Anda di halaman 1dari 3

Tumbuhan Jengkol

Tumbuhan jengkol atau lebih dikenal dengan tumbuhan Jering adalah termasuk
dalam famili Fabaceae (suku biji-bijian). Tumbuhan ini memiliki nama latin
Pithecellobium jiringa dengan nama sinonimnya yaitu A. Jiringa, Pithecellobium
lobatum Benth, dan Archindendron pauciflorum. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan
khas di wilayah Asia Tenggara dengan ukuran pohon yang tinggi yaitu ± 20 m, tegak
bulat berkayu, licin, percabangan simpodial, cokelat kotor. Bentuk majemuk, lonjong,
berhadapan, panjang 10 – 20 cm, lebar 5 – 15 cm, tepi rata, ujung runcing, pangkal
membulat, pertulangan menyirip, tangkai panjang 0,5 – 1 cm, warna hijau tua, struktur
majemuk, berbentuk seperti tandan, diujung dan ketiak daun, tangkai bulat, panjang ±
3 cm, berwarna ungu kulitnya, bentuk buah menyerupai kelopak mangkok, benang sari
kuning, putik silindris, kuning mahkota lonjong, putih kekuningan, bulat pipih
berwarna coklat kehitaman, berkeping dua dan berakar tunggang. Pohon Jengkol
sangat bermanfaat dalam konservasi air di suatu tempat hal ini dikarenakan ukuran
pohonnya yang sangat tinggi (Psychologymania, 2013).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam biji jengkol terkandung nutrisi
yang diperlukan oleh tubuh antara lain karbohidrat, protein, vitamin A, vitamin B,
fosfor, kalsium, dan besi. Kadar protein dalam biji jengkol melebihi kadar protein
dalam tempe sehingga jengkol dapat menjadi sumber protein nabati. Namun, selain
kandungan nutrisi tersebut terdapat kandungan senyawa dalam jengkol yang
berisiko dapat menimbulkan keracunan yaitu asam jengkolat (Badan POM, 2014).
Asam jengkolat atau jengkolic acid (S,S’-methylenebicysteine) merupakan
senyawa sejenis asam amino non-protein yang mengandung unsur sulfur. Adanya
unsur sulfur ini menyebabkan asam jengkolat dapat menghasilkan bau yang kurang
sedap. Kandungan asam jengkolat dalam biji jengkol bervariasi, tergantung varietas
dan usia bijinya. Biji jengkol muda mengandung asam jengkolat relatif lebih sedikit
daripada biji yang sudah tua. Pada biji jengkol tua terkandung asam jengkolat 1-2%
dari berat bijinya. Sebutir biji jengkol mentah dengan berat 15 gram dapat mengandung
sekitar 0,15 – 0,30 gram asam jengkolat (Badan POM, 2014).

2.2 Kandungan Kulit Jengkol


Dari analisis fitokimia didapatkan kandungan senyawa saponin, flavonoid dan
tanin dari biji jengkol (Rizal dkk, 2016).

Tabel 2.1 Hasil Skrining Fitokimia Kulit Jengkol (Rizal dkk, 2016)

Skrining Hasil

Alkaloid +

Flavanoid +

Glikosida +

Saponin +

Tanin +

Triterpenoid / steroid +

Keterangan : + = mengandung golongan senyawa

- = tidak mengandung golongan senyawa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman jengkol banyak mengandung


zat, antara lain adalah sebagai berikut: protein, kalsium, fosfor, vitamin A dan B1,
karbohidrat, saponin, alkaloid, terpenoid/steroid, tanin, dan glikosida (Setianingsih,
1995).
Biosintesis merupakan proses pembentukan suatu metabolit (produk
metabolisme) dari molekul yang sederhana hingga menjadi molekul yang lebih
kompleks yang terjadi pada organisme hidup. Metabolisme pada makhluk hidup dapat
dibagi menjadi metabolisme primer dan sekunder (Andre, 2012).
Metabolisme primer pada tumbuhan, seperti respirasi dan fotosintesis,
merupakan proses yang esensial bagi kehidupan tumbuhan. Tanpa adanya metabolisme
primer, suatu organisme akan terganggu pertumbuhan, perkembangan, serta
reproduksinya, dan akhirnya mati. Berbeda dengan metabolisme primer, metabolisme
sekunder merupakan proses yang tidak esensial bagi kehidupan organisme. Tidak ada
atau hilangnya metabolit sekunder tidak menyebabkan kematian secara langsung bagi
tumbuhan, tapi dapat menyebabkan berkurangnya ketahanan hidup tumbuhan secara
tidak langsung (misalnya dari serangan herbivora dan hama), ketahanan terhadap
penyakit, estetika, atau bahkan tidak memberikan efek sama sekali bagi tumbuhan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai