Bait 01
Bait 02
Bait 03
Bait 05
Bait 06
Bait 07
Bait 08
Bait 09
Lalu naiklah raja baru, yaitu Mas Jolang, anak Kanjeng Ratu Pati
ia mengenakan gelar Sunan Hadi Prabu Anyakrawati
Walaupun sebentar memerintah iapun sering bertempur
melawan para adipati di timur dan di pesisir utara
serta terus berusaha menanam pengaruh, di Sumatra dan Sukadana
Di bidang pembangunan ia rajin memperindah istana
juga tekun mendorong perkembangan sastra
Sebagai contoh adalah menjadi majunya ilmu pewayangan
sebagai buah-tangan hasil karya Ki Dalang Panjang Mas
Adapun Sunan Hadi Prabu Anyakrawati mangkat
ketika celaka sewaktu melakukan perburuan di Krapyak
maka iapun disebut orang Panembahan Seda Krapyak
ia dimakamkan di Kota Gede bersama dengan seluruh keluarga istana
Bait 10
Lalu naik takhtalah Mas Rangsang, putra prabu
dari Kanjeng Ratu Pajang
pembawaannya sungguh seperti Senopati Ing Alaga
dan sebagai imam disebut pula Sayidin Panatagama Khalifatullah
sedangkan gelarnya adalah Sultan Agung Prabu Anyakrakusuma
Ia adalah negarawan yang berkemauan dan bercita-cita keras
bijaksana, jujur, adil, menyukai sastra, dan bertakwa
Sejak mulai memerintah tekun membina roda pemerintahan
memperkuat tentara dan mengukuhkan kehormatan Mataram
kesiagaan kerajaan agung ditingkatkan dan kewaspadaan dijaga
sebab dimana-mana timbul tantangan dan perlawanan
Tahun 1614 Mataram menyerbu kota-kota Pasuruan dan Lumajang
tetapi lalu mundur di kejar gabungan tentara Wetan
pecah pertempuran di tepi sungai Andaka dan Matarampun jaya
Tahun 1615 di bawah pimpinan Prabu Agung Mataram menyerbu
Wirasaba, kota benteng di Maja Agung, diporak-porandakan
Tetapi telah berkumpul di Lasem para adipati Wetan
dipimpin dipati Surabaya yang ingin menahan kemajuan Mataram
Tentara Mataram yang sedang kembali dikejar mundur
hingga di Pajang dimana tentara Wetan dipukul mundur
Tidak menyerah pada tahun 1616 gabungan adipati Wetan ganti menyerbu
di Siwalan-Pajang pecah pertempuran yang dimenangkan Mataram
terus Mataram maju menyerang dan merebut Lasem
dan pada tahun berikutnya menaklukkan Pasuruan
hingga adipatinya terpaksa lari ke Surabaya
Bait 11
Bait 12
Bait 13
Bait 14
Bait 15
Bait 16
Bait 17
Bait 18
Maka hilanglah segala kebingungan dan kelesuan dari putra sang Prabu
bangkitlah semangatnya dan bercahaya wajahnya karena wahyu keratuan
disebutnya dirinya dengan gelar Susuhunan Amangkurat kedua
dan diterimanya pengakuan dari para pangeran dan penguasa
Pasir luhur, Batang, Cirebon, Semarang dan Jepara mendukungnya
juga diterimanya janji untuk membantu dari Belanda
Bersama pasukannya ia maju kearah timur untuk merebut hak
tetapi tertahan di batas Mataram, karena ulah kakanda Puger
yang dalam keadaan kacau telah mengangkat dirinya menjadi raja
maka Amangkurat Amral berbelok ke utara menuju Jepara
di sana menandatangani perjanjian dengan Belanda
dilepasnya seluruh hak atas Jawa Barat, dan ditanggungnya biaya perang
kemudian Belanda merebut seluruh wilayah Pantai utara
untuk diserahkan kembali sebagai milik Susuhunan
Raja Mataram sendiri merebut Kediri, dimana Trunojoyo ditangkap
dengan kerisnya sendiri Susuhunan menghukumnya mati
Lalu pada tahun1680 Amangkurat mendirikan istana di Pajang-Wanakerta
dan pada tahun 1681 menerima penyerahan diri kakanda Puger
tetapi keluarga Kertasana dari Brantas dan Kajoran dari Klaten
begitu pula orang-orang Wanakusuma dari Gunung Kidul
dengan teguh meneruskan perjuangan mereka
hingga kelak bergabung dengan Untung Surapati di tahun 1686
Bait 19
Bait 20
Di negeri Mataram Pakubuwana pertama diikuti oleh yang kedua dan ketiga
maka pada masa Pakubuwana ketigalah Pangeran Mangkubumi memberontak
Karena ia tak terkalahkan diadakanlah perjanjian Giyanti pada tahun 1755
Mataram dibagi menjadi dua, yaitu Surakarta dan Yogyakarta
di Surakarta berkuasa wangsa Pakubuwana
dan di Yogyakarta wangsa Hamengkubuwana
Selanjutnya terjadi lagi pemberontakan oleh Raden Mas Said,
putra Mangkunegara,
yang selama masa peperangan disebut Pangeran Samber Nyawa
Iapun tak terkalahkan, sepak terjangnya benar-benar perkasa
Pada tahun 1757 diadakanlah perjanjian Salatiga
antara Raden Mas Said, Kasunanan dan Kompeni Belanda
di mana di sepakati bersama pembentukan wilayah Mangkunegaran
Terakhir adalah pembentukan wilayah Paku Alaman
Sewaktu Inggris menguasai Jawa dari tahun 1814 hingga 1818
ketika itu Pangeran Natakusuma dianggap berjasa
dan diangkat Gubernur Jendral menjadi Sri Paku Alam Kesatu
Demikianlah berlalu kebesaran dan kejayaan Mataram
untuk dikenang oleh semua orang yang menjadi pewarisnya