Anda di halaman 1dari 6

Situasi Penyakit

Hepatitis B
di Indonesia Tahun 2017
Hepatitis merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat,
yang berpengaruh terhadap angka kesakitan, angka kematian, status kesehatan masyarakat, angka harapan
hidup, dan dampak sosial ekonomi lainnya. Besaran masalah Hepatitis di Indonesia dapat diketahui dari
berbagai studi, kajian, maupun kegiatan pengamatan penyakit.
Hepatitis adalah peradangan hati yang bisa berkembang menjadi fibrosis (jaringan parut), sirosis
atau kanker hati. Hepatitis disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi virus, zat beracun (misalnya
alkohol, obat-obatan tertentu), dan penyakit autoimun. Penyebab paling umum Hepatitis adalah yang
disebabkan oleh Virus Hepatitis B dan C.
Prevalensi Hepatitis di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 1,2% meningkat dua kali dibandingkan
Riskesdas tahun 2007 yang sebesar 0,6%. Nusa Tenggara Timur merupakan provinsi dengan prevalensi
Hepatitis tertinggi pada tahun 2013 yaitu sebesar 4,3%. Berdasarkan kuintil indeks kepemilikan
(yang menggambarkan status ekonomi), kelompok kuintil indeks kepemilikan terbawah menempati
prevalensi Hepatitis tertinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya.
Prevalensi semakin meningkat pada penduduk berusia di atas 15 tahun. Jenis Hepatitis yang banyak
menginfeksi penduduk Indonesia adalah Hepatitis B (21,8%), Hepatitis A (19,3%) dan Hepatitis C (2,5%).
Dengan besaran masalah yang ada dan dampaknya bagi kesehatan masyarakat, maka perlu
dilakukan upaya yang terencana, fokus, dan meluas agar epidemi virus Hepatitis ini dapat ditanggulangi.
Untuk itu diperlukan payung hukum berupa Peraturan Menteri Kesehatan yang dapat dijadikan acuan bagi
pelaksanaan kegiatan dalam melakukan penanggulangan Hepatitis, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 53 Tahun 2015.

GAMBAR 1
JENIS PENYAKIT HEPATITIS VIRUS DAN PENULARAN HEPATITIS VIRUS

A
HEPATITIS HEPATITIS
B HEPATITIS
C D
HEPATITIS
E
HEPATITIS

Penyebab Penyebab Penyebab Penyebab Penyebab

Virus Virus Virus Virus Virus


Hepatitis A Hepatitis B Hepatitis C Hepatitis D Hepatitis E
(VHA) (VHB) (VHC) (VHD) (VHE)

Penularan Penularan Penularan Penularan


Penularan

Fecal Fecal
Parenteral Parenteral Parenteral
Oral Oral

2
GAMBAR 2
KEGIATAN UNTUK PENANGGULANGAN HEPATITIS VIRUS

Penanggulangan Hepatitis Virus dilakukan melalui kegiatan :

A Promosi kesehatan :
• Peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap gejala, cara penularan, cara
pencegahan, penanganan penderita, dan resistensi obat Hepatitis Virus;
• Menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan Hepatitis Virus;
• Peningkatan pengetahuan masyarakat dalam pencegahan Hepatiti Virus; dan
• Peningkatan komitmen pemangku kepentingan untuk kesinambungan
pelaksanaan kegiatan Penanggulangan Hepatitis Virus.

Jarum Suntik
B Perlindungan khusus Hepatitis Virus :
Perlindungan khusus dilakukan paling sedikit dengan penggunaan kondom,
penggunaan alat pelindung diri, dan/atau mencegah penggunaan jarum suntik
yang terkontaminasi.

C Pemberian Imunisasi untuk mencegah Hepatitis Virus :


• Pemberian imunisasi hanya dilaksanakan untuk Hepatitis A melalui imunisasi
secara aktif; dan Hepatitis B melalui imunisasi secara aktif dan pasif.
• Pemberian imunisasi Hepatitis A dianjurkan diberikan kepada pelaku perjalanan
ke daerah endemis, petugas kesehatan, penjamah makanan, atau masyarakat
yang mempunyai risiko tertular dan menularkan.
• Pemberian imunisasi Hepatitis B aktif wajib diberikan kepada bayi baru lahir
segera setelah kelahirannya.
• Pemberian imunisasi Hepatitis B pasif diberikan kepada bayi baru lahir dari ibu
dengan hepatitis B segera setelah kelahirannya.

Analisis Data D Surveilans Hepatitis Virus :


Surveilans Hepatitis Virus dilaksanakan berbasis faktor risiko dan berbasis kejadian
dengan melakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan melalui penemuan
penderita secara aktif dan pasif.

E Pengendalian Faktor Risiko :


• Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat;
• Peningkatan kualitas lingkungan;
• Skrining darah donor;
• Skrining organ untuk transplantasi
• Penggunaan alat-alat medis yang berpotensi terkontaminasi virus hepatitis.
• Deteksi dini dan penemuan kasus dilakukan pada fasilitas pelayanan kesehatan
atau dilakukan secara khusus di lapangan secara aktif.

F Penanganan Kasus :
• Ketersediaan sumber daya kesehatan yaitu sumber daya kesehatan manusia,
pendanaan, teknologi, sarana dan prasarana;
• Koordinasi, jejaring kerja dan kemitraan;
• Peran serta masyarakat;
• Penelitian dan pengembangan;
• Pemantauan dan evaluasi;
• Pencatatan dan pelaporan; dan
• Pembinaan dan pengawasan.

3
Program nasional dalam pencegahan dan pengendalian virus Hepatitis B (yang selalu diperingati
pada rangka Pekan Peduli Hepatitis B pada tanggal 4-20 September) yang saat ini fokus pada pencegahan
penularan ibu ke anak (PPIA) karena 95% penularan Hepatitis B adalah secara vertikal yaitu dari ibu yang
positif Hepatitis B ke bayi yang dilahirkannya. Sejak tahun 2015 telah dilakukan Kegiatan Deteksi Dini
Hepatitis B (DDHB) pada ibu hamil dipelayanan kesehatan dasar (Puskesmas) dan Jaringannya.
Pemeriksaan Hepatitis B pada ibu hamil dilakukan melalui pemeriksaan darah dengan menggunakan
tes cepat/Rapid Diagnostic Test (RDT) HBsAg. HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) merupakan antigen
permukaan yang ditemukan pada virus hepatitis B yang memberikan arti adanya infeksi hepatitis B. Bayi
yang lahir dari ibu yang terdeteksi Hepatitis B (HBsAg Reaktif) diberi vaksin pasif yaitu HBIg (Hepatitis
B Imunoglobulin) sebelum 24 jam kelahiran di samping imunisasi aktif sesuai program nasional (HB0,
HB1, HB2 dan HB3). HBIg merupakan serum antibodi spesifik Hepatitis B yang memberikan perlindungan
langsung kepada bayi.
Deteksi dini Hepatitis B pada kelompok berisiko/ibu hamil telah dilaksanakan sejak tahun 2015,
terlihat pada gambar di bawah ini bahwa tiap tahun ada kenaikan target yang diikuti dengan kenaikan
capaian. Sampai tahun 2017 target indikator dapat tercapai setiap tahunnya.

GAMBAR 3
TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR PERSENTASE KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN
DETEKSI DINI HEPATITIS B (DDHB) TAHUN 2015-2017

40

35 33.66

30 30

25
%

20 17.12

15

10
5.8
10
5
5
0

2015 2016 2017

Capaian Target

Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2018

Target kabupaten/kota yang melaksanakan Deteksi Dini Hepatitis B tahun 2017 sebanyak 30%
(154 kabupaten/kota). Tahun 2017 deteksi dini Hepatitis B pada ibu hamil/kelompok berisiko telah
dilaksanakan di 173 kabupaten/kota atau sebesar 33,66% yang tersebar di 34 Provinsi.

4
Gambar di bawah menunjukan persentase kabupaten/kota yang melaksanakan DDHB. Tahun 2017
terdapat 17 provinsi sudah mencapai target. Provinsi dengan capaian tertinggi yaitu DKI Jakarta (100%)
dan provinsi dengan capaian terendah yaitu Nusa Tenggara Timur (4,55%).

GAMBAR 4
PERSENTASE KABUPATEN/KOTA MELAKSANAKAN DETEKSI DINI HEPATITIS B (DDHB) MENURUT
PROVINSI TAHUN 2017

Indonesia 33.66
DKI Jakarta
Nusa Tenggara Barat 90.00 100.00
Banten 87.50
Lampung 73.33
Kalimantan Timur 70.00
Sulawesi Utara 66.67
Bali 66.67
Sumatera Barat 63.16
DI Yogyakarta 60.00
Aceh 52.17
Jawa Tengah 45.71
Jambi 45.45
Sulawesi Selatan 41.67
Sulawesi Tenggara 41.18
Kalimantan Utara 40.00
Sulawesi Barat 33.33
Kalimantan Selatan 30.77
Kepulauan Bangka Belitung 28.57
Papua 27.59
Riau 25.00
Jawa Timur 23.68
Kalimantan Barat 21.43
Bengkulu 20.00
Gorontalo 16.67
Papua Barat 15.53
Jawa Barat 14.81
Kepulauan Riau 14.29
Sumatera Selatan 11.76
Maluku Utara 10.00
Maluku 9.09
Sulawesi Tengah 7.69
Kalimantan Tengah 7.14
Sumatera Utara 6.06
Nusa Tenggara Timur 4.55

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120

Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2018

Program nasional dalam pencegahan dan pengendalian virus Hepatitis B (yang selalu diperingati
pada rangka Pekan Peduli Hepatitis B pada tanggal 4-20 September) yang saat ini fokus pada pencegahan
penularan ibu ke anak (PPIA) karena 95% penularan Hepatitis B adalah secara vertikal yaitu dari ibu yang
positif Hepatitis B ke bayi yang dilahirkannya. Sejak tahun 2015 telah dilakukan Kegiatan Deteksi Dini
Hepatitis B (DDHB) pada ibu hamil dipelayanan kesehatan dasar (Puskesmas) dan Jaringannya.
Pemeriksaan Hepatitis B pada ibu hamil dilakukan melalui pemeriksaan darah dengan menggunakan
tes cepat/Rapid Diagnostic Test (RDT) HBsAg. HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen) merupakan antigen
permukaan yang ditemukan pada virus hepatitis B yang memberikan arti adanya infeksi hepatitis B. Bayi
yang lahir dari ibu yang terdeteksi Hepatitis B (HBsAg Reaktif) diberi vaksin pasif yaitu HBIg (Hepatitis
B Imunoglobulin) sebelum 24 jam kelahiran di samping imunisasi aktif sesuai program nasional (HB0,
HB1, HB2 dan HB3). HBIg merupakan serum antibodi spesifik Hepatitis B yang memberikan perlindungan
langsung kepada bayi.
Deteksi dini Hepatitis B pada kelompok berisiko/ibu hamil telah dilaksanakan sejak tahun 2015,
terlihat pada gambar di bawah ini bahwa tiap tahun ada kenaikan target yang diikuti dengan kenaikan
capaian. Sampai tahun 2017 target indikator dapat tercapai setiap tahunnya.

5
GAMBAR 5
PERSENTASE IBU HAMIL HBsAG REAKTIF MENURUT PROVINSI TAHUN 2017

Indonesia 2.21
Nusa Tenggara Barat 6.15
Nusa Tenggara Timur 5.26
Papua 3.92
Papua Barat 3.79
Maluku 3.65
Maluku Utara 3.64
Sulawesi Tenggara 3.34
Sulawesi Barat 3.20
Sulawesi Selatan 3.01
Kepulauan Bangka Belitung 2.96
Kalimantan Barat 2.95
Jawa Timur 2.77
Kalimantan Utara 2.64
Kalimantan Timur 2.63
Riau 2.62
Kalimantan Selatan 2.49
Sulawesi Tengah 2.42
Jawa Tengah 2.08
Lampung 1.72
Gorontalo 1.70
DKI Jakarta 1.62
Bali 1.59
Bengkulu 1.43
Jawa Barat 1.40
Jambi 1.38
Banten 1.36
Sumatera Barat 1.34
Aceh 1.31
Kepulauan Riau 1.17
DI Yogyakarta 1.14
Sulawesi Utara 1.08
Sumatera Utara 0.84
Sumatera Selatan 0.74
Kalimantan Tengah 0.00

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2018

Pada gambar di atas, persentase ibu hamil HBsAg reaktif tertinggi yaitu Nusa Tenggara Barat
(6,15%), Nusa Tenggara Timur (5,26%) dan Papua (3,92%). Sedangkan Provinsi Kalimantan Tengah belum
ditemukan ibu hamil yang positif HBsAg.
GAMBAR 6
IMUNISASI HEPATITIS TAHUN 2007-2017

120

100.9
100 93.48 94.94 94.9 94.4 95
90.8 91.42 92.1 9.17
87.5

80
7.56
60
6.28 6.19

40

20

0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

data rutin data survei

Sumber: Ditjen Pencegahan dan pngendalan Penyakit, Kemenkes RI ; Riskesdas, Badan Litbangkes, Kemenkes RI

Data rutin imunisasi Hepatitis B memperlihatkan cakupan yang tinggi, selama 11 tahun terakhir
selalu di atas 90%. Sedangkan dari hasil Riskesdas tahun 2013, proporsi cakupan Hepatiis B selama 3 kali
survei antara 62%-76%.
6

Anda mungkin juga menyukai