Anda di halaman 1dari 26

TUGAS INDIVIDU

FITOTERAPI

OLEH :

NAMA : ANDI NUR ARFIAH


STAMBUK :15020160026
KELAS : C12

PROGRAM STUDI ILMU FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
1. Pengambilan Sampel dan waktunya

1) Teknik Pengambilan Sampel


Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber
data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran
populasi agar diperoleh sampel yang representati (Margono, 2004.
Cara Pengambilan Sampel bermacam-macam tergantung jenis
penelitian yang akan dilakukan. Secara garis besar, metode
pengambilan sampel terdiri dari 2 kelas besar yaitu Probability
Sampling (Random Sample) dan Non- Probability Sampling (Non-
Random Sample).
Kedua jenis tersebut terdiri dari pengambilan secara acak dan
pengambilan sampel tidak acak. Kedua jenis ini juga memiliki sub – sub
lain yang diantaranya adalah purposive sampling, snowball samping,
cluster sampling dll
A. Probability Sampling (Random Sample)
Probability sampling adalah Metode pengambilan sampel
secara random atau acak. Dengan cara pengambilan sampel ini.
Seluruh anggota populasi diasumsikan memiliki kesempatan yang
sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian. Metode ini terbagi
menjadi beberapa jenis yang lebih spesifik, antara lain:
1. Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random
Sampling)
Pengambilan sampel acak sederhana disebut juga Simple
Random Sampling. teknik penarikan sampel menggunakan cara
ini memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota
populasi untuk menjadi sampel penelitian. Cara pengambilannya
menggunakan nomor undian.
Terdapat 2 pendapat mengenai metode pengambilan
sampel acak sederhana. Pendapat pertama menyatakan bahwa
setiap nomor yang terpilih harus dikembalikan lagi sehingga
setiap sampel memiliki prosentase kesempatan yang sama.
Pendapat kedua menyatakan bahwa tidak diperlukan
pengembalian pada pengambilan sampel menggunakan metode
ini. Namun, metode yang paling sering digunakan adalah Simple
Random Sampling dengan pengembalian.
Kelebihan metode ini yaitu dapat mengurangi bias dan
dapat mengetahui standard error penelitian. Sementara
kekurangannya yaitu tidak adanya jaminan bahwa sampel yang
terpilih benar-benar dapat merepresentasikan populasi yang
dimaksud.
Contoh Pengambilan Sampel Metode Acak Sederhana:
Dalam suatu penelitian dibutuhkan 30 sampel, sedangkan
populasi penelitian berjumlah 100 orang. Selanjutnya peneliti
membuat undian untuk mendapatkan sampel pertama.
Setelah mendapatkan sampel pertama, maka nama yang
terpilih dikembalikan lagi agar populasi tetap utuh sehingga
probabilitas responden berikutnya tetap sama dengan responden
pertama. Langkah tersebut kembali dilakukan hingga jumlah
sampel memenuhi kebutuhan penelitian.
2. Pengambilan Sampel Acak Sistematis (Systematic Random
Sampling)
Metode pengambilan sampel acak sistematis menggunakan
interval dalam memilih sampel penelitian. Misalnya sebuah
penelitian membutuhkan 10 sampel dari 100 orang, maka jumlah
kelompok intervalnya 100/10=10. Selanjutnya responden dibagi
ke dalam masing-masing kelompok lalu diambil secara acak tiap
kelompok.
Contoh Sampel Acak Sistematis adalah pengambilan
sampel pada setiap orang ke-10 yang datang ke puskesmas.
Jadi setiap orang yang datang di urutan 10,20,30 dan seterusnya
maka itulah yang dijadikan sampel penelitian.
3. Pengambilan Sampel Acak Berstrata (Stratified Random
Sampling)
Metode Pengambilan sampel acak berstrata mengambil
sampel berdasar tingkatan tertentu. Misalnya penelitian
mengenai motivasi kerja pada manajer tingkat atas, manajer
tingkat menengah dan manajer tingkat bawah. Proses
pengacakan diambil dari masing-masing kelompok tersebut.
4. Pengambilan Sampel Acak Berdasar Area (Cluster Random
Sampling)
Cluster Sampling adalah teknik sampling secara
berkelompok. Pengambilan sampel jenis ini dilakukan berdasar
kelompok / area tertentu. Tujuan metode Cluster Random
Sampling antara lain untuk meneliti tentang suatu hal pada
bagian-bagian yang berbeda di dalam suatu instansi.
Misalnya, penelitian tentang kepuasan pasien di ruang
rawat inap, ruang IGD, dan ruang poli di RS A dan lain
sebagainya.
5. Teknik Pengambilan Sampel Acak Bertingkat (Multi Stage
Sampling)
Proses pengambilan sampel jenis ini dilakukan secara
bertingkat. Baik itu bertingkat dua, tiga atau lebih.
Misalnya -> Kecamatan -> Gugus -> Desa -> RW – RT
B. Non- Probability Sampling (Non-Random Sample)
1. Purposive Sampling
Sampling adalah teknik sampling yang cukup sering
digunakan. Metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih
oleh peneliti dalam memilih sampel. Kriteria pemilihan sampel
terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang diinginkan
peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan kriteria
eksklusi merupakan kriteria khusus yang menyebabkan calon
responden yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari
kelompok penelitian. Misalnya, calon responden mengalami
penyakit penyerta atau gangguan psikologis yang dapat
memengaruhi hasil penelitian.
Contoh Purposive Sampling: penelitian tentang nyeri pada
pasien diabetes mellitus yang mengalami luka pada tungkai kaki.
Maka kriteria inklusi yang dipakai antara lain:
Penderita Diabetes Melitus dengan luka gangrene (luka
pada tungkai kaki), Usia 18-59 tahun. Bisa membaca dan
menulis
Kriteria eksklusi: Penderita Diabetes Melitus yang memiliki
penyakit penyerta lainnya seperti gangguan ginjal, gagal jantung,
nefropati, dan lain sebagainya. Penderita Diabetes Melitus yang
mengalami gangguan kejiwaan.
2. Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel
berdasarkan wawancara atau korespondensi. Metode ini
meminta informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan
sampel berikutnya, demikian secara terus menerus hingga
seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi.
Metode pengambilan sampel Snowball atau Bola salju ini
sangat cocok untuk penelitian mengenai hal-hal yang sensitif dan
membutuhkan privasi tingkat tinggi, misalnya penelitian tentang
kaum waria, penderita HIV, dan kelompok khusus lainnya.
3. Accidental Sampling
Pada metode penentuan sampel tanpa sengaja (accidental)
ini, peneliti mengambil sampel yang kebetulan ditemuinya pada
saat itu. Penelitian ini cocok untuk meneliti jenis kasus penyakit
langka yang sampelnya sulit didapatkan.
Contoh penggunan metode ini, peneliti ingin meneliti
tentang penyakit Steven Johnson Syndrom yaitu penyakit yang
merusak seluruh mukosa atau lapisan tubuh akibat reaksi tubuh
terhadap antibiotik.
Kasus Steven Johnson Syndrome ini cukup langka dan sulit
sekali menemukan kasus tersebut. Dengan demikian, peneliti
mengambil sampel saat itu juga, saat menemukan kasus
tersebut. Kemudian peneliti melanjutkan pencarian sampel
hingga periode tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti.
Tehnik pengambilan sampel dengan cara ini juga cocok
untuk penelitian yang bersifat umum, misalnya seorang peneliti
ingin meneliti kebersihan Kota Bandung. Selanjutnya dia
menanyakan tentang kebersihan Kota Bandung pada warga
Bandung yang dia temui saat itu.
4. Quota Sampling
Metode pengambilan sampel ini disebut juga Quota
Sampling. Tehnik sampling ini mengambil jumlah sampel
sebanyak jumlah yang telah ditentukan oleh peneliti. Kelebihan
metode ini yaitu praktis karena sampel penelitian sudah diketahui
sebelumnya, sedangkan kekurangannya yaitu bias penelitian
cukup tinggi jika menggunakan metode ini.
Teknik pengambilan sampel dengan cara ini biasanya
digunakan pada penelitian yang memiliki jumlah sampel terbatas.
Misalnya, penelitian pada pasien lupus atau penderita penyakit
tertentu. Dalam suatu area terdapat 10 penderita lupus, maka
populasi tersebut dijadikan sampel secara keseluruhan , inilah
yang disebut sebagai Total Quota Sampling.
5. Teknik Sampel Jenuh
Teknik Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel
yang menjadikan semua anggota populasi sebagai sampel.
dengan syarat populasi yang ada kurang dari 30 orang.
2) Waktu Pengambilan Sampel
a) Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang telah tua
seperti kedawung (Parkia rosbbrgii), pengambilan biji ditandai
dengan telah mengeringnya buah. Sering pula pemetikan
dilakukan sebelum kering benar, yaitu sebelum buah pecah
secara alami dan biji terlempar jauh, misal jarak (Ricinus
cornrnunis).
b) Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya, waktu
pengambilan sering dihubungkan dengan tingkat kemasakan,
yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada buah seperti
perubahan tingkat kekerasan misal labu merah (Cucurbita
n~oscllata). Perubahan warna, misalnya asam (Tarnarindus
indica), kadar air buah, misalnya belimbing wuluh (Averrhoa
belimbi), jeruk nipis (Citrui aurantifolia) perubahan bentuk buah,
misalnya mentimun (Cucurnis sativus), pare (Mornordica
charantia).
c) Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya
pengambilan dilakukanpada saat tanaman mengalami
perubahanpertumbuhan dari vegetatif ke generatif. Pada saat itu
penumpukan senyawa aktif dalamkondisi tinggi, sehingga
mempunyai mutu yang terbaik. Contoh tanaman yang diambil
daun pucuk ialah kumis kucing (Orthosiphon starnineus).
d) Tanaman yang pada saat panen diambil daun yang telah tua,
daun yang diambil dipilih yang telah membuka sempurna dan
terletak di bagian cabang atau batang yang menerima sinar
matahari sempurna. Pada daun tersebut terjadi kegiatan
asimilasi yang sempurna. Contoh panenan ini misal sembung
(Blumea balsamifera).
e) Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang,
pengambilan dilakukan pada saat tanaman telah cukup umur.
Agar pada saat pengambilan tidak mengganggu pertumbuhan,
sebaiknya dilakukan pada musim yang menguntungkan
pertumbuhan antara lain menjelang musim kemarau.
f) Tanaman yang pada saat panen diambil umbi lapis,
pengambilan dilakukan pada saat umbi mencapai besar
maksimum dan pertumbuhan pada bagian di atas tanah berhenti
misalnya bawang merah (Allium cepa).
g) Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya,
pengambilan dilakukan pada musim kering dengan tanda-tanda
mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini rimpang
dalam keadaan besar maksimum. Panen dapat dilakukan dengan
tangan, menggunakan alat atau menggunakan mesin. Dalam ha1
ini keterampilan pemetik diperlukan, agar diperoleh simplisia yang
benar, tidak tercampur dengan bagian lain dan tidak merusak
tanaman induk. Alat atau mesin yang digunakan untuk memetik
perlu dipilih yang sesuai. Alat yang terbuat dari logam sebaiknya
tidak digunakan bila diperkirakan akan merusak senyawa aktif
siniplisia seperti fenol, glikosida dan sebagainya.
2. Metode Ekstraksi

a) Maserasi
Pengertian
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana
yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan
terlindung dari cahaya (Ditjen POM, 1979).
Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan
sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi
dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak mengalami
pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik
ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan
panas ataupun tahan panas (Hamdani, 2014).
Prinsip Kerja
Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif
berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved
like). Langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu
wadah menggunakan pelarut penyari tertentu selama beberapa hari
sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya.
Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif
dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang
cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat “bisa campur air”
(contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang
bersifat “tidak campur air” (contohnya aseton, etil asetat, disebut
pelarut non polar atau pelarut organik) (Rahman, 2012).
Metode maserasi dilakukan dengan cara serbuk simplisia
yang telah dihaluskan direndam dengan pelarut yang sesuai
selama 3 hari dan dilakukan pengadukan tiap 12 jam.

Maserasi sederhana

b) Perkolasi
Pengertian
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah
dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain : gaya
berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosis,
adesi, daya kapiler dan daya gesekan (friksi) (Adrian, 2000).
Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan
yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau
menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut
sari/perkolat, sedang sisa setelah dilakukannnya penyarian disebut
ampas atau sisa perkolasi (Adrian, 2000).
Prinsip Kerja
Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia
ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif
dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh.
Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya
sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi
dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke
bawah (Ditjen POM, 1986).
Pada metode perkolasi serbuk dimaserasi selama 3 jam dan
dimasukkan dalam alat perkolator kemudian ditambahkan cairan
penyari dan didiamkan. Lalu dibuka kerannya. Larutan penyari
ditambah secara kontinyu hingga cairan sempurna.
Adapun sampel yang digunakan untuk metode ini yaitu sampel
yang tidak tahan pemanasan, dan bertekstur lunak.

Gambar alat perkolator

c) Soxhletasi
Pengertian
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan hingga menguap,
uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul cairan oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia di dalam klonsong dan
selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa siphon, proses ini berlangsung hingga proses
penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya
cairan penyari yang melalui pipa siphon tersebut atau jika
diidentifikasi dengan KLT tidak memberikan noda lagi (Adrian,
2000).
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap,
uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klonsong dan
selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa sifon (Rene, 2011).
Prinsip Kerja
Bahan yang akan diekstraksi diletakkan dalam sebuah
kantung ekstraksi (kertas, karton, dan sebagainya) dibagian dalam
alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinyu. Wadah gelas yang
mengandung kantung diletakkan antara labu penyulingan dengan
labu pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan labu melalui
pipa. Labu tersebut berisi bahan pelarut, yang menguap dan
mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui pipet,
berkondensasi di dalamnya, menetes ke atas bahan yang
diekstraksi dan menarik keluar bahan yang diekstraksi. Larutan
berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi
maksimalnya, secara otomatis dipindahkan ke dalam labu. Dengan
demikian zat yang terekstraksi terakumulasi melalui penguapan
bahan pelarut murni berikutnya. Pada cara ini diperlukan bahan
pelarut dalam jumlah kecil, juga simplisia selalu baru artinya suplai
bahan pelarut bebas bahan aktif berlangsung secara terus-menerus
(pembaharuan pendekatan konsentrasi secara kontinyu).
Selanjutnya, simplisia di bagian tengah alat pemanas langsung
berhubungan dengan labu, dimana pelarut menguap(Azam Khan,
2012).
Pada metode soxhletasi, sampel berada pada klongsong yang
telah dilapisi kertas saring, lalu cairan penyari berada pada labu
alas bulat yang terletak diatas waterbath. Cairan penyari nantinya
akan naik ke kondensor kemudian turun membasahi sampel dan
selanjutnya melewati pipa sifhon menuju labu alas bulat. Proses ini
dikatan selesai apabila cairan penyari yang melewati pipa sifhon
telah berubah menjadi warna bening.
Gambar alat soxhletasi

d) Destilasi Uap Air


Pengertian
Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya
digunakan untuk mengekstraksi minyak esensial (campuran
berbagai senyawa menguap). Selama pemanasan, uap
terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak
sal-ing bercampur) ditampung dalam wadah yang terhubung
dengan kondensor (Seidel V, 2006).
Prinsip Kerja
Penyarian minyak menguap dengan cara simplisia dan air
ditempatkan dalam labu berbeda. Air dipanaskan dan akan
menguap, uap air akan masuk ke dalam labu sampel sambil
mengekstraksi minyak menguap yang terdapat dalam simplisia, uap
air dan minyak menguap yang telah terekstraksi menuju kondensor
dan akan terkondensasi, lalu akan melewati pipa alonga, campuran
air dan minyak menguap akan masuk ke dalam corong pisah, dan
akan memisah antara air dan minyak atsiri (Seidel V 2006).
Gambar alat destilasi uap air
e) Refluks
Pengertian
Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur
titik didihnya, selama waktutertentu dan jumlah pelarut yang relative
konstan dengan adanya pendinginan balik. Ekstraksirefluks
digunakan untuk mengekstraksi bahan-bahan yang tahan terhadap
pemanasan (Sudjadi,1986).

Prinsip Kerja
Prinsip kerja pada metode refluks yaitu penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam
labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu
dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor
bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun
kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang
berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung
secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna,
penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam.
Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Akhyar, 2010).
Pada metode refluks, sampel dan cairan penyari berkontak
langsung di dalam labu alas bulat yang ditempatkan diatas
waterbath. Prinsip kerjanya yaitu 1 kali siklus berlangsung selama
3-5 jam untuk pergantian pelarut. Proses ekstraksi dikatakan
selesai apabila pelarut yang digunakan berubah menjadi bening.
Gambar alat refluks

3. Metode Standarisasi
Tujuan dari standardisasi sendiri yaitu untuk menjamin standar
mutu dan keamanan ekstrak tanaman obat.Penetapan standar mutu
yang dilakukan meliputi parameter spesifik dan non spesifik.
a. Parameter Spesifik
1) Pemeriksaan Identitas
Parameter Identitas simplisia dan ekstrak bertujuan untuk
memberikan identitas obyektif nama secara spesifik.
2) Uji Makroskopik
Pengujian makroskopik bertujuan mencari kekhususan bentuk
morfologi dan warna simplisia.
3) Uji Mikroskopik
Pengujian mikroskopik bertujuan untuk menentukan fragmen
pengenal yang terdapat pada daun leilem, sehingga dapat
mence-gah pemalsuan simplisia.
4) Pemeriksaan Organoleptik
Pemeriksaan organoleptik dilakukan pengamatan sampel
meliputi bentuk, warna, bau dan rasa.Parameter organoleptik
ekstrak bertujuan memberikan pengenalan awal terhadap
simplisia dan ekstrak menggunakan panca indera dengan
mendeskripsikan bentuk, warna, bau dan rasa.
5) Uji Kandungan Kimia
Uji kandungan kimia bertujuan untuk memberikan gambaran
awal komposisi kandungan kimia.
6) Penetapan Kadar Sari Terlarut Pada Pelarut Air dan Etanol
Penetapan kadar senyawa terlarut dalam pelarut air dan etanol
ini bertujuan sebagai perkiraan banyaknya kandungan
senyawa-senyawa aktif yang bersifat polar (larut dalam air) dan
bersifat polar – non polar (larut dalam etanol).
b. Parameter Non Spesifik
1) Uji Susut Pengeringan
Susut pengeringan merupakan salah satu parameter non
spesifik yang bertujuan untuk memberikan batasan maksimal
(rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses
pengeringan. Parameter susut pengeringan pada dasarnya
adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada
temperatur 105oC sampai berat konstan, yang dinyatakan
sebagai nilai persen.
2) Uji Kadar Air
Kadar air merupakan parameter untuk menetapkan residu air
setelah proses pengeringan.
3) Uji Kadar Abu
Tujuan dilakukannya pengujian kadar abu adalah untuk
memberikan gambaran kandungan mineral internal dan
eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya
ekstrak.
4) Penetapan Bobot Jenis
Bobot jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan suatu
zat terhadap kerapatan air dengan nilai massa per satuan
volume. Penentuan bobot jenis ini bertujuan untuk memberikan
gambaran kandungan kimia yang terlarut pada suatu ekstrak.
5) Uji Cemaran Mikroba
Pengujian cemaran bakteri dan kapang merupakan salah
satu uji untuk kemurnian ekstrak.Tujuannya untuk membe-kan
jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung cemaran mikroba
dan jamur melebihi batas yang ditetapkan.
4. Contoh Standarisasi
Tempuyung
( Sonchi arvensdidisI L)

Bagian tanaman tempuyung yang digunakan adalah bagian


daunya
1. Standarisasi simplisia
a. Parameter spesifik
a). Identifikasi simplisia
Pemerian Berupa lembaran daun, melipat dan menggulung,
berwarna hijau kecoklatan, tidak berbau dan rasa agak pahit.
Helai daun berbentuk lonjong atau berbentuk lanset,
berlekuk menjari atau berlekuk tidak teratur; pangkal daun
menyempit atau berbentuk panah sampai berbentuk jantung;
pinggir daun bergerigi tidak teratur; panjang daun 6-48 cm,
lebar daun 2=10 cm; permukaan daun sebelah atas agak
kasar dan berwarna pucat.

Mikroskopik Fragmen pengenal adalah epidermis bawah


dengan stomata, epidermis bawah dengan stomata,
epidermis atas, berkas pengankut dan rambut penutup.
b). Uji skrining fitokimia
Identifikasi senyawa daun tempuyung mengandung
alkaloid dengan menggunakan senyawa pembanding yaitu
luteolin dengan menggunakan metode KLT (Kromatografi
Lapis Tipis):
Fase gerak : Asam asetat P-air (15;85)
Fase diam : Selulosa
Larutan Uji : 10% dalam etanol P
Larutan pembanding : Luteolin 0,1% dalam etanol
Volume penotolan :Totolkam 10 mikroliter larutan
uji dan 2 mikroliter larutan
pembanding
Deteksi : Sitroborat LP, panaskan
lempeng pada suhu 1000
selama 5-10 menit dan UV366

Ket :
S : Simplisia daun tempuyung
P : Pembanding luteolin
Rf : : Pembanding luteolin 0,15
Rf 1. 0,015
Rf 2. 0,40
Rf 3. 0,55
Rf 4. 0,75
Rf 5. 0,85
Jadi dapat disimpulkan daun tempunyung positif mengandung alkaloid
nilai Rf 1 sejajar dengan Rf pembanding luteolin yaitu 0,15.
b. Parameter nonspesifik
a). Susut pengering : tidak lebih dari 10%
b). Abu total : tidak lebih dari 15,4%
c). Abu tidak larut asam : tidak lebih dari 0,2%
d). Sari larut air : tidak kurang dari 17,1%
e). Sari larut etanol : tidak kurang dari 19,4%

RIMPANG KENCUR
(Kaempferiae Galangae Rhizoma)
Bagian tanaman kencur yang digunaka adalah bagian rimbang
1. Standarisasi simplisia
a. Parameter spesifik
a) Identifikasi simplisia
Pemerian Berupa irisan pipih, bau has, rasa pedas, bentuk
hampir bundar sampai jorong atau titik beraturan, tebal 1-4 mm,
panjang 1-5 cm, lebar 0,5-3 cm, bagian tepi berombak dan
berkeriput, warna coklat sampai coklat kemerahan, bagian
tengah berwarna putih sampai putih kecoklatan, korteks sempit,
lebar lebih kurang 2 mm, warna putih.

Mikroskop Frakmen pengenal adalah butir amilum, parenkim,


periderm, berkas pengangkut penebalan spiral, parenkim dengan
sel sekresi dan beras pengangkut penebalan tangga.
b) Identifikasi srining fitokimia
Identifikasi senyawa rimbang kencur mengandung minyak atsiri
tidak kurang dari 2,40% v/b
c) Pola kromatografi
Lakukan kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada
romatografi < 61 > dengan parameter sebagai berikut

Fase gerak : Tolue P-etil asetat P (95:5)


Fase diam : Silika gel 60 F254
Larutan uji :10% dalam etanol P, gunakan
larutan iji KLT seperti nyang tertera
pada romatografi < 61 >

Larutan pembanding : Etil p-metoksisinamat 0,3% dalam


etanol p

Volume penotolan : totolkan 20𝜇𝑙 larutan uji dan 20𝜇𝑙


larutan pembanding

Deteksi : UV 254

Ket S : Simplisia rimbang kencur


P : Pembanding etil p-metoksisinamat
R : Pembanding etil p-metoksisinamat 0,30
R/ 1.0,30
R/ 2.O,40
R/ 3.0,80
b. Parameter nonspesifik
Susut pengeringan : tidak lebih dari 10% :
Abu total : tidak lebih dari 8,7%
Abu tidak larut asam : Tidak lebih dari 2,5%
Sari larut air :Tidak larut air 14,2%
Sari larut etanol ; Tidak kurang dari 4,2%

RIMPANG TEMU KUNCI (Boesenbergiae Rhizoma)


Rimpang Temu Kunci adalah rimpang Boesenbergiae pandurate
(Roxb) Schleect, sukuZingiberaceae, mengandung minyak atsiri
tidak kurang dari 0,32% v/b.
Standarisasi tanaman :
a. Spesifik
1. IdentifikasiSimplisia
Pemerian :Berupairisanhampirbulat, warnaputihkecoklatan,
baukhas, rasa agakpahit, menimbulkan rasa agaktebal di
lidah, kadang-kadangbercabang, lebarsampai 15 mm,
panjangsampai 25 mm, tebal 2-5 mm, permukaan luar tidak
rata, berwarna coklat muda sampai coklat kelabu, berkerut
melintang atau berkerut membujur, kadang-kadang terdapat
pangkal upih daun atau pangkal akar, bidang irisan berwarna
coklat muda kekuningan, bekaspatahan rata, berwarna
putihk ecoklatan.

2. Mikroskopik
Fragmen pengenala dalah tetes minyak atsiri, jaringan
gabus, butira milum dan beerkas pengangkut.
3. Senyawaidentitas :Pinostrobin
b. Non spesifik
1. Polakromatografi
Lakukan Kromatografi Lapis Tipis seperti yang terteradengan
parameter sebagaiberikut :
Fasegerak : n-HeksanP :etilasetat (4:1)
Fasediam : Silika gel 60 F254
Larutanuji : 5% dalametanol P
Larutanpembanding : Pinostrobin 1% dalametanol P
Volume penotolan : Totolkan 20 µL larutanujidan 10
µL larutanpembanding
Deteksi : UV254
Susutpengeringan : Tidaklebihdari 10%
Abu total : Tidaklebihdari 7,9%
Abu tidaklarutasam : Tidaklebihdari 2,9%
Sari larut air : tidakkurangdari 11,8%
Sari larutetanol : Tidakkurangdari 9,0%
Kandungan Kimia Simplisia
Kadar minyakatsiri : Tidakkurangdari 0,32% v/b

UMBI LAPIS BAWANG PUTIH ( AliSatibi Bulbus )


Umbi lapis bawang putih adalah umbi lapis allium sativum L., Suku
liliaceae, mengandung minyak Atsiri tidak kurang dari 0.50% v/b
Standarisasi tanaman
a. Spesifik
1. Identitas simplisia
Pemerian : bentuk berupa umbi lapis utuh, warna putih atau
putih keunguan, bau gas, rasa agak pahit. Umbi bawang putih
adalah umbi lapis yang terbentuk dari roset daun ,terdiri atas
beberapa umbi yang berkelompok membentuk sebuah umbi
yang besar.
2. Mikroskopik
Fregmen pengenal adalah parenkim, parenkim dengan tetes
minyak, berkas pengangkut, korteks, perenkim dengan resin
dan serabut.
5. Contoh jamu, OHT dan Fitofarmaka
1. JAMU
a. Pegal linu gingseng
Kandungan : Gingseng, lengkuas

b. Darsih
Kandungan : lempuyang wangi, kayu secang, bengle, sambiloto,
temulawak
c. Tolak angin
Kandungan : adas, kayu ules, daun cengkeh, jahe, daun mint,
kayu manis, madu

d. Sari temulawak
Kandungan : temulawak

2. OHT
a) Lelap
Kandungan : Valerianae radix, biji pala

b) Mastin
Kandungan : kulit manggis
c) Herbapain
Kandungan : DLBS 1442,Phaleria macrocarpa 200 mg

d) Antangin
Kandungan : jahe, daun mint, sembung, pala, kuyit, madu.

e) OB herbal
Kandungan : jahe, jeruk nipis, licorice

3. FITOFARMAKA
a. X-gra
Kandungan : ekstrak ganoderma lucidum, ekstak eurycomae
radix, ekstrak gingseng, ekstrak retrofracti fructus,royal jelly
b. Herbalwell
Kandungan : kayu manis dan bunga bungur

c. Vip albumin
Kandungan : ikan gabus

d. Stimuno
Kandungan : ekstrak kering phyllanthus niruri L 50 MG

e. Tensigard
Kandungan :ekstrak apii herba 92 mg, Orthosiphonis folium 28 mg
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Peyne 2000, “Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber


Bahan Obat”, Pusat Penelitian Universitas Negeri Andalas, Padang.

Akhyar 2010,“Uji Daya Hambat dan Analisis Klt Bioautografi Ekstrak Akar
danBuah Bakau (Rhizophora stylosa griff) terhadap vibrio
harveyi”,Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Azam Khan 2012,“Prinsip Kerja Ekstraktor Soxhlet”

Ditjen POM 1979, “Farmakope Indonesia Edisi III”, Depkes RI, Jakarta.
Hamdani, 2014 “Maserasi:.

Rene Nursaerah M. L. 2011,“Mempelajari Ekstraksi Pigmen Antosianin


dari Kulit Manggis dengan Berbagai Jenis Pelarut”, Universitas
Pasundan, Bandung.

Rahman Dunggio 2012, “Soxhletasi”.

Seidel V. Initial and ulkextraction. In: Sarker SD, Latif Z &amp; Gray Al,
edi-tors. Natural product Isolation, 2nd ed. Totowa (Ney Jersey).
Humana Press Inc. 2006. hal. 31-5.

Sudjadi 1986, “Metode Pemisahan”, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah


Mada, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai