FITOTERAPI
OLEH :
a) Maserasi
Pengertian
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana
yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan
terlindung dari cahaya (Ditjen POM, 1979).
Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan
sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi
dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak mengalami
pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik
ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan
panas ataupun tahan panas (Hamdani, 2014).
Prinsip Kerja
Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif
berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved
like). Langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu
wadah menggunakan pelarut penyari tertentu selama beberapa hari
sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya.
Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif
dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang
cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat “bisa campur air”
(contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang
bersifat “tidak campur air” (contohnya aseton, etil asetat, disebut
pelarut non polar atau pelarut organik) (Rahman, 2012).
Metode maserasi dilakukan dengan cara serbuk simplisia
yang telah dihaluskan direndam dengan pelarut yang sesuai
selama 3 hari dan dilakukan pengadukan tiap 12 jam.
Maserasi sederhana
b) Perkolasi
Pengertian
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah
dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain : gaya
berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosis,
adesi, daya kapiler dan daya gesekan (friksi) (Adrian, 2000).
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan
yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau
menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut
sari/perkolat, sedang sisa setelah dilakukannnya penyarian disebut
ampas atau sisa perkolasi (Adrian, 2000).
Prinsip Kerja
Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia
ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif
dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh.
Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya
sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi
dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke
bawah (Ditjen POM, 1986).
Pada metode perkolasi serbuk dimaserasi selama 3 jam dan
dimasukkan dalam alat perkolator kemudian ditambahkan cairan
penyari dan didiamkan. Lalu dibuka kerannya. Larutan penyari
ditambah secara kontinyu hingga cairan sempurna.
Adapun sampel yang digunakan untuk metode ini yaitu sampel
yang tidak tahan pemanasan, dan bertekstur lunak.
c) Soxhletasi
Pengertian
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan hingga menguap,
uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul cairan oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia di dalam klonsong dan
selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa siphon, proses ini berlangsung hingga proses
penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya
cairan penyari yang melalui pipa siphon tersebut atau jika
diidentifikasi dengan KLT tidak memberikan noda lagi (Adrian,
2000).
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap,
uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klonsong dan
selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa sifon (Rene, 2011).
Prinsip Kerja
Bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah
kantung ekstraksi (kertas, karton, dan sebagainya) dibagian dalam
alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu. Wadah gelas yang
mengandung kantung diletakkan antara labu penyulingan dengan
labu pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan labu melalui
pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut, yang menguap dan
mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui pipet,
berkondensasi di dalamnya, menetes ke atas bahan yang
diekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi. Larutan
berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi
maksimalnya, secara otomatis dipindahkan ke dalam labu. Dengan
demikian zat yang terekstraksi terakumulasi melalui penguapan
bahan pelarut murni berikutnya. Pada cara ini diperlukan bahan
pelarut dalam jumlah kecil, juga simplisia selalu baru artinya suplai
bahan pelarut bebas bahan aktif berlangsung secara terus-menerus
(pembaharuan pendekatan konsentrasi secara kontinyu).
Selanjutnya, simplisia di bagian tengah alat pemanas langsung
berhubungan dengan labu, dimana pelarut menguap(Azam Khan,
2012).
Pada metode soxhletasi, sampel berada pada klongsong yang
telah dilapisi kertas saring, lalu cairan penyari berada pada labu
alas bulat yang terletak diatas waterbath. Cairan penyari nantinya
akan naik ke kondensor kemudian turun membasahi sampel dan
selanjutnya melewati pipa sifhon menuju labu alas bulat. Proses ini
dikatan selesai apabila cairan penyari yang melewati pipa sifhon
telah berubah menjadi warna bening.
Gambar alat soxhletasi
Prinsip Kerja
Prinsip kerja pada metode refluks yaitu penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam
labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu
dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor
bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun
kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang
berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung
secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna,
penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam.
Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Akhyar, 2010).
Pada metode refluks, sampel dan cairan penyari berkontak
langsung di dalam labu alas bulat yang ditempatkan diatas
waterbath. Prinsip kerjanya yaitu 1 kali siklus berlangsung selama
3-5 jam untuk pergantian pelarut. Proses ekstraksi dikatakan
selesai apabila pelarut yang digunakan berubah menjadi bening.
Gambar alat refluks
3. Metode Standarisasi
Tujuan dari standardisasi sendiri yaitu untuk menjamin standar
mutu dan keamanan ekstrak tanaman obat.Penetapan standar mutu
yang dilakukan meliputi parameter spesifik dan non spesifik.
a. Parameter Spesifik
1) Pemeriksaan Identitas
Parameter Identitas simplisia dan ekstrak bertujuan untuk
memberikan identitas obyektif nama secara spesifik.
2) Uji Makroskopik
Pengujian makroskopik bertujuan mencari kekhususan bentuk
morfologi dan warna simplisia.
3) Uji Mikroskopik
Pengujian mikroskopik bertujuan untuk menentukan fragmen
pengenal yang terdapat pada daun leilem, sehingga dapat
mence-gah pemalsuan simplisia.
4) Pemeriksaan Organoleptik
Pemeriksaan organoleptik dilakukan pengamatan sampel
meliputi bentuk, warna, bau dan rasa.Parameter organoleptik
ekstrak bertujuan memberikan pengenalan awal terhadap
simplisia dan ekstrak menggunakan panca indera dengan
mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa.
5) Uji Kandungan Kimia
Uji kandungan kimia bertujuan untuk memberikan gambaran
awal komposisi kandungan kimia.
6) Penetapan Kadar Sari Terlarut Pada Pelarut Air dan Etanol
Penetapan kadar senyawa terlarut dalam pelarut air dan etanol
ini bertujuan sebagai perkiraan banyaknya kandungan
senyawa-senyawa aktif yang bersifat polar (larut dalam air) dan
bersifat polar – non polar (larut dalam etanol).
b. Parameter Non Spesifik
1) Uji Susut Pengeringan
Susut pengeringan merupakan salah satu parameter non
spesifik yang bertujuan untuk memberikan batasan maksimal
(rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses
pengeringan. Parameter susut pengeringan pada dasarnya
adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada
temperatur 105oC sampai berat konstan, yang dinyatakan
sebagai nilai persen.
2) Uji Kadar Air
Kadar air merupakan parameter untuk menetapkan residu air
setelah proses pengeringan.
3) Uji Kadar Abu
Tujuan dilakukannya pengujian kadar abu adalah untuk
memberikan gambaran kandungan mineral internal dan
eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya
ekstrak.
4) Penetapan Bobot Jenis
Bobot jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan suatu
zat terhadap kerapatan air dengan nilai massa per satuan
volume. Penentuan bobot jenis ini bertujuan untuk memberikan
gambaran kandungan kimia yang terlarut pada suatu ekstrak.
5) Uji Cemaran Mikroba
Pengujian cemaran bakteri dan kapang merupakan salah
satu uji untuk kemurnian ekstrak.Tujuannya untuk membe-kan
jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung cemaran mikroba
dan jamur melebihi batas yang ditetapkan.
4. Contoh Standarisasi
Tempuyung
( Sonchi arvensdidisI L)
Ket :
S : Simplisia daun tempuyung
P : Pembanding luteolin
Rf : : Pembanding luteolin 0,15
Rf 1. 0,015
Rf 2. 0,40
Rf 3. 0,55
Rf 4. 0,75
Rf 5. 0,85
Jadi dapat disimpulkan daun tempunyung positif mengandung alkaloid
nilai Rf 1 sejajar dengan Rf pembanding luteolin yaitu 0,15.
b. Parameter nonspesifik
a). Susut pengering : tidak lebih dari 10%
b). Abu total : tidak lebih dari 15,4%
c). Abu tidak larut asam : tidak lebih dari 0,2%
d). Sari larut air : tidak kurang dari 17,1%
e). Sari larut etanol : tidak kurang dari 19,4%
RIMPANG KENCUR
(Kaempferiae Galangae Rhizoma)
Bagian tanaman kencur yang digunaka adalah bagian rimbang
1. Standarisasi simplisia
a. Parameter spesifik
a) Identifikasi simplisia
Pemerian Berupa irisan pipih, bau has, rasa pedas, bentuk
hampir bundar sampai jorong atau titik beraturan, tebal 1-4 mm,
panjang 1-5 cm, lebar 0,5-3 cm, bagian tepi berombak dan
berkeriput, warna coklat sampai coklat kemerahan, bagian
tengah berwarna putih sampai putih kecoklatan, korteks sempit,
lebar lebih kurang 2 mm, warna putih.
Deteksi : UV 254
2. Mikroskopik
Fragmen pengenala dalah tetes minyak atsiri, jaringan
gabus, butira milum dan beerkas pengangkut.
3. Senyawaidentitas :Pinostrobin
b. Non spesifik
1. Polakromatografi
Lakukan Kromatografi Lapis Tipis seperti yang terteradengan
parameter sebagaiberikut :
Fasegerak : n-HeksanP :etilasetat (4:1)
Fasediam : Silika gel 60 F254
Larutanuji : 5% dalametanol P
Larutanpembanding : Pinostrobin 1% dalametanol P
Volume penotolan : Totolkan 20 µL larutanujidan 10
µL larutanpembanding
Deteksi : UV254
Susutpengeringan : Tidaklebihdari 10%
Abu total : Tidaklebihdari 7,9%
Abu tidaklarutasam : Tidaklebihdari 2,9%
Sari larut air : tidakkurangdari 11,8%
Sari larutetanol : Tidakkurangdari 9,0%
Kandungan Kimia Simplisia
Kadar minyakatsiri : Tidakkurangdari 0,32% v/b
b. Darsih
Kandungan : lempuyang wangi, kayu secang, bengle, sambiloto,
temulawak
c. Tolak angin
Kandungan : adas, kayu ules, daun cengkeh, jahe, daun mint,
kayu manis, madu
d. Sari temulawak
Kandungan : temulawak
2. OHT
a) Lelap
Kandungan : Valerianae radix, biji pala
b) Mastin
Kandungan : kulit manggis
c) Herbapain
Kandungan : DLBS 1442,Phaleria macrocarpa 200 mg
d) Antangin
Kandungan : jahe, daun mint, sembung, pala, kuyit, madu.
e) OB herbal
Kandungan : jahe, jeruk nipis, licorice
3. FITOFARMAKA
a. X-gra
Kandungan : ekstrak ganoderma lucidum, ekstak eurycomae
radix, ekstrak gingseng, ekstrak retrofracti fructus,royal jelly
b. Herbalwell
Kandungan : kayu manis dan bunga bungur
c. Vip albumin
Kandungan : ikan gabus
d. Stimuno
Kandungan : ekstrak kering phyllanthus niruri L 50 MG
e. Tensigard
Kandungan :ekstrak apii herba 92 mg, Orthosiphonis folium 28 mg
DAFTAR PUSTAKA
Akhyar 2010,“Uji Daya Hambat dan Analisis Klt Bioautografi Ekstrak Akar
danBuah Bakau (Rhizophora stylosa griff) terhadap vibrio
harveyi”,Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Ditjen POM 1979, “Farmakope Indonesia Edisi III”, Depkes RI, Jakarta.
Hamdani, 2014 “Maserasi:.
Seidel V. Initial and ulkextraction. In: Sarker SD, Latif Z & Gray Al,
edi-tors. Natural product Isolation, 2nd ed. Totowa (Ney Jersey).
Humana Press Inc. 2006. hal. 31-5.