Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006) dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia menjelasan bahwa komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggungjawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan independensinya dari manajemen. Komite audit merupakan salah satu unsur kelembagaan dalam konsep Good Corporate Governance yang diharapkan mampu memberikan kontribusi tinggi dalam level penerapannya. Keberadaannya diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengawasan internal perusahaan, serta mampu mengoptimalkan mekanisme checks and balances yang pada akhirnya ditujukan untuk memberikan perlindungan yang optimum kepada para pemegang saham dan stakeholder lainnya.
B. Peran Komite Audit
Peran Komite Audit menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) adalah mengawasi dan memberi masukan kepada dewan komisaris dalam hal terciptanya mekanisme pengawasan. Peran penting komite audit untuk menciptakan good corporate governance, membuat adanya tuntutan untuk mempertahankan independensi komite audit dalam rangka menjalankan fungsi pengawasan. Komite audit harus independen yaitu tidak dapat dipengaruhi oleh pihak lain dalam menjalankan peran pengawasan. Hal ini dibutuhkan agar temuan dalam tindak pengawasan yang dilakukan oleh komite audit mampu bersifat obyektif dalam arti sesuai dengan kondisi sebenarnya, sehingga terus mendapatkan upaya perbaikan bagi manajemen perusahaan agar selalu mampu menjalankan operasi usaha sesuai dengan tata nilai yang seharusnya berlaku. Komite audit yang independen akan berlaku adil kepada setiap pihak yang berkaitan dengan perusahaan. karena tidak membawa kepentingan dari pihak manapun tetapi berlaku adil kepada seluruh pihak berkaitan dengan kegiatan pemeriksaan yang dilakukan. Peran penting komite audit dalam good corporate governance tersebut mendatangkan tuntutan untuk memasukkan komite audit sebagai bagian dari pengembangan usaha. C. Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit Jenis tugas dan tanggung jawab Komite Audit yang diangkat sebuah perusahaan yang satu tidak pernah sama persis dengan perusahaan yang lain. Hal ini disebabkan adanya perbedaan skala, jenis usaha, kebutuhan dan domisili masing-masing perusahaan. Walaupun demikian, tugas dan tanggung jawab komite audit tidak boleh menyimpang dari tugas dan tanggung jawab dewan komisaris. Sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 Tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit adalah Komite yang dibentuk oleh dan bertanggungjawab kepada dewan komisiaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi komisaris. Dalam memnjalakan fungsinya, komite audit memiliki tugas dan tanggungjwab paling sedikit meliputi: a) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan eminten atau perusahaan publik dan/atau pihak otoritas antara lain laporan keuangan, proyeksi, dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan Eminten atau Perusahaan Publik; b) Melakukan penelaahan atas ketaatan terhadap peraturan perundang- undangan yang berhubungan dengan kegiatan Eminten dan Perusahaan Publik; c) Memberikan pendapat independent dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara manajemen dan akuntan atas jasa yang diberikannya; d) Memberikan rekomendasi kepada dewan komisiaris mengenai penunjukan akuntan yang disdasarkan pada indenpedensi,ruang lingkup penugasan dan imbalan jasa; e) Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal dan mengawasi pelaksanaan tindak lanjut oleh direksi atas temuan auditor internal; f) Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan manajemen resiko yang dilakukan oleh direksi, jika eminten atau perusahaan publik tidak memiliki fungsi pemantau resiko dibawah dewan komisiaris g) Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi dan pelaporan keuangan Eminten atau perusahaan publik; h) Menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisisaris terkait dengan adanya potensi benturan kepentingan Eminten atau Perusahaan Publik; i) Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi eminten atau perusahaan publik. Wewenang Komite Audit harus meliputi : 1. Mengakses dokumen, data, dan informasi Eminten atau perusahaan publik tentang karyawan, dana, aset, dan sumberdaya perusahaan yang diperlukan; 2. Berkomunikasi langsung dengan karyawan, termasuk direksi dan pihak yang menjalakan dungsi audit internal, manajemen resiko, dan akuntan terkait tugas dan tanggungjawab komite audit; 3. Melibatkan pihak independent diluar komite audit yang diperlukan untuk membantu pelaksanaan tugasnya (jika diperlukan); dan 4. Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh Dewan Komisiaris Kewenangan komite audit dibatasi oleh fungsi mereka sebagai alat bantu dewan komisaris sehingga tidak memiliki otoritas eksekusi apapun (hanya rekomendasi kepada dewan komisaris) kecuali untuk hal spesifik yang telah memperoleh hak kuasa eksplisit dari dewan komisaris misalnya mengevaluasi dan menentukan komposisi auditor eksternal dan memimpin satu investigasi khusus. Menurut keputusan menteri BUMN Nomor Kep-103/MBU/2002, Komite Audit bertugas : 1. Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilakukan oleh Satuan Pengawasan Intern maupun Auditor Ekstern sehingga dapat dicegah pelaksanaan dan pelaporan yang tidak memenuhi standar. 2. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen perusahaan serta pelaksanaannya. 3. Memastikan bahwa telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap informasi yang dikeluarkan BUMN, termasuk brosur, laporan keuangan berkala, proyeksi/forecast dan lain-lain informasi keuangan yang disampaikan kepada pemegang saham. 4. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas. 5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Komisaris/Dewan pengawas sepanjang masih dalam lingkup tugas dan kewajiban Komisaris/Dewan Pengawas berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Komite audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas dewan komisaris. Komposisi Keanggotaan Komite Audit Komite Audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan pihak dari luar emiten atau perusahaan publik dan dipimpin oleh seorang Komisaris Independen. Seperti komite pada umumnya, Komite audit yang beranggotakan sedikit cenderung dapat bertindak lebih efisien akan tetapi, Komite Audit beranggota terlalu sedikit juga menyimpan kelemahan yakni minimnya ragam pengalaman anggota. Sedapat mungkin anggota Komite Audit memiliki pemahaman memadai tentang pembuatan laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengawasan internal. Agar mampu bekerja efektif, Komite Audit dibantu staff perusahaan dan auditor eksternal. Komite juga harus memiliki akses langsung kepada stand dan penasehat perusahaan seperti keuangan dan penasehat hukum. Keberadaan Komite Audit diatur melalui Surat Edaran Bapepam Nomor: SE/03 PM/2002 (bagi perusahaan publik) dan keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-103/MBU/2002 (Bagi BUMN) D. Komite Lainnya 1. Komite Lainnya Menurut KNKG a. Komite Nominasi dan Remunerasi 1) Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris dalam menetapkan kriteria pemilihan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi serta sistem remunerasinya; 2) Komite Nominasi dan Remunerasi diketuai oleh Komisaris Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku profesi dari luar perusahaan. 3) Keberadaan Komite Nominasi dan Remunerasi serta tata kerjanya dilaporkan dalam RUPS. b. Komite Kebijakan Risiko 1) Komite Kebijakan Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris dalam mengkaji sistem manajemen risiko yang disusun oleh Direksi serta menilai toleransi risiko yang dapat diambil oleh perusahaan; 2) Anggota Komite Kebijakan Risiko terdiri dari anggota Dewan Komisaris, namun bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari luar perusahaan. c. Komite Kebijakan Corporate Governance 1) Komite Kebijakan Corporate Governance bertugas membantu Dewan Komisaris dalam mengkaji kebijakan GCG secara menyeluruh yang disusun oleh Direksi serta menilai konsistensi penerapannya, termasuk yang bertalian dengan etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility); 2) Anggota Komite Kebijakan Corporate Governance terdiri dari anggota Dewan Komisaris, namun bilamana perlu dapat juga 3) Bila dipandang perlu, Komite Kebijakan Corporate Governance dapat digabung dengan Komite Nominasi dan Remunerasi
2. Komite-Komite Lainnya Di BUMN
Berdasarkan pasal 70 UU No. 17 tahun 2003 tentang BUMN antara lain disebutkan bahwa komisaris dan dewan pengawas BUMN wajib membentuk komite audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu komisaris dan dewan pengawas dalam melaksanakan tugasnya. Selain komite audit, komisaris atau dewan pengawas dapat membentuk komite lain yang ditetapkan oleh menteri. Sesuai penjelasan pasal 70 UU BUMN, komite lain yang dimaksud disini, yaitu komite remunerasi dan komite nominasi. 3. Komite-Komite Lainnya di Perbankan Bank Indonesia melalui surat edaran kepada semua bank umum konvensional di Indonesia No 15/15/DPNP tangal 29 april 2013 mengenai pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, pada bagian IV komite, menyebutkan bahwa dewan komesaris wajib membentuk susunan organisasi setidaknya komite audit, komite pemantau risiko, serta komite remunerasi dan nominasi, dalam rangka mendukung efektivitas tugas dan tanggung jawab dewan komesaris. 4. Komite Komite Lainnya di Perusahaan Publik Berdasarkan peraturan OJK No.34/POJK.04/2014 tanggal 8 Desember 2014 tentang Komite Nominasi dan remunerasi emiten atau perusahaan public, antara lain menyebutkan: a. Pasal 1 ayat 1, yang dimaksud dengan komite nominasi dan remunerasi adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada dewan komesaris dalam membantu melaksanakan fungsi dan tugas dewan komesaris dalam membantu melaksanakan fungsi dan tugas dewan komesaris terkait nominasi dan remunerasi terhadap anggota dewan komesaris. b. Pasal 2, emiten atau perusahaan public wajib memiliki fungsi nominasi dan remunerasi yang wajib dilaksanakan oleh dewan komesaris. Komite nominasi dadan remunerasi dapat dibentuk secara terpisah.