Anda di halaman 1dari 10

RESUME

ANALISIS PROSPEKTIF

Mata Kuliah : Analisis Laporan Keuangan

Dosen Pembimbing : Pasti Erlina, S.Pd, M.Acc

Disusun Oleh :

1. Ana Rositawati ( 14622010658 )


2. Ninuk Agustina ( 14622010647 )

Fakultas Ekonomi

Program Studi S1 Akuntansi

UNIVERSITAS ANTAKUSUMA

Tahun Akademik 2017/2018


Analisis prospektif merupakan langkah akhir dalam proses analisis laporan
keuangan. Analisis ini dapat dilakukan hanya setelah laporan keuangan historis
disesuaikan untuk mencerminkan kinerja ekonomis perusahaan secara akurat.
Analisis prospektif meliputi peramalan posisi keuangan (neraca), laporan laba
rugi, dan laporan arus kas.

Analisis prospektif merupakan inti dari penilaian efek Analisis prospektif


juga berguna untuk menguji ketepatan rencana strategis perusahaan dan berguna
bagi kreditor untuk menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya.

Analisis prospektif dapat dilakukan hanya setelah laporan keuangan historis


disesuaikan untuk mencerminkan kinerja ekonomis perusahaan secara akurat.
Analis prospektif merupakan inti penilaian efek. Analisis prospektif juga berguna
untuk menguji ketepatan rencana strategis perusahaan. Untuk itu perlu dianalisis
apakah perusahaan mampu menghasilkan arus kas yang cukup untuk mendanai
pertumbuhan yang diharapkan atau apakah perusahaan memerlukan pendanaan
utang atau ekuitas di masa depan. Perlu dianalisis pula apakah rencana strategis
kini akan menghasilkan manfaat seperti yang diramalkan oleh manajemen
perusahaan. Dan akhirnya, analisis prospektif berguna bagi kreditor untuk menilai
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.

Analisis prospektif adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis


permasalahan dalam sistem ahli yang dapat menggabungkan pembuat keputusan
dalam rangka menyusun kembali beberapa perencanaan dengan pendekatan yang
berbeda. Masing-masing solusi yang dihasilkan berasal dari pendekatan yang
direncanakan dan bukan dari suatu rumusan yang bisa masing-masing kasus.

Tahapan analisis prospektif menurut Bourgeois (2002), yaitu; 1)


menerangkan tujuan studi; 2) melakukan identifikasi kriteria; 3) mendiskusikan
kriteria yang telah ditentukan; 4) analisis pengaruh antar kriteria; 5) merumuskan
kondisi faktor; 6) membangun dan memilih skenario dan 7) implikasi skenario.

1
Dalam metode prospektif, menentukan elemen kunci masa depan dilakukan
dengan tahapan yaitu; 1) mencatat seluruh elemen penting; 2) mengidentifikasi
keterkaitan; 3) membuat tabel yang menggambarkan keterkaitan; dan 4) memilih
elemen kunci masa depan.

Metode ini didasarkan pada suatu penggandaan matriks bujur sangkar


(matriks dengan jumlah baris dan kolom yang sama) yang berpangkat satu dalam
beberapa tahapan interasi untuk menyusun hirarki variabel-variabelnya. Analisis
variabel sistem dilakukan berdasarkan klasifikasi langsung dimana hubungan
antar variabel diperoleh secara langsung dari hasil identifikasi para pakar dan
stakeholders.

Variabel-variabel dibedakan atas variabel pengaruh dan variabel


ketergantungan serta memperhitungkan jarak dan umpan balik dari setiap variabel
terhadap variabel lainnya. Identifikasi hubungan antar variabel dilakukan dengan
menggunakan data kategori skala berjenjang yang menunjukkan intensitas
hubungan.

PROSES PROYEKSI

Proyeksi keuangan merupakan perencanaan keuangan perusahaan untuk


dimasa mendatang dengan berlandaskan pada laporan keuangan tahun yang lalu.
Perlu diketahui bahwa laporan keuangan yang masih dalam bentuk perencanaan
maka didalam laporan keuangan tersebut harus dicantumkan kata proforma
yang mempunyai arti bahwa laporan keuangan menunjukkan ikhtisar kondisi
keuangan perusahaan yang belum dilaksankan. Informasi yang didalamnya masih
dalam bentuk proyeksi/perencanaan mengenai kondisi keuangan dimasa yang
akan datang.
1. Proyeksi Laporan Laba Rugi
Proses proyeksi dimulai dengan pertumbuhan penjualan yang diharapkan,
misalnya dengan menggunakan tren historis untuk memprediksi tingkat penjualan
di masa depan. Analisis lebih rinci juga bisa melibatkan informasi eksternal

2
seperti tingkat aktivitas ekonomi makro yang diharapkan, peta persaingan, dan
bauran toko baru dan toko lama.
Setelah penjualan diproyeksi, margin laba kotor diproyeksi beradasarkan tren
historis, kekuatan ekonomi dan tingkat kompetisi pasar. Biaya penjualan, umum
dan administrasi biasanya diasumsikan tetap konstan (tiak bergantung dari
penjualan), sedangkan biaya tenaga kerja (gaji) serta biaya iklan memerlukan
estimasi lebih lanjut.
Beban penyusutan merupakan pos material dan harus diproyeksi secara
terpisah. Penyusutan merupakan beban tetap dan merupakan fungsi dari jumlah
aset yang dapat disusutkan. Untuk itu beban penyusutan harus dihitung
berdasarkan persentase penyusutan dikalikan saldo akhir aset di tahun sebelumnya
(ditambah pengeluaran modal untuk membeli aset baru apabila ada). Demikian
pula halnya dengan beban bunga yang dihitung berdasrkan persentase suku bunga
dikalikan dengan utang pada awal periode (saldo akhir utang berbunga pada
periode sebelumnya).

Contoh :
Langkah 1
PT ABC
Laporan L/R per 31 Desember 2015 dan Laporan L/R Proforma 31 Desember 2016
2015 2016 (Proforma)
naik 40% dari penjualan bersih
Penjualan Bersih 34.450.288.560 48.230.403.984 2015
naik 40% dari penjualan bersih
HPP 27.498.976.340 38.498.566.876 2015

Laba Kotor 6.951.312.220 9.731.837.108


naik 10% dari penjualan bersih
Biaya Operasional 4.539.792.012 4.823.040.398 2016

EBIT 2.411.520.208 4.908.796.710


naik 2% dari penjualan bersih
Biaya Bunga (6.151.110) 964.608.080 2016

EBT 2.405.369.098 3.944.188.630

Pajak 20 % (481.073.820) 788.837.726


Laba Bersih 1.924.295.278 3.155.350.904

3
Note : Proyeksi menggunakan Persentase
Penjualan Analisa pertama adalah pada akun penjualan, hal ini dikarenakan
pendapatan terbesar dr perusahaan adalah dari penjualan. Pada umumnya
penjualan akan mengalami kenaikan penjualan setiap tahun karena dipengaruhi
oleh waktu uang dan inflasi yang mempengaruhi harga bahan baku, kenaikan
upah buruh dan sebagainya.
Kelemahan Persentase Penjualan Berdasarkan data yang diperoleh
bahwa proyeksi Laporan keuangan dengan metode penjualan adalah kurang
akuransinya angka hasil proyeksi. Hal ini terjadi akibat digunakannya rasio
historis antara penjualan dan HPP, biaya operasi, dan biaya bunga. Rasio ini akan
menimbulkan kesan bahwa semua kompunen biaya adalah biaya variable atau
tidak ada biaya tetap. Masalah akan muncul jika terjadi penurunan atau kenaikan
volume penjualan. Perubahan pada volume penjualan akan diikuti oleh perubahan
persentase yang sama besarnya dalam ketiga factor tersebut. Hal ini mengurangi
tingkat akuransi proyeksi laporan yang dibuat.
Tetapi kelemahan ini dapat dihilangkan dengan cara membagi komponen-
kompunen biaya menurut sifat masing-masing. Misalnya setiap kompunen biaya
dipilih menjadi biaya variable dan biaya tetap. Setelah itu ditetapkan besarnya
persentase untuk tiap kompunen biaya. Misalnya besar biaya persentase biaya
variable untuk biaya operasi adalah 10% dari penjualan.
Langkah 2
PT ABC
Laporan L/R per 31 Desember 2015 dan Laporan L/R Proforma 31 Desember
2016
2015 2016
Penjualan Bersih 34.450.288.560 48.230.403.984
HPP:
Variabel 7.498.976.340 10.498.566.876*
Tetap 20.000.000.000 20.000.000.000
Laba Kotor 6.951.312.220 17.731.837.108
Biaya Operasional
Variabel 3.445.028.856 4.823.040.398**
Tetap 1.094.763.156 1.094.763.156
EBIT 2.411.520.208 5.917.803.554

4
Note : Jelas dapat dilihat perbedaan yang begitu besar dari perolehan EBIT.
Terutama kita lihat dari laporan proforma (2016) yang sebelumnya kita peroleh
3.155.350.904 menjadi 5.917.803.554 terjadi kenaikan. Hal ini disebabkan adanya
perhitungan biaya tanpa pemilahan sifat, setiap kenaikan penjualan akan diikuti
persentase yang sama dengan biaya-biaya. Diperolehnya angka :
a. 7.498.976.340 + (40% x 7.498.976.340) = 10.498.566.876*
b. 20.000.000.000 angkanya selalu tetap karena fix cost besarnya tetap disetiap
tahunnya;
c. 48.230.403.984 x 10% = 4.823.040.398 (dibulatkan)**
d.1.094.763.156 angkanya selalu tetap karena fix cost besarnya tetap disetiap
tahunnya;
Jadi apabila perusahaan yang dibuat adalah perusahaan lingkup kecil tanpa
menghiraukan adanya penggolongan biaya (variable atau tetap) dengan kata lain
perusahaan mengatakan semua biaya adalah biaya variable maka langkah pertama
yang akan kita ambil. Tetapi apabila perusahaan lingkup besar atau di golongkan
setiap kompunen biaya maka langkah II yang dipakai dalam menuyusun proyeksi.
Apalagi dapat diketahui bahwa volume penjualan di perusahaan itu tinggi baik
penurunan atau kenaikannya.

2. Proyeksi Neraca
Ramalan terhadap neraca dapat meliputi beberapa langkah berikut:
a. Buatlah proyeksi aset lancar selain kas, dengan menggunakan proyeksi
penjualan atau harga pokok penjualan dan rasio perputaran yang relevan
Proyeksi Penjualan
Tingkat perputaran piutang usaha
b. Buatlah proyeksi kenaikan aset tetap dengan estimasi pengeluaran modal yang
didasarkan pada tren historis atau informasi dalam bagian Management
Discussion and Analysis-MDA di laporan tahunan.
c. Buatlah proyeksi kewajiban lancar selain utang dengan menggunakan proyeksi
penjualan atau harga pokok penjualan dan rasio perputaran yang relevan

5
d. Hitunglah bagian lancar hutang jangka panjang (bagian yang jatuh tempo) dari
catatan utang jangka panjang
e. Utang jangka pendek lainnya diasumsikan tidak berubah dari tahun-tahun
sebelumnya kecuali menunjukan tren yang jelas berbeda
f. Saldo awal utang jangka panjang diasumsikan sama dengan utang jangka
panjang tahun lalu dikurangi dengan bagian yang jatuh tempo.
g. Asumsikan kewajiban jangka panjang lainnya sama dengan saldo tahun lalu
kecuali menunjukan tren yang jelas berbeda
h. Saham biasa awal diasumsikan sama dengan saldo tahun lalu
i. Laba ditahan diasumsikan sama dengan saldo tahun lalu ditambah (dikurangi)
dengan laba (rugi) bersih dan dikurang dividen yang diperkirakan.
j. Pos ekuitas lainnya diasumsikan sama dengan saldo tahun, kecuali
menunjukkan tren yang jelas berbeda.

Jumlah angka c) s.d j) menghasilakn total kewajiban dan ekuitas. Karena


total kewajiban dan ekuitas sama dengan total aset, maka angka Kas diperoleh
dari total aset dikurangi item pada angka a) dan b). Pada titik ini kas akan terlalu
tinggi atau terlalu rendah. Selanjutnya, utang jangka panjang dan saham
disesuaikan untuk penerbitan (pembelian kembali) yang diperlukan untuk
mencapai tingkat kas yang diinginkan dan untuk mempertahankan leverage
keuangan historis.

Contoh : Neraca perusahaan Tahun 2011 2012 berikut beberapa rasio


disajikan proyeksi laporan laba rugi perusahaan.

PT ABC
Neraca
Per 31 Desember 2011 (Dalam Ribuan Rupiah)
AKTIVA PASSIVA
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar

Kas dan Bank 193.012.944 Hutang Dagang 6.185.561.705

Piutang Dagang 6.804.869.313 Hutang Bank 1.130.836.955

Persediaan 3.493.722.140 Hutang Pajak 2.684.946.087

6
Jumlah Aktiva lancar 10.491.604.397 Hutang Lancar Lainnya 1.057.313.556

Jumlah Kewajiban lancar 11.058.658.303


Aktiva Tetap

Inventaris 840.454.185 Modal

Akm. Penyusutan (523.279.228) Modal 1.050.000.000

Jumlah Aktiva Tetap 317.174.957 Laba(rugi) ditahan (3.453.883.785)

Laba(rugi) tahun berjalan 2.154.004.836

Jumlah Ekuitas (249.878.949)

Jumlah Aktiva 10.808.779.354 Jumlah Passiva 10.808.779.354

Menganalisa akun-akun mana saja yang diperkirakan akan naik, dan


dituangkan kedalamNeraca Proforma. Jika dalam perhitungan tersebut terjadi
ketidakseimbangan antara pos Aktiva dan Pos Pasiva, maka kita diperbolehkan
membuat angka penyeimbang (plug figure) sehingga menjadi seimbang.

PT ABC
Neraca Proforma
Per 31 Desember 2012 (Dalam Ribuan Rupiah)
AKTIVA PASSIVA
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar

Kas dan Bank 193.012.944 Hutang Dagang 2.009.600.166

Piutang Dagang 2.009.600.166 Hutang Bank 1.130.836.955

Persediaan 3.493.722.140 Hutang Pajak 2.684.946.087

Jumlah Aktiva lancar 5.696.335.250 Hutang Lancar Lainnya 1.057.313.556

Jumlah Kewajiban lancar 6.882.696.764


Aktiva Tetap

Inventaris 840.454.185 Modal


Akm. Penyusutan Modal

7
(523.279.228) 1.050.000.000

Jumlah Aktiva Tetap 317.174.957 Laba(rugi) ditahan 2.463.919.769

Angka Penyeimbang 6.537.111.163 Laba(rugi) tahun berjalan 2.154.004.837

Jumlah Ekuitas 5.667.924.606

Jumlah Aktiva 12.550.621.370 Jumlah Passiva 12.550.621.370

ANALISA :
a. Analisa pertama adalah peningkatan omzet penjualan sebesar 40% dan jumlah
rata-rata piutang diperkirakan sebesar 50%. Dengan demikian rata-rata umur
piutang adalah 50% x 30 hari = 15 hari. Jadi (15/360) x 48.230.403.984 =
2.009.600.166 (dibulatkan).
b. Sekarang disisi Pasiva . Harga pokok pembelian bahan-bahan adalah 25% dari
harga penjualan : 25% x 48.230.403.984 = 12.057.600.996 dan umur rata-rata
hutang adalah 60 hari maka besarnya taksiran hutang dagang adalah 60/360 x
12.057.600.996 = 2.009.600.166 (dibulatkan).
c. Besarnya R/E mengalami perubahan yaitu 2.463.919.769 asalnya dari
((3.453.883.785)

3. Proyeksi Laporan Arus Kas


Proyeksi laporan arus kas disajikan pada tabel di bawah ini.

Proyeksi Laporan Arus Kas PT ABC

Estimasi Tahun 2002


Laba Bersih $ 1.378
Penyesuaian Laba Menjadi Arus kas
Penyusutan $ 1.263
Piutang usaha $ (310)
Persediaan $ (360)
Utang Usaha $ 336
Beban Akrual $ 127
Pajak $ 1

8
Arus Kas Bersih dari Ativitas Operasi $ 2.435

Pengeluaran Modal $ (3.419)


Arus Kas Bersih dari Ativitas Investasi $ (3.419)

Utang Jk. Panjang $ 1.295


Tambahan Modal Disetor $ 20
Dividen $ (204)
Arus Kas Bersih dari Ativitas Pendanaan $ 1.111

Perubahan Bersih Kas $ 127


Kas Awal $ 499
Kas Akhir $ 626

Kelemahan dalam Model Proyeksi Keuangan :


1. Model proyeksi keuangan tidak mengindikasikan kebijakan keuangan mana
yang paling baik, namun hanya menggambarkan beberapa alternative kondisi;
2. Banyak simplifikasi dari keadaan sebenarnya sedangkan keadaan sebenarnya
dapat berubah menjadi hal yang tidak diduga sebelumnya;
3. Tanpa perencanaan jangka pendek perusahaan seperti dalam laut yang
berombak tanpa kemudi untuk pegangan. Perencanaan keuangan harus
diterjemahkan dalam detail anggaran keuangan dan operasi.

Sumber : http://bagus-ahmad.blogspot.co.id/2016/01/analisis-prospektif.html

Anda mungkin juga menyukai