Oleh:
XXX (1533122XXX)
UNIVERSITAS WARMADEWA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam sebuah perusahaan aktivitas manajerial seperti perencanaan keuangan
merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan, sehingga perencanaan keuangan
ini merupakan suatu hal yang penting dan merupakan sebuah pedoman pelaksanaan
aktivitas di masa mendatang. Proyeksi laporan keuangan dalam sebuah perusahaan
harus dilaksanakan karena dengan adanya proyeksi ini maka memberikan
kemudahan dan memberikan informasi atas proyeksi keuangan yang mana akan
menjadi sebuah pedoman dalam menjalankan sebuah perusahaan.
Sebuah perusahaan memerlukan laporan keuangan proforma dikarenakan
laporan proforma sangat berguna untuk memproyeksikan kondisi keuangan untuk
masa mendatang. Laporan ini juga menunjukkan proyeksi pendapatan apabila
perusahaan akan merger dengan perusahaan lain, atau penjualan sebagian dan
operasinya perusahaan sering diminta untuk menyampaikan laporan proforma
ketika mengajukan aplikasi kredit. Sehingga perusahaan mampu untuk berusaha
secara maksimal dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka adapun rumusan masalah yaitu
sebagai berikut :
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Jika penjualan tumbuh relatif stabil, maka tingkat pertumbuhan penjualan
bisa dipakai untuk memproyeksikan penjualan di masa-masa datang. Jika ada
faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap penjual di
masa lalu, maka perlu dilakukan penyesuaian. Sebagai contoh, penjualan tahun
lalu melonjak cepat karena perusahaan melakukan akuisisi, sementara tahun ini
perusahaan tidak melakukan akuisisi, maka tingkat pertumbuhan penjualan
tahun lalu jangan dipakai untuk memproyeksikan penjualan di masa-masa
datang. Pola penjualan yang dipengaruhi siklus/musiman (cyclical) juga
membuat proyeksi penjualan menjadi lebih sulit karena variasi yang cukup
besar dari tahun ke tahun.
Misalkan tingkat pertumbuhan penjualan empat tahun terakhir adalah
sebagai berikut:
Tahun 1 9,0%
Tahun 2 9,8%
Tahun 3 2,5%
Tahun 4 8,4%
Rata-rata tingkat pertumbuhan empat tahun 7,4%
Misalkan analis menganggap bahwa pola pada masa lalu akan terjadi lagi
(sama dengan) pada masa datang, maka analis akan menggunakan tingkat
pertumbuhan 7,4% untuk memproyeksikan tingkat penjualan pada masa
datang. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut, berikut ini adalah proyeksi
penjualan pada masa-masa datang:
4
b. Memproyeksikan Biaya Operasional
Proyeksi biaya operasional tergantung pada asumsi perilaku biaya. Jika
analis biaya mengasumsikan biaya operasional mempunyai perilaku sebagai
biaya variabel sepenuhnya, analis bisa memproyeksikan biaya operasional pada
masa datang dengan menggunakan laporan keuangan common size
(proporsional). Biaya-biaya operasional seperti harga pokok penjualan, biaya
administrasi, diperoleh dengan mengalikan proporsinya terhadap penjualan saat
ini (untuk masing-masing komponen biaya) dengan penjualan yang
diproyeksikan. Alternatif lain adalah dengan memproyeksikan masing-masing
komponen biaya operasional untuk tumbuh dengan 7,4%.
Contoh Proyeksi Laporan Laba-Rugi (dalam jutaan Rp)
Proyeksi
Tahun3 common
Tahun Tahun Tahun
(nyata) size (%)
4 5 6
Dengan menggunakan pendekatan common size
Penjualan 4.868,9 100,0 5.229,2 5.616,2 6.031,8
Harga Pokok Penjualan 3.392,8 69,7 3.644,8 3.914,5 4.204,2
Biaya penjualan dan
1.092,8 21,1 1.103,4 1,185,0 1,272,7
administrasi
Pendapatan lainnya 36,4 0,7 36,6 39,3 42,2
Pajak Penghasilan 179,1 3,7 193,4 207,8 223,2
Pendapatan Operasional 304,0 6,2 324,2 348,2 373,9
Biaya bunga (bersih
35,6 44,5 51,1 56,4
pajak)
Item lainnya 5,7 - - -
274,1 279,7 298,1 317,5
5
Pendapatan lainnya 36,4 18,2 43,0 50,9 60,1
Pajak Penghasilan 179,1 0,3 179,6 180,2 180,7
Pendapatan Operasional 304,0 325,1 341,7 352,6
Biaya bunga (bersih
35,6 44,5 50,1 56,4
pajak)
Item lainnya 5,7 - - -
274,1 280,6 291,6 296,2
Jika proporsi biaya tetap cukup tinggi, biaya operasional tidak akan
berubah dengan tingkat yang sama dengan perubahan penjualan, dalam hal ini
lebih lambat. Sebagai contoh, Harga Pokok Penjualan meningkat dengan
kenaikan 5,9%, sementara penjualan meningkat dengan tingkat 7,4%. Salah
satu penjelasan perbedaan ini karena Harga Pokok Penjualan diperkirakan
mempunyai komponen biaya tetap yang cukup tinggi. Sebaliknya, biaya
penjualan dan administrasi meningkat cepat, yaitu 14,1%. Penjelasan yang
mungkin adalah karena biaya tersebut mempunyai komponen variaber yang
tinggi.
Tabel di atas menampilkan laporan keuangan proforma dengan
menggunakan dua pendekatan, yaitu: (1) pendekatan common size
(proporsional), dan (2) pendekatan tingkat pertumbuhan individual.
Dengan menggunakan dua pendekatan ini, hasil yang diperoleh hampir
sama. Perhatikan bahwa biaya restrukturisasi dimasukkan ke dalam rekening
item lainnya. Karena biaya ini diperkirakan tidak akan muncul lagi pada tahun-
tahun berikutnya (item yang non-recurring), maka biaya ini tidak dimasukkan
ke dalam proyeksi tahun-tahun selanjutnya.
2. Memproyeksikan Neraca
Setelah proyeksi penjualan dan laporan laba-rugi dibuat, langkah berikutnya
membuat proyeksi neraca. Cara yang paling mudah membuat proyeksi neraca
adalah dengan memproyeksikan sisi kiri neraca (sisi aktiva) terlebih dahulu, baru
kemudian menyusun komposisi yang diinginkan untuk sisi kanan (sisi pasiva atau
pendanaan) neraca untuk tingkat total aset yang diproyeksikan.
6
Ada dua pendekatan yang dapat dipakai untuk memproyeksikan aset, yaitu:
a. Memproyeksikan total aset, kemudian memproyeksikan neraca common size
untuk mengalokasikan total aset ke komponen-komponennya.
b. Memproyeksikan aset secara individual, kemudian menjumlahkan aset-aset
individual untuk memperoleh total aset.
Untuk memproyeksikan aset (baik total maupun individual), ada dua cara yang
dapat dilakukan, yaitu:
a. Memproyeksikan aset dengan menggunakan tingkat pertumbuhan.
b. Memproyeksikan aset dengan menganggap perputaran aktiva konstan (tetap)
untuk masa datang.
7
Tahun 5
5.616.200.000 12,6% 3.744.100.000 3.362.600.000 4.125.700.000
(proyeksi)
Tahun 6
6.031.800.000 12,6% 4.021.200.000 4.125.700.000 3.916.700.000
(proyeksi)
Perputaran aset sama dengan penjualan dibagi rata-rata total aset. Setelah rata-
rata total aset ditemukan, kemudian dicari aset akhir tahun dengan rumus (aset awal
tahun + aset akhir tahun)/2.
Pendekatan ini mempunyai keuntungan karena mengaitkan proyeksi total aset
dengan proyeksi penjualan. Kelemahannya adalah kemungkingan proyeksi
menghasilkan angka-angka yang tidak biasa (tidak wajar). Sebagai contoh,
meskipun penjualan naik dari tahun ke-3 sebesar Rp4.868.900.000,00 menjadi
Rp5.229.200.000,00 pada tahun ke-4, proyeksi asset malahan menurun dari
Rp3.609.600.000,00 menjadi Rp3.362.600.000,00.
Hal semacam ini terjadi karena aset meningkat tajam dari tahun 3 ke tahun 4,
sebagi kompensasinya aset pada akhir tahun ke-4 mengalami penurunan. Pola
sebaliknya terjadi pada tahun ke-5. Karena aset pada akhit tahun ke-4 (awal tahun
ke-5) sangat rendah, maka aset akhir tahun ke-5 meningkat lebih tajam. Pola pada
tahun ke-6 bergerak sebaliknya (pola ini lebih menyerupai pola pada tahun ke-4).
Jika kenaikan aset di masa lalu menunjukkan angka yang stabil, penggunaan ke
dua metode tersebut menghasilkan proyeksi aset yang hampir sama. Bila penjualan
sifatnya musiman atau tidak stabil, maka penggunaan rata-rata (12,6% pada
pendekatan pertama) akan memberikan hasil yang lebih baik.
Setelah besarnya aset secara total ditemukan, maka besarnya komponen-
komponen aser kemudian dihitung dengan menggunakan persentase tertentu dari
total aset (common size). Common size atau proporsi dihitung dari proporsi neraca
untuk tahun ini (tahun 3). Berikut ini contoh perhitungan neraca proforma dengan
menggunakan pendekatan total aset yang kemudian diikuti dengan pendekatan
proforma untuk menentukan besarnya komponen-komponen aset.
8
Tahun 3 Common
Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
(nyata) size (%)
AKTIVA
Kas 85.800.000 2,4 97.500.000 109.800.000 123.700.000
Surat
35.000.000 1,0 40.600.000 45.800.000 51.500.000
Berharga
Piutang
486.900.000 13,5 548.700.000 617.800.000 695.700.000
Dagang
Persediaan 664.700.000 18,4 747.900.000 842.100.000 948.200.000
Persekot 90.500.000 2,5 101.600.000 114.400.000 128.800.000
Total
Aktiva 1.362.900.000 37,8 1.536.300.000 1.729.900.000 1.947.900.000
Lancar
Bangungan,
Pabrik, dan
1.508.900.000 41,8 1.698.900.000 1.913.000.000 2.154.000.000
Peralatan
(bersih)
Aktiva
737.800.000 20,4 829.200.000 933.600.000 1.051.300.000
lainnya
Total
3.609.600.000 100,0 4.064.400.000 4.576.500.000 5.153.200.000
Aktiva
9
Tahun 3 Tingkat Proyeksi
(nyata) Pertumbuhan Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
Piutang
486.900.000 15,5% 562.400.000 649.500.000 750.200.000
Dagang
Persediaan 664.700.000 7,8% 716.500.000 772.400.000 832.700.000
10
Untuk piutang tampak bahwa kedua pendekatan di atas (menggunakan tingkat
pertumbuhan dan mengasumsikan perputaran piutang yang tetap) menghasilan
angka-angka yang cukup berbeda. Hal ini disebabkan karena piutang dagang naik
lebih cepat dibandingkan dengan penjualan pada tahun ke-3. Sebaliknya dengan
persediaan, kedua pendekatan dia atas menghasilkan angka yang tidak jauh
berbeda.
Tabel berikut ini meringkas pendekatan-pedekatan yang dapat dipakai untuk
memproyeksi aset.
Memproyeksi Memproyeksi
Total Aset Aset Individual
Menggunakan tingkat
X X
pertumbuhan hitoris
Menggunakan perputaran aset
X X
untuk memproyeksi aset
Tabel di atas tampak bahwa ada empat kombinasi yang dapat dipakai untuk
memproyeksi aset. Apabila tingkat pertumbuhan aset relatif stabil, maka keempat
pendekatan di akat menghasilkan angka-angka yang tidak jauh berbeda. Tetapi
kalau tingkat pertumbuhan tidak stabil, maka keempat pendekatan di atas mungkin
akan menghasilkan angka-angka yang cukup berbeda. Dalam hal penggunaan
tingkat pertumbuhan historis akan memberikan proyeksi yang lebih wajar. Manfaat
dari penggunaan perputaran aset untuk memproyeksi aset adalah karena jumlah aset
dikaitkan dengan proyeksi penjualan. Kadang-kadang prestasi manajemen dikaitkan
dengan perputaran aktiva (untuk menaikkan profitabilitas). Kalau manajemen
dievaluasi dengan cara semacam itu, penggunaan perputaran aset akan memberikan
tambahan keuntungan karena dapat dipakai sebagai dasar evaluasi manajemen.
11
untuk masa-masa datang. Kadang-kadang ada beberapa peristiwa yang merubah
total sisi kanan neraca, misalkan pada peristiwa pembelian perusahaan (leverage
buy-out), dan restrukturisasi. Pada peristiwa semacam ini barangkali common size
pada saat ini tidak bisa dipakai untuk memproyeksi sisi kanan neraca pada tahun-
tahun yang akan datang.
Berikut ini penyusunan proyeksi sisi kanan neraca.
Tahun 3 Common
Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
(nyata) size (%)
PASIVA
Hutang Dagang 446.700.000 12,4 504.000.000 567.500.000 639.000.000
Hutang Wesel 138.000.000 3,8 154.400.000 173.900.000 195.800.000
Hutang jangka
278.600.000 7,7 313.000.000 352.400.000 396.800.000
pendek lainnya
Total Hutang
863.300.000 23,9 971.400.000 1.093.800.000 1.231.600.000
Lancar
Hutang jangka
525.800.000 14,6 593.400.000 668.100.000 752.400.000
panjang
Hutang jangka
325.500.000 9,0 365.800.000 411.900.000 463.800.000
panjang lainnya
Total Hutang 1.714.600.000 47,5 1.930.600.000 2.173.800.000 2.447.800.000
Total Modal
1.895.000.000 52,5 2.133.800.000 2.402.700.000 2.705.400.000
Saham
Total Hutanga dan
3.609.600.000 100,0 4.064.400.000 4.576.500.000 5.153.200.000
Modal Saham
12
Berikut ini perhitungan tingkat bunga untuk hutang-hutang perusahaan.
Biaya bunga bersih pajak (1 – 0,34) (53,9) 35,6
------------------------------------- = --------------------------------------- = --------
Rata-rata hutang yang 0,5(93,5+380,2+138,0+525,8) 568,8
Mempunyai beban bunga = 6,3%
13
7. Memproyeksikan Laporan Arus Kas
Langkah akhir adalah memproyeksi arus kas. Proyeksi arus kas diturunkan dari
proyeksi neraca dan proyeksi laba-rugi. Berikut ini laporan arus kas proforma.
Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
OPERASI
1. Laba bersih 279.700.000 298.100.000 317.500.000
2. Plus: Depresiasi dan 182.400.000 205.400.000 231.300.000
14
13. (Kenaikan) Penurunan Hutang Jangka
40.300.000 46.100.000 51.900.000
Penjang lainnya
14. Dividen (114.500.000) (125.400.000) (137.300.000)
15. (Kenaikan) Penurunan Modal Saham
73.600.000 96.200.000 122.500.000
bersih dari laba bersih dan dividen
Aliran kas dari pendanaan 83.400.000 111.100.000 143.300.000
16. Perubahan dalam kas 11.700.000 12.300.000 13.900.000
15
7. (11,12,13)Perubahan dalam pinjaman, dan hutang non lancar lainnya biasanya
masuk dalam bagian pendanaan (financing), kecuali kalau ada informasi lain.
Jika hutang pajak non lancar (deferred income taxes) dilaporkan terpisah dari
hutang non lancar, maka perubahan-perubahan dalam hutang pajak tersebut
dimasukkan dalam bagian operasi, bukan dalam bagian pendanaan.
8. (14)Dividen: untuk memproyeksikan dividen diperlukan asumsi kebijakan
dividen. Banyak perusahaan yang mempunyai kebijakan untuk membayar
dividen yang konstan setiap tahunnya. Beberapa perusahaan mempunyai
kebijakan membayar dividen dengan rasio pembayaran dividen (payout ratio)
yang konstan. Misalkan dividen tumbuh 9,5% setiap tahunnya selama lima
tahun terakhir ini, tingkat pertumbuhan ini dapat dipakai untuk
memproyeksikan dividen pada masa-masa datang. Proyeksi dividen dengan
menggunakan tingkat pertumbuhan tersebut dapat dilihat pada tabel proyeksi
arus kas di atas.
9. (15)Perubahan modal saham: perubahan modal saham pada baris 15
merupakan perubahan modal saham yang belum termasuk dalam laba
operasional (baris 1) dan dividen (baris 14). Laba operasi dikurangi dividen
biasanya sama dengan laba yang ditahan. Dengan demikian baris 15 ini
merupakan perubahan dalam modal disetor. Nilai baris 15 yang positif
mencermingkan adanya saham baru yang masuk (emisi baru).
10. (16)Perubahan dalam kas: jumlah dari baris 1 sampai baris 15 akan
menghasilkan perubahan kas pada periode tersebut. Perubahan ditambah (atau
dikurangi apabila perubahan negatif) kas pada awal periode akan menghasilkan
kas akhir periode.
16
B. Rasio Keuangan Proforma
Setelah laporan keuangan proforma selesai disusun, analis bisa menyusun
analisis rasio untuk laporan keuangan proforma dengan cara yang sama dengan
ketika membuat analisis rasio untuk laporan keuangan. Berikut ini analisis rasio
untuk perusahaan dengan mendasarkan pada laporan keuangan proforma.
Tahun3 Tahun Tahun Tahun
(nyata) 4 5 6
PROFITABILITAS
Return On Asset (ROA) 9,1% 8,4% 8,1% 7,7%
Profit Margin 6,2% 6,2% 6,2% 6,2%
Perputaran Aktiva 1,5 kali 1,4 kali 1,3 kali 1,2 kali
Return On Equity (ROE) 14,8% 13,9% 13,1% 12,4%
Common Earning Leverage 0,87% 0,86% 0,86% 0,85%
Leverage Struktur Modal 1,9% 1,9% 1,9% 1,9%
Harga Pokok Penjualan / Penjualan 69,7% 69,7% 69,7% 69,7%
Biaya Penjualan dan Administrasi /
21,1% 21,1% 21,1% 21,1%
Penjualan
Biaya Pajak Penghasilan / Penjualan 3,7% 3,7% 3,7% 3,7%
11,8 10,1
Perputaran Piutang Dagang 9,6 kali 9,2 kali
kali kali
Perputaran Persediaan 5,3 kali 5,2 kali 4,9 kali 4,7 kali
Perputaran Aktiva Tetap 3,4 kali 3,3 kali 3,1 kali 3,0 kali
SOVABILITAS
Rasio Hutang Jangka Panjang 21,8% 21,8% 21,8% 21,8%
Rasio Hutang Modal Saham 27,8% 27,8% 27,8% 27,8%
17
Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Aset 14,6% 14,6% 14,6% 14,6%
Times Interest Earned 8,2% 7,7% 7,3% 7,0%
Aliran kas operasi terhadap total hutang 30,6% 22,4% 21,5% 20,7%
Alaran kas operasi terhadap pengeluaran
1,91% 1,09% 1,05% 1,01%
modal
Profitabilitas perusahaan diproyeksikan akan menurun sesuai dengan
penurunan ROA dan ROE. Penurunan ini dikarenakan turunnya perputaran aktiva.
Penjualan diproyeksikan untuk tumbuh 7,4% setiap tahunnya, sedangkan aset
diproyeksikan untuk tumbuh 12,6% per tahun. Perbedaan asumsi pertumbuhan ini
mengakibatkan turunnya perputaran aktiva. Penurunan perputaran akitva tidak
diimbangi oleh kenaikan profit margin yang diproyeksikan untuk tetap selama tiga
tahun mendatang.
Rasio-rasio untuk mengukur resiko perusahaan (dilihat dari perbandingan
hutang dengan non hutang) tidak berubah selama tiga tahun mendatang. Hal ini
disebabkan karena common size dari neraca diproyeksikan tetap sama untuk tahun-
tahun mendatang. Rasio yang melibatkan laporan laba-rugi atau laporan arus kas
diproyeksikan untuk menurun. Ini disebabkan karena aset diproyeksikan tumbuh
lebih cepat dibandingkan penjualan.
Analisis rasio ini menunjukkan bahwa asumsi-asumsi yang dipakai untuk
menyusun laporan keuangan proforma akan menentukan besarnya laporan
keuangan proforma. Dalam contoh di atas, asumsi pertumbuhan penjualan dan
asumsi pertumbuhan aset yang berbeda akan menghasilkan angka-angka dan rasio-
rasio yang berbeda.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
19