalam alat audio visual.
Video tutorial dipilih karena media tersebut media yang
kekinian untuk remaja. Alat-alat audio-visual banyak
diperlukan untuk bidang pengajaran yang bersifat formal
maupun non formal (Suleiman, 1988:19). Whatsapp dipilih
karena memanfaatkan perkembangan teknologi yang sudah
canggih dan kekinian. Pelatihannya berupa menghias tote bag
dengan teknik batik cap dan eco print. Hasil jadi dari
menghias totebag nanti bisa dibawa pulang, dan ilmu yang
mereka dapat bisa diterapkan untuk mengkreasikan banyak
barang yang nantinya bisa dijual.

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini bertujuan


untuk pengembangan media video tutorial pada pelatihan
menghias totebag dengan batik cap dan eco print pada remaja
di desa Mentaraman, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten
Malang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat validasi pengembangan media


video tutorial dalam pelatihan menghias tote bag dengan
batik cap dan eco print pada remaja di Desa Mentaraman,
Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang?

2. Bagaimana Pengaruh pengembangan media video


tutorial pada hasil belajar pelatihan menghias tote bag
dengan batik cap dan eco print pada remaja di Desa
Mentaraman, Kecamatan Donomulyo, kabupaten
Malang?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan hasil validasi media video tutorial


dalam pelatihan menghias tote bag dengan teknik batik
cap dan eco print, pada remaja di Desa Mentaraman,
Kecamatan Donomulyo, kabupaten Malang

2. Mengetahui Pengaruh media media video tutorial


dalam pelatihan menghias tote bag dengan teknik batik
cap dan eco print, pada remaja di Desa Mentaraman,
Kecamatan Donomulyo, kabupaten Malang

D. Spesifikasi produk yang diharapkan

Video Tutorial yang berisi tentang langkah-langkah


menghias tote bag dengan teknik batik cap dan eco print

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Peneliti

a. Diharapkan penelitian ini bermanfat dalam bidang


pendidikan luar sekolah, khususnya pelatihan

b. Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk

2. Manfaat bagi remaja

a. Sebagai pengisi waktu luang ketika liburan;

b. Menambah wawasan remaja tentang batik cap dan


eco print;

c. Untuk meningkatkan keterampilan diri dalam


menghias produk tote bag dengan teknik batik cap dan
eco print

3. Manfaat bagi masyarakat

a.

b.
BAB II

Kajian Teori

A. Model ADDIE
Model ADDIE merupakan salah satu model
pengembangan yang berupa desain pembelajaran sistematik.
Romiszowski(1996) dalam (Tegeh, dkk, 2014:41)
mengemukakan bahwa pada tingkat desain materi
pembelajaran dan pengembangan, sistematik sebagai aspek
prosedural pendekatan sistem telah diwujudkan dalam
banyak praktik metodologi untuk desain pengembangan
teks, materi audiovisual dan materi pembelajaran berbasis
komputer. Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan
bahwa model ini dikembangkan secara sistematis dan
berpijak pada landasan teoritis desain pembelajaran (Tegeh,
dkk, 2014:41). Model ini disusun secara terprogram dengan
urutan kegiatan yang sistemis dalam usaha pemecahan
masalah belajar yang berkaitan dengan sumber belajar yang
cocok dengan kebutuhan dan karakteristik pebelajar.
Model ini memiliki lima langkah yang mudah dipahami
dan diimplementasikan untuk mengembangkan produk
pengembangan seperti buku ajar, modul, video, multimedia,
dll(Tegeh, dkk, 2014:41). Terdiri atas lima langkah, yaitu (1)
Tahap Analisis(Analyze) meliputi tahap berikut: (a) analisis
kompetensi yang dituntut kepada peserta didik;(b) analisis
karakteristik peserta didik; (c) analisis materi sesuai dengan
tuntuttan kompetensi. Tahap ini, menyangkut tiga
pertanyaan yang harus dijawab tuntas. Pertama, kompetensi
apa saja yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah
menggunakan produk pengembangan? Kedua, bagaimana
karakteristik peserta didik yang akan menggunakan produk
pengembangan ini? Pertanyaan ketiga berkenaan dengan
analisis materi berupa materi pokok, subbagian dari materi
pokok, anak subbagian dst(Tegeh, dkk, 2014:42). (2)Tahap
Perancangan (Design) dillakukan dengan kerangka acuan
sebagai berikut. (a) Untuk siapa pembelajaran
dirancang?(peserta didik); (b) Kemampuan apa yang Anda
inginkan untuk dipelajari(kompetensi); (c) Bagaimana materi
pelajaran dapat dipelajari dengan baik?(strategi
pembelajaran); (d) Bagaimana Anda menentukan tingkat
penguasaan pelajaran yang sudah dicapai?(asesmen dan
evaluasi). Pertanyaan tersebut mengacu pada empat unsur
penting dalam perencanaan pembelajaran, yaitu peserta
didik, tujuan, metode, dan evalusi menurut Kemp, et al., 1994
dalam (Tegeh, dkk, 2014:43). (3) Tahap Pengembangan
(Development) kegiatan menerjemahkan spesifikasi desain ke
dalam bentuk fisik, sehingga kegiatan ini menghasilkan
produk pengembangan. Kegiatan tahap pengembangan
antara lain: pencarian dan pengumpulan segala sumber atau
referensi yang dibuutuhkan untuk pengembangan materi,
pembuatan bagan, dan tabel-tabel pendukung. (4) Tahap
Implementasi (Implementation) hasil pengembangan
diterapkan dalam pembelajaran untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap kualitas pembelajaran yang meliputi
keefektifan, kemenarikan, dan efisiensi pembelajaran. (5)
Tahap evaluasi (Evaluation) Tahap akhir ini melakukan
evaluasi yang meliputi evaluasi formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulkan data
pada setiap tahapan yang digunakan untuk penyempurnaan
dan evaluasi, sumatif dilakukan pada akhir program untuk
mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta
didik dan kualitas pembelajaran secara luas.
B. Media Pendidikan
Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan
bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah yakni
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima
pesan, sehingga mampu merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat sehingga perhatian siswa sedemikian
rupa yang mengakibatkan proses belajar mengajar terjadi
(Sadiman, Arief S, dkk, 2011 : 6). Mulanya media hanya
dianggap sebagai alat bantu mengajar guru(teaching aids).
Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya
gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat
memberikan pengalaman konkret, motivasi belajarserta
mempertinggi daya serap dan retensi belajar peserta didik
(Sadiman, Arief S, dkk, 2011 : 7). Dengan masuknya
pengaruh teknologi audio pada sekitar pertengahan abad ke
20, alat visual untuk mengkongkretkan ajaran dilengkapi
dengan audio sehingga dikenal sebagai alat audio visual atau
audio visual aids (AVA) (Sadiman, Arief S, dkk, 2011:7).

Sebagai pembawa pesan, media tidak hanya digunakan


oleh guru atau pelatih tetapi yang jauh lebih penting media
tersebut dapat digunakan oleh peserta ajar, yang
mengharuskan media tersebut mewakili guru atau pelatih
menyampaikan informasi secara lebih teliti, jelas dan
menarik (Sadiman, Arief S, dkk, 2011:10). Proses belajar
mengajar merupakan sebuah proses komunikasi dari sumber
pesan melalui media tertentu ke penerima pesan (Sadiman,
Arief S, dkk, 2011:11). Proses penuangan pesan ke dalam
simbol-simbol komunikasi baik simbol verbal maupun non
verbal atau visual disebut enconding, yang nantinya akan
ditafsirkan oleh penerima pesan yang disebut decoding
(Sadiman, Arief S, dkk, 2011:12). Adakalanya penafsiran
tersebut terjadi kegagalan dalam memahami apa-apa yang
didengar, dibaca, dilihat dan diamati oleh penerima pesan
(Sadiman, Arief S, dkk, 2011:12)

Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat proses


komunikasi yakni, hambatan psikologis, seperti minat, sikap,
pendapat, kepercayaann, inteligensi, pengetahuan dan
hambatan fisik seperti kelelahan , sakit, keterbatasan daya
indera, dan cacat tubuh (Sadiman, Arief S, dkk, 2011:13-14).
Media pendidikan sebagai salah satu sumber yang dapat
menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi
hambatan tersebut (Sadiman, Arief S, dkk, 2011:14). Menurut
Sadiman, Arief S, dkk (2011:17) kegunaan media pendidikan
dalam proses belajar mengajar yakni; (1) Memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka);(2) Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera seperti misalnya
: (a) Objek yang terlalu besar─bisa digantikan dengan realita,
gambar, film bingkai, film, atau model; (b) Objek yang
kecil─dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film,
atau gambar; (c) Objek yang terlalu lambat atau terlalu cepat,
dapat dibantu dengan timelapse atau high speed photography;
(d) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa
ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai,
foto maupun secara verbal; (e) Objek yang terlalu kompleks
(misalnya mesin-mesin) dapat disajikan lewat model,
diagram, dan lain-lain, dan (f) Konsep yang terlalu luas
(gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat
divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan
lain-lain.

C. Video
Menurut Sadiman, Arief S, dkk (2011:74) video sebagai
media audio visual yang menampilkan gerak, yang
disajikan bisa bersifat fakta maupun fiktif, bisa bersifat
informatif , edukatif maupun instruksional. Kelebihan
video antara lain : (1) Dapat menarik perhatian untuk
periode-periode yang singkat dari rangsangan luar lainnya;
(2) Dengan alat perekam pita video sejumlah besar
penonton dapat memperoleh informasi dari ahli-ahli
spesialis; (3) Demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan dan
direkam sebelumnya, sehingga pada waktu mengajar guru
bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya; (4)
Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-
ulang; (5) Kamera Tv bisa mengamati lebih dekat objek
yang sedang bergerak atau objek yang berbahaya; (6) Keras
lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan
disisipi komentar yang akan didengar; (7) Gambar proyeksi
biasa di-“beku”-kan untuk diamati dengan seksama. Guru
bisa mengatur di mana dia akan menggantikan gambar
tersebut; kontrol di tangan guru; dan (8) Ruangan tak perlu
digelapkan waktu menyajikannya.
Kekurangan dalam penggunaan media video sebagai
media: (1) Perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi
mereka jarang di praktekkan; (2) Sifat komunikasinya
bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan pencarian
bentuk umpan balik yang lain; (3) Kurang mampu
menampilkan detail dari objek yang disajikan secara
sempurna; (4) dan memerlukan peralatan yang mahal dan
kompleks.
D. Program Pendidikan Luar Sekolah
Program pendidikan luar sekolah bisa diartikan sebagai
kegiatan yang disusun secara terencana dan memiliki tujuan,
saaran, isi dan jenis kegiatan, pelaksana kegiatan, proses
kegiatan, waktu, fasilitas, alat-alat, biaya, dan sumber-
sumber pendukung lainnya(Sudjana, 2006:4). Program
pendidikan luar sekolah dirancang berdasarkan jalur, satuan,
jenis dan lingkup. Pendidikan luar sekolah yang dimaksud
adalah pendidikan yang mencakup dan mengkaji
pendidikan nonformal dan pendidikan informal(Sudjana,
2006:4). Menurut Undang-Undang Nomer 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nonformal
adalah jalur pendidikan di luar formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan
informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Jenis pendidikan luar sekolah, menurut Peraturan
Pemerintaha Nomor 73 Tahun 1991 Tentang Pendidikan
Luar Sekolah, mencakup pendidikan umum, pendidikan
keagaman, pendidikan jabatan kerja, pendidikan kedinasan,
dan pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan merupakan
pendidikan yang mempersiapkan warga belajar untuk dapat
bekerja dalam bidang

E. Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa


Andragogi berasal dari bahasa Yunani andr artinya orang
dewasa dan agogos artinya membimbing. Dengan demikian
andragogi secara harafiah mempunyai makna membimbing
orang dewasa (Uno, 2007:55). Knowles mengemukakan
beberapa asumsi model pembelajaran orang dewasa yang
berbeda dengan pembelajaran anak/remaja yakni berkaitan
dengan kebutuhan untuk mengetahui, konsep diri, peranan
pengalaman, kesiapan belajar, orientasi belajarnya dan
motivasinya( Uno, 2007:58)

F. Pendekatan, Ruang Lingkup, dan Tujuan Pembelajaran


Orang Dewasa
1. Pendekatan Pembelajaran orang lebih berpola tidak
otoriter atau persuasif, bersifat informal, yang mampu
memberikan rasa aman, fleksibel dan tidak bersifat
ancaman mengancam dalam proses belajar (Uno,
2007:60)
2. Ruang Lingkup pembelajaran orang dewasa
mencakup pencarian terbaru tentang makna
kehidupan yang dimulai dengan memberikan pada
masalah yang terjadi (Uno, 2007:60)
3. Tujuan pembelajaran orang dewasa secara khusus
yakni membangkitkan semangat percaya diri
kemudian optimisme, memberikan kemampuan dan
keterampilan untuk melakukan sesuatu, memberi
kemampuan untuk dapat menerima atau menolak
sesuatu atas dasar standar peraturan dan etika
masyarakat yang dianutnya (Uno, 2007:60-61)

G. Batik
Berdasarkan etimologi dan terminologinya, batik
merupakan rangkaian kata mbat dan tik. Mbat dalam bahasa
Jawa diartikan ngembat yakni melempar berkali-kali,
sedangkan tik berasal dari kata titik. Jadi, membatik berarti
melempar titik berkali-kali pada kain yang akan membentuk
garis ( Musman dan Arini, 2011:1). Pada masa sekarang, telah
banyak modifikasi dan pengembangan tenik pembuatan
batik mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi
tekstil. Tetapi ada juga yang masih menggunakan cara
tradisional dalam pembuatan batik. Seiring kemajuan zaman,
batik banyak dibuat dengan cara cap, printing (sablon), kain
tekstil bercorak batik, batik dengan desain komputer, dsb
(Wulandari, 2011:6). Badan PBB untuk pendidikan, ilmu
pengetahuan, dan budaya (UNESCO) mengukuhkan batik
sebagai warisan budaya dunia asli Indonesia pada tanggal 2
Oktober 2009. Sejak itulah, tanggal 2 Oktober diperingati
sebagai “Hari Batik” di Indonesia (Wulandari, 2011:7). Begitu
populernya batik, dimasa kini batik tidak hanya digunakan
sebagai busana saja. Namun banyak modifikasi untuk
berbagai keperluan rumah tangga seperti tas, sepatu, sandal,
sprei, sarung bantal, taplak meja, kerudung, aksesoris,
suvenir, lukissan bahan dasar berbagai kerajinan, dan lain-
lain. (Wulandari, 2011:7)
H. Batik Cap
Batik cap adalah batik yang dihias dengan motif atau
corak batik dengan menggunakan media canting cap.
Canting cap adalah suatu alat dari tembaga yang membentuk
suatu motif. Awalnya masyarakat menggunakan ketela
rambat untuk alat cap. Motif batik diukir pada permukaan
ketela yang lebar, yang kemudian dikeringkan yang nantinya
digunakan untuk proses pengecapan. Namun, cap
menggunakan bahan ketela tersebut tidak bertahan lama dan
hasil corak batik dengan menggunakan malam tampak
kurang menarik(Musman & Arini, 2011:20). Cap merupakan
sebuah alat berbentuk semacam stempel besar yang telah
digambar pola batik yang pada umumnya terbuat dari bahan
tembaga, namun ada pula yang dikombinasikan dengan
besi(Musman & Arini, 2011:21)

Batik cap mengalami perkembangan, dengan dikenalnya


cap kayu. Cap yang terbuat dari kayu. Kayu juga sempat
digunakan sebagai cap untuk pengaplikasian malam pada
kain. Namun, kayu bukan penghantar panas yang baik,
sehingga malam yang menempel pada kayu lebih tipis, dan
hasil pengecapannya yang terbentuk pun memiliki
keekhasan tersendiri, biasanya terdapat sedikit warna yang
meresap pada batik karena lilin yang menempel terlalu tipis,
yang mengakibatkan terlihat gradasi warna pada pola antara
pinggir motif dan tengahnya (Musman & Arini, 2011:21).
Untuk membuat batik cap dengan beragam motif, maka
diperlukan banyak cap, sementara harga cap batik relatif
mahal daripada canting(Musman & Arini, 2011:21).

I. Eco print
Salah satu cara mengolah kain dengan memanfaatkan
berbagai tetumbuhan yang bisa mengeluarkan warna-warna
alaminya(Irianingsih, 2018:4). Eco print bisa diterapkan pada
berbagai jenis kain seperti katun, sutra, viscose, chiffon, linen,
shantung, dan felt. Hasil eco print bisa digunakan untuk
product fashion seperti busana, syal, selendang, kerudung, tas,
sandal,sebagainya. Juga kebutuhan lenan rumah tangga seperti
sarung bantal, taplak meja, tirai, dsb(Irianingsih, 2018:6).

Keunikan dari eco print adalah warna yang muncul dari


bunga atau daun tidak bisa di prediksi bagaimana bentukannya
meskipun telah diatur sedemikian rupa (Irianingsih, 2018:6).
Warna-warna daun yang muncul umumnya tidak sama dengan
warna daun yang asli, semisal daun jati yang masih muda
dengan pucuk keunguan, akan menghasilkan warna ungu
kemerahan yang kuat, pink atau oranye. Bahkan daun yang
sama dan diambil ditempat lain bisa menghasilkan warna yang
berbeda(Irianingsih, 2018 : 6)
Bahan dan peralatan yang digunakan menurut Irianingsih,
(2018:8) yakni : (1) Kain polos, sebaiknya berwarna putih atau
warna broken white atau warna muda lainnya. Bisa
menggunakan kain sutera, katun, viscose, linen, rayon, dan
chifon; (2) Palu karet; (3) Plastik mika; (4) Selotip kertas; (5)
Benang katuun besar (benang kasur); (6) Aneka dedaunan dan
aneka bunga (6) Tawas bubuk; (7) Alat pengukur.

Proses mordan kain berfungsi untuk meluruhkan lapisan


lilin atau pemutih yang melekat pada permukaan kain supaya
warna alami dari tumbuhan mudah diserap (Irianingsih,
2018:10). Cara memordan kain menurut Irianingsih, (2018:10)
yakni : (1) Melarutkan 3 liter air bersih dengan 30 gram bahan
mordan, Aduk rata dan rendam kain semalaman; (2) Lakukan
disore hari dan bilas pada pagi hari; (3) Rebus kain dan air
mordan tersebut sampai mendidih selama 1 jam; (4) Biarkan
dingin, bilas dengan air bersih dan jemur dengan bentangan
yang rata; (5) Setrika kain, kemudian kain siap digunakan.

Daun dan bunga yang digunakan untuk eco print yakni


daun yang ketika diremas mengeluarkan warna dan aroma,
pilih daun yang tidak trlalu tua, dan daun yang gugur bisa
dipakai asal warnanya masih berwarna kuning (Irianingsih,
2018:12). Jenis daun yang bisa digunakan yakni, daun jati, daun
insulin, daun pepaya, daun mangga, daun ketapang, daun
eucalyptus, daun kembang telang, daun jarak, daun
mengkudu,daun katuk, dll (Irianingsih, 2018:12). Jenis bunga
yang bisa digunakan yakni, bunga telang, bougenville, kenikir,
mawar dan kailandr (Irianingsih, 2018: 12). Teknik Hapa Zome
menurut Irianingsih (2018:20) bahannya yakni : (1) Kain yang
sudah dimordan; (2) Daun dan bunga; (3) Palu karet; (4) Selotip
kertas. Untuk caranya yakni: (1) Bentang kain di lantai atau di
atas meja; (2) Tata daun dan bunga dengan posisi yang sesuai
desain; (3) Rekatkan selotip menutupi daun atau bunga; (4)
Paluu dengan perlahan; (5) Lepaskan selotip; (6) Angin-
anginkan kain hingga daun dan bunga yang menempel betul-
betul kering; (7) Setelah kering buang sisa-sisa daun atau bunga
yang masih menempel.

Proses fiksasi diperlukan untuk mengikat warna supaya


motif tidak pudar(Irianingsih, 2018:22). Cara fiksasi menurut
Irianingsih (2018:22) yakni: (1) Larutkan 3 liter air untuk 1sdt
bubuk tawas. Aduk rata hingga larut dan diamkan dulu hingga
mendapatkan larutan bening; (2) Masukkan kain kedalam
larutan fiksasi; (3) Aduk dan diamkan sekitar 30 menit.
Perhatikan perubahan warna yang muncul; (4) Bilas kain hingga
benar-benar bersih; (5) Jemur kain dnegan tidak terkena cahaya
matahari langsung.

J. Kerangka Berfikir
Remaja di Desa Mentaraman, Kecamatan Donomulyo,
Kabupaten Malang pada saat libur sekolah menganggur.
Kenakalan remaja di Indonesia telah memasuki tingkat yang
mengkhawatirkan. Untuk mengisi waktu liburan dan
menghindarii penyimpangan sosial itu terjadi, didadakanlah
pelatihan menghias totebag dengan teknik batik cap dan
ecoprint melalui video tutorial yang akan di share melalui
grup whatsapp. Diharapkan media tersebut berpengaruh
pada peningkatan keterampilan dan hasil jadi produk yang
sesuai dengan kriterian penilaian.
Remaja di Desa Mentaraman,
Tidak produktif
Kecamatan Donomulyo,
Kabupaten Malang

libur sekolah
menganggur.

Pengembangan media video tutorial


pada pelatihan menghias tote bag
dengan teknik batik cap dan ecoprint

Meningkatkan ketrampilan dan hasil


produk yang sesuai dengan kriteria
Nama : Riska Kurnia A

NIM 17050404022

Prodi s1 Pendidikan Tata Busana 2017 A

Judul : Pengembangan Video Tutorial pada Pelatihan Menghias


Tote Bag dengan Teknik Batik Cap dan Eco Print pada Remaja di
Desa Mentaraman, Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang

. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat validasi pengembangan media


video tutorial dalam pelatihan menghias tote bag dengan
batik cap dan eco print pada remaja di Desa Mentaraman,
Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang?

2. Bagaimana Pengaruh pengembangan media video


tutorial pada hasil belajar pelatihan menghias tote bag
dengan batik cap dan eco print pada remaja di Desa
Mentaraman, Kecamatan Donomulyo, kabupaten
Malang?

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pengembangan. Jenis penelitianyang digunakan adalah
penelitian dan pengembangan (Research and Development).
Research and Development adalah jenis penelitian
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan
menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono,
2018:407). Menurut Borg and Gall (1983:772) metode
R&D adalah metode yang digunakan dalam penelitian
dan pngembangan untuk menghasilkan produk yang
valid. Model yang digunakan adalah model penelitian
ADDIE. Model ini sudah teruji secara empiris. Salah satu
fungsinya menjadikan pedoman dalam membangun
perangkat dan nfrastruktur program pelatihan yang
dinamis, efektif dan dapat mendukung pelatihan
tersebut, Santoso (2010:22). Model penelitian ADDIE
menggunakan 5 tahap pengembangan yaitu: (1) Analyze
(analisis), (2) Design (perencanaan), (3) Development
(pengembangan), (4) Implementation (implementasi), dan
(5) Evaluation (evaluasi)

Penelitian ini dipusatkan pada pengembangan video


tutorial untuk meningkatkan ketrampilan menghias tote
bag menggunakan teknik batik cap dan eco print pada
pelatihan untuk remaja di desa Mentaraman, Kecamatan
Donomulyo, Kabupaten Malang.

B. Sumber Data dan Data Penelitian


Sumber data merupakan hasil wawancara dari
penduduk sekitar desa Mentaraman, kecamatan
Donomulyo, Kabupaten Malang.

C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan model pengembangan
ADDIE yang penelitiannya dimulai dari tahap analisis
sampai evaluasi yang tiap tahapnya saling berkaitan.
1. Analyze
Langkah pertama yakni analisis materi batik cap dan
eco print, analisis sasaran, fase ini diperlukan untuk
mengidentifikasi hal-hal yang diperlukan dalam
pengembangan. Materi yang digunakan adalah batik
cap dan eco print. Yang nantinya video tutorial akan
berisi tentang langkah- langkah menghias tote bag
menggunakan teknik tersebut. Video yang telah
dibuat akan di share di whatsapp grup. Grup tersebut
berisi 20 orang remaja di desa Mentaraman, yang
umurnya berkisar antara 13 sampai 17 tahun. Melalui
hasil wawancara ditemukannya beberapa masalah
yakni, kurangnya perhatian orang tua terhadap
remaja, dikala libur sekolah tiba remaja di sana tidak
produktif lebih banyak menganggur.

2. Design
Video yang teah dibuat nantinya akan di kirim
via whatsapp grup. Desain media berupa video
tutorial langkah-langkah dalam menghias tote bag
menggunakan teknik batik cap dan eco print.
3. Development
Pengembangan merupakan proses mewujudkan
desain yang telah direnanakan menjadi kenyataan.
Alur pengembangan dari pengumpulan data-data,
membuat story board, membuat video daan mengedit
deengan menarik dan sekreatif mungkin, tahap akhir
yakni mengukur kelayakan dari video oleh ahli
media dan ahli substansi.
4. Implementation
Implementasi dari penelitian ini yakni validasi
video ke para ahli kemudian apabila dalam proses
validasi tersebut masih ada kekurangan, maka akan
dilakukan revisi. Apabila telah melakukan revisi
kemudian video tersebut diajukan ke validator lagi
dan lulus uji, maka media tersebut siap di uji
cobakan dalam pelatihan menghias tote bag dengan
teknik cap dan eco print di desa Mentaraman,
Kecamatan Donomuyo, Kabupaten Malang.
5. Evaluation
Pada tahap ini media yang telah divalidasi, direvisi
dan diuji kepada peserta pelatihan terlebih dahulu
untuk mendapatkan hasil analisis data dan
laporannya.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yakni sebuah alat yang digunakan untuk
pengambilan data atau informasi (Uno, 2007:71).
Instrumen penelitian digunakan untuk mempermudah
pekerjaan peneliti dalam pengumpulan data sehingga
data yang diperoleh akan lebih sistematis dan mudah
diolah.
Pada penelitian pengembangan ini instrumen yang
digunakan adalah lembar angket yang bersifat
tertutup untuk mengetahui kelayakan dari video
tutorial yang akan diisi oleh ahli materi, dan ahli
media, serta lembar angket bersifat terbuka disediakan
untuk remaja umum yang sudah dievaluasi.
1. Instrumen Kelayakan Materi dan Media

Lembar angket tersebut digunakan untuk


mengetahui penilaian validator terhadap
pengembangan media video tutorial pada
pelatihan menghias totebag dengan batik cap dan
eco print pada remaja di desa Mentaraman,
Kecamatan Donomulyo, Kabupaten Malang.
Lembar tersebut berisi angket skala terdiri dari 5
skala penilaian (sangat baik, baik, sedang, kurang
baik, tidak baik) terhadap kelayakan video tutorial.
Instrumen kelayakan tersebut diadobsi dari
kementrian ristekdikti selanjutnya disesuaikan
dengan konteks yang akan digunakan.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Validasi Materi dan


Media
No Aspek yang Indikator No Jumlah
dinilai instrum Instrumen
en
1. Materi Kelengkapan Materi 1
Keakuratan 2

Keterbaruan 3

Pengantar 4
Penyampaian Alat 5
dan bahan
Penentuan Motif 6
Perkiraan Bahan 7
Menghias tas dengan 8
eco print
Hasil Jadi tote bag 9
2. Tampilan Kesesuaian 10
Keruntutan 11
Kemenarikan 12
Reliable 13
Keterbacaan teks 14
Bentuk dan ukuran 15
huruf
Animasi 16
Suara 17
3. Bahasa dan Kesesuaian tingkat 18
Keterbacaan perkembangan
Komunikatif 19
Lugas, baku dan 20
tertrustuk
Kejelasan 21
penggunaan istilah

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen hasil Jadi Tote bag

No Aspek Indikator No Jumlah


yang instru instrume
dinilai men n
1 Motif Kejelasan motif
yang
Dihasilkan

Keteraturan Motif
Kerapian Motif
Warna Tajamnya warna
yang
dihasilkan

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen Lembar kerja

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan teknik yang
digunakan untuk memperoleh data dari penelitian,
misalnya tes, observasi, wawancara, dokumentasi atau
angket. Penelitian ini menggunakan teknik angket dan
tes kinerja yang digunakan untuk menentukan hasil dari
kelayakan video tutorial, dan pengaruh video tutorial
terhadap hasil pelatihan sebagai berikut:
1. Aspek Kelayakan
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
angket.Untuk mengumpulkan data kelayakan video
tutorial digunakan teknik pengumpulan data angket
kelayakan berupa pertanyaan yang akan diisi oleh
observer. Hal tersebut dapat menunjukkan hasil dari
kelayakan video tutorial dari pengambilan data
angket yang sudah terkumpul. Jumlah observer
sebanyak 5 orang dosen ahli media dan materi.
2. Aspek Psikomotor
Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni tes
kinerja. Untuk mengumpulkan data aspek
ketrampilan menghias tad tote bag menggunakan
lembar kerja yang berisi tentang indikator ketuntasan
penilaian.
F. Teknik Analisis data
Teknik analisis data bertujuan untukmengetahui
kelayakan dari media video tutorial, dan pengaruh video
tutorial terhadap hasil pelatihan. Data yang didapat
berasal dari penilaian validasi ahli dan pengaruh video
berdasarkan skala penilaian. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini yakni :
1. Analisis Penilaian Kelayakan
Analisis dilakukan terhadap semua kriteria yang
berhubungan dengan video tutorial melalui whatsapp.
Data hasil validasi dari validator kemudian
direkapitulasi untuk dianalisis dengan deskriptif
kuantitatif dengan merata-rata skor masing-masing
komponen sesuai dengan instrumen penelitian
media video. Hasil penilaian validator sebagai
berikut:

2. Analisis hasil pelatihan


Analisis hasil pelatihan dilakukan untuk mengetahui
pengaruh video tutorial terhadap kemampuan
peserta dalam menghias tote bag dengan teknik batik
cap dan eco print.

Anda mungkin juga menyukai