Oleh :
Kelompok 11
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
1. Perhitungan Roe
2. Komponen-Komponen Roe
Perubahan dari Situasi kedua ke situasi ketiga menunjukkan hal yang sebaliknya.
Pada situasi ini, hutang juga semakin meningkat yang mengakibatkan meningkatnya
bunga dan menurunnya CEL nya. LSM semakin meningkat karena semakin mengecilnya
saham sendiri perusahaan. Tetapi naiknya LSM tidak cukup untuk mengimbangi
penurunan CEL, sehingga efek bersih adalah turunnya leverage yang disesuaikan dari 1,8
menjadi 1,5.
Secara umum kenaikan LSM akan diikuti dengan menurunnya CEL. Efek bersih
dari keduanya akan menentukan apakah leverage yang disesuaikan akan naik atau turun
dan dengan demikian menentukan apakah ROE akan naik atau turun.
Apabila ROA naik, maka laba yang tersedia untuk pemegang saham biasa juga
akan mengalami kenaikan. Ini berakibat naiknya faktor yang dibagi (numerator) pada
rumus CEL. Denominator pada CEL juga mengalami kenaikan (karena laba yang
tersedia untuk pemegang saham biasa juga naik), tetapi efek bersih adalah kenaikan
CEL. Leverage yang disesuaikan mengalami peningkatan dari 1,50 menjadi 1,79. Hal ini
disebabkan karena CEL mengalami peningkatan dari 0,60,menjadi 0,71. Leverage
struktur permodalan antara kedua situasi tersebut tetap (2,5) karena struktur utang (dan
dengan demikian bunganya) tetap. Naiknya leverage yang disesuaikan disertai dengan
naiknya ROA akan mengakibatkan kenaikan ROE yang cukup berarti. Secara umum
kenaikan ROA akan meningkatkan CEL dan penurunan ROA juga akan memperkecil
CEL.
Pada tabel tersebut, dapat diketahui dari kondisi pertama bahwa ROA yang
dihasilkan adalah 10%. Biaya modal utang sesudah pajak adalah 6%, berarti terdapat
kelebihan sebesar 4% menjadi hak pemegang saham biasa. Pemegang utang berhak atas
6% dari ROA untuk setiap rupiah dana (dalam hal ini utang) yang ditanamkan ke aset
perusahaan. Pemegang saham preferen berhak atas 8% dari ROA untuk setiap rupiah
dana (dalam hal ini saham preferen) yang ditanamkan ke aset perusahaan. Biaya modal
saham preferen adalah 8%, yang berarti sisa sebesar 2% (10% - 8%) menjadi hak
pemegang saham biasa. Sementara itu pemegang saham biasa juga berhak atas 10% atas
setiap rupiah dana yang mereka tanamkan ke aset perusahaan. Dengan demikian hak
pemegang saham biasa dapat dihitung sebagai berikut:
Dengan struktur modal 40% utang, 20% saham preferen, dan 40% saham biasa,
dan dengan tingkat bunga utang 6%, ROE yang dihasilkan adalah negatif 2,5% pada
ROA sebesar 3%. Apabila tingkat utang yang yang digunakan tidak terlalu besar, ROA
sebesar 3% akan menghasilkan ROE yang lebih besar dibanding negatif 2,5%. Jadi,
dapat disimpulkan dalam penentuan struktur modal yang optimal harus
memperhitungkan faktor risiko dan return. Jika semakin tinggi utang, maka semakin
tinggi return (kecuali kalau sudah mencapai batas maksimum), tetapi risikonya juga
menjadi semakin tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Mahmud. M, dan Halim, Abdul. 2016. Analisis Laporan Keuangan Edisi Kelima.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN