Anda di halaman 1dari 18

Sejarah KEBO IWA Patih Yang Disegani Gajah Mada

Sejarah KEBO IWA Patih Yang Disegani Gajah Mada, dikisahkan dalam Babad Bara
Batu, tersebutlah pada tahun Isaka 1185/1263 Masehi, Prajurit Taruna Batu, anggota
sebanyak 33 orang, semuanya gagah berani berbusana serba putih, memakai destar Merah
api, bunga Waribang Dwikarna, bersenjata Tamyang dan keris 10 orang pengawin samlong
mapontang kuningan 10 dan membawa pratoda, dan tiga orang membawa air, pasepan, tirtha
suci.

Diceritakan lagi tahun Isaka 1197/1275 Masehi pasukan Teruna Batu membangun Pura
Dalem Maya.

Dikisahkan lagi Patih Mada bermaksud membuat daya upaya jahat terhadap Sang Kebo
Waruga bersama raja Bali karena tahu para patihnya tak ada menandingi kesaktiannya.

Kemudian Patih Mada bersama para patih Wilwatikta mendarat di segara rupek di
Gilimanuk, menuju ke Telukan Bawang, merambas tegalan di desa Garabong (Pulaki) serta
desa Pangastulan, naik perahu menuju ujung gunung Tolangkir terus ke Tianyar dan
Samprangan.

Ketika diketahui kedatangan para mantri Jawa oleh pasukan Taruna Batu, disambut dengan
ramah dan bersalaman, karena sebelumnya sudah ada tanda persahabatan dengan
mengibarkan bendera putih, dan perlengkapan upacara agama, lantas diajak kerumah orang
tuanya Karang Buncing di Blahbatuh, dan ditanya maksud atas kedatangannya, yaitu
menjalankan perintah Sri Aji Wilwatikta melamar Kebo Iwa akan disandingkan dengan putri
dari jawa Madura.

Atas ijin sang raja lalu Kebo Iwa pamitan dengan para mantri semuanya, juga menghaturkan
sembah bhakti dipura Gaduh, lalu menuju ke Pura Luhur, Uluwatu, melakukan yoga semadhi
seorang diri tanpa ada orang yang mengiringi.

Setelah beberapa lama di parahyangan lalu berjalan menuju pantai Pula Ayam (bali Tegil), di
Benoa, menaiki perahu layar ke tengah samudra, lalu ada tanda yang tidak baik, hujan ribut
dan kilat bersahu-sahutan, perahu layar diterjang ombak, tahu dirinya akan kena bencana dan
ingat akan kewajiban sebagai seorang ksatrya yaitu kesetiaan, satrya artinya tak boleh ingkar
janji, lalu turun berenang ketengah lautan mengobok-obok air laut bagaikan lajunya perahu
layar.

Kemudian beliau tiba di pulau Jawa dan disambut oleh kedatangannya oleh orang-orang
Surabaya, Madura, tak terbilang banyak menyambut kedatangan Beliau, lalu disuruh
membuat sumur dilereng gunung untuk tempat pemandian Sang Dyah dikala hari pernikahan
nanti. Setelah Kebo Iwa dalam menggali sumur, lalu ditimbun dengan bongkahan-bongkahan
batu, lalu disangga batu itu dengan kedua belahan tangan dan dihempaskan kembali dari
dalam sumur, bagaikan hujan batu, semuanya lari tunggang langgang menyelamatkan diri
takut kena bongkahan batu.

Lalu kebo Iwa keluar dari dalam sumur seraya berucap, Hai kamu prajurit semua, kalau kamu
mengharapkan aku mati, aku tak akan mati oleh batu, juga dengan segala senjata buatan
manusia, malu aku kembali ke pulau Bali, dengarkan ucapanku, kalau kamu ingin mematikan
aku, dengan kapur bubuk timbun aku kedalam sumur beserta canang wangi, seperti bunga,
daun, air, dupa, buah.

Jika aku mati atas kehendak kamu semua, semoga dikemudian hari di bumi ini akan dimasuki
kebo putih, saat itu semuanya akan kesusahan, demikian akhirnya Kebo Iwa meninggal di
dalam sumur menuju kesunyian. Demikianlah disebutkan dalam prasasti Pura Dalem Maya,
Blahbatuh, Gianyar,

Sedangkan Kelahiran KEBO IWA & kekuatannya yang sangat terkenal sampai diluar pulau
Bali disebutkan dalam Prasasti Pura Maospahit.

Entah berapa lama Ida Arya Karang Buncing hidup sebagai suami istri, belum juga dikarunia
putra, hati beliau sanagat sedih, lalu pada hari yang baik , beliau berkeinginan nunas ica
memohon kemurahan hati Ida Sanghyang Widhi, ring Pura Bedugul Gaduh, lalu beliau
mendapat kelahiran seorang putra, yang lama kelamaan diberi nama Kebo Waruga, yang
berperawakan tinggi besar, tidak ada orang menyamai di bumi Bali ini, apalagi tentang
kesaktianya, teguh, tidak mempan oleh senjata buatan manusia, ahli dalam bidang
pembangunan, beliau sidhi ucap.

Pada tahun Caka 1185/1263 Masehi, lalu beliau Kebo Waruga mendirikan pasukan Taruna
Watu, yang jumlah anggotanya sebanyak 33 orang, lalu beliau membangun Pura Dalem
Maya pada tahun Caka 1197/1275 Masehi. Setelah selesai membangun pura, pada saat itu
tahun Caka 1198/1276 Masehi, Kebo Waruga bingung pikirannya, lalu beliau menyelusup ke
desa-desa seperti, Bualu, Pecatu, Tunggaking Pering, Kali Jajuwan, beliau dijunjung di jagat
Kali Jajuwan itu, soal makanan Beliau sangat rakus, itu sebabnya badannya tinggi dan besar,
oleh sebab itu kesengsaran dan bingung rakyat beliau, lalu Kebo Iwa mengutuk tempat itu
dan dinamakan Desa Serangan. Kebo Iwa berjalan ke utara ke jagat Badung menjadi tukang
bangunan suci seperti membuat Candi Raras Maospahit yang menghadap ke barat pada tahun
Caka 1200/1278 Masehi.

Selanjutnya diceritakan yang menjadi pimpinan jagat Kapal, Bali yang bergelar Dalem
Rokaranti, tempat itu bernama Pastenganan yang letaknya arah tenggara Puri ne Kawit,
disebut Dalem Pura Sada (Dalem Bringkit-Kebo Iwa), disana beliau mendirikan Candi Raras
yang sudah dipastu, yang beliau katakan “ Bilamana ada seorang istri yang sedang
mengandung masuk ke pura itu akan gugur kandungannya”.

Desa Kapal itu juga dikutuk tidak boleh membangun mamakai bahan dari batu bata sampai
kini, karena beliau yang patut memerintahkan kutukan bumi ini. Beliau bagaikan dewata
yang dijunjung seperti Dewata Saking Kidul (Hyang Sinuhun Kidul).

Karena Ida Kebo Iwa tidak punya tempat maka beliau mendirikan bale panjang yang disebut
Bale Agung, juga mendirikan dapur di desa Sri Jong, Bale Panjang ada di desa Beda, serta
semua rakyat tidak berani melawannya.

Lagi diceritakan yang menjadi raja di jagat Bali saat itu adalah Ida Dalem Batu Ireng
(Astasura Ratna Bumi Banten, Sri Gajah Wahana, Sri Tapa Hulung, Dalem Bedahulu),
mengutus para Demung yang bernama Arya Kalung Singkal di desa Taro, Arya Tunjung
Biru, Arya Tunjung Tutur juga patih Kopang di Batur, arya Pasung Grigis di Tengkulak, Ida
Patih Giri Gemana di Jambirana, Patih Tambyak di Jimbaran membuat pondok prajurit mau
menguji kesaktianya I Kebo Iwa.

Tatkala di hari yang tepat diadakan pertarungan, Ida Sang Prabu Batu Ireng diiringi oleh
Mantri Gudug Basur telah naik ketempat yang telah disiapkan, lalu suara kentongan berbunyi
bertalu-talu, suara gambelan, suara gemuruh rakyatnya tak henti-hentinya. Lalu Pasung
Gerigis memerintahkan patih semuanya untuk melawan I Kebo Iwa mengadu kewisesan
(perang tanding), semua patih dan rakyat kalah dalam mengadu tanding tersebut.

Dengan demikian Prabu Batu Ireng kagum atas kekuatan I Kebo Iwa, lalu I Kebo Iwa
diangkat menjadi patih andalan, kekuatan Ida I Kebo Iwa sangat terkenal sampai diluar pulau
Bali.

Legenda Kebo Iwa

Dikisahkan di Bali adalah raja bernama Sri Gajah Waktera (Dalem Bedaulu), bergelar Sri Astasura
Ratna Bumi Banten yang dikatakan sebagai seorang pemberani serta sangat sakti. Disebabkan
karena merasa diri sakti, maka keluarlah sifat angkara murkanya, tidak sekali-kali merasa takut
kepada siapapun, walau kepada para dewa sekalipun.Sri Gajah Waktera mempunyai sejumlah
pendamping yang semuanya memiliki kesaktian, kebal serta juga bijaksana yakni : Mahapatih Ki
Pasung Gerigis, bertempat tinggal di Tengkulak, Patih Kebo Iwa bertempat di Blahbatuh, keturunan
Kyai Karang Buncing, Demung I Udug Basur, Tumenggung Ki Kala Gemet, Menteri Girikmana – Ularan
berdiam di Denbukit, Ki Tunjung Tutur di Tianyar, Ki Tunjung Biru berdiam di Tenganan, Ki Buan di
Batur, Ki Tambiak berdiam di Jimbaran, Ki Kopang di Seraya, Ki Kalung Singkal bertempat tinggal di
Taro. Sri Gajah Waktera menentang dan tidak bersedia tunduk dibawah kekuasaan Majapahit,
sehingga menimbulkan ketegangan antara Kerajaan Bali dan Kerajaan Majapahit.Dalam rapat yang
diadakan oleh Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi dengan para Mentri Kerajaan, Patih Gajah Mada
menyampaikan sindiran secara halus melalui seorang pendeta istana (Pendeta Purohita) yang
bernama Danghyang AsmaranataRapat akhirnya memutuskan bahwa sebelum Gajah Mada
melakukan penyerangan ke Bali maka Kebo Iwa sebagai orang yang kuat dan sakti di Bali harus
disingkirkan terlebih dahulu. Jalan yang ditempuh dengan tipu muslihat yaitu raja putri Tribhuwana
Tunggadewi mengutus Gajah Mada ke Bali dengan membawa surat yang isinya seakan-akan raja
putri menginginkan persahabatan dengan raja Bedahulu.Keesokan harinya berangkatlah patih Gajah
Mada ke Bali dan singkat cerita sampai di Sukawati, Gianyar. Di Sukawati Patih Gajah Mada dijemput
oleh Kipasung Grigis yang sudah mengetahui perihal kedatangan patih Gajah Mada tersebut ke Bali.
selanjutnya Kipasung Grigis mengantar Gajah Mada menghadap raja karena diutus oleh ratu
Tribhuwana untuk menyampaikan pesan kepada Raja Sri gajah Waktera.tempat ketemu Kipasung
Grigis:

Dihadapan Raja Sri Gajah Waktera patih Gajah Mada menyampaikan maksud kedatangannya
dan menyerahkan surat dari Ratu Majapahit Tribhuwana Tunggadewi yang menyatakan
memohon agar pulau Jawa tidak diserang da juga untuk mempererat hubungan maka Kebo
Iwa diundang ke Majapahit untuk dinikahkan dengan salah satu putri kerajaan.

Raja Sri Gajah Waktera yang gembira segera memerintahkan Kebo iwa memenuhi undangan
tersebut. singkat cerita Kebo Iwa dan gajah mada telah sampai di Majapahit. di sana kebo iwa
diminta memperlihatkan kesaktiannya sekaligus menolong rakyat yang dilanda kekeringan.
saat itu pula kebo iwa menggali tanah untuk menemukan sumber air dengan tangan kosong.
saat cukup dalam gajah mada memerintahkan Prajuritnya menimbun lubang itu dengan batu
sampai rata kembali dengan tanah
Pura Gunung Kawi, Bali

kesaktian Kebo Uwa mengukir batu dengan kukunya

Merasa telah membunuh kebo iwa yang sakti, Gajah mada menyayangkan kalau orang hebat
seperti kebo iwa harus mati dengan cara seperti itu, tapi itu demi cita-cita menyatukan
nusantara. Tiba-tiba Batu-batu yang ditimbunkan melesat kembali keangkasa dibarengi
dengan teriakan prajurit Majapahit yang terhempas batu. Dari dalam sumur, keluarlah Patih
Kebo Iwa, yang ternyata masih terlalu kuat untuk dikalahkan.

Patih Gajah Mada terkejut, menyaksikan Patih Kebo Iwa yang masih perkasa, dan beranjak
keluar dari lubang sumur. Kesaktian Patih Kebo Iwa, sungguh menyulitkan usaha Patih Gajah
Mada untuk menundukkannya. Pertempuran antara keduanya masih berlangsung hebat,
namun amarah dan dendam Patih Kebo Iwa mulai menyurut…Dan rupanya Patih Kebo Iwa
tengah bertempur seraya berpikir … Dan apa yang tengah dipikirkan olehnya, membuat dia
harus membuat keputusan yang sulit… Kebo Iwa : (dalam hati) Kerajaan Bali pada akhirnya
akan dapat ditaklukkan oleh usaha yang kuat dari orang ini, keinginannya untuk
mempersatukan nusantara agar menjadi kuat kiranya dapat aku mengerti kini. Namun
apabila, aku menyetujui niatnya dan ragaku masih hidup, apa yang akan aku katakan nantinya
pada Baginda Raja sebagai sangkalan atas sebuah prasangka pengkhianatan ?

Mengetahui keinginan yang kuat dari gajah Mada untuk menyatukan nusantara, Kebo Iwa
akhirnya memberitahukan gajah mada kelemahan dirinya agar ia bisa dikalahkan. Gajah
Mada yang kewalahan merasa keheranan mendengar itu dan langsung melakukan apa yang
dikatakan oleh Kebo iwa. Setelah menyerang kelemahan Kebo Iwa yang akhirnya membuat
Kebo iwa sekarat, ia berkata pada Gajah mada semoga ia dapat menuaikan Sumpah
Palapanya. Mendengar pernyataan itu, Gajah mada bersedih karena pahlawan sakti seperti
Kebo Iwa harus mati seperti itu.

Pura Gaduh Kebo Iwa KESAKTIAN PATIH KEBO IWA


24 Agustus 2012 pukul 19:55

SIAPA yang tidak kenal Patih Kebo Iwa. Dialah mahapatih paling sakti di zaman kerajaan
dulu. Berkat kesaktian yang dimilikinya membuat Mahapatih Majapahit, Gajah Mada pusing
tujuh keliling. Lantas apa hubungan Pura Gaduh Kebo Iwa dengan Mahapatih Bali, Gaduh
Kebo Iwa?

Pura Gaduh Kebo Iwa juga sering disebut Pura Gaduh, terletak disebelah timur Pasar Desa
Adat Belahbatuh. Perjalanan menuju Pura megah ini tidak sulit, karena letaknya sangat
strategis dan ada di jantung keramaian Kota Kecamatan Belahbatuh, Gianyar.

Dari Denpasar menuju pura ini, jika lalulintas lancar waktu yang dihabiskan hanya 30 menit. Pura
Kebo Iwa posisinya ada di sebelah Selatan Bale Wantilan Blahbatuh. Begitu menginjak jalan aspal
yang cukup bagus, Anda akan melihat betapa kokohnya Pura Gaduh Kebo Iwa, kondisi ini tidak hanya
terlihat dari luar pura, di dalam pura kita juga melihat pemandangan yang sama.

Berbagai pelinggih yang megah akan Anda saksikan di pura ini yang seakan melukiskan betapa
luhurnya karya seni dari leluhur kita yang telah mewariskan sebuah mementum bangunan yang
sangat agung.Areal pura cukup luas, bisa menampung ledakan umat yang mau pedek tangkil ke
pura. Pura Gaduh Kebo Iwa ini adalah kompleks dari berbagai pura yang ada di sebelah barat.
Bagaimana sejarah berdirinya pura ini. Menurut Jro Mangku yang ngayah di pura ini, pura yang ada
sekarang ini merupakan karya agung Patih Gaduh Kebo Iwa.

LANTAS SIAPA SEBENARNYA KEBO IWA ITU?

Dalam berbagai sumber lontar, disebutkan Gaduh Kebo Iwa adalah sebuah dongeng, tapi ada juga
yang menyebutkan sebuah sejarah pada jaman dulu di Bali. Gaduh Kebo Iwa kalau di Bali sangat
terkenal dengan kesaktiannya. Karena saktinya dia bergelar mahapatih yang tidak terkalahkan dan
patih yang ditakuti oleh kerajaan-kerajaan yang ingin menguasai wilayah kerajaan yang dipegangnya.
Tapi ada yang mengatakan Gaduh Kebo Iwa adalah seorang raksasa, bertubuh kuat, gagah perkasaa
dan sangat sakti. Konon di Bali banyak sekali peninggalan sejarah yang merupakan hasil karya atau
setidak-tidaknya ada hubungannya dengan kehidupan Patih Gaduh Kebo Iwa.

Menurut legenda atau dongeng Gaduh Kebo Iwa bertempat tinggal di Desa Blahbatuh tepatnya di
sebelah Barat Daya Gianyar sekarang. Disebut-sebut sebagai peninggalan Kebo Iwa adalah Candi
Padas Gunung Kawi, Kolam Tirta Empul yang ada di Tampak Siring dimana Kebo Iwa diceritakan
mandi dengan menggosok punggungnya dengan batu yang datang sendiri dari Bukit Buluh yang ada
di Klungkung. Sebuah jalan yang naik terjal yang ada di Trunyan juga disinggung ada missi perjalanan
dari Kebo Iwa dan oleh penduduk dikatakan dengan undag (prigi) Kebo Iwa.

Singkat cerita setiap ada tempat atau tanah, batu berlobang sering dihubungkan dengan tapak kaki
Kebo Iwa. Lebih hebat lagi Kebo Iwa hanya bermodalkan dengan kayu Kelor bisa menggotong atau
memikul tanah. Jatuhan tanah yang dipikulnya dengan kayu kelor tersebut membuat sebuah pulau-
pulau kecil seperti yang dikaitkan dengan adanya Pulau Nusa Dua sekarang.

Yang patut menjadi catatan tersendiri adalah Bali mencapai kejayaan itu justru ketika mahapatih
Kebo Iwa masih berkuasa. Pasalnya semenjak Bali dikuasai Kebo Iwa, majapahit tidak bisa menjajah
Bali. Untuk membunuh Kebo Iwa, Gajah Mada membuat taktik jitu dengan menugaskan Kebo Iwa
membuat sumur, setelah itu ditimbun dengan batu dicampur kapur. Maka Kebo Iwa pun wafat.
*patra dari berbagai sumber.
PERMATA MERAH JATUH DENGAN GAIB

BERBAGAI keunikan yang ada pada sebuah pura ternyata apa yang kita mohonkan bisa jadi kita
dapatkan. Begitu juga yang ada di Pura Kebo Iwa. Krama yang tahu pura ini akan mengadakan
perjalanan sucinya untuk mendekatkan diri dengan Ida Sanghyang Widhi. Kalau kita percaya di Pura
Gaduh/Kebo Iwa Ida sasuhunan sangat pemurah. Dan banyak para pemedek yang membuktikan
mendapatkan sesuatu. Jangankan pada hari-hari piodalan, ternyata pada hari-hari biasa tidak jarang
kita saksikan krama yang pedek tangkil. Krama yang tangkil datang dari berbagai daerah, sehingga
pura ini bukanlah milik dari krama Blahbatuh. Seperti dikatakan oleh Jro Mangku Ketut Pada ketika
dihubungi MBA mengatakan "Pura ini memang sering dikunjungi krama Bali dan tiang tidak tahu dari
mana asal pedek tangkil kesini", ujarnya polos. Dengan keyakinan umat untuk mendalami agamanya
yang semakin meningkat memang diakui sekarang berbagai pura sempat menjadi sasaran umat.
Sehingga termasuk Pura Kebo Iwa ada saja yang datang untuk meminta restu sesuai profesinya. Ada
cerita sangat menarik yang mengaku rombongan dari Denpasar. Di saat khusuknya menghaturkan
sembah subhakti kehadapan Ida Sasuhunan ternyata salah satu rombongan tiba-tiba dikagetkan
sebuah paica berupa batu permata merah.

Menurut rombongan tersebut tujuannya nangkil ke Pura Kebo Iwa tidak pernah terbesit akan
mendapatkan suatu yang berupa paica. Batu merah itu tiba-tiba muncul di atas canang sarinya yang
hendak dihaturkannya keluhur, kontan saja pemedek yang lainnya ikut kaget. Dibarengi setengah
becanda bahwa ada seorang yang kehilangan permata merah hati. Dengan didapatkannya batu
permata itu, maka persembahyangan menjadi lebih khusuk lagi karena diyakini Ida Sasuhunan
adalah maha pemurah. Bagi krama setempat yang tidak tahu menahu tentang paica yang sering
didapatkan pamedek. Karena itu anugerah, maka tidak ada salahnya seorang nangkil kesana nunas
damuh", urai Jro Mangku Ketut Pada. Sangat menarik sekali apa yang kita saksikan di Utama
Mandala, karena kalaupun hiruk-pikuknya deru kendaraan bermotor menuju jalur timur, namun
Pura Kebo Iwa sangat hening dan suasananya sangat mendukung untuk persembahyangan. Suasana
sepi dirasakan pamedek karena tembok penyengker dari pura itu sangat megah dan tinggi.
Arsitektur Pura ini mengagumkan dan bisa dikatakan betapa tingginya nilai karya yang membuat
pura itu dan kini masih sangat tegar berdiri kokoh melambangkan budaya Bali yang sangat agung.
*patra

TERPIKAT BAJANG JEGEG

MENURUT sejarah yang disebut diberbagai lontar dikatakan, Gaduh Kebo Iwa adalah sosok patih
yang maha sakti. Gaduh Kebo Iwa pepatih dari Raja Gajahwaktra yang memerintah di Bedahulu
(sekarang Bedahulu) sekitar tahun 1324M-1343M. Sebelumnya di Bedahulu memerintah seorang
raja yag bernama Mesula-mesuli, setelah meninggal kerajaan jatuh pada Gajahwaktra alias Sri
Tapolung yang beristana di Bedahulu.

Diceritakan Sri Tapolung ini adalah seorang raja yang sangat sakti, tapi dibarengi dengan sifat-
sifatnya yag sangat sombong. Kesombongannya itu sampai berani melawan perintah para dewa-
dewa, sifat-sifatnya sesuai dengan sifat Mayadenawa, yang kemudian dapat dikalahkan oleh Bhatara
Indra (Mahadewa). Dalam pemerintahan itu Gajahwaktra dibantu bebrapa pepatih yaitu: di
Tengkulak dibantu oleh Ki Pasunggrigis sebagai perdana menteri (sebelah barat Bedahulu). Ki Gaduh
Kebo Iwa mendapat tugas di Blahbatuh, pembantu lainnya adalah Demung I Udug Basur,
Tumenggung Ki Kalagemet, menteri Girikmana (Ularan) bercokol di Bali utara, Ki Tunjung Tutus di
Tianyar, Tunjung Biru di Tenganan, Ki Buan di Batur, Ki Tambiak di Jimbaran, Ki Kopang di Seraya dan
Ki Kalungsingkal di Taro. Dengan penjelasan beberapa sumber tadi maka dapat dikatakan Gaduh
Kebo Iwa adalah seorang patih yang bertempat tinggal di Blahbatuh dan merupakan patih yang
sangat disegani Raja Gajahwaktra.

Kisah perjalanan Ki Gaduh Kebo Iwa memang agak aneh, pasalnya Gaduh Kebo Iwa adalah
pengagum bajang jegeg. Sehingga dengan kedatangan Majapahit ke Bali, dengan tipu daya untuk
membawa Gaduh Kebo Iwa ke Jawa yang akan dijodohkan dengan seorang gadis cantik yang sudah
terkenal dengan nama Putri Jejawi.

Upaya ini adalah bikinan Patih Majapahit supaya dapat mengalahkan Bali dengan cara halus. Tapi
setelah gadis cantik tersebut mau dikawinkan, harus dipenuhi permintaan membuat sumur yang
dalam. Dengan tidak berfikir panjang lebar Gaduh Kebo Iwa tidak menolak, dengan kekuatan atau
kesaktiannya membuat sumur dan akhirnya setelah kedalamannya cukup. Putri cantik yang bernama
Jejawi menyuruh anak buahnya menimbun Gaduh Kebo Iwa. Akhirnya Gaduh Kebo Iwa ditimbun
dengan berbagai bebatuan, seperti batu putih dan tanah. Tapi setelah ditimbun dengan bebatuan,
ternyata Gaduh Kebo Iwa tidak mati. Keluarlah sabda Gaduh Kebo Iwa dari dalam sumur, bahwa
dirinya tidak akan mati sebelum ditimbun dengan ranting dan garam. Setelah ditimbun dengan
ranting dan garam barulah Gaduh Kebo Iwa mati. Hanya dengan janji akan dikawinkan dengan gadis
cantik Gaduh Kebo Iwa rela meninggalkan Bali yang merupakan andalannya untuk mempertahankan
daerah yang dikuasai Gajahwaktra. Tapi karena Gaduh Kebo Iwa kesukaannya adalah gadis cantik
dengan mudah Gajahmada menaklukan Bali.

Sebelum Gaduh Kebo Iwa pergi ke Majapahit dengan tipu daya akan dikawinkan dengan gadis cantik,
maka sempat meninggalkan sebuah karya berupa pura yang disebut dengan Pura Gaduh Kebo Iwa.
Di pura ini ada sebuah arca kepala yang cukup besar, konon patung kepala Gaduh Kebo Iwa sendiri.
Dengan ditemukannya patung kepala tersebut sampai sekarang pura itu sebagai peninggalan
perjalanan Gaduh Kebo Iwa. *patra dari berbagai sumber.

Jro Mangku Ketut Pada:

PERCAYA DENGAN IDA SASUHUNAN

KETUT Pada, pemangku Pura Kebo Iwa yang ditugaskan untuk melayani umat yang tangkil ke Pura
Kebo Iwa. "Sebagai pemangku memang tiang sangat bodoh dalam bidang tattwa agama," urainya
dengan lugu. Tapi Ida Sasuhunan yang melingga disini tahu dirinya bodoh, kebodohannya tidak
menjadi halangan ngayah sebagai seorang pemangku. Karena disadari apa yang dilakukan I Ketut
Pada ini sebatas mewarisi tugas ini, dan semua itu tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.
Akibatnya sebagai orang belog, harus mau mengikut garis keturunan ini. Dalam usia yang sudah usur
yaitu 70 tahun I Ketut Pada masih bisa memberikan pelayanan kepada umat Hindu yang pedek
tangkil walaupun dengan kondisi badan yang agak srayang sruyung. Tujuannya ngayah kata Jro
Mangku adalah, "Wantah nunas keselamatan secara sekala-niskala, tidak lebih dari itu,: paparya
ketika diajak berdialog MBA. bagi Ketut Pada pada hari Wraspati Umanis, Pahang adalah hari-hari
sibuknya melayani umat, pasalnya pada hari itu adalah piodalan Ida Bhatara Pura Gaduh yang mesti
dilakukan setiap 210 hari sekali. Disaat itulah selama nyejer empat hari penuh dengan kesibukan
bhakti. Tanpa mengenal lelah siap mengantarkan umat melakukan bhaktinya kepada Ida Sasuhunan.
Usia tua bagi Ketut Pada yang berpenampilan lugu tidak menjadi halangan dan sudah percaya
kepada Ida Sasuhunan yang menuntunnya untuk ngayah disini.

Sebagai manusia matah seharusnya sudah lengser mengingat sudah tidak layak ngayah lagi karena
umur sudah memberikan garis yang sudah tua. Tapi karena kehendak niskala, niat itu diurungkan
takut nanti ada kualat, tukasnya dengan kalem. Setiap orang yang hidup didunia ini umumnya
mempunyai prinsip, demikian juga Jro mangku Ketut Pada mempunyai prinsip hidup yang sangat
mulia.

"Didunia ini jangan sekali-kali mempunyai niat nguluk-nguluk, sebab nguluk adalah perbuatan yang
tidak baik walaupun itu kelihatannya sangat sepele, tapi hikmah dosa dari nguluk-nguluk itu sangat
besar." saran Jro Mangku Ketut Pada.

"Didunia ini tidak ada yang tidak mustahil, dengan hidup ini usahakan berbuat sesuai norma agama
dan norma etika." katanya menambahkan. Tapi sayangnya hidup seseorang kini banyak yang
mempunyai niat nguluk-nguluk, apalagi nguluk orang belog, sebenarnya itu harus dihindari, demi
materi banyak yang nguluk-nguluk dengan cara halus demi mencapai tujuannya. Biasanya orang
miskin dan orang belog sering menjadi korban uluk-uluk dari orang pintar, katanya mengingatkan.
*patra

Source : Baliaga

Kebo Iwa

Di Bali pada zaman dulu, terdapat pasutri. Mereka kaya, tetapi mereka belum memiliki
anak. Bagi orang Bali pada masa itu, orang yang belum memiliki keturunan adalah orang
yang percuma hidupnya. Suatu hari mereka ke Pura Desa. Mereka memohon kepada
Yang Maha Kuasa agar diberi keturunan. Waktu pun berlalu. Sang istripun hamil. Betapa
gembira mereka. Beberapa bulan kemudian, lahirlah seorang bayi laki-laki.
Bayi itu merengek seakan meminta sesuatu. Sang Ibu kasian mendengar rengekan sang
bayi , Ibu kemudian mengambil nasi kukus tersebut dan mencoba untuk diberikan pada
sang bayi. Tak disangka bayi tersebut memakan nasi kukus tersebut dengan lahap. Ibu
bayi tersebut menampakan keterkejutan yang sangat. Ketika baru lahir, anak tersebut
sudah bisa untuk memakan nasi.
Ketika masih bayi pun iya sudah bisa makan makanan orang dewasa. Setiap hari anak itu
makin banyak makanya. Anak itu tumbuh menjadi orang dewasa yang tinggi besar.
Karena itu iya dipanggil dengan nama Kebo Iwa, yang berarti paman kerbau. Kebo Iwa
makan dan makan terus dengan rakus. Lama-lama habis lah harta orang tuanya untuk
memenuhi selera makannya. Mereka pun tak sanggup lagi memberi makan anaknya.
Dengan berat hati mereka meminta bantuan desa. Sejak itulah segala kebutuhan makan
Kebo Iwa ditanggung desa. Penduduk desa kemudian membangun rumah yang sangat
besar untuk Kebo Iwa. Mereka pun memasak makanan yang sangat banyak untuk Kebo
Iwa. Tapi lama-lama penduduk merasa tidak sanggup untuk menyediakan makanan.
Kemudian mereka meminta Kebo Iwa untuk memasak sendiri. Mereka cuma menyediakan
bahan mentahnya. Bahan-bahan pangan tersebut diolah oleh Kebo Iwa di Pantai Payan,
yang bersebelahan dengan Pantai Soka.
Danau Beratan merupakan tempat dimana Kebo Iwa biasanya membersih kan, walaupun
jaraknya cukup jauh namun dengan tubuh besar jarak tidak menjadi masalah baginya, iya
bisa mencapai setiap tempat yang diinginkannya di wilayah Bali dengan waktu singkat.
Kebo Iwa memang serba besar. Jangkauan kakinya sangat lebar, sehingga iya dapat
bepergian dengan cepat. Jika iya ingin minum, Kebo Iwa tinggal menusukkan telunjuknya
ke tanah. Sehingga terjadilah sumur kecil yang mengeluarkan air.
Kemampuan yang luar biasa tersebut, menyebabkan timbul daya tarik tersendiri. Dan
kekuatan luar biasa itu, membuat seorang raja yang berkuasa keturunan terahir dari
Dinasti Warma Dewa, bernama Sri Astasura Bumi Banten, yang meminta Kebo Iwa
menjadi patih. Kebo Iwa diangkat menjadi Patih kerajaan dan saat itu dia mengucapkan
Janji selama Kebo Iwa masih bernafas Bali tidak akan pernah dikuasi.

Dengan dukungan dari patih Kebo Iwa yang luar biasa kuat, raja bali berkata bila
kerajaannya tidak akan mau ditundukkan oleh Kerajaan Majapahit yang hendak
menduduki kerajaan di Bali. Karena kehebatan Kebo Iwa, dia dapat menahan serbuan
pasukan Majapahit yang hendak menaklukkan Bali. Semua kapal perang Majapahit
ditenggelamkan selagi berada di Selat Bali. Maha Patih Majapahit pun mengatur siasat.
Dalam siasat yang diatur, Gajah Mada memberikan pujian kepada kerajaan bali tanpa
menimbulkan kecurigaan.
Lantas, Raja Majapahit membujuk Patih kebo Iwa untuk melakukan perjalanan ke
Majapahit guna menikahi wanita pilihan raja yang berasal dari Lemah Tulis. Menanggapi
tawaran dari Majapahit, Patih Kebo Iwa yang setia terhadap rajanya, memohon petunjuk
dan persetujuan dari sang raja. Sang Raja merestui tanpa curiga. Patih Kebo Iwa pun
berangkat ke majapahit.
Setibanya di majapahit, Gajah Mada pun meminta Kebo Iwa membuat sumur air yang
nantinya akan dipersembahkan pada wanita yang dijanjikan raja. Patih Kebo Iwa ahirnya
meluluskan keinginan tersebut. Nampak Patih Kebo Iwa yang sedang mempertimbangkan
keinginan tersebut. Kemudian memutuskan untuk membuat sunur. Patih Kebo Iwa segera
menciptakan sebuah sumur air.
Dalam waktu yang cukup singkat, sumur telah tergali cukup dalam. Namun belum ada
mata air yang keluar. Di atas lubang sumur yang digali oleh Patih Kebo Iwa, para tentara
Majapahit terlihat berkerumun, nampak mereka memusatkan perhatian pada Patih Gajah
Mada. Seakan mereka menantikan sesuatu perintah. Tiba-tiba Gajah Mada
memerintahkan tentara untuk menimbun kebo iwa dengan batu. Seketika itu juga, para
tentara menimbun kembali lubang sumur yang sedang dibuat, dengan Patih Kebo Iwa
berada di dalamnya.
Para tentara menimbun lubang sumur dengan batu hasil galian itu sendiri, nampak Kebo
Iwa sangat terkejut dan berusaha menahan jatuhnya batu. Dalam waktu yang singkat,
lubang sumur itupun tertutup rapat. Mengubur seorang pahlawan besar didalamnya.
Tiba-tiba timbunan batu melesat ke segala penjuru, menghantam tentara Majapahit. Batu-
batu yang ditimbunkan melesat kembali ke angkasa dibarengi dengan teriakan tentara
Majapahit yang terhempas batu. Dari dalam sumur, keluar Patih Kebo Iwa, yang ternyata
masih terlalu kuat untuk dikalahkan.
Patih Gajah Mada terkejut, melihat Patih Kebo Iwa yang masih perkasa, dan beranjak
keluar dari lubang sumur. Patih Kebo Iwa menyerang Patih Gajah Mada kemarahan dan
dendam mewarnai pertempuran. Kesaktian Patih Kebo Iwa, sungguh menyulitkan usaha
Patih Gajah Mada untuk menundukkannya. Pertempuran antara keduanya masih
berlangsung hebat, namun amarah dan dendam Patih Kebo Iwa mulai menyurut.
Mengetahui ke inginan gajah mada untuk menyatukan nusantara maka patih kebo iwa
memberi tahukan kelemahanya. Gajah Mada yang paham atas keinginan Kebo Iwa,
nampak menghantamkan jurusnya ke batu kapur, batu itupun luluh lantak menjadi
serpihan bubuk.

Patih Gajah Mada menyapukan bubuk tersebut ke arah Patih Kebo Iwa dengan ilmunya,
bubuk kapur menyelimuti tubuh sang patih. Nampak Patih Kebo Iwa, sesak napasnya oleh
karena bubuk kapur tersebut. Kiranya bubuk kapur tersebut membuat olah pernapasan
Patih Kebo Iwa menjadi terganggu, hal tersebut mengakibatkan kesaktian tubuh Patih
Kebo Iwa menjadi lenyap. Dan sebelum kepergiannya, dengan sisa tenaga yang ada Patih
Kebo Iwa mengutarakan apa yang ingin dikatakan untuk terakhir kali. Patih Kebo Iwa :
“Kiranya kematianku tidak sia-sia adanya. biarlah nusantara yang kuat bersatu hasil yang
pantas atas harga hidupku”.
Patih Gajah Mada dengan raut muka sedih, memberikan jawaban atas perkataan Patih
Kebo Iwa. Gajah Mada : “Kepergianmu sebagai tokoh besar akan terkenang dalam
sejarah. Sejarah suatu nusantara yang satu dan kuat”. Tak lama setelah mendengar
perkataan tersebut, napas terakhirpun pergilah sudah, meninggalkan raga seorang patih
tertangguh dalam sejarah Bali. dan pertiwi pun meredup melepas kepergian salah satu
putra terbaiknya. Dengan meninggalnya Kebo Iwa, Bali pun dapat dikalahkan Majapahit.
Berakhirlah riwayat orang besar yang berjasa pada Pulau Bal

Catur Purusa Artha Sebagai Landasan Hidup Bermasyarakat

Apr 28, 2015 | Opini | 0 comments

Pan Lagas: Veda mengatakan bahwa di dunia ini terdapat dua jenis ilmu pengetahuan yang
harus dipelajari, yaitu ilmu pengetahuan duniawi, atau aparavidya dan ilmu pengetahuan
rohani atau paravidya. Ilmu pengetahuan duniawi sangat penting karena menyangkut
kelanjutan kehidupan di dunia. Tanpa pengetahuan ini kita akan kesulitan memenuhi
kebutuhan hidup. Sedangkan paravidya juga mutlak harus dipelajari karena menyangkut
masa depan sang jiva. Tanpa pengetahuan rohani, maka kehidupan anda akan terombang-
ambing tanpa arah dan tujuan akhir yang jelas.

Ilmu pengetahuan dapat diperoleh di mana saja, baik di bangku sekolah maupun dalam
kehidupan bermasyarakat. Hanya saja dalam sistem kehidupan modern ini, untuk dapat
dihargai secara materi, maka anda sebaiknya mengejar ilmu pengetahuan duniawi setinggi-
tingginya di bangku sekolah. Anda tidak bisa mengabaikan jenjang pendidikan karena untuk
mencari sesuap nasi saat ini sudah dibatasi dengan syarat pendidikan. Untuk menjadi pelayan
toko ada yang mensyaratkan minimal lulusan SMA. Untuk menjadi karyawan hotel minimal
D3, untuk masuk Perwira atau PNS minimal S1. Beberapa lowongan pekerjaan bahkan
mensyaratkan harus S2 atau S3. Semakin tinggi pendidikan anda, maka peluang anda untuk
mencapai kesejahteraan materi akan lebih terjamin. Meski tidak dapat dipungkiri bahwa
menjadi pengusaha dan menjadi kaya tidak musti harus sekolah, namun tidak ada salahnya
anda rajin-rajin menuntut ilmu di bangku sekolah untuk meningkatkan peluang anda secara
materi. Hanya saja karena ilmu itu tidak hanya ada di sekolah, maka anda juga harus aktif
menyerap ilmu dari masyarakat. Tanpa bisa bersinergi dengan masyarakat, maka anda akan
dicemoh, dilecehkan dan ilmu yang anda dapatkan di sekolah seolah-olah akan menjadi tidak
berguna.

Berkebalikan dengan ilmu pengetahuan material, ilmu pengetahuan spiritual sejati harus
diserap dari luar institusi pendidikan resmi. Memang benar bahwa sistem sekolah kita
mengajarkan ilmu agama dari sejak TK bahkan sampai program doktoral. Tetapi program-
program itu belum tentu akan meningkatkan tingkat spiritualitas anda. Banyak sarjana agama
bertitel mentereng tetapi sejatinya tidak mampu mengerti spiritualitas. Sering kali tindak-
tanduk mereka tidak mencerminkan seorang spiritualis. Titel sarjana dan master agama buat
mereka hanya bekal melamar kerja. Syukur-syukur keterima menjadi PNS di kementerian
agama, kalau pun tidak, ya buat ngelamar ke hotel. Padahal apa yang mereka kerjakan di
hotel mungkin harus bertolak belakang dengan etika spiritual yang seharusnya. Namun tentu
saja tidak semua sarjana agama seperti itu, masih banyak diantara mereka yang melanjutkan
ke program sarjana agama bukan karena tidak diterima di jurusan lain, tetapi karena mereka
sangat berminat pada spiritual. Ajaran Veda mengenal istilah parampara, atau garis perguruan
seperti yang disebutkan dalam Bhagavad Gita 4.2. Ilmu pengetahuan spiritual hanya dapat
diterima dari seorang guru yang sudah mencapai tingkatan spiritual. Seorang guru spiritual
harus memiliki watak kedamaian hati (samah), terkendali diri (damah), kesederhanaan
(tapah), kesucian (saucam), toleransi (ksantir), kejujuran (arjavam), berpengetahuan rohani
(jnanam), bijaksana. (vijnanam), agamis (astikyam), berpuas hati (santosah), pengampun
(ksanthih), bhakti kepada Tuhan (bhakti), dan kasih sayang (daya) (Bhagavad Gita 18.42 dan
Bhagavata Purana 11.17.13). Guru spiritual seperti ini sangat jarang dapat ditemui di sistem
pendidikan formal. Guru-guru spiritual kebanyakan memiliki sistem pendidikan mereka
sendiri, seperti misalnya sistem pendidikan gurukula. Namun banyak juga guru-guru spiritual
yang secara penampilan tampak seperti orang biasa, atau bahkan terkesan kumal dan lusuh,
namun sebenarnya memiliki spiritualitas yang tinggi.

Untuk menjadi manusia yang sempurna, maka belajar ilmu pengetahuan di bangku sekolah
dan dibarengi dengan belajar spiritual dari seorang guru spiritual merupakan pilihan yang
paling ideal. Dengan menguasai kedua jenis pengetahuan ini, maka kesempatan untuk
mencapai jagadhita (kebahagiaan material yang meliputi dharma, artha dan kama) dan moksa
(kebahagiaan rohani) akan terbuka lebih lebar.

Si Kobar: Apa hubungan dharma dengan artha, kama dan juga moksa Wa?

Pan Lagas: Dharma, artha, kama dan moksa sering kali disebut dengan istilah Catur
Purusaarta. Keempat bagian ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Yang pertama
adalah dharma atau kewajiban. Untuk memperoleh artha, kama dan juga moksa, maka
seseorang harus melakukan dharma. Seseorang harus melakukan kewajibannya. Harta tidak
dapat diperoleh tanpa kerja, pelayanan dan pelaksanaan kewajiban. Karma juga demikian.
Apa lagi moksa yang merupakan tujuan dharma tertinggi. Yang menjadi permasalahan
adalah, seseorang hanya akan dapat melaksanakan dharmanya jika dia dibekali dengan ilmu
pengetahuan. Berdasarkan ilmu pengetahuan itu maka seseorang harus melaksanakan
dharmanya secara profesional. Ilmu pengetahuan material akan membantu seseorang lebih
mudah melaksanakan dharmanya, sedangkan ilmu pengetahuan spiritual akan membatasi dia
pada rambu-rambu yang telah ditentukan. Bhakti kepada Tuhan, tidak mau berbuat dosa dan
menjaga moralitas dalam masyarakat adalah 3 contoh rambu-rambu tersebut. Dalam hal ini
memuja Tuhan memiliki arti sangat luas. Pertama-tama pujalah Tuhan di tempat suci secara
teratur setiap hari. Setelah anda melakukan pemujaan di tempat suci, maka lanjutkan dengan
memuja Tuhan di luar tempat suci.

Si Kobar: Bagaimana cara memuja Tuhan di luar tempat suci?

Pan Lagas: Filsafat Veda mengatakan bahwa Tuhan memang Maha Satu, tetapi Tuhan juga
Maha Kuasa. Karena kekuasanyaa, maka Tuhan dapat muncul dalam jumlah yang tidak
terbatas. Jadi dalam hal ini Tuhan harusnya bisa menjadi Maha banyak. Artinya Tuhan bisa
muncul jauh lebih banyak dari seluruh atom yang ada di dunia material ini dan menempati
ruang dan waktu yang dimana-mana. Karena Tuhan ada dimana-mana, maka dimana pun
Anda berada dan sedang melakukan apa pun, ingatlah kepada Tuhan. Hal ini disebut
kebaktian melalui “namasmaranam”. “Smarana” atau “smeret” artinya mengingat, “nama” =
nama Tuhan. Tuhan disebut dengan banyak nama oleh manusia. Ya paling tidak Veda
mengenal Visnusahasranama, atau 1000 nama Tuhan. Jadi silahkan memilih salah satu nama-
nama Tuhan tersebut untuk selalu diingat. NamaNYA yang dimanapun anda ingat atau sebut,
maka Tuhan akan melindungi diri anda. Kekuatan nama Tuhan, sama dengan kekuatan
Tuhan. Barang siapa yang selalu mengingat/menyebut nama Tuhan, maka Tuhan akan selalu
mengingat dia dan memberi apa saja yang dia perlukan. Seperti anda selalu mengingat
kekasih, maka kekasih anda pun akan rela mengorbankan apa saja demi kebaikan anda.
Apalagi Tuhan yang merupakan ayah seluruh mahluk hidup yang amat sayang kepada anda
dan amat pemurah, maka pasti beliau akan memberikan anda apa saja yang anda perlukan
secara wajar. Dunia ini beserta isinya diciptakan oleh Tuhan bertujuan untuk memenuhi
segala keperluan mahluk hidup, terutama untuk orang-orang yang bakti kepada Tuhan.

Misalnya anda perlu perlindungan pada waktu akan berangkat bekerja. Ingatlah Tuhan
dengan menyebut kata “Om” atau “Om Nama Bhagavate Vasudevaya” atau “Om Tat Sat”
atau “Om namo Narayana ya” atau bhakan menyanyikan “Hare Krishna Hare Krishna,
Krishna Krishna Hare Hare, Hare Rama Hare Rama, Rama Rama Hare Hare” atau dengan
mantra apa saja membuat anda nyaman dan bahagia. Dengan demikian anda akan mendapat
perlindungan sepenuhnya agar selamat sampai di tempat bekerja.
Karena situasi lalu lintas sekarang amat padat, disamping selalu waspada disepanjang
perjalanan , baik sekali mantra itu diulang-ulang di dalam hati sambil mengemudikan
kendaraan. Beberapa teman bercerita tentang keampuhan cara ini mendapat perlindungan dari
Tuhan di dalam perjalanan. Komang Otik pernah berangkat dengan sepeda motor malam hari
dari Manggis Kabupaten Karangasem menuju Denpasar. Di sepanjang perjalanan dia terus
berjapa. Sampai di ruas jalan dekat Padangbay dia bertabrakan (adu jangkrik) dengan sebuah
mobil. karena terjadi benturan yang keras maka dia terlempar ke parit di pinggir jalan. Sopir
mobil segera turun melihat dibagian bawah mobilnya untuk mengetahui kondisi orang yang
dilawan bertabrakan. Komang Otik selamat dan segera mendekati si sopir untuk menyatakan
bahwa dia tidak apa-apa. Si sopir pun terkejut dan amat lega lalu saling memaafkan. Teman
yang lainnya satu keluarga berangkat dengan mobil dari Denpasar menuju Klungkung. Di
sepanjang perjalanan keluarga itu melakukan “namasmaranam”. Setelah mendekati jembatan
di Barat Belahbatu, tiba-tiba ban depan kanan mobilnya pecah sehingga mobilnya oleng dan
jatuh ke sawah berguling-guling beberapa kali. Bersyukur semua penumpang selamat, hanya
ada yang lecet-lecet sedikit. Ada juga teman yang menyeberang numpang feri dari Ketapang
Banyuwangi menuju Gilimanuk. Ditengah pelayaran secara tiba-tiba lambung kapal bocor
sehingga air laut masuk ke dalam kapal. Teman ini mengulang-ulang mantra Gayatri sambil
gotong royong menimba air di dalam kapal untuk dibuang ke laut. Berselang beberapa puluh
menit ada seonggok gumpalan sampah menutup lubang lambung kapal itu sehingga bisa
mendarat dengan selamat di Gilimanuk. Masih banyak cerita keajaiban “Nama Tuhan” yang
dialami oleh teman-teman yang mengamalkannya dengan penuh keyakinan.

Kitab suci wanti-wanti menyatakan bahwa di jaman Kali sekarang ini tempat berlindung yang
paling aman adalah “Nama Tuhan”. Begitulah pentingnya melakukan “namasmaranam”
untuk direnungkan.

Setelah sampai di tempat bekerja tentu berjumpa dengan teman-teman, hormatilah teman-
temanmu dengan ucapan selamat pagi atau tegur sapa yang hangat karena kita harus
menyadari bahwa Tuhan juga ada dalam setiap mahluk hidup dalam aspeknya sebagai
paramatman. Pada waktu akan memulai bekerja ingatlah Tuhan dalam bentuk tugas. Ajaran
kita mengatakan “Duty is God” (tugas itu adalah Tuhan). Lakukan pekerjaan dengan sebaik
mungkin untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Melakukan pekerjaan dengan baik dan
bertanggung jawab adalah merupakan kebaktian. Betapapun hasilnya dipersembahkan kepada
Tuhan.

SI KOBAR: Wa, rumit rasanya bagi saya untuk melakukan puja seperti itu.

PAN LAGAS: Sebelum anda mencoba memang sepertinya rumit, tetapi setelah dicoba dan
dibiasakan, maka akan otomatis jadinya. Anda akan senang melakukannya dengan hasilnya
nyata sangat menguntungkan dan menggembirakan seperti yang sudah Wa ceritakan tadi.

Jika anda berdisiplin melakukannya itu berarti anda bekerja bersama Tuhan, maka seberat
apapun tugas itu akan dapat anda selesaikan dengan baik tepat waktu. Kalau anda terus bisa
menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu, maka pimpinan, pengusaha, agen,
Bank, teman dan langganan semuanya akan senang bekerja sama dengan anda. Kalau banyak
orang yang suka bekerja sama dengan anda, itu artinya rejeki mengalir dengan lancar. Kita
semua memerlukan rejeki untuk membiayai berbagai keperluan ini dan itu. Jika dengan
kebaktian seperti ini mengantarkan anda semakin mendekat menuju sukses, apa sih susahnya
mengucapkan sepatah kata (mantra) untuk menarik berkah Tuhan?
Ingatlah bahwa tidak ada kebahagiaan didapat tanpa pengorbanan. Dalam hal ini
pengorbanan anda hanya berupa mengingat Tuhan dengan sepatah kata saja yang diulang-
ulang (berjapa). Bhagavad Gita 10.25 dan Manawa Dharmasastra II.86-87 mengatakan
bahwa “japa yadnya” adalah yang paling utama dibandingkan dengan 16 jenis yadnya yang
lainnya. Orang yang tidak pernah membaca filsafat akan menganggap “yadnya” itu identik
dengan “banten” sehingga mereka berkutat hanya pada “banten” saja. Setiap ada masalah
diselesaikan dengan memakai “banten”. Seolah-olah “banten” itu bisa mengatasi semua
masalah yang dihadapinya. Sebaliknya orang yang mengerti filsafat akan lebih mengutakan
beryadnya dengan “berjapa” (japa yadnya) sedangkan “bantennya” mengikuti ala kadarnya
menurut kemampuan yang ada pada saat itu.

Manawa Dharmasastra menyatakan bahwa orang yang taat melakukan “japa yadnya” atau
mengulang-ulang menyebut nama Tuhan akan mencapai tujuan tertinggi. Tujuan tertinggi di
dunia adalah “jagadhita/bhukti”, di alam spiritual adalah “mukti/kebahagiaan abadi”. Itulah
makanya pada waktu anda memuja Tuhan yang ada di Matahari anda memohon dengan
ucapan “Bhukti mukti warapradam” artinya semoga Tuhan memberikan jaminan sepenuhnya
kepada rasa bhakti anda yang tulus. Renungkanlah hal ini dengan hati tenang. Timbang-
timbang untung ruginya. Inilah rahasia keistimewaan jaman Kali yang tidak diketahui oleh
kebanyakan orang. Kebanyakan orang terlalu terpaku pada jumlah “banten” yang wah meriah
dan mengabaikan rahasia ini. “banten” memang penting, tetapi jangan sampai mengabaikan
yang lebih penting dan yang terpenting yaitu “namasmaranam”.

Orang bijak mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada yang gratis. Jika anda ingin mendapat
oksigen (O2) maka anda harus bernafas. Kencing saja bayar Rp. 1.000,- kalau ingin
mendapat makanan harus bayar. Begitu pula kalau anda ingin sukses, maka harus dibayar
dengan tiga disiplin yaitu; memuja Tuhan, Hindari dosa dan jaga moralitas dalam kehidupan
masyarakat.

SI KOBAR: Sulit rasanya agar tidak berbuat dosa.

PAN LAGAS: Memang sulit, tetapi jika bersungguh-sungguh berusaha secara berkelanjutan,
akan bisa. Ala bisa karena biasa. Seperti anda mencari harta karun di dalam hutan, anda
berjalan melalui semak belukar yang penuh duri, memang sulit melangkah. Tetapi kalau
bersungguh-sungguh dan selalu waspada maka anda akan mendapat harta karun. Begitu pula
usaha menghindari dosa. Diawali dengan berusaha menghindari dosa yang besar dan yang
menengah. Nanti lama kelamaan akan takut berbuat dosa yang kecil. Dosa itu ibarat duri.
Sekecil apapun duri itu pasti akan menusuk dan menyakitkan. Begitulah pentingnya
menghindari dosa. Secara umum mulailah dengan menghindari dosa besar seperti berjudi,
mabuk, selingkuh dan melakukan kekerasan. Sebab keempat jenis perbuatan ini akan
merobohkan keempat tiang “dharma”. Satu saja tiang dharma roboh akan menyebabkan anda
tidak mendapat perlindungan dari “dharma” (dari hukum dan dari Tuhan). Apabila anda tidak
dilindungi oleh “dharma” maka sama halnya anda tidak dilindungi oleh hukum dan oleh
Tuhan. Silih berganti masalah akan datang mengancam diri anda dan tidak ada orang lain
mampu menolong anda. Para dewa pun tidak mampu menyelamatkan diri anda.

Salah satu contohnya bahwa berjudi itu adalah merobohkan tiang “sathya” (kebenaran). Maha
Guru Ching Hai mengatakan bahwa berjudi demi mendapat uang di tempat perjudian
mengakibatkan kehilangan pahala sebanyak 50.000-100.000 poin per jam. Seumpama setiap
hari anada berjudi selama 5 jam/hari, itu berarti anda kehilangan pahala 250.000-500.000
poin setiap hari. Pernyataan Maha Guru Ching Hai ini erat kaitannya dengan kejadian di
lapangan. Orang-orang yang terus berjudi ternyata perekonomiannya terus merosot dan pada
akhirnya mereka jatuh miskin. Mengapa begitu? Karena mereka kehilangan perlindungan
dari “dharma” dan kehilangan pahala. Dari dua jenis kehilangan itu disusul denan kehilangan
kepercayaan dari masyarakat. Kehilangan harta benda dan kehilangan rasa aman. Proses
kehilangan itu berjalan pelan-pelan (tahunan) sehingga sepertinya tidak akan menyebabkan
jatuh miskin. Itulah yang menyebabkan orang suka berjudi dengan dalih untuk hiburan.
Selama asyik bermain judi memang terhibur untuk sementara seperti sedang menikmati
narkoba, tetapi setelah itu akan kecewa, menyesal, rugi, miskin, dan menderita. Kondisi
seperti ini identik dengan anjing kudisan. Di manapun anda hadir akan dihalau karena
menjijikkan. Renungkan dengan hati tenang hal ini.

Sebaliknya jika anda terus berusaha menghindari keempat dosa besar itu maka lama
kelamaan anda akan semakin terangkat menjadi lebih baik, lebih makmur, tentram dan
damai. Untuk menghindari dosa-dosa yang lainnya akan lebih mudah. Para resi
menganjurkan agar waspada selalu dan jangan lalai supaya anda tidak kehilangan pahala.
Sebab kalau anda kehilangan pahala akan berbuntut kesusahan dan jatuh miskin. Setiap ada
bisikan di dalam pikiran untuk berbuat dosa sekecil apa pun, usahakan ditolak. Sekecil
apapun benih duri itu harus segera dibuang. Sebab jika terlambat anda membuangnya, pasti
akan menusuk dan menyakiti diri anda. Agar anda memiliki kekuatan untuk menolaknya
maka cepatlah mengingat Tuhan dan lakukan “japa” (mengulang-ulang mantra). Kemudian
renungkan akibatnya. Dalam buku intisari Veda hal. 197 Atharva Veda menyatakan bahwa
orang yang berbuat dosa akan pendek umurnya. Tanyalah diri anda sendiri dengan
pertanyaan: “apa mau panjang umur dan sukses atau mau gagal dan pendek umur?”. Kalau
anda mau panjang umur dan sukses, maka harus takut berbuat dosa. Walaupun anda kusuk
mohon panjang umur disertai menghaturkan sesajen yang meriah, tetapi jika di lain pihak
anda berbuat dosa, maka doa anda akan sia-sia. Kalau doa anda tidak mendapat tanggapan
dari Tuhan. Jangan lancang menyalahkan pihak lain, sebaliknya kalau anda takut berbuat
dosa, walaupun anda tidak secara khusus mohon umur panjang, maka Tuhan akan
menganugrahkan umur panjang dan sukses. Jika anda takut ditusuk oleh duri sekecil apapun,
semestinya anda juga takut terhadap dosa sekecil apapun. Begitulah pentingnya takut berbuat
dosa untuk direnungkan dan ditimbang-timbang.

PERMATA PIKIRAN

UNTAIAN KALIMAT YANG TERKUMPUL DARI PERMATA PIKIRAN

Thursday, December 6, 2012

KUTUKAN KEBO IWA

Hari ini aku jalan jalan kekampung, karena sudah lama tidak merasakan suasana pedesaaan.
Maklum, lahir di kota dan terbiasa dengan kehidupan kota kadang kadang menginginkan suasana
yang beda, karena yang berbeda itu merupakan penyembang untuk harmony jiwa, seperti siang
yang diseimbangkan oleh malam.

Duduk di Bale bengong membaur dengan sesepuh kampung sambil bercerita untuk menghabiskan
waktu. Sekarang giliran sesepuh kampung yang mulai cerita, Beliau bercerita tentang sejarah
menurut versinya.
Menurutnya tidak benar bahwa bangsa indonesia ini dijajah 350 tahun oleh Belanda, karena Bangsa
Indonesia terbentuk ada sejak diproklamasikan tanggal 17 agustus 1945. Sedangkan yang
ditaklukkan oleh Bangsa Belanda adalah Kerajaan kerajaan kecil yang merupakan bubaran dari
Kerajaan Besar yang Bernama Majapahit dan tidak semua kerajaan kecil tersebut mengalami
penjajahan selama 350 tahun. Indonesia rasanya mulai kena penjajahan sejak zaman Orba, karena
sejak zaman Orba sumber-sumber daya alam Indonesia mulai digadaikan kepada pihak Asing dan
berlangsung terus hingga sekarang.

"Lalu kenapa bisa dijajah, pak ?" tanyaku sambil mengambil pisang goreng yang terhidang didepanku
agar tidak keburu dingin. "Mengenai itu ada ceritanya," sahutnya. penjajahan ini diakibatkan oleh
rangkaian hukum karma yang mesti dijalani oleh bangsa ini karena kesalahan leluhur bangsa.

Waktu Kerajaan majapahit ingin menaklukan Kerajaan bali, akibat program ekspansinya yang
bernama Sumpah Palapa yang dijalankan oleh Maha Patih Gajah Mada, program ini menemukan
halangan karena Kerajan Bali Memiliki patih yang hebat yag bernama Kebo Iwa. Kehebatannya
sangat menggetarkan dan merisaukan Majapahit. Maka disusunlah tipu muslihat untuk
menyingkirkan Kebo Iwa agar memuluskan jalan menaklukkan Bali. Sang Ratu Majapahit yaitu
Abhiseka Tribuana Tungga Dewi sendiri menulis surat untuk Raja Bali yang dibawakan langsung oleh
Maha Patih Gajah Mada, inti surat dari dang Ratu meminta Bali untuk menjadi sekutu Majapahit,
dan agar Bali jangan menyerang Majapahit begitupula sebaliknya Majapahit tidak akan menyerang
kerjaaan Bali. Sebagai tanda membentuk sekutu ini, Majapahit menghadiahkan putri Majapahit
untuk dipersunting oleh Patih Kebo Iwa berhubung Patih Kebo Iwa masih Jejaka, dan sesuai dengan
adat di kerajaan Majapahit maka calon pengantin laki-laki harus menjemput pengantin wanitanya.

Maka berangkat Mahapatih Gajah Mada dan Patih Kebo Iwa kepulau Jawa. Kebo Iwa berangkat
dengan dengan Perahu pemberian Gajah Mada yang telah dipersiapkan agar di tengah samudra
perahu tersebut bocor dan tenggelam. Dan akhirnya perahu yang ditumpangi oleh Kebo Iwa
ditengah samudra bocor dan tenggelam sesuai dengan rencana Gajah Mada sedangkan Kebo Iwa
meloncat dan berenang seperti Ikan Hiu sampai ke Pulau Jawa, tentunya melihat hal ini
menimbulkan kekhawatiran sekaligus kekaguman akan kehebatan Kebo Iwa didalam diri Gajah
Mada.
Sesampainya di Pulau jawa, Mahapatih Gajah Mada mengajak Patih berhenti sejenak sebelum
melanjutkan perjalanan. Dan maha Patih Gajah Mada mengatakan sesuai dengan tradisi sebelum
upacara perkawinan dilaksanakan Mempelai Lelaki diharuskan memberikan emas kawin kepada
mempelai wanita sesuai dengan apa yang diminta oleh mempelai wanita, dan mempelai wanita ingin
diberikan emas kawin sebuah sumur yang kelak dapat dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat
Majapahit.
Maka mulailah dengan cekatan Patih Iwa Menggali sumur dan ketika dirasa cukup dalam tiba-tiba
Patih Gajah Mada memerintahkan untuk menimbun Patih Kebo Iwa yang berada didasar sumur
dengan batu dan tanah kepada seluruh prajurit majapahit hingga Patih kebo Iwa terkurbur didasar
Sumur.
Ternyata Patih Kebo Iwa tidak mati dan keluar dari dasar sumur dengan keadaan segar bugar, dan
amat marah dengan kelicikan Patih Gajah Mada sehingga langsung Meyerang patih Gajah Mada.
pertempuran sangat seru dan berimbang dan berlangsung lama sekali tanpa ada yang menang dan
kalah. Kemudian Patih Kebo Iwa menanyakan "Kenapa seorang patih dari kerajaan yang besar
berlaku licik sekali dan tidak pantas dilakukan oleh seorang yang mengaku sebagai seorang
negarawan?'. Patih Gajah Mada menjawab " Kewajiban seorang Kesatria untuk memperluas wilayah
kerajaannya serta mempersatukan nusantara dibawah panji-panji Majapahit. Karena Patih Kebo Iwa
merupakan batu sandungan jadi wajib untuk disingkirkan".
Berhubung rasa malu untuk balik kembali ke Bali, maka Patih Kebo Iwa berkata " kewajibanmu
mempersatukan nusantara dibawah Majapahit tidak akan saya halangi dan saya akan memberikan
rahasia kematian saya." "Kematian saya terjadi jika saya dikubur dengan bubuk kapur, tetapi karena
anda secara licik telah menipu saya maka kelak negeri nusantara bentukkan anda akan diperintah
dan dijajah oleh orang orang yang berkulit putih , berhidung mancung, berambut pirang dan roh
saya akan menyatu dengan orang-orang kulit putih tersebut hingga saya merasa puas."
Sejak maka dimulailah penaklukan Bali oleh Majapahit yang dipimping oleh Gajah Mada beserta Para
Arya dari Majapahit seperti : Adityawarman dan yang lainnya. Raja Bali tewas terbunuh di dalam
pertempuran yang dahsyat melawan Gajah mada begitupula putra Mahkota yang masih kecil tewas
ditangan Gajah Mada sehingga tidak ada pewaris tahta kerjaan Bali. Berhubung perlawanan rakyat
bali susah dihentikan karena semua rakyat bali yang laki-laki mendaftar sebagai tentara untuk
melawan Majapahit, tentara bali seperti mati satu tumbuh seribu. Maka Gajahmada dengan
memikirkan akal untuk menghentikan perlawanan rakyat Bali, maka diputuskanlah
untuk menangkap pemimpin pasukan Kerajaan Bali yang dipimping oleh Patih Ki Pasung Grigis agar
perlawanan rakyat Bali dapat dihentikan. Maka Patih Gajah Mada mengadakan Gencatan senjata
dan Meminta berunding, dan dalam perundingan tetrsebutlah Ki Pasung Grigis di tangkap dan
dijadikan sandera, kemudian dibawa ke Majapahit.

Posted by I Wayan Subagiartha at 3:30 PM

Anda mungkin juga menyukai