PEMBAHASAN
Kabupaten Gianyar adalah satu dari sembilan Kabupaten kota di Bali yang
bernama G.E. Rumphius pada tahun 1705 yang dimuat dalam bukunya “
peninggalan berupa goa, alat – alat dari batu, Sarcopagus dan sebagainya.
Bedulu.
Kabupaten Gianyar No.9 tahun 2004 tanggal 2 April 2004 tentang Hari
4
5
Sejarah dua seperempat abad lebih, tempatnya 236 tahun yang lalu, 19
April 1771, ketika Gianyar dipilih menjadi nama sebuah keraton, Puri
Agung yaitu Istana Raja (Anak Agung) oleh Ida Dewa Manggis Sakti
maka sebuah kerajaan yang berdaulat dan otonom telah lahir serta ikut
yang telah ditentukan oleh syarat sekala niskala yang jatuh pada tanggal 19
April 1771 adalah tonggak sejarah yang telah dibangun oleh raja (Ida
kepada kita bahwa proses menjadi dan ada itu bisa ditarik ke belakang
namun catatan sejarah berupa angka tahun atau tahun candra sangkala
mengenai kapan daerah ini bernama Tampaksiring belum ada secara pasti.
dan Usana Bali. Dari sumber itulah asal usul Desa Tampaksiring dapat
dijelaskan.
Kerajaan Bedahulu, Bali. Beliau adalah seorang Raja yang sangat sakti,
menderita, tidak tentram, dan kacau balau, untuk mengatasi hal tersebut
prajurit Mayadanawa.
dihutan dapdap sehingga tempat ini dinamai Dusun Dapdap. Dari hutan
kesaktiannya yang luar biasa biasa hilang secara tiba-tiba dan muncul tiba-
hentinya dilakukan, pada suatu tempat Sang Hyang Indra kehilangan jejak,
hanya bekas jejak kaki yang miring dilihat oleh Beliau. Sang Hyang Indra
curiga dengan hal ini, maka Beliau bersama pasukannya terus melacak
jejak-jejak kaki yeng terlihat miring tersebut dan ternyata memang benar
dugaan Sang Hyang Indra bahwa itu merupakan bekas jejak kaki
Tampaksiring. Kata ini berasal dari kata “Tampak” yang artinya bekas
mengikuti. Jejak inilah yang terus diikuti oleh Sang Hyang Indra, oleh
(anguling), maka tempat ini sekarang dikenal dengan nama Pura Gulingan.
mengatur siasat dengan cara menciptakan air mala (air beracun), setelah
bangun dari tidur karena merasa lelah dan haus pasukan Sang Hyang Indra
mencari air, kemudian mereka menemukan air yang sangat jernih dan
meminum air tersebut mereka keracunan. Sang Hyang Indra merasa sedih
pohon cemara, maka tempat ini dekenal dengan Pura Cemara, disinilah
air penawar racun, kini air ini dikenal dengan nama Tirta Empul. Tirta
Empul berasal dari kata “tirta” yang artinya air suci, dan “empul” yang
tempat ini juga dinamai dengan Pura Tirta Empul. Dengan bantuan air
tempat yang kini dikenal dengan nama Pura Semut di Desa Maniktawang.
kelompok dalam bergerak, maka tempat ini dikenal dengan nama Pura
Belahan. Daerah tersebut telah dikepung dari segala arah sehingga ruang
gerak Mayadanawa dibatasi oleh pasukan Sang Hyang Indra, maka tempat
buah labu besar yang terlihat disana, maka timbul kecurigaan bahwa labu
dan “raya” berarti besar. Perang semakin panas, Pasukan Sang Hyang
9
Indra terus mengejar dimana saja gerak Mayadanawa, dan daerah ini
akhirnya berlindung dibalik sebuah batu namun Sang Hyang Indra tidak
ingin Mayadanawa meloloskan diri, maka batu tersebut dipanah oleh Sang
dengan nama Sebatu, berasal dari kata “sauh” berarti terpeleset, dann
diketahuai oleh Sang Hyang Indra, tempat ini dinamai Dusun Kendran.
dikenal dengan nama Dusun Saraseda, “sara” berarti panah, dan “seda”
berarti lumpuh,mati.
(mala), kemudian air sungai tersebut oleh Sang Hyang Indra tidak boleh
10
dikenal dengan nama Sungai Petanu, berasal dari kata “peta” yang berarti
Secara etimologi, Tirta Empul berasal dari dua kata, yaitu Tirtha
yang berarti “Air Suci” dan Empul yang berarti “Mata Air” (kelebutan)
atau “Muncrat” (menyembur). Berdasarkan legenda, air ini muncrat
karena panah Bhatara Indra saat berperang melawan Raja Mayadanawa.
Mayadanawa dikatakan sebagai raja yang sangat sakti yang menganggap
dirinya sebagai Dewa. Ia memerintah seluruh rakyat di wilayah
kekuasaannya untuk bersembahyang menyembah kepadanya. Atas
kelakuannya itu Bhatara Indra sangat marah. Beliau selanjutnya mengirim
pasukannya utuk membunuh Raja Mayadanawa.
Pada zaman itu, ada seorang pendeta bernama Mpu Sangkul Putih
yang memiliki kekuatan magis sangat sedih melihat keadaan ini.
Kemudian Sang Empu bersemadi di Pura Besakih untuk memohon
kehadapan Tuhan agar mampu mengatasi kekacauan dalam kehidupan
masyarakat Bali, yang diakibatkan oleh keangkuhan/kesombongan
rajanya. Empu Sangkul Putih kemudian mendapat tuntunan dari Hyang
Mahadewa untuk pergi ke Jambu Dwipa (India) untuk minta bantuan
kepada Dewa Pasupati.
Diceritakan bahwa Dewa Indralah yang memimpin pasukan dari
surga, dengan persenjataan yang lengkap datang ke Bali. Dalam
penyerangan itu, Citrasena dan Citragada memimpin pasukan pada sayap
kanan, dan Sang Jayantaka memimpin sayap kiri sedangkan Gandarwa
memimpin pasukan utama. Bhagawan Narada dikirim untuk memata-
matai istana Mayadanawa. Mayadenawa mengetahui krajaannya akan
diserang oleh pasukan Bhatara Indra melalui beberapa mata-mata yang
disebarnya, maka Mayadenawa mempersiapkan pasukannya untuk
menghadapi serangan pasukan dari surga. Perang yang mengerikan tidak
terelakkan yang menyebabkan beberapa korban berjatuhan dari kedua
belah pihak. Namun, karena pasukan Bhatara Indra lebih kuat, akhirnya
pasukan Mayadanawa melarikan diri dan meninggalkan rajanya dan
pembantunya yang bernama Sri Kala Wong. Karena menjelang petang
perangpun dihentikan.
12
(FIP)
Pada hari pertama tanggal 25 Juni 2015 jam 9.30 Wita di Pura
Manukaya pada jam 13.15 Wita. Pada malam harinya sekitar jam 19.00
15
Pada hari kedua tanggal 26 Juni 2013 jam 07.00 Wita melakukan
sarapan pagi dan kerja bakti dilanjutkan pada sekitar jam 08.30 Wita dengan
kegiatan kerja bakti selesai dilanjutkan dengan acara bebas bagi Mahasiswa.
Jam 12.00 Wita istirahat makan siang dan jam 16.00 mengadakan
pemuda banjar Tatag dalam cabang olahraga bola voly kemudian istirahat
makan malam jam 19.00 Wita. Pada hari ketiga tanggal 27 Juni 2015 sekitar
SD Negeri 1 Manukaya.
Manfaat yang didapat dalam kegiatan baksos yaitu memiliki banyak manfaat