Anda di halaman 1dari 15

masyarakat heterogen adalah masyarakat yang terdiri dari berbagai latar belakang seperti

kebudayaan, ras (etnik), bahasa, ideologi, status sosial, dan lain-lain.


Masyarakat heterogen adalah kumpulan orang orang dalam jumlah besar dan bisa tak terhingga yang
terdiri dari beberapa keluarga yang cukup banyak yang berbeda tentang ekonomi, sosial, suku, bahasa dan
adat istiadatnya.

Stain gigi adalah deposit berpigmen pada permukaan gigi dan merupakan salah satu masalah
estetik.
stain gigi adalah warna yang menempel di atas permukaan gigi biasanya terjadi karena perlekatan
warna makanan, minuman atau rokok yang meninggalkan warna kecoklatan pada gigi, yang terjadi
secara perlahan dalam jangka waktu yang panjang

Survei adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pertanyaan terstruktur yang sama pada
setiap orang, kemudian semua jawaban yang diperoleh peneliti dicatat, diolah, dan dianalisis.
survei adalah salah satu pendekatan penelitian yang pada umumnya digunakan untuk pengumpulan
data yang luas dan banyak. survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari
kedudukan (status), fenomena (gejala) dan menentukankesamaan status dengan cara
membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan
survei memiliki arti pengamatan/penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang jelas dan
baik terhadap suatu persoalan di dalam suatu daerah tertentu. Tujuan dari survei adalah untuk
mendapatkan gambaran yang mewakili suatu daerah dengan benar.

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili seluruh karakteristik dari populasi.
Sampel merupakan bagian populasi penelitian yang digunakan untuk memperkirakan hasil dari suatu
penelitian. Sedangkan teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berkaitan
dengan cara-cara pengambilan sampel

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2001: 56).


Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran
sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan
penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif. (Margono, 2004)

Tujuan Pengambilan Sampel;

 Populasi terlalu banyak atau jangkauan terlalu luas sehingga tidak memungkinkan dilakukan
pengambilan data pada seluruh populasi.
 Keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya.
 Adanya asumsi bahwa seluruh populasi seragam sehingga bisa diwakili oleh sampel.

Tahapan Pengambilan Sample diantaranya;

 Mendefinisikan populasi yang akan diamati


 Menentukan kerangka sampel dan kumpulan semua peristiwa yang mungkin
 Menentukan teknik atau metode sampling yang tepat
 Melakukan pengambilan sampel (pengumpulan data)
 Melakukan pemeriksaan ulang pada proses sampling
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPLE LENGKAP

Cara Pengambilan Sampel bermacam-macam tergantung jenis penelitian yang akan dilakukan.
Secara garis besar, metode pengambilan sampel terdiri dari 2 kelas besar yaitu

 Probability Sampling (Random Sample)


 Non- Probability Sampling (Non-Random Sample).

Kedua jenis tersebut terdiri dari pengambilan secara acak dan pengambilan sampel tidak acak. Kedua
jenis ini juga memiliki sub – sub lain yang diantaranya adalah purposive sampling, snowball
samping, cluster sampling dll.

PROBABILITY SAMPLING

Probability sampling adalah Metode pengambilan sampel secara random atau acak. Dengan cara
pengambilan sampel ini. Seluruh anggota populasi diasumsikan memiliki kesempatan yang sama
untuk terpilih menjadi sampel penelitian. Metode ini terbagi menjadi beberapa jenis yang lebih
spesifik, antara lain:

1. Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

Pengambilan sampel acak sederhana disebut juga Simple Random Sampling. teknik penarikan
sampel menggunakan cara ini memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi
untuk menjadi sampel penelitian. Cara pengambilannya menggunakan nomor undian.
Terdapat 2 pendapat mengenai metode pengambilan sampel acak sederhana. Pendapat
pertama menyatakan bahwa setiap nomor yang terpilih harus dikembalikan lagi sehingga setiap
sampel memiliki prosentase kesempatan yang sama. Pendapat kedua menyatakan bahwa tidak
diperlukan pengembalian pada pengambilan sampel menggunakan metode ini. Namun, metode yang
paling sering digunakan adalah Simple Random Sampling dengan pengembalian.

Kelebihan metode ini yaitu dapat mengurangi bias dan dapat mengetahui standard error penelitian.
Sementara kekurangannya yaitu tidak adanya jaminan bahwa sampel yang terpilih benar-benar dapat
merepresentasikan populasi yang dimaksud.

Contoh Pengambilan Sampel Metode Acak Sederhana:


Dalam suatu penelitian dibutuhkan 30 sampel, sedangkan populasi penelitian berjumlah 100 orang.
Selanjutnya peneliti membuat undian untuk mendapatkan sampel pertama.
Setelah mendapatkan sampel pertama, maka nama yang terpilih dikembalikan lagi agar populasi
tetap utuh sehingga probabilitas responden berikutnya tetap sama dengan responden pertama.
Langkah tersebut kembali dilakukan hingga jumlah sampel memenuhi kebutuhan penelitian.

2. Pengambilan Sampel Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)

Metode pengambilan sampel acak sistematis menggunakan interval dalam memilih sampel
penelitian. Misalnya sebuah penelitian membutuhkan 10 sampel dari 100 orang, maka jumlah
kelompok intervalnya 100/10=10. Selanjutnya responden dibagi ke dalam masing-masing kelompok
lalu diambil secara acak tiap kelompok.

Contoh Sampel Acak Sistematis adalah pengambilan sampel pada setiap orang ke-10 yang datang
ke puskesmas. Jadi setiap orang yang datang di urutan 10,20,30 dan seterusnya maka itulah yang
dijadikan sampel penelitian

3. Pengambilan Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling)

Metode Pengambilan sampel acak berstrata mengambil sampel berdasar tingkatan tertentu. Misalnya
penelitian mengenai motivasi kerja pada manajer tingkat atas, manajer tingkat menengah dan
manajer tingkat bawah. Proses pengacakan diambil dari masing-masing kelompok tersebut.

4. Pengambilan Sampel Acak Berdasar Area (Cluster Random Sampling)

Cluster Sampling adalah teknik sampling secara berkelompok. Pengambilan sampel jenis ini
dilakukan berdasar kelompok / area tertentu. Tujuan metode Cluster Random Sampling antara lain
untuk meneliti tentang suatu hal pada bagian-bagian yang berbeda di dalam suatu instansi.
Misalnya, penelitian tentang kepuasan pasien di ruang rawat inap, ruang IGD, dan ruang poli di RS
A dan lain sebagainya.

5. Teknik Pengambilan Sampel Acak Bertingkat (Multi Stage Sampling)

Proses pengambilan sampel jenis ini dilakukan secara bertingkat. Baik itu bertingkat dua, tiga atau
lebih.
Misalnya -> Kecamatan -> Gugus -> Desa -> RW – RT

NON- PROBABILITY SAMPLING / NON RANDOM SAMPLE

1. Purposive Sampling

Purposive Sampling adalah teknik sampling yang cukup sering digunakan. Metode ini menggunakan
kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih sampel. Kriteria pemilihan sampel terbagi
menjadi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan tujuan penelitian.
Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria khusus yang menyebabkan calon responden yang
memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari kelompok penelitian. Misalnya, calon responden
mengalami penyakit penyerta atau gangguan psikologis yang dapat memengaruhi hasil penelitian.

Contoh Purposive Sampling: penelitian tentang nyeri pada pasien diabetes mellitus yang
mengalami luka pada tungkai kaki. Maka kriteria inklusi yang dipakai antara lain:

1. Penderita Diabetes Melitus dengan luka gangrene (luka pada tungkai kaki)
2. Usia 18-59 tahun
3. Bisa membaca dan menulis
Kriteria eksklusi:

1. Penderita Diabetes Melitus yang memiliki penyakit penyerta lainnya seperti gangguan ginjal,
gagal jantung, nefropati, dan lain sebagainya.
2. Penderita Diabetes Melitus yang mengalami gangguan kejiwaan.

2. Snowball Sampling

Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan wawancara atau korespondensi.
Metode ini meminta informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan sampel berikutnya, demikian
secara terus menerus hingga seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi.
Metode pengambilan sampel Snowball atau Bola salju ini sangat cocok untuk penelitian mengenai
hal-hal yang sensitif dan membutuhkan privasi tingkat tinggi, misalnya penelitian tentang kaum
waria, penderita HIV, dan kelompok khusus lainnya.

3. Accidental Sampling

Pada metode penentuan sampel tanpa sengaja (accidental) ini, peneliti mengambil sampel yang
kebetulan ditemuinya pada saat itu. Penelitian ini cocok untuk meneliti jenis kasus penyakit langka
yang sampelnya sulit didapatkan.
Contoh penggunan metode ini, peneliti ingin meneliti tentang penyakit Steven Johnson Syndrom
yaitu penyakit yang merusak seluruh mukosa atau lapisan tubuh akibat reaksi tubuh terhadap
antibiotik.

Kasus Steven Johnson Syndrome ini cukup langka dan sulit sekali menemukan kasus tersebut.
Dengan demikian, peneliti mengambil sampel saat itu juga, saat menemukan kasus tersebut.
Kemudian peneliti melanjutkan pencarian sampel hingga periode tertentu yang telah ditentukan oleh
peneliti.
Tehnik pengambilan sampel dengan cara ini juga cocok untuk penelitian yang bersifat umum,
misalnya seorang peneliti ingin meneliti kebersihan Kota Bandung. Selanjutnya dia menanyakan
tentang kebersihan Kota Bandung pada warga Bandung yang dia temui saat itu.

4. Quota Sampling

Metode pengambilan sampel ini disebut juga Quota Sampling. Tehnik sampling ini mengambil
jumlah sampel sebanyak jumlah yang telah ditentukan oleh peneliti. Kelebihan metode ini yaitu
praktis karena sampel penelitian sudah diketahui sebelumnya, sedangkan kekurangannya yaitu bias
penelitian cukup tinggi jika menggunakan metode ini.

Teknik pengambilan sampel dengan cara ini biasanya digunakan pada penelitian yang memiliki
jumlah sampel terbatas. Misalnya, penelitian pada pasien lupus atau penderita penyakit tertentu.
Dalam suatu area terdapat 10 penderita lupus, maka populasi tersebut dijadikan sampel secara
keseluruhan , inilah yang disebut sebagai Total Quota Sampling.

5. Teknik Sampel Jenuh

Teknik Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel yang menjadikan semua anggota populasi
sebagai sampel. dengan syarat populasi yang ada kurang dari 30 orang.
1. Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama
kepada setiap anggota populasi untuk menjadi sampel. Teknik ini meliputi simpel random
sampling, sistematis sampling, proportioate stratified random sampling, disproportionate
stratified random sampling, dan cluster sampling

Simple random sampling

Teknik adalah teknik yang paling sederhana (simple). Sampel diambil secara acak, tanpa
memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi.

Misalnya :
Populasi adalah siswa SD Negeri XX Jakarta yang berjumlah 500 orang. Jumlah sampel
ditentukan dengan Tabel Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan adalah sebesar 5%
sehingga jumlah sampel ditentukan sebesar 205.
Jumlah sampel 205 ini selanjutnya diambil secara acak tanpa memperhatikan kelas, usia dan
jenis kelamin.

Sampling Sistematis

Adalah teknik sampling yang menggunakan nomor urut dari populasi baik yang berdasarkan
nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun nomor identitas tertentu, ruang dengan
urutan yang seragam atau pertimbangan sistematis lainnya.

Contohnya :
Akan diambil sampel dari populasi karyawan yang berjumlah 125. Karyawan ini diurutkan dari 1
– 125 berdasarkan absensi. Peneliti bisa menentukan sampel yang diambil berdasarkan nomor
genap (2, 4, 6, dst) atau nomor ganjil (1, 2, 3, dst), atau bisa juga mengambil nomor kelipatan (2,
4, 8, 16, dst)

Proportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan sampelnya
memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi.

Misalnya, populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah 125. Dengan rumus Slovin (lihat
contoh di atas) dan tingkat kesalahan 5% diperoleh besar sampel adalah 95. Populasi sendiri
terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan) yang masing-masing berjumlah
:

Marketing : 15
Produksi : 75
Penjualan : 35
Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masinng bagian tersebut ditentukan
kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang
ditentukan

Marketing : 15 / 125 x 95 = 11,4 dibulatkan 11


Produksi : 75 / 125 x 95 = 57
Penjualan : 35 / 125 x 95 = 26.6 dibulatkan 27

Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 11 + 57 + 27 = 95 sampel.

Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti adalah keterogen (tidak sejenis) yang
dalam hal ini berbeda dalam hal bidangkerja sehingga besaran sampel pada masing-masing strata
atau kelompok diambil secara proporsional untuk memperoleh

Disproportionate Stratified Random Sampling

Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang hampir mirip dengan
proportionate stratified random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun,
ketidakproporsionalan penentuan sample didasarkan pada pertimbangan jika anggota populasi
berstrata namun kurang proporsional pembagiannya.

Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata berdasarkan tingkat
pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak seimbang yaitu :

SMP : 100 orang


SMA : 700 orang
DIII : 180 orang
S1 : 10 orang
S2 : 10 orang

Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu kecil
dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan sebagai
sampel

Cluster Sampling

Cluster sampling atau sampling area digunakan jika sumber data atau populasi sangat luas
misalnya penduduk suatu propinsi, kabupaten, atau karyawan perusahaan yang tersebar di
seluruh provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya, maka wilayah populasi
terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan jumlah sample yang digunakan pada
masing-masing daerah tersebut dengan menggunakan teknik proporsional stratified random
sampling mengingat jumlahnya yang bisa saja berbeda.

Contoh :
Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar mengajar di tingkat SMU. Populasi
penelitian adalah siswa SMA seluruh Indonesia. Karena jumlahnya sangat banyak dan terbagi
dalam berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya dilakukan dalam tahapan sebagai berikut :

Tahap Pertama adalah menentukan sample daerah. Misalnya ditentukan secara acak 10 Provinsi
yang akan dijadikan daerah sampel.

Tahap kedua. Mengambil sampel SMU di tingkat Provinsi secara acak yang selanjutnya disebut
sampel provinsi. Karena provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak SMU
tingkat Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut Kabupaten Sampel), dan
seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa yang akan dijadikan sampel. Setelah digabungkan,
maka keseluruhan SMU yang dijadikan sampel ini diharapkan akan menggambarkan
keseluruhan populasi secara keseluruhan.

2. Non Probabilty Sampel

Non Probability artinya setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang
sama sebagai sampel. Teknik-teknik yang termasuk ke dalam Non Probability ini antara lain :
Sampling Sistematis, Sampling Kuota, Sampling Insidential, Sampling Purposive, Sampling
Jenuh, dan Snowball Sampling.

Sampling Kuota,

Adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari populasi yang memiliki ciri
tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan.

Misalnya akan dilakukan penelitian tentang persepsi siswa terhadap kemampuan mengajar guru.
Jumlah Sekolah adalah 10, maka sampel kuota dapat ditetapkan masing-masing 10 siswa per
sekolah.

Sampling Insidential,

Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan
(insidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan karakteristik sampel yang
ditentukan akan dijadikan sampel.

Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A. Sampel ditentukan
berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall A tersebut, maka siapa saja
yang kebetulan bertemu di depan Mall A dengan peneliti (yang berusia di atas 15 tahun) akan
dijadikan sampel.

Sampling Purposive,

Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga
layak dijadikan sampel. Misalnya, peneliti ingin meneliti permasalahan seputar daya tahan mesin
tertentu. Maka sampel ditentukan adalah para teknisi atau ahli mesin yang mengetahui dengan
jelas permasalahan ini. Atau penelitian tentang pola pembinaan olahraga renang. Maka sampel
yang diambil adalah pelatih-pelatih renang yang dianggap memiliki kompetensi di bidang ini.
Teknik ini biasanya dilakukan pada penelitian kualitatif.

Sampling Jenuh,

Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan jika populasi
dianggap kecil atau kurang dari 100. Saya sendiri lebih senang menyebutnya total sampling.

Misalnya akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di SMA XXX Jakarta. Karena jumlah
guru hanya 35, maka seluruh guru dijadikan sampel penelitian.

Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil kemudian terus
membesar ibarat bola salju (seperti Multi Level Marketing….). Misalnya akan dilakukan
penelitian tentang pola peredaran narkoba di wilayah A. Sampel mula-mula adalah 5 orang Napi,
kemudian terus berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau responden teruuus
berkembang sampai ditemukannya informasi yang menyeluruh atas permasalahan yang diteliti.

Teknik ini juga lebih cocok untuk penelitian kualitatif.

C. Yang perlu diperhatikan dalam Penentuan Ukuran Sampel

Ada dua hal yang menjadi pertimbannga dalam menentukan ukuran sample. Pertama ketelitian
(presisi) dan kedua adalah keyakinan (confidence).

Ketelitian mengacu pada seberapa dekat taksiran sampel dengan karakteristik populasi.
Keyakinan adaah fungsi dari kisaran variabilitas dalam distribusi pengambilan sampel dari rata-
rata sampel. Variabilitas ini disebut dengan standar error, disimbolkan dengan S-x

Semakin dekat kita menginginkan hasil sampel yang dapat mewakili karakteristik populasi, maka
semakin tinggi ketelitian yang kita perlukan. Semakin tinggi ketelitian, maka semakin besar
ukuran sampel yang diperlukan, terutama jika variabilitas dalam populasi tersebut besar.

Sedangkan keyakinan menunjukkan seberapa yakin bahwa taksiran kita benar-benar berlaku bagi
populasi. Tingkat keyakinan dapat membentang dari 0 – 100%. Keyakinan 95% adalah tingkat
lazim yang digunakan pada penelitian sosial / bisnis. Makna dari keyakinan 95% (alpha 0.05) ini
adalah “setidaknya ada 95 dari 100, taksiran sampel akan mencerminkan populasi yang
sebenarnya”.

B. Tujuan Pengambilan Sampel

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, pengambilan sampel pada sebuah penelitian hanya
dilakukan jika sampel adalah sebuah keharusan. Dasar yang digunakan dalam pengambilan sampel
diakibatkan oleh alasan bersifat konstruktif, destruktif, atau alasan yang bersifat teknis sehingga sampel
adalah satu-satunya solusi. Adapun alasan yang bekenaan dengan pengambilan sampel adalah sebagai
berikut:

1. Percobaan yang bersifat merusak

Percobaan yang bersifat merusak membutuhkan sebuah sampel dan diambil seminimal mungkin agar
dapat menekan resiko selama percobaan dilaksanakan. Hal yang paling baik digunakan sebagai contoh
dalam kasus ini adalah uji glukosa darah seseorang atau daya tahan hewan ternak di kabupaten Sleman
terhadap kadar besi dalam air. Dalam kasus ini pengujian darah digunakan seminimal mungkin selama
kadar glukosa dalam dalam dapat diketahui karena tentu saja sangat berbahaya jika mengambil sebagian
darah dari pasien.

Pada kasus hewan ternak, kemungkinan mengambil satu ekor hewan ternak tidak mewakili populasi
karena adanya perbedaan dari setiap individu dari masing-masing hewan. Masalah ini dapat ditangani
dengan cara mengelompokkan hewan tersebut berdasarkan makanan pokok yang diberikan oleh peternak,
berdasarkan ketinggian dan lokasi peternakan atau berdasarkan jenis hewan yang diternakkan. Sampel
yang digunakan kemudian dicukupkan sampai seluruh karakteristik dari populasi.

2. Masalah Teknis Penelitian

Pada sebuah penelitian yang bersifat psikologi jumlah sampel besar akan menghasilkan data yang lebih
variatif dan lebih lengkap dibandingkan dengan jumlah sampel sedikit. Semakin banyak sampel yang
digunakan semakin baik namun ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan peneliti untuk
mengakhiri jumlah sampel yang digunakan. Hal ini terkait masalah teknis penelitian yakni terkait masalah
dana, waktu dan keakuratan data. Peneliti harus pandai melihat kondisi data yang diambil, pada saat data
sudah jenuh atau tidak menunjukkan perubahan sama sekali sebaiknya pengumpulan data dihentikan
karena hanya akan menghabiskan waktu, dan biaya. Pada kasus tertentu beberapa peneliti bahkan
bermasalah pada proses memasukkan data karena jumlah sampel yang berlebih.

Hal yang paling penting diperhatikan dalam kasus teknis adalah data penelitian. Penghentian dilakukan
ketika data yang dikumpulkan sudah jenuh dan tidak menunjukkan perubahan atau bisa jadi tidak ada
jenis statistik inferensi yang sesuai dengan jumlah data yang sangat besar sehingga pengambilan data
yang besar menjadi sia-sia. Sebagai contoh berdasarkan pengalaman penulis, pada pengukuran dan
analisis kualitas item soal dengan menggunakan RASH model, Analisis data yang terdistribusi mulai dari
rantang 100 sampai dengan 1000 masih menunjukkan perubahan nilai dari setiap item namun jika sampel
yang digunakan lebih dari 1000 misalnya 1500 atau 2000 responden, hasil analisis kualitas soal tidak
menunjukkan perbedaan yang berarti sehingga pengambilan kelebihan 500 responden menjadi sia-sia.

C. Syarat Pengambilan Sampel

Sampel harus memiliki seluruh kriteria dari populasi oleh karean pertimbangan pengambilan sampel
harus memiliki dua kriteria yakni

1. Presisi

Presisi dari sampel adalah pertimbangan mengenai estimasi yang mungkin muncul dalam pengambilan
data yang diakibatkan oleh sampel. Salah satu cara untuk estimasi data ini adalah melihat standar deviasi
dari data yang ada. Sampel yang digunakan harus baik dari segi kualitas dan kuantitas. Sebagai contoh
rata-rata penghasilan di perumahan A adalah Rp 25.500.000 yang didapatkan dari dua orang sampel
dengan penghasilan sampel X sebanyak Rp 50.000.000 dan sampel Y sebanyak 1.000.000. Kesimpulan
rata-rata dari perumahan berdasarkan operasi matematis sudah benar namun pada kajian statistik dan
kesimpulan tentu saja tidak benar. Penambahan julah sampel adalah salah satu cara untuk mengurangi
kesalahan analisis data.

2. Akurasi

Akurasi mengacu kepada sifat dan karakter dari sampel yang digunakan. Sebuah populasi yang homogen
hanya terdapat pada kasus yang bersifat teoritik. Sifat dan karater dari sampel yang diambil terkadang
tidak sesuai dengan keadaan populasi karena pengaruh banyak hal. Peneliti harus memiliki kemampuan
untuk mengetahui secara detail karakter dari setiap sampel yang digunakan dan disesuaikan dengan
karakter dari populasi.

Beberapa kasus mungkin saja mengurangi akurasi dari pengambilan sampel seperti kasus penelitian
terhadap pengaruh jam belajar di luar jam sekolah di kabupaten A. Sebuah sekolah khusus seperti proyek
pemerintah atau boarding school tentu saja tidak boleh dimasukkan karena adanya karakter yang berbeda
dari populasi secara keseluruhan.

D. Ukuran Sampel

Pada dasarnya tidak ada aturan baku mengenai pengambilan ukuran dari sampel selama sampel sudah
mewakili karakteristik dari populasi. Namun dalam penelitian yang bersifat psikologi seperti pada
penelitian pendidikan, Semakin besar jumlah akan menghasilkan data yang lebih stabil. Selain dari
karakteristik peneliti juga harus mempertimbangkan jumlah data yang dibutuhkan untuk keperluan
analisis Statistik. Sebagai contoh jika penelitian yang dilakukan bertujuan untuk membandingkan dua bua
grouph dengan satu variabel pembanding, analisis yang dilakukan untuk data yang terdistribusi normal
adalah untuk distribusi t mengharuskan minimal jumlah data terdiri dari 30 data karena kurang dari itu
tidak menghasilkan analisis yang baik dan tidak lebih dari 60 data.

Beberapa ahli memberikan gambaran mengenai jumlah sampel yang berbeda-beda namun pertimbangan
jenis dan bidang penelitian sebaiknya dijadikan acuan untuk memilih ukuran sampel. Sebagai gambaran
pendapat beberapa ahli mengenai jumlah sampel

Gay dan Diehl (1992) pada kajian penelitian untuk kelas bisni dan manajemen memberikan sara ukuran
sampel minimal:
a.Penelitian deskriptif, jumlah sampel minimum adalah 10% dari populasi
b.Penelitian korelasi, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek
c.Penelitian kausal perbandingan, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek per group
d.Penelitian eksperimental, jumlah sampel minimum adalah 15 subjek per group

Frankel dan Wallen (1993) pada kajian penelitian evaluasi pendidikan menyarankan

 Penelitian deskriptif jumlah sampel minimum adalah 100 sampel


 Penelitian jumlah sampel minimum adalah 50 sampel
 Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30 sampel untuk setiap group
 Penelitian eksperimental sebanyak 30 atau 15 per group

Roscoe, Ukuran sampel penelitian dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu :

 Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian
 Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel
minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
 Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x
lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
 Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang ketat, penelitian yang
sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
 Isaac dan Michael memberikan gambaran mengenai metode pengambilan sampel disesuaikan dengan
taraf signifikansi dari penelitian yakni 1%, 5%, dan 10%. Jumlah sampel sampel selanjutnya dihitung
dengan persamaan

E. Teknik Pengambilan Sampel atau Sampling

Teknik sampling adalah sebuah metode atau cara yang dilakukan untuk menentukan jumlah dan anggota
sampel. Setiap anggota tentu saja wakil dari populasi yang dipilih setelah dikelompokkan berdasarkan
kesamaan karakter. Teknik sampling yang digunakan juga harus disesuaikan dengan tujuan dari
penelitian.

Populasi terdiri dari sekumpulan individu yang bersifat heterogen terbatas. Ada banyak variasi variabel
yang melekat pada masing-masing individu. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh faktor internal dan
eksternal dari individu seperti halnya wilayah tempat tinggal, tingkat pendidikan, budaya atau gaya hidup
dalam suatu daerah tertentu. Subjektifitas dari individu-individu yang memiliki sifat determinan yang
berulang pada populasi akhirnya membentuk karakter dari populasi secara umum. Berdasarkan karakter
ini, dapat disimpulkan bahwa pengambilan sampel dari populasi tidak bisa dilakukan begitu saja namun
dibutuhkan suatu teknik agar sampel yang ditarik tetap representatif

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel atau sampling adalah seluruh variabel yang
berkaitan dengan penelitian. Unsur-unsur khusus yang melekat pada pribadi tentu saja perlu diperhatikan
karena individu dengan kemampuan khusus dalam sampel akan membawa bias data dan tentu saja
mempengaruhi distribusi data yang ada. Kesesuaian karakteristik daerah, tingkatan, dan juga
kecenderungan khusus juga perlu dipertimbangkan dalam memilih teknik sampling yang sesuai

F. Jenis dan Metode Sampling

Sampling secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua (2) kelompok, yaitu Probability sampling
dan Nonprobability sampling. Adapun Probability sampling menurut Sugiyono adalah teknik sampling
yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Sedangkan Nonprobability sampling menurut Sugiyono adalah teknik yang tidak memberi
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

1) Probability sampling

Probability sampling menuntut bahwasanya secara ideal peneliti telah mengetahui besarnya populasi
induk, besarnya sampel yang diinginkan telah ditentukan, dan peneliti bersikap bahwa setiap unsur atau
kelompok unsur harus memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Adapun jenis-jenis
Probability sampling adalah sebagai berikut :
a) Simple random sampling
Menurut Kerlinger (2006:188), simple random sampling adalah metode penarikan dari sebuah populasi
atau semesta dengan cara tertentu sehingga setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang
yang sama untuk terpilih atau terambil.

Menurut Sugiyono (2001:57) dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan sampel anggota
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Margono
(2004:126) menyatakan bahwa simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang
langsung dilakukan pada unit sampling. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap
homogen. Teknik ini dapat dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak
terlalu besar. Misal, populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1 (unit sampling). Untuk
memperoleh sampel sebanyak 150 orang dari populasi tersebut, digunakan teknik ini, baik dengan cara
undian, ordinal, maupun tabel bilangan random. Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini.

Gambar 1. Teknik Simpel Random Sampling (Sugiyono, 2001: 58)

b) Proportionate stratified random sampling


Margono (2004: 126) menyatakan bahwa stratified random sampling biasa digunakan pada populasi yang
mempunyai susunan bertingkat atau berstrata. Menurut Sugiyono (2001: 58) teknik ini digunakan bila
populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Misalnya
suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari berbagai latar belakang pendidikan, maka populasi
pegawai itu berstrata. Populasi berjumlah 100 orang diketahui bahwa 25 orang berpendidikan SMA, 15
orang diploma, 30 orang S1, 15 orang S2 dan 15 orang S3. Jumlah sampel yang harus diambil meliputi
strata pendidikan tersebut dan diambil secara proporsional.

c) Disproportionate stratified random sampling


Sugiyono (2001: 59) menyatakan bahwa teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila
populasinya berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya pegawai dari PT tertentu mempunyai
mempunyai 3 orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang lulusan SMU, 700
orang lulusan SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan empat orang S2 itu diambil semuanya sebagai sampel.
Karena dua kelompok itu terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP.

d) Area (cluster) sampling (sampling menurut daerah)


Teknik ini disebut juga cluster random sampling. Menurut Margono (2004: 127), teknik ini digunakan
bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok
individu atau cluster. Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten.
Indonesia memiliki 34 propinsi dan akan menggunakan 10 propinsi. Pengambilan 10 propinsi itu
dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat, karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata maka
pengambilan sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Contoh tersebut dikemukakan
oleh Sugiyono sedangkan contoh lainnya dikemukakan oleh Margono (2004: 127). Ia mencotohkan bila
penelitian dilakukan terhadap populasi pelajar SMU di suatu kota. Untuk random tidak dilakukan
langsung pada semua pelajar-pelajar tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau cluster.

Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel
daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.
Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini.

Gambar 2. Teknik Cluster Random Sampling (Sugiyono, 2001: 59)

2) Nonprobability sampling

Non Probability sampling adalah sebuah teknik sampling yang tidak memperhatikan banyak variabel
dalam penarikan sampel. Sampel-sampel dari Nonprobability Sampling juga disebut sebagai subjek
penelitian dimana hasil dari uji yang dilakukan pada sampling tidak memiliki hubungan dengan populasi.
Tujuan penggunaan teknik sampling ini lebih banyak melekat pada materi yang diujikan sedangkan pada
random sampling atau probability Sampling, tujuan penelitian melekat pada nilai dari materi pada
populasi yang diujikan.

a) Sampling sistematis
Sugiyono (2001:60) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari
100 orang. Dari semua anggota diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan
sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu,
misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk itu, yang diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan
seterusnya sampai 100.

b) Quota sampling
Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling kuota adalah teknik untuk menentukan
sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Menurut
Margono (2004: 127) dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan
dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap
kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah kuota terpenuhi,
pengumpulan data dihentikan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian terhadap pegawai golongan II
dan penelitian dilakukan secara kelompok. Setelah jumlah sampel ditentukan 100 dan jumlah anggota
peneliti berjumlah 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas sesuai
dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.

c) Sampling aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2001: 60). Menurut Margono (2004: 27) menyatakan
bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih dahulu. Peneliti langsung
mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui. Misalnya penelitian tentang pendapat umum
mengenai pemilu dengan mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai unit sampling.
Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap orang dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah yang
diharapkan terpenuhi.

d) Purposive sampling
Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono (2004:128), pemilihan sekelompok subjek dalam
purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat
dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit sampel yang dihubungi
disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian. Misalnya,
akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai maka sampel yang dipilih adalah orang yang
memenuhi kriteria-kriteria kedisiplinan pegawai.

e) Sampling jenuh
Menurut Sugiyono (2001:61) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang
dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

f) Snowball sampling
(Sugiyono, 2001: 61), Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya
kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya,
sehingga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding semakin lama semakin
besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan purposive dan snowball sampling. Teknik sampel
ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. Snowball Sampling (Sugiyono, 2001: 61)


Sumber Bacaan dan Referensi

Fraenkel, J. & Wallen, N. (1993). How to Design and evaluate research in education. (2nd ed). New
York: McGraw-Hill Inc.

Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992), Research Methods for Business and. Management, MacMillan
Publishing Company, New York

Hair, J.F., W.C. Black, B.J. Babin, R.E. anderson, R.L.Tatham, (2006). Multivariate Data Analysis,
6 Ed., New Jersey : Prentice Hall

Karlingger, Fred N. 1987. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta : UGM

Krejcie, R. V., & Morgan, D. W. (1970). Determining sample size for research activities. Educational and
Psychological Measurement, 30, 607-610.

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai