Anda di halaman 1dari 20

ANALISA LAPORAN KEUANGAN

“LAPORAN KEUANGAN PROFORMA”

Oleh:

Annisa Darfianty (20210310200021)


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam sebuah perusahaan aktivitas manajerial seperti perencanaan keuangan
merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan, sehingga perencanaan keuangan
ini merupakan suatu hal yang penting dan merupakan sebuah pedoman pelaksanaan
aktivitas di masa mendatang.
Sebuah perusahaan memerlukan laporan keuangan proforma dikarenakan
laporan proforma sangat berguna untuk memproyeksikan kondisi keuangan untuk
masa mendatang. Laporan ini juga menunjukkan proyeksi pendapatan apabila
perusahaan akan merger dengan perusahaan lain, atau penjualan sebagian dan
operasinya perusahaan sering diminta untuk menyampaikan laporan proforma
ketika mengajukan aplikasi kredit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas maka adapun rumusan masalah yaitu
sebagai berikut :

1. Bagaimana cara penyusunan laporan keuangan proforma?


2. Bagaimana cara memproyeksikan laporan laba-rugi?
3. Bagaimana cara memproyeksikan neraca?
4. Bagaimana cara memproyeksikan total aset?
5. Bagaimana cara memproyeksikan aset individual?
6. Bagaimana cara memproyeksikan utang dan modal saham?
7. Bagaimana cara memproyeksikan biaya pendanaan?
8. Bagaimana cara memproyeksikan laporan aliran kas?
9. Bagaimana cara menganalisis rasio keuangan proforma?

1
C. Tujuan

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas maka adapun tujuan yang


diinginkan yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui cara penyusunan laporan keuangan proforma.


2. Untuk mengetahui cara memproyeksikan laporan laba-rugi.
3. Untuk mengetahui cara memproyeksikan neraca.
4. Untuk mengetahui cara memproyeksikan total aset.
5. Untuk mengetahui cara memproyeksikan aset individual.
6. Untuk mengetahui cara memproyeksikan utang dan modal saham.
7. Untuk mengetahui cara memproyeksikan biaya pendanaan.
8. Untuk mengetahui cara memproyeksikan laporan aliran kas.
9. Untuk mengetahui cara menganalisis rasio keuangan proforma.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Penyusunan Laporan Keuangan Proforma


Laporan keuangan proforma adalah teknik untuk memproyeksikan kondisi
keuangan (prestasi dan posisi keuangan) perusahaan pada masa-masa mendatang.
Penyusunan laporan keuangan proforma memerlukan banyak asumsi (seperti
tingkat pertumbuhan penjualan, perilaku biaya dari sejumlah pos rekening, tingkat
investasi pada modal kerja dan aktiva tetap, dll). Manajemen ingin melihat
sensitivitas laporan keuangan proforma terhadap perubahan-perubahan asumsi dan
pengaruh asumsi-asumsi terhadap laporan keuangan proforma. Penggunaan
software seperti Microsoft Excel dapat membantu penyusunan laporan keuangan
proforma, sekaligus melihat sensitivitas laporan keuangan terhadap perubahan-
perubahan asumsi.
Prosedur penyusunan laporan keuangan proforma meliputi beberapa langkah
berikut ini:
a. Memproyeksikan penjualan untuk sejumlah periode yang akan datang.
b. Memproyeksikan biaya operasional (harga pokok penjualan, biaya penjualan
dan administrasi, biaya pajak di luar bunga) dan kemudian menurunkan
proyeksi pendapatan operasional.
c. Memproyeksikan total aset, hutang, dan modal saham yang diperlukan untuk
mendukung tingkat operasi yang diproyeksikan pada point 1 dan 2.
d. Menetukan biaya pendanaan (financing cost) dari hutang pada point 3 dan
kemudian menurunkan dari pendapatan operasional untuk memperoleh laba
bersih proyeksi.
e. Menurunkan laporan aliran kas dari laporan keuangan yang diproyeksikan
(laporan laba-rugi dan neraca).

3
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

1. Memproyeksikan Laporan Laba-Rugi


a. Memproyeksikan Penjualan
Langkah pertama yang diperlukan adalah memproyeksikan penjualan.
Proyeksi penjualan ini kemudian dipakai untuk menurunkan angka-angka
dalam laporan keuangan proforma.
Jika penjualan tumbuh relatif stabil, maka tingkat pertumbuhan penjualan
bisa dipakai untuk memproyeksikan penjualan di masa-masa datang. Jika ada
faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap penjual di
masa lalu, maka perlu dilakukan penyesuaian. Sebagai contoh, penjualan tahun
lalu melonjak cepat karena perusahaan melakukan akuisisi, sementara tahun ini
perusahaan tidak melakukan akuisisi, maka tingkat pertumbuhan penjualan
tahun lalu jangan dipakai untuk memproyeksikan penjualan di masa-masa
datang. Pola penjualan yang dipengaruhi siklus/musiman (cyclical) juga
membuat proyeksi penjualan menjadi lebih sulit karena variasi yang cukup
besar dari tahun ke tahun.
Misalkan tingkat pertumbuhan penjualan empat tahun terakhir adalah
sebagai berikut:
Tahun 1 9,0%
Tahun 2 9,8%
Tahun 3 2,5%
Tahun 4 8,4%
Rata-rata tingkat pertumbuhan empat tahun 7,4%

Misalkan analis menganggap bahwa pola pada masa lalu akan terjadi lagi
(sama dengan) pada masa datang, maka analis akan menggunakan tingkat
pertumbuhan 7,4% untuk memproyeksikan tingkat penjualan pada masa
datang. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut, berikut ini adalah proyeksi
penjualan pada masa-masa datang:

4
Jumlah (Rp) % Perubahan

Tahun 3 (penjualan nyata) 4.868.900.000 -


Tahun 4 (proyeksi) 5.229.200.000 7,4%
Tahun 5 (proyeksi) 5.616.200.000 7,4%
Tahun 6 (proyeksi) 6.031.800.000 7,4%

b. Memproyeksikan Biaya Operasional


Proyeksi biaya operasional tergantung pada asumsi perilaku biaya. Jika
analis biaya mengasumsikan biaya operasional mempunyai perilaku sebagai
biaya variabel sepenuhnya, analis bisa memproyeksikan biaya operasional pada
masa datang dengan menggunakan laporan keuangan common size
(proporsional). Biaya-biaya operasional seperti harga pokok penjualan, biaya
administrasi, diperoleh dengan mengalikan proporsinya terhadap penjualan saat
ini (untuk masing-masing komponen biaya) dengan penjualan yang
diproyeksikan. Alternatif lain adalah dengan memproyeksikan masing-masing
komponen biaya operasional untuk tumbuh dengan 7,4%.
Contoh Proyeksi Laporan Laba-Rugi (dalam jutaan Rp)
Proyeksi
Tahun3 common size
Tahun Tahun Tahun
(nyata) (%)
4 5 6
Dengan menggunakan pendekatan common size
5.229,
Penjualan 4.868,9 100,0 5.616,2 6.031,8
2
Harga Pokok 3.644,
3.392,8 69,7 3.914,5 4.204,2
Penjualan 8
Biaya penjualan dan 1.103,
1.092,8 21,1 1,185,0 1,272,7
administrasi 4
Pendapatan lainnya 36,4 0,7 36,6 39,3 42,2
Pajak Penghasilan 179,1 3,7 193,4 207,8 223,2

5
Pendapatan
304,0 6,2 324,2 348,2 373,9
Operasional
Biaya bunga (bersih
35,6 44,5 51,1 56,4
pajak)
Item lainnya 5,7 - - -
274,1 279,7 298,1 317,5

Dengan menggunakan tingkat pertumbuhan item individual


5.229,
Penjualan 4.868,9 7,4 5.616,2 6.031,8
2
Harga Pokok 3.593,
3.392,8 5,9 3.805,0 4.029,5
Penjualan 0
Biaya penjualan dan 1.174,
1.092,8 14,1 1.340,2 1.529,1
administrasi 5
Pendapatan lainnya 36,4 18,2 43,0 50,9 60,1
Pajak Penghasilan 179,1 0,3 179,6 180,2 180,7
Pendapatan
304,0 325,1 341,7 352,6
Operasional
Biaya bunga (bersih
35,6 44,5 50,1 56,4
pajak)
Item lainnya 5,7 - - -
274,1 280,6 291,6 296,2

Jika proporsi biaya tetap cukup tinggi, biaya operasional tidak akan
berubah dengan tingkat yang sama dengan perubahan penjualan, dalam hal ini
lebih lambat. Sebagai contoh, Harga Pokok Penjualan meningkat dengan
kenaikan 5,9%, sementara penjualan meningkat dengan tingkat 7,4%. Salah
satu penjelasan perbedaan ini karena Harga Pokok Penjualan diperkirakan
mempunyai komponen biaya tetap yang cukup tinggi. Sebaliknya, biaya
penjualan dan administrasi meningkat cepat, yaitu 14,1%. Penjelasan yang
mungkin adalah karena biaya tersebut mempunyai komponen variaber yang
tinggi.

6
Tabel di atas menampilkan laporan keuangan proforma dengan
menggunakan dua pendekatan, yaitu: (1) pendekatan common size
(proporsional), dan (2) pendekatan tingkat pertumbuhan individual.
Dengan menggunakan dua pendekatan ini, hasil yang diperoleh hampir
sama. Perhatikan bahwa biaya restrukturisasi dimasukkan ke dalam rekening
item lainnya. Karena biaya ini diperkirakan tidak akan muncul lagi pada tahun-
tahun berikutnya (item yang non-recurring), maka biaya ini tidak dimasukkan
ke dalam proyeksi tahun-tahun selanjutnya.

2. Memproyeksikan Neraca
Setelah proyeksi penjualan dan laporan laba-rugi dibuat, langkah berikutnya
membuat proyeksi neraca. Cara yang paling mudah membuat proyeksi neraca
adalah dengan memproyeksikan sisi kiri neraca (sisi aktiva) terlebih dahulu, baru
kemudian menyusun komposisi yang diinginkan untuk sisi kanan (sisi pasiva atau
pendanaan) neraca untuk tingkat total aset yang diproyeksikan.
Ada dua pendekatan yang dapat dipakai untuk memproyeksikan aset, yaitu:
a. Memproyeksikan total aset, kemudian memproyeksikan neraca common size
untuk mengalokasikan total aset ke komponen-komponennya.
b. Memproyeksikan aset secara individual, kemudian menjumlahkan aset-aset
individual untuk memperoleh total aset.
Untuk memproyeksikan aset (baik total maupun individual), ada dua cara yang
dapat dilakukan, yaitu:
a. Memproyeksikan aset dengan menggunakan tingkat pertumbuhan.
b. Memproyeksikan aset dengan menganggap perputaran aktiva konstan (tetap)
untuk masa datang.

3. Memproyeksikan Total Aset


Total aset dapat diproyeksikan dengan menggunakan pendekatan tingkat
pertumbuhan aset pada masa lalu. Misalkan aset selama lima tahun terakhir ini
tumbuh rata-rata 12,6% dan analis menganggap tingkat pertumbuhan ini akan
terjadi pada masa-masa datang, maka perkiraan total aset tahun-tahun yang akan
datang berikut ini:

7
Jumlah (Rp) % Perubahan
Tahun 3 (nyata) 3.609.600.000 -
Tahun 4 (proyeksi) 4.064.400.000 12,6%
Tahun 5 (proyeksi) 4.576.500.000 12,6%
Tahun 6 (proyeksi) 5.153.200.000 12,6%

Cara lain, dengan menggunakan pendekatan perputaran aktiva yang konstan,


dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Perputara Total Aset
Penjualan Total Aset
n Total
(Rp) Rata-Rata Awal Tahun Akhir Tahun
Aset
Tahun 3 4.868.900.00 3.609.600.00
- - -
(nyata) 0 0
Tahun 4
5.229.200.00 3.486.100.00 3.609.600.00 3.362.600.00
(proyeksi 12,6%
0 0 0 0
)
Tahun 5
5.616.200.00 3.744.100.00 3.362.600.00 4.125.700.00
(proyeksi 12,6%
0 0 0 0
)
Tahun 6
6.031.800.00 4.021.200.00 4.125.700.00 3.916.700.00
(proyeksi 12,6%
0 0 0 0
)

Perputaran aset sama dengan penjualan dibagi rata-rata total aset. Setelah rata-
rata total aset ditemukan, kemudian dicari aset akhir tahun dengan rumus (aset awal
tahun + aset akhir tahun)/2.
Pendekatan ini mempunyai keuntungan karena mengaitkan proyeksi total aset
dengan proyeksi penjualan. Kelemahannya adalah kemungkingan proyeksi
menghasilkan angka-angka yang tidak biasa (tidak wajar). Sebagai contoh,
meskipun penjualan naik dari tahun ke-3 sebesar Rp4.868.900.000,00 menjadi

8
Rp5.229.200.000,00 pada tahun ke-4, proyeksi asset malahan menurun dari
Rp3.609.600.000,00 menjadi Rp3.362.600.000,00.
Hal semacam ini terjadi karena aset meningkat tajam dari tahun 3 ke tahun 4,
sebagi kompensasinya aset pada akhir tahun ke-4 mengalami penurunan. Pola
sebaliknya terjadi pada tahun ke-5. Karena aset pada akhit tahun ke-4 (awal tahun
ke-5) sangat rendah, maka aset akhir tahun ke-5 meningkat lebih tajam. Pola pada
tahun ke-6 bergerak sebaliknya (pola ini lebih menyerupai pola pada tahun ke-4).
Jika kenaikan aset di masa lalu menunjukkan angka yang stabil, penggunaan ke
dua metode tersebut menghasilkan proyeksi aset yang hampir sama. Bila penjualan
sifatnya musiman atau tidak stabil, maka penggunaan rata-rata (12,6% pada
pendekatan pertama) akan memberikan hasil yang lebih baik.
Setelah besarnya aset secara total ditemukan, maka besarnya komponen-
komponen aser kemudian dihitung dengan menggunakan persentase tertentu dari
total aset (common size). Common size atau proporsi dihitung dari proporsi neraca
untuk tahun ini (tahun 3). Berikut ini contoh perhitungan neraca proforma dengan
menggunakan pendekatan total aset yang kemudian diikuti dengan pendekatan
proforma untuk menentukan besarnya komponen-komponen aset.

Commo
Tahun 3
n size Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
(nyata)
(%)
AKTIVA
Kas 85.800.000 2,4 97.500.000 109.800.000 123.700.000
Surat
35.000.000 1,0 40.600.000 45.800.000 51.500.000
Berharga
Piutang
486.900.000 13,5 548.700.000 617.800.000 695.700.000
Dagang
Persediaan 664.700.000 18,4 747.900.000 842.100.000 948.200.000
Persekot 90.500.000 2,5 101.600.000 114.400.000 128.800.000
Total 1.362.900.00 37,8 1.536.300.00 1.729.900.00 1.947.900.00

9
Aktiva
0 0 0 0
Lancar
Bangungan
, Pabrik,
1.508.900.00 1.698.900.00 1.913.000.00 2.154.000.00
dan 41,8
0 0 0 0
Peralatan
(bersih)
Aktiva 1.051.300.00
737.800.000 20,4 829.200.000 933.600.000
lainnya 0
Total 3.609.600.00 4.064.400.00 4.576.500.00 5.153.200.00
100,0
Aktiva 0 0 0 0

4. Memproyeksikan Aset Individual


Cara lain adalah dengan menggunakan metode kedua yaitu memproyeksi aset
secara individual, kemudian menjumlahkan aset-aset menjadi total aset. Untuk
memproyeksi aset secara individual, analis bisa menggunakan tingkat pertumbuhan
di masa lalu atau menggunakan asumsi perputaran aktiva tetap.
Misalkan piutang dagang tumbuh dengan tingkat 15,5% selama lima tahun
terakhir dan analis akan menggunakan tingkat pertumbuhan tersebut, maka
besarnya piutang dagang tiga tahun yang akan datang dapat diproyeksikan.
Misalkan persediaan juga tumbuh dengan tingkat 7,8%, maka berikut ini adalah
proyeksi untuk kedua rekening tersebut.
Tahun 3 Tingkat Proyeksi
(nyata) Pertumbuhan Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
Piutang
486.900.000 15,5% 562.400.000 649.500.000 750.200.000
Dagang
Persediaan 664.700.000 7,8% 716.500.000 772.400.000 832.700.000

Sebagai alternatif, analis bisa melakukan perhitungan dengan menggunakan


perputaran piutang dan perputaran persediaan sebagai berikut:
Penjualan Perputaran Rata-rata Piutang
(Rp) Piutang Piutang Awal Tahun Akhir

10
Tahun
Tahun 3 4.868.900.00
11,8 kali - - 486.900.000
(nyata) 0
Tahun 4 5.229.200.00
11,8 kali 443.200.000 486.900.000 399.500.000
(proyeksi) 0
Tahun 5 5.616.200.00
11,8 kali 475.900.000 399.500.000 552.300.000
(proyeksi) 0
Tahun 6 6.031.800.00
11,8 kali 511.200.000 552.300.000 470.100.000
(proyeksi) 0

Harga Pokok Persediaan


Perputaran Rata-rata
Penjualan Awal Akhir
Persediaan Persediaan
(Rp) Tahun Tahun
Tahun 3 3.392.800.00
5,3 kali - - 664.700.000
(nyata) 0
Tahun 4 3.644.800.00
5,3 kali 687.700.000 664.700.000 710.700.000
(proyeksi) 0
Tahun 5 3.914.500.00
5,3 kali 738.600.000 710.700.000 766.500.000
(proyeksi) 0
Tahun 6 4.204.200.00
5,3 kali 793.200.000 766.500.000 820.000.000
(proyeksi) 0

Untuk piutang tampak bahwa kedua pendekatan di atas (menggunakan tingkat


pertumbuhan dan mengasumsikan perputaran piutang yang tetap) menghasilan
angka-angka yang cukup berbeda. Hal ini disebabkan karena piutang dagang naik
lebih cepat dibandingkan dengan penjualan pada tahun ke-3. Sebaliknya dengan
persediaan, kedua pendekatan dia atas menghasilkan angka yang tidak jauh
berbeda.
Tabel berikut ini meringkas pendekatan-pedekatan yang dapat dipakai untuk
memproyeksi aset.
Memproyeksi Memproyeksi
Total Aset Aset Individual

11
Menggunakan tingkat
X X
pertumbuhan hitoris
Menggunakan perputaran aset
X X
untuk memproyeksi aset

Tabel di atas tampak bahwa ada empat kombinasi yang dapat dipakai untuk
memproyeksi aset. Apabila tingkat pertumbuhan aset relatif stabil, maka keempat
pendekatan di akat menghasilkan angka-angka yang tidak jauh berbeda. Tetapi
kalau tingkat pertumbuhan tidak stabil, maka keempat pendekatan di atas mungkin
akan menghasilkan angka-angka yang cukup berbeda. Dalam hal penggunaan
tingkat pertumbuhan historis akan memberikan proyeksi yang lebih wajar. Manfaat
dari penggunaan perputaran aset untuk memproyeksi aset adalah karena jumlah aset
dikaitkan dengan proyeksi penjualan. Kadang-kadang prestasi manajemen dikaitkan
dengan perputaran aktiva (untuk menaikkan profitabilitas). Kalau manajemen
dievaluasi dengan cara semacam itu, penggunaan perputaran aset akan memberikan
tambahan keuntungan karena dapat dipakai sebagai dasar evaluasi manajemen.

5. Memproyeksikan Hutang dan Modal Saham


Setelah sisi kiri neraca proforma selesai disusun, tahap berikutnya adalan
menyususn sisi kanan neraca (sisi pasiva). Cara yang paling mudah untuk
menyusun komposisi pasiva adalah dengan menggunakan common size sisi kanan.
Pendekatan ini mengasumsikan bahwa komposisi semacam itu tidak akan berubah
untuk masa-masa datang. Kadang-kadang ada beberapa peristiwa yang merubah
total sisi kanan neraca, misalkan pada peristiwa pembelian perusahaan (leverage
buy-out), dan restrukturisasi. Pada peristiwa semacam ini barangkali common size
pada saat ini tidak bisa dipakai untuk memproyeksi sisi kanan neraca pada tahun-
tahun yang akan datang.
Berikut ini penyusunan proyeksi sisi kanan neraca.
Commo
Tahun 3
n size Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
(nyata)
(%)
PASIVA

12
Hutang Dagang 446.700.000 12,4 504.000.000 567.500.000 639.000.000
Hutang Wesel 138.000.000 3,8 154.400.000 173.900.000 195.800.000
Hutang jangka
278.600.000 7,7 313.000.000 352.400.000 396.800.000
pendek lainnya
Total Hutang
863.300.000 23,9 971.400.000 1.093.800.000 1.231.600.000
Lancar
Hutang jangka
525.800.000 14,6 593.400.000 668.100.000 752.400.000
panjang
Hutang jangka
325.500.000 9,0 365.800.000 411.900.000 463.800.000
panjang lainnya
1.930.600.00
Total Hutang 1.714.600.000 47,5 2.173.800.000 2.447.800.000
0
Total Modal 2.133.800.00
1.895.000.000 52,5 2.402.700.000 2.705.400.000
Saham 0
Total Hutanga dan 4.064.400.00
3.609.600.000 100,0 4.576.500.000 5.153.200.000
Modal Saham 0

6. Memproyeksikan Biaya Pendanaan


Setelah struktur modal diproyeksikan, analis dapat menghitung biaya
pendanaan (seperti bunga). Langkah ini memerlukan asumsi bahwa struktur modal
tidak akan berubah pada masa datang, dan juga dengan tingkat bunga. Apabila
struktur modal berubah (misal hutang lebih besar), maka resiko perusahaan berubah
dan dengan demikian tingkat bunga juga dapat berubah untuk mengkompensasi
kenaikan resiko.
Berikut ini perhitungan tingkat bunga untuk hutang-hutang perusahaan.
Biaya bunga bersih pajak (1 – 0,34) (53,9) 35,6
------------------------------------- = --------------------------------------- = --------
Rata-rata hutang yang 0,5(93,5+380,2+138,0+525,8) 568,8
Mempunyai beban bunga = 6,3%

Dalam perhitungan di atas, hutang yang mempunyai bunga diasumsikan datang


dari hutang jangka panjang dan hutang wesel. Kemudian, misal hutang keduanya

13
pada tahun 2 (Rp93.500.000,00 untuk hutang wesel dan Rp380.200.000,00 untuk
hutang jangka panjang) ditambah dengan hutang pada tahun 3 (Rp138.000.000,00
untuk hutang wesel dan Rp525.800.000,00 untuk hutang jangka panjang) dikalikan
0,5 untuk memperoleh hutang rata-rata. Tingkat pajak diasumsikan 34% dan ini
dipakai untuk menghitung biaya bunga bersih pajak yang menjadi angka yang
dibagi (numerator) untuk perhitungan di atas.
Setelah persentase tingkat bunga diketahui, tingkat bunga tersebut dipakai
untuk menentukan bunga dengan mengalikan tingkat bunga tersebut dengan rata-
rata hutang (yang terdiri dari hutang jangka panjang dan hutang wesel). Berikut ini
perhitungannya.
Hutang yang berbunga Rata-rata Biaya
Biaya
hutang bunga
Awal tahun Akhir tahun bunga
berbunga (Rp) bersih pajak
Tahun 4
663.800.000 747.800.000 705.800.000 6,3% 44.500.000
(proyeksi)
Tahun 5
747.800.000 842.000.000 794.900.000 6,3% 50.100.000
(proyeksi)
Tahun 6
842.000.000 948.200.000 895.100.000 6,3% 56.400.000
(proyeksi)

Biaya bunga tersebut (bersih pajak) kemudian dikurangkan dari pendapatan


operasional untuk memperoleh proyeksi laba bersih untuk setiap tahunnya.

7. Memproyeksikan Laporan Arus Kas


Langkah akhir adalah memproyeksi arus kas. Proyeksi arus kas diturunkan dari
proyeksi neraca dan proyeksi laba-rugi. Berikut ini laporan arus kas proforma.
Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6
OPERASI
1. Laba bersih 279.700.000 298.100.000 317.500.000
2. Plus: Depresiasi dan 182.400.000 205.400.000 231.300.000
Amortisasi 10.000.000 11.300.000

14
12.700.000

3. (Kenaikan) Penurunan Piutang Dagang (61.800.000) (69.100.000) (77.900.000)


4. (Kenaikan) Penurunan Persediaan (83.200.000) (94.200.000) (106.100.000)
5. (Kenaikan) Penurunan rekening dibayar
(11.100.000) (12.800.000) (14.400.000)
di muka
6. (Kenaikan) Penurunan Hutang Dagang 57.300.000 63.500.000 71.500.000
7. (Kenaikan) Penurunan Hutang lancar
34.400.000 39.400.000 44.400.000
lainnya
Aliran kas dari operasi 407.700.000 441.600.000 479.000.000
INVESTASI
8. (Kenaikan) Penurunan Surat Berharga (5.600.000) (5.200.000) (5.700.000)
9. (Kenaikan) Penurunan Aktiva Tetap, (419.500.000
(372.400.000) (472.300.000)
bersih depresiasi )
10. (Kenaikan) Penurunan Aktiva lainnya, (115.700.000
(101.400.000) (130.400.000)
bersih depresiasi )
(540.400.000
Aliran kas dari investasi (479.400.000) (608.400.000)
)
PENDANAAN
11. (Kenaikan) Penurunan Hutang Jangka
16.400.000 19.500.000 21.900.000
Pendek

12. (Kenaikan) Penurunan Hutang Jangka


67.600.000 74.700.000 84.300.000
Panjang

13. (Kenaikan) Penurunan Hutang Jangka


40.300.000 46.100.000 51.900.000
Penjang lainnya
(125.400.000
14. Dividen (114.500.000) (137.300.000)
)
15. (Kenaikan) Penurunan Modal Saham
73.600.000 96.200.000 122.500.000
bersih dari laba bersih dan dividen
Aliran kas dari pendanaan 83.400.000 111.100.000 143.300.000
16. Perubahan dalam kas 11.700.000 12.300.000 13.900.000

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Berikut ini penjelasan penyusunan laporan arus kas:


1. (1)Laba bersih: jumlah ini diambil dari laporan laba-rugi proforma.
2. (2)Depresiasi dan Amortisasi: jumlah ini diasumsikan naik dengan tingkat
kenaikan yang sama dengan aset (bangungan, mesin, peralatan, dan aset
lainnya). Aset ini diasumsikan untuk tumbuh dengan tingkat kenaikan 12,6%.
Tingkat kenaikan ini juga digunakan untuk menghitung depresiasi dan
amortisasi.
3. (3,4,5,6,7)Perubahan-perubahan dalam aktiva dan hutang lancar selain kas
diambil langsung dari neraca yang diproyeksikan.
4. (8)Perubahan surat berharga: pembelian dan penjualan surat berharga dan
investasi pada surat berharga (yang masuk aktiva tidak lancar) dimasukkan ke
dalam rekening Investasi. Perubahan-perubahan dalam rekening ini diambil
dari neraca yang diproyeksikan. Jika ada perubahan disebabkan karena
perubahan yang berkaitan dengan pendapatan, maka jumlah yang disebabkan
perubahan tersebut dimasukkan ke dalam operasi, bukan investais.
5. (9)Perubahan dalam bangungan, mesin, peralatan (bersih depresiasi):
pembelian dan penjualan bersih aktiva tetap termasuk dalam baris ini.
Depresiasi tidak dimasukkan karena depresiasi sudah dimasukkan ke dalam
operasi, yaitu baris 2.
6. (10)Perubahan dalan aktiva lainnya: biasanya aktiva lainnya datang dari
goodwill yang timbul dari selisih harga pembelian akuisisi dengan harga aset
yang dibeli. Jumlah ini bersih dari amortisasi karena amortisasi sudak
dimasukkan ke dalam operasi, yaitu baris 3.

16
7. (11,12,13)Perubahan dalam pinjaman, dan hutang non lancar lainnya biasanya
masuk dalam bagian pendanaan (financing), kecuali kalau ada informasi lain.
Jika hutang pajak non lancar (deferred income taxes) dilaporkan terpisah dari
hutang non lancar, maka perubahan-perubahan dalam hutang pajak tersebut
dimasukkan dalam bagian operasi, bukan dalam bagian pendanaan.
8. (14)Dividen: untuk memproyeksikan dividen diperlukan asumsi kebijakan
dividen. Banyak perusahaan yang mempunyai kebijakan untuk membayar
dividen yang konstan setiap tahunnya. Beberapa perusahaan mempunyai
kebijakan membayar dividen dengan rasio pembayaran dividen (payout ratio)
yang konstan. Misalkan dividen tumbuh 9,5% setiap tahunnya selama lima
tahun terakhir ini, tingkat pertumbuhan ini dapat dipakai untuk
memproyeksikan dividen pada masa-masa datang. Proyeksi dividen dengan
menggunakan tingkat pertumbuhan tersebut dapat dilihat pada tabel proyeksi
arus kas di atas.
9. (15)Perubahan modal saham: perubahan modal saham pada baris 15
merupakan perubahan modal saham yang belum termasuk dalam laba
operasional (baris 1) dan dividen (baris 14). Laba operasi dikurangi dividen
biasanya sama dengan laba yang ditahan. Dengan demikian baris 15 ini
merupakan perubahan dalam modal disetor. Nilai baris 15 yang positif
mencermingkan adanya saham baru yang masuk (emisi baru).
10. (16)Perubahan dalam kas: jumlah dari baris 1 sampai baris 15 akan
menghasilkan perubahan kas pada periode tersebut. Perubahan ditambah (atau
dikurangi apabila perubahan negatif) kas pada awal periode akan menghasilkan
kas akhir periode.

17
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Laporan Proforma adalah ikhtisar laporan keuangan yang menunjukkan harta


dan utang, atau pendapatan dan pengeluaran yang mungkin diakui pada masa
mendatang Laporan ini juga menunjukkan proyeksi pendapatan apabila
perusahaan akan merger dengan perusahaan lain, atau penjualan sebagian dan
operasinya perusahaan sering diminta untuk menyampaikan laporan proforma
ketika mengajukan aplikasi kredit.
Sebagai suatu bagian yang penting dalam proses perencanaan, laporan
keuangan proforma ini dapat menurunkan risiko seminimal mungkin dalam
memulai operasi dari bisnis. Ini juga merupakan dasar yang dapat meyakinkan
para kreditur dan investor yang menyediakan dana untuk bisnis yang baru ini.
Perencanaan keuangan sangat penting bagi setiap perusahaan untuk menyusun
rencana keuangan seberapa besar dana yang harus dikeluarkan, terutama pihak
manajemen apabila perencanaan keuangan disajikan dengan baik dan benar
tentunya peramalan keuangan untuk jangka waktu yang akan datang akan
terlaksana dengan baik pula.

B. Saran

Laporan keuangan proforma ini haruslah dapat dipertanggung jawabkan dan


akurat dan dapat menolong untuk memperoleh gambaran yang tepat untuk
memulai suatu bisnis. Ini harus didasarkan pada informasi yang dapat memberikan
proyeksi yang tepat untuk memperoleh jumlah profit yang diharapkan dari bisnis

18
dan juga kebutuhan keuangan yang diperlukan dalam tahun pertama operasi dan
sesudahnya.

19

Anda mungkin juga menyukai