Oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam sebuah perusahaan aktivitas manajerial seperti perencanaan keuangan
merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan, sehingga perencanaan keuangan
ini merupakan suatu hal yang penting dan merupakan sebuah pedoman pelaksanaan
aktivitas di masa mendatang.
Sebuah perusahaan memerlukan laporan keuangan proforma dikarenakan
laporan proforma sangat berguna untuk memproyeksikan kondisi keuangan untuk
masa mendatang. Laporan ini juga menunjukkan proyeksi pendapatan apabila
perusahaan akan merger dengan perusahaan lain, atau penjualan sebagian dan
operasinya perusahaan sering diminta untuk menyampaikan laporan proforma
ketika mengajukan aplikasi kredit.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas maka adapun rumusan masalah yaitu
sebagai berikut :
1
C. Tujuan
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Misalkan analis menganggap bahwa pola pada masa lalu akan terjadi lagi
(sama dengan) pada masa datang, maka analis akan menggunakan tingkat
pertumbuhan 7,4% untuk memproyeksikan tingkat penjualan pada masa
datang. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut, berikut ini adalah proyeksi
penjualan pada masa-masa datang:
4
Jumlah (Rp) % Perubahan
5
Pendapatan
304,0 6,2 324,2 348,2 373,9
Operasional
Biaya bunga (bersih
35,6 44,5 51,1 56,4
pajak)
Item lainnya 5,7 - - -
274,1 279,7 298,1 317,5
Jika proporsi biaya tetap cukup tinggi, biaya operasional tidak akan
berubah dengan tingkat yang sama dengan perubahan penjualan, dalam hal ini
lebih lambat. Sebagai contoh, Harga Pokok Penjualan meningkat dengan
kenaikan 5,9%, sementara penjualan meningkat dengan tingkat 7,4%. Salah
satu penjelasan perbedaan ini karena Harga Pokok Penjualan diperkirakan
mempunyai komponen biaya tetap yang cukup tinggi. Sebaliknya, biaya
penjualan dan administrasi meningkat cepat, yaitu 14,1%. Penjelasan yang
mungkin adalah karena biaya tersebut mempunyai komponen variaber yang
tinggi.
6
Tabel di atas menampilkan laporan keuangan proforma dengan
menggunakan dua pendekatan, yaitu: (1) pendekatan common size
(proporsional), dan (2) pendekatan tingkat pertumbuhan individual.
Dengan menggunakan dua pendekatan ini, hasil yang diperoleh hampir
sama. Perhatikan bahwa biaya restrukturisasi dimasukkan ke dalam rekening
item lainnya. Karena biaya ini diperkirakan tidak akan muncul lagi pada tahun-
tahun berikutnya (item yang non-recurring), maka biaya ini tidak dimasukkan
ke dalam proyeksi tahun-tahun selanjutnya.
2. Memproyeksikan Neraca
Setelah proyeksi penjualan dan laporan laba-rugi dibuat, langkah berikutnya
membuat proyeksi neraca. Cara yang paling mudah membuat proyeksi neraca
adalah dengan memproyeksikan sisi kiri neraca (sisi aktiva) terlebih dahulu, baru
kemudian menyusun komposisi yang diinginkan untuk sisi kanan (sisi pasiva atau
pendanaan) neraca untuk tingkat total aset yang diproyeksikan.
Ada dua pendekatan yang dapat dipakai untuk memproyeksikan aset, yaitu:
a. Memproyeksikan total aset, kemudian memproyeksikan neraca common size
untuk mengalokasikan total aset ke komponen-komponennya.
b. Memproyeksikan aset secara individual, kemudian menjumlahkan aset-aset
individual untuk memperoleh total aset.
Untuk memproyeksikan aset (baik total maupun individual), ada dua cara yang
dapat dilakukan, yaitu:
a. Memproyeksikan aset dengan menggunakan tingkat pertumbuhan.
b. Memproyeksikan aset dengan menganggap perputaran aktiva konstan (tetap)
untuk masa datang.
7
Jumlah (Rp) % Perubahan
Tahun 3 (nyata) 3.609.600.000 -
Tahun 4 (proyeksi) 4.064.400.000 12,6%
Tahun 5 (proyeksi) 4.576.500.000 12,6%
Tahun 6 (proyeksi) 5.153.200.000 12,6%
Perputaran aset sama dengan penjualan dibagi rata-rata total aset. Setelah rata-
rata total aset ditemukan, kemudian dicari aset akhir tahun dengan rumus (aset awal
tahun + aset akhir tahun)/2.
Pendekatan ini mempunyai keuntungan karena mengaitkan proyeksi total aset
dengan proyeksi penjualan. Kelemahannya adalah kemungkingan proyeksi
menghasilkan angka-angka yang tidak biasa (tidak wajar). Sebagai contoh,
meskipun penjualan naik dari tahun ke-3 sebesar Rp4.868.900.000,00 menjadi
8
Rp5.229.200.000,00 pada tahun ke-4, proyeksi asset malahan menurun dari
Rp3.609.600.000,00 menjadi Rp3.362.600.000,00.
Hal semacam ini terjadi karena aset meningkat tajam dari tahun 3 ke tahun 4,
sebagi kompensasinya aset pada akhir tahun ke-4 mengalami penurunan. Pola
sebaliknya terjadi pada tahun ke-5. Karena aset pada akhit tahun ke-4 (awal tahun
ke-5) sangat rendah, maka aset akhir tahun ke-5 meningkat lebih tajam. Pola pada
tahun ke-6 bergerak sebaliknya (pola ini lebih menyerupai pola pada tahun ke-4).
Jika kenaikan aset di masa lalu menunjukkan angka yang stabil, penggunaan ke
dua metode tersebut menghasilkan proyeksi aset yang hampir sama. Bila penjualan
sifatnya musiman atau tidak stabil, maka penggunaan rata-rata (12,6% pada
pendekatan pertama) akan memberikan hasil yang lebih baik.
Setelah besarnya aset secara total ditemukan, maka besarnya komponen-
komponen aser kemudian dihitung dengan menggunakan persentase tertentu dari
total aset (common size). Common size atau proporsi dihitung dari proporsi neraca
untuk tahun ini (tahun 3). Berikut ini contoh perhitungan neraca proforma dengan
menggunakan pendekatan total aset yang kemudian diikuti dengan pendekatan
proforma untuk menentukan besarnya komponen-komponen aset.
Commo
Tahun 3
n size Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
(nyata)
(%)
AKTIVA
Kas 85.800.000 2,4 97.500.000 109.800.000 123.700.000
Surat
35.000.000 1,0 40.600.000 45.800.000 51.500.000
Berharga
Piutang
486.900.000 13,5 548.700.000 617.800.000 695.700.000
Dagang
Persediaan 664.700.000 18,4 747.900.000 842.100.000 948.200.000
Persekot 90.500.000 2,5 101.600.000 114.400.000 128.800.000
Total 1.362.900.00 37,8 1.536.300.00 1.729.900.00 1.947.900.00
9
Aktiva
0 0 0 0
Lancar
Bangungan
, Pabrik,
1.508.900.00 1.698.900.00 1.913.000.00 2.154.000.00
dan 41,8
0 0 0 0
Peralatan
(bersih)
Aktiva 1.051.300.00
737.800.000 20,4 829.200.000 933.600.000
lainnya 0
Total 3.609.600.00 4.064.400.00 4.576.500.00 5.153.200.00
100,0
Aktiva 0 0 0 0
10
Tahun
Tahun 3 4.868.900.00
11,8 kali - - 486.900.000
(nyata) 0
Tahun 4 5.229.200.00
11,8 kali 443.200.000 486.900.000 399.500.000
(proyeksi) 0
Tahun 5 5.616.200.00
11,8 kali 475.900.000 399.500.000 552.300.000
(proyeksi) 0
Tahun 6 6.031.800.00
11,8 kali 511.200.000 552.300.000 470.100.000
(proyeksi) 0
11
Menggunakan tingkat
X X
pertumbuhan hitoris
Menggunakan perputaran aset
X X
untuk memproyeksi aset
Tabel di atas tampak bahwa ada empat kombinasi yang dapat dipakai untuk
memproyeksi aset. Apabila tingkat pertumbuhan aset relatif stabil, maka keempat
pendekatan di akat menghasilkan angka-angka yang tidak jauh berbeda. Tetapi
kalau tingkat pertumbuhan tidak stabil, maka keempat pendekatan di atas mungkin
akan menghasilkan angka-angka yang cukup berbeda. Dalam hal penggunaan
tingkat pertumbuhan historis akan memberikan proyeksi yang lebih wajar. Manfaat
dari penggunaan perputaran aset untuk memproyeksi aset adalah karena jumlah aset
dikaitkan dengan proyeksi penjualan. Kadang-kadang prestasi manajemen dikaitkan
dengan perputaran aktiva (untuk menaikkan profitabilitas). Kalau manajemen
dievaluasi dengan cara semacam itu, penggunaan perputaran aset akan memberikan
tambahan keuntungan karena dapat dipakai sebagai dasar evaluasi manajemen.
12
Hutang Dagang 446.700.000 12,4 504.000.000 567.500.000 639.000.000
Hutang Wesel 138.000.000 3,8 154.400.000 173.900.000 195.800.000
Hutang jangka
278.600.000 7,7 313.000.000 352.400.000 396.800.000
pendek lainnya
Total Hutang
863.300.000 23,9 971.400.000 1.093.800.000 1.231.600.000
Lancar
Hutang jangka
525.800.000 14,6 593.400.000 668.100.000 752.400.000
panjang
Hutang jangka
325.500.000 9,0 365.800.000 411.900.000 463.800.000
panjang lainnya
1.930.600.00
Total Hutang 1.714.600.000 47,5 2.173.800.000 2.447.800.000
0
Total Modal 2.133.800.00
1.895.000.000 52,5 2.402.700.000 2.705.400.000
Saham 0
Total Hutanga dan 4.064.400.00
3.609.600.000 100,0 4.576.500.000 5.153.200.000
Modal Saham 0
13
pada tahun 2 (Rp93.500.000,00 untuk hutang wesel dan Rp380.200.000,00 untuk
hutang jangka panjang) ditambah dengan hutang pada tahun 3 (Rp138.000.000,00
untuk hutang wesel dan Rp525.800.000,00 untuk hutang jangka panjang) dikalikan
0,5 untuk memperoleh hutang rata-rata. Tingkat pajak diasumsikan 34% dan ini
dipakai untuk menghitung biaya bunga bersih pajak yang menjadi angka yang
dibagi (numerator) untuk perhitungan di atas.
Setelah persentase tingkat bunga diketahui, tingkat bunga tersebut dipakai
untuk menentukan bunga dengan mengalikan tingkat bunga tersebut dengan rata-
rata hutang (yang terdiri dari hutang jangka panjang dan hutang wesel). Berikut ini
perhitungannya.
Hutang yang berbunga Rata-rata Biaya
Biaya
hutang bunga
Awal tahun Akhir tahun bunga
berbunga (Rp) bersih pajak
Tahun 4
663.800.000 747.800.000 705.800.000 6,3% 44.500.000
(proyeksi)
Tahun 5
747.800.000 842.000.000 794.900.000 6,3% 50.100.000
(proyeksi)
Tahun 6
842.000.000 948.200.000 895.100.000 6,3% 56.400.000
(proyeksi)
14
12.700.000
15
BAB IV
PEMBAHASAN
16
7. (11,12,13)Perubahan dalam pinjaman, dan hutang non lancar lainnya biasanya
masuk dalam bagian pendanaan (financing), kecuali kalau ada informasi lain.
Jika hutang pajak non lancar (deferred income taxes) dilaporkan terpisah dari
hutang non lancar, maka perubahan-perubahan dalam hutang pajak tersebut
dimasukkan dalam bagian operasi, bukan dalam bagian pendanaan.
8. (14)Dividen: untuk memproyeksikan dividen diperlukan asumsi kebijakan
dividen. Banyak perusahaan yang mempunyai kebijakan untuk membayar
dividen yang konstan setiap tahunnya. Beberapa perusahaan mempunyai
kebijakan membayar dividen dengan rasio pembayaran dividen (payout ratio)
yang konstan. Misalkan dividen tumbuh 9,5% setiap tahunnya selama lima
tahun terakhir ini, tingkat pertumbuhan ini dapat dipakai untuk
memproyeksikan dividen pada masa-masa datang. Proyeksi dividen dengan
menggunakan tingkat pertumbuhan tersebut dapat dilihat pada tabel proyeksi
arus kas di atas.
9. (15)Perubahan modal saham: perubahan modal saham pada baris 15
merupakan perubahan modal saham yang belum termasuk dalam laba
operasional (baris 1) dan dividen (baris 14). Laba operasi dikurangi dividen
biasanya sama dengan laba yang ditahan. Dengan demikian baris 15 ini
merupakan perubahan dalam modal disetor. Nilai baris 15 yang positif
mencermingkan adanya saham baru yang masuk (emisi baru).
10. (16)Perubahan dalam kas: jumlah dari baris 1 sampai baris 15 akan
menghasilkan perubahan kas pada periode tersebut. Perubahan ditambah (atau
dikurangi apabila perubahan negatif) kas pada awal periode akan menghasilkan
kas akhir periode.
17
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
18
dan juga kebutuhan keuangan yang diperlukan dalam tahun pertama operasi dan
sesudahnya.
19