Anda di halaman 1dari 25

BEYOND

2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

BEYOND BUDGETING
Pada saat ini anggaran tradisional masih banyak digunakan oleh sebagian
perusahaan swasta di seluruh dunia, tetapi kelemahan-kelemahan anggaran
tradisional yang banyak menghambat perkembangan inovasi perusahaan
mendorong dikembangkannya sistem anggaran yang lebih baik baik (better
budgeting). Dengan konsep baru yang dikembangkan saat ini yaitu beyond
budgeting (disebut juga better budgeting atau advanced budgeting) telah
memberikan bukti dan analisa yang cukup menjamin perusahaan untuk terus
beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat. Konsep beyond budgeting akan
membebaskan orang-orang yang capable dari kontrak kinerja yang bersifat top
down yang tentunya akan membatasi mereka untuk melakukan sumber dayanya
secara efektif untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan secara konsisten.
Dengan jumlah intellectual asset yang mencapai 8% 90% tentunya sumber daya
manusia merupakan asset yang paling besar dalam suatu perusahaan sehingga jika
waktu mereka sebagian besar digunakan untuk menyusun anggaran akan sangat
tidak efisien dan efektif. Dan setelah itu mereka akan bertindak untuk perusahaan
dengan dibatasi oleh anggaran yang sangat mengekang mereka untuk berinovasi
dalam rangka memuaskan konsumen yang tentunya akan berdampak pada
peningkatan profitabilitas perusahaan secara konsisten.

Penganggaran tradisional sebagai suatu instrumen manajemen dalam mengelola


perusahaan semakin terlihat sebagai suatu hambatan untuk mendorong manajer-
manajer perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan secara maksimal,
Page

karena jumlah rupiah budget sifatnya terus naik (incremental), menghabiskan


1

banyak waktu sampai ratusan jam pegawai, terfokus pada nilai rupiah, dan
mengabaikan kinerja, dan mengarahkan pegawai untuk memfokuskan pada
sasaran-sasaran yang salah dengan mengorbankan layanan konsumen dan
keseluruhan tujuan perusahaan. Di samping itu juga penganggaran disebut bersifat
otokratik karena manajemen pusat menguasai dan membatasi fleksibilitas
manajer-manajer dibawahnya sehingga dapat membatasi kapasitas mereka untuk
berinovasi. Penganggaran juga dapat dilihat sebagai konsep yang usang dan kuno,
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

dan sebagai salah satu dari beberapa fungsi administrative yang teknologinya
tidak banyak mengalami kemajuan. Bahkan kegagalan perusahaan seperti Enron
dan WorldCom sebagian disalahkan karena insentif penganggaran yang
menaikkan suatu “permainan” dan “pesan” angka. Pada saat sekarang, untuk
meraih sukses perusahaan harus melepaskan produk baru ke pasar dengan interval
waktu yang pendek, membentuk hubungan sistematik yang menguntungkan dalam
jangka panjang dengan konsumen dan partner kerja, secara konstan
mengembangkan sumber daya manusia perusahaan, dan memelihara karyawan
yang baik, dan paling tidak memuaskan permintaan investor dengan kinerja
keuangan yang baik. Oleh karena itu, sekarang perusahaan-perusahaan harus
melakukan sesuatu yang sangat berbeda pada waktu yang sama.

Menurut Aaron Wildavsky yang dikutip oleh Christensen dalam Government


Finance Review (2003) bahwa terjadi sesuatu yang salah terhadap penerapan
budget, yaitu:
“Over the last century, the traditional budget has been condemned as mindless,
because its lineitems do not match programs; irrational, because they deal with
inputs instead of outputs; shortsighted, because they cover one year instead of
many; fragmented, because as a rule only changes are reviewed; conservative,
because these changes tend to be small and ineffective. Yet despite these faults the
traditional budget reigns supreme virtually everywhere, in practice if not in
theory. Why?”
Lebih lanjut Aaron mengemukakan lagi bahwa traditional budget ini juga telah
melahirkan sebuah proses percobaan yang panjang namun hanya merupakan
Page

tantangan yang pada umumnya menjadi hal yang sia-sia (sesuatu yang merupakan
2

sisa yang tidak berguna). Sehingga budget menjadi sebuah yesterday’s news bagi
para manager yang selalu berhadapan dengan pelaksanaan program dan kinerja di
masa depan. Jelas hal ini sulit dipercaya untuk dijadikan sebagai pedoman dimana
informasi yang telah berlalu akan mampu mengikuti perubahan di masa yang akan
datang. Senada dengan Aaron, menurut Hope dan Fraser dalam Beyond
Budgeting Round Table (2001) bahwa budget atau disebut juga budget contract
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

tersebut telah salah dipersepsikan oleh manajemen, sehingga implementasinya


menjadi keliru, sebagaimana kutipan di bawah ini:
“The budget contract is a relic from an age when head office people made the
decision and front line works were told what to do. But such remote-control
management no longer works in an age when decisions have to be made quickly
at the front line to meet the exact (and exacting) needs of customers. To believe in
the effectiveness of performance contracts you must, by and large, believe that
setting or negotiating fixed financial targets is the best way to maximize profit
potential; that financial incentives build motivation and commitment; that annual
plans are the best way to direct actions that maximize market opportunities; that
leaders are best placed to make resource allocation decisions that optimize
efficiency; that leaders can effectively coordinate plans and actions to bring
coherence; and that financial reports provide relevant information for effective
decision-making. However, if we examine each of these beliefs underlying the
budget contract, we can see that every one turns out to be a fallacy”.
Dari apa yang telah dikemukan di atas yang terjadi pada anggaran karena orientasi
pemikiran dewasa ini terhadap pengalaman masa lalu tidaklah lagi relevan dengan
kondisi perubahan saat ini. Manager lebih dituntut untuk mampu membaca situasi
yang akan datang. Hal ini dapat dicapai melalui kesempurnaan manajemen baik
dari sistem yang digunakan sampai sumber daya yang terlibat dalam pengelolaan
manajemen tersebut. Menurut Hope dan Fraser (2001), meninggalkan proses
penganggaran tahunan membuka dua peluang. Pertama adalah memungkinkan
suatu keadaan proses manajemen yang lebih adaptif, dan yang kedua adalah
memungkinkan suatu organisasi yang terdesentralisasi secara radikal. Para penulis
Page

buku tersebut menyajikan studi-studi kasus perusahaan yang berlokasi di


3

Denmark, Perancis, dan Swedia yang membuang penganggaran demi kepentingan


proses-proses baru yang dikenal dengan nama model beyond budgeting.

Konsep Beyond Budgeting


BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

Pada saat ini anggaran tradisional yang telah dijelaskan diatas masih banyak
digunakan oleh sebagian perusahaan swasta di seluruh dunia, tetapi kelemahan-
kelemahan anggaran tradisional yang banyak menghambat perkembangan inovasi
perusahaan yang merupakan kunci sukses untuk bertahan di dunia bisnis
mendorong dikembangkannya system anggaran yang lebih baik baik (better
budgeting). Dengan konsep baru yang dikembangkan saat ini yaitu beyond
budgeting (disebut juga better budgeting atau advanced budgeting) telah
memberikan bukti dan analisa yang cukup menjamin perusahaan untuk terus
beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat. Christensen dalam Government
Finance Review (2003) memberikan pernyataan pada beyond budgeting yaitu:
“Beyond Budgeting is a provocative book that does a respectable job of
describing some of the frustrations people experience with budgeting”.
Jadi beyond budgeting ini merupakan konsep yang sangat memprovokatif
perusahaan - perusahaan yang merasa frustasi oleh sistem penganggaran untuk
mencoba mengoperasikan perusahaan dengan menggunakan konsep beyond
budgeting. Beyond budgeting dapat mendukung setiap fungsi manajemen yang
selalu berinteraksi baik dengan lingkungan internal maupun eksternal perusahaan.
Dengan beyond budgeting, perusahaan mampu menjadi lebih adaptif dan dapat
merespon lebih cepat terhadap perubahan yang terjadi dari rencana yang telah
ditetapkan. Disamping itu juga sangat membantu manajemen dalam
memamfaatkan seluruh potensi penuh dari implementasi management tools
lainnya seperti EVA (Economic Value Added), Benchmarking, Balanced
Scorecard, Activity-Based Management maupun Rolling Forcasts. Semua tools
tersebut mampu dijadikan partner oleh beyond budgeting dalam merespon setiap
Page

keinginan dan kebutuhan manajemen. Hope dan Fraser mengemukakan dalam


4

Beyond Budgeting Round Table, Question and Answer (2001) mengenai


pengertian beyond budgeting adalah:
“Beyond budgeting is about releasing capable people from the chains of the top-
down performance contract and enabling them to use the knowledge resources of
the organization to satisfy customers profitably and consistently beat the
competition. With intellectual assets accounting for 80-90% of shareholder value
today, people really are the organization’s most valuable asset. But the way the
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

annual budget contract works means that their energy and ingenuity is used more
for negotiating the budget than for creating value for customers and
shareholders. The budget contract is a relic from an earlier age. It is expensive,
absorbs far too much time, adds little value, and should be replaced by a more
appropriate performance management model”.
Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa konsep beyond budgeting akan
membebaskan orang-orang yang capable dari kontrak kinerja yang bersifat top
down yang tentunya akan membatasi mereka untuk melakukan sumber dayanya
secara efektif untuk meningkatkan profotabilitas perusahaan secara konsisten.
Dengan jumlah intellectual asset yang mencapai 8%-90% tentunya sumber daya
manusia merupakan asset yang paling besar dalam suatu perusahaan sehingga jika
waktu mereka sebagian besar digunakan untuk menyusun anggaran akan sangat
tidak efisien dan efektif. Dan setelah itu mereka akan bertindak untuk perusahaan
dengan dibatasi oleh anggaran yang sangat mengekang mereka untuk berinovasi
dalam rangka memuaskan konsumen yang tentunya akan berdampak pada
peningkatan profitabilitas perusahaan secara konsisten. Beyond budgeting yang
menganggap bahwa kekuatan sumber daya manusialah yang akan mampu
memberikan perubahan setiap saat, bukan hanya sebuah “kertas” dengan
segudang rencana tertulis. Beyond budgeting memberikan kebebasan manusia
dalam melakukan setiap aktivitas yang berhubungan baik dari dalam maupun dari
luar perusahaan. Demikian juga halnya bagi perusahaan yang menghasilkan
produk, konsumen yang juga dianggap manusia menjadi sangat berarti dalam
membandingkan hasil yang telah dilakukan dengan menggunakan beyond
budgeting ini. Disamping itu manusia juga dianggap sebagai organization’s most
Page

valuable asset (asset organisasi yang paling berharga) karena manusia mampu
5

beradaptasi dan memberikan respon langsung terhadap perubahan yang terjadi


khususnya bagi konsumen. Dalam hal ini value chain yang dipakai oleh
perusahaan sangat mendukung terlaksananya implementasi beyond budgeting.
Sehingga konsumen tidak dibiarkan dengan hanya cukup membeli produk saja,
namun sampai kepada apa yang dipakai oleh konsumen di “rumah” mereka
menjadi sebuah masukan bagi perusahaan. Daum (2002) menyarankan kepada
manajemen agar dapat menggunakan sebuah konsep baru yang telah berkembang
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

saat ini yaitu beyond budgeting untuk merespon secara cepat perkembangan pasar
dalam lingkungan ekonomi yang serba cepat. Dan hal ini jelas sekali telah
mendorong perusahaan agar peka terhadap perubahan yang teradi dan sulit
dibendung tersebut. Sedangkan menurut Shane Johnson (2005) beyond budgeting
merupakan sebuah model yang membawa pengembangan bagi responsibilitas
managerial dimana kekuatan dan tanggung jawab merupakan dua hal yang saling
bergandengan. Apabila dikaji dari pengertian-pengertian yang telah diberikan di
atas dapatlah dikatakan bahwa beyond budgeting merupakan sebuah alat yang
cukup fleksibel. Implementasinya tidak pernah membatasi pihak-pihak tertentu,
bahkan konsumen sebagai pihak luarpun ikut dilibatkan dalam mengevaluasi
keberhasilan perusahaan. Beyond budgeting juga tidak hanya terbatas pada
pemahaman hubungan dengan konsumen saja namun perkembangan teknologi
dan ekonomi politik-pun ikut mempengaruhi dasar pemikiran dalam penerapan
konsep ini. Untuk lebih jelasnya berikut akan dibahas konsep yang mendasari
beyond budgeting dengan prinsip-prinsip yang telah dikembangkan dewasa ini.
Implementasi beyond budgeting didasari oleh konsep yang dapat memberikan
prinsip bagi penerapannya dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Konsep ini
diturunkan dari berbagai situasi manajemen yang mulai terjepit dengan perubahan
saat ini. Konsep yang akan diajukan lebih merupakan perbaikan-perbaikan pada
hal-hal yang tidak mampu dipecahkan oleh budget dimasa lalu. Tujuan dari
penerapan konsep ini lebih ditekankan pada keseluruhan bentuk efisiensi yang
diinginkan oleh perusahaan. Konsep ini diinginkan agar mampu membantu
perusahaan secara penuh untuk mewujudkan tujuan perusahaan dalam
mempertahankan seluruh komitmennya baik dengan pihak internal maupun
Page

eksternal. Sehingga jelas akan terbukti kekuatan yang dimiliki perusahaan dalam
6

menghadapi persaingan yang begitu ketat dan membutuhkan strategi-strategi


tertentu dalam melawan berbagai perubahan. Seperti yang di kemukakan oleh
Daum dalam Newslatter “Controlling & Finance (2002) bahwa:
“The objectives of Better Budgeting are more efficient controlling processes,
speeding up planning and (still existing) budgeting or operational planning
processes, and the transition to rolling processes in comparison to one-off annual
budgeting action”.
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

Dari apa yang telah dikutip di atas maka dapatlah dikatakan bahwa penerapan
konsep ini akan benar-benar memperlihatkan suatu bentuk kerangka efisien yang
menitikberatkan pada control yang nyata bagi keberhasilan perusahaan. Dapat
dipastikan bahwa dewasa ini begitu banyak pihak yang menginginkan perusahaan
menjadi lebih efisien, karena efisien merupakan ukuran yang paling tepat dalam
melihat kinerja perusahaan. Kutipan di atas juga masih menyinggung keberadaan
budget yang lama, artinya budget tersebut tetap masih dipakai namun posisinya
hanya menjadi bagian kecil dari implementasi beyond budgeting secara
keseluruhan. Dalam konsep ini budget yang lama menjadi pendukung saja, namun
peran yang cukup besar tetap diperoleh dari beyond budgeting itu sendiri. Seperti
yang telah dikemukan di atas dalam pengertiannya bahwa beyond budgeting telah
memberikan makna yang cukup luas dimana tidak hanya mencakup internal saja,
namun juga eksternal perusahaan.
Sebelum melihat apa saja yang ditawarkan oleh konsep ini, maka terlebih dahulu
harus dipahami beberapa hal yang menyangkut kondisi perusahaan. Kondisi-
kondisi ini akan mampu mendukung implementasi dari beyond budgeting itu
sendiri. Berbagai bentuk management tools seperti yang telah disebutkan di atas
akan sangat mendukung terlaksananya penerapan konsep ini. Berikut adalah
berbagai pengembangan yang mendukung pelaksanaan beyond budgeting menurut
Daum (2002), yaitu:
1. Reduction of the level of detail of planning / level of detail dependent on
the planning area and the situation
2. Continuous rolling forecasting instead of only annual planning
3. Rolling strategic planning that can lead also to mid-year strategic
Page

4. Non-financial performance measures (output-oriented) flow into the


7

operational plan / budget, which are geared to relative (external) targets


5. Changes in the operational business or of strategic targets lead to mid-
year plan/budget adjustments
6. All operative areas are taken inti account, as a result trade-offs within a
company’s business system, such as between short term profit targets and
long term innovation objectives, become transparent early enough in
order to be managed actively
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

7. Clear top-down targets, but decentralized, operational planning


8. Use of software-based planning and performance management systems.
Dari kutipan di atas ternyata penerapan konsep beyond budgeting sebaiknya harus
didukung oleh paling kurang delapan hal yang telah diberikan di atas. Hal ini
dimaksudkan agar konsep yang akan diterapkan atas dasar prinsip-prinsip yang
ingin dikembangkan mampu teraplikasi dengan baik. Perombakan sistem
manajemen secara keseluruhan harus didukung oleh semua sektor. Dapat dilihat
bahwa mulai dari tingkatan level manajemen yang mempengaruhi penyusunan
perencanaan sampai kepada teknologi (software) yang dipakai harus menjadi
pertimbangan. Misalnya pada point 7 (tujuh) di atas apabila sebuah perusahaan
masih mengandalkan sistem pertanggungjawabannya atas sentralisasi, maka
sebaiknya harus diganti menjadi desentralisasi. Hal ini bertujuan untuk
memberikan kebebasan kepada setiap pihak dalam mengambil keputusan sesuai
dengan respon pada setiap perubahan yang ditemui dalam operasi, sehingga akan
mempercepat proses pengambilan keputusan. Akhirnya keputusan yang
diinginkan tidak lagi terhambat oleh prosedur yang ada dan hal ini akan
memberikan hasil secara langsung apa yang harus dilakukan dalam waktu cepat.
Dengan demikian penerapan konsep yang akan dilaksanakan akan memberikan
hasil yang maksimal sesuai dengan kebutuhan. Perlunya revisi sistem secara
keseluruhan akan sangat membantu nantinya untuk mengukur ataupun menilai
setiap perkembangan yang akan dicapai. Karena beyond budgeting secara
keseluruhan merupakan penjelmaan dari seluruh management tools maupun
management system yang dipakai saat ini. Kemudian menurut Daum lagi dari
hasil penelitiannya dalam Controlling & Finance, July 2002 diberikan beberapa
Page

prinsip yang mendasari dari 13 perusahaan yang tidak memanfaatkan budget


8

secara baik dan benar. Hal ini dipandang dari sisi beyond budgeting merupakan
sebuah konsep yang tidak hanya memberikan koreksi pada budget tradisional
namun juga memberikan sebuah prinsip kepemimpinan yang baru (new
leadership).
Terdapat dua belas hal yang mendasari konsep ini (gambar 1) yaitu:
The Leadership principle:
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

Creation of a performance management climate that measures success against


the competition and not against an internally focused budget
Motivation through challenges and transferring responsibility within
clearly defined enterprise values
Delegation of responsibility to operational managers, who can make
decisions themselves
Empowerment of operational managers by giving them the means to act
independently (access to resources)
Organization based on customer-oriented teams, who are responsible for
satisfied and profitable customers
Creation of a single “truth” in the organization with open and transparent
information system

The Performance Management Principles:


➢ The target setting process is based on the agreement of external
benchmarks
➢ The motivation and reward process is based on the success of the team
compared to the competition
➢ Strategy and action planning is delegated to operational managers and
takes place continuously
➢ The resources utilization process is based on direct local access to
resources (within agreed parameters)
➢ The coordination process coordinates the use of resources on the basis of
internal markets
Page

➢ The measurement and controlling process provides quick and open


9

performance information for multilevel control


Setelah dua belas prinsip yang dikemukakan dalam konsep di atas, Christensen
dalam Government Finance Review (2003) ikut memberikan enam proses prinsip
yang dinilai cukup adaptif untuk penerapan beyond budgeting ini yaitu;
1. Set stretch goals aimed at relative improvement
2. Base evaluation and rewards on relative improvement contracts with hindsight
3. Make action planning a continous and inclusive process
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

4. Make resources available as required


5. Coordinate cross-company actions according to prevailing customer demand
6. Base controls on effective governance and on a range of relative performance
indicators
Selanjutnya Schaffer dan Zyder dalam Research Paper no.5 (2003) juga ikut
memberikan konsep yang berisikan dua belas prinsip pengimplementasian beyond
budgeting. Konsep ini membagi atas dua bagian yang masing-masing terdiri dari
enam kategori prinsip. Enam prinsip yang pertama menjelaskan tentang
kemungkinan manajemen untuk menjadi sebuah organisasi yang lebih adaptif
dalam menghadapi perubahan dan enam prinsip yang kedua memungkinkan
perusahaan menjadi sebuah desentralisasi yang radikal, yaitu:
To enable the adaptive organization the following points were named:
✔ Target that are relative to the internal and external competition to be
mutually adjusting and to stretch performance
✔ Anticipatory performance management system including rolling forecasts
to enable continous adjustments of strategic decisions.
✔ A rolling strategy process to promote a strategy-based coordination of
activities.
✔ Internal markets to provide an efficient and market-oriented resource
allocation.
✔ Decentralized reviews that are supplemented by “Management by
Exception”.
✔ Rewards based on relative performance which compare results of business
units or the corporation to foster teamwork and cooperation. The
Page

following six principles refer to corporate culture and organizational


10

issues and aim to enable a decentralized organization:


✔ Governing through shared values and clear boundaries to allow quick
local decisions.
✔ Profit centers to create a network organization that is focused on people
and customers.
✔ Internal Markets instead of coordination by plans to improve
responsiveness. Delegation to give people the freedom and capability to
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

act. Responsibility for results of local managers to foster performance. A


“coach & support” leadership style to support managers.
Selanjutnya Hope dan Fraser juga ikut mengemukakan dua belas prinsip beyond
budgeting dalam Beyond Budgeting Round Table (2001) yang secara jelas juga
dipaparkan ke dalam dua bentuk prinsip yang masing-masing terdiri dari enam
prinsip yang pertama menyangkut kinerja manajemen dan enam prinsip
berikutnya menyangkut kepemimpinan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
berikut:
Key performance management principles:
• Beat the competition
• Reward team-based competitive success
• Make strategy a continuous and inclusive process
• Draw resources when needed
• Coordinate cross-company interactions through “market-like” forces
• Provide fast, open information for multi-level control

Key leadership principles:


 Create a performance climate based on sustained competitive success
Build the commitment of teams to a common purpose, clear values, and
shared rewards
 Devolve strategy to front line teams and provide the freedom and
Page

capability to act
11

 Champion frugality and challenge the value-added contribution of all


resources
 Organize around a network of teams that dynamically connect their
capabilities to serve the external customer
 Support transparent and open information systems
Dari beberapa pendapat di atas dapatlah disimpulkan bahwa pada umumnya
konsep dari beyond budgeting berbicara mengenai prinsip kinerja manajemen dan
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

kepemimpinan. Penggunaan konsep yang ditujukan kepada dua bagian terbesar


tersebut akan menciptakan kelonggaran yang tidak pernah diberikan oleh budget
di masa lalu. Keleluasaan yang ditawarkan oleh beyond budgeting lebih bersifat
adaptif, artinya tidaklah semena-mena penggunaan kekuasaan yang dijalankan
tanpa memperhatikan kepentingan yang ada. Justru sebaliknya, dalam beyond
budgeting cukup mempertimbangkan kemampuan (capability) terutama sumber
daya yang menjalankan perusahaan (seperti yang terdapat dalam performance
management principle). Sehingga dapat kita lihat bahwa beyond budgeting selalu
men-support setiap tim yang sukses melakukan kerjanya dalam hal apapun
dengan memberikan reward (penghargaan). Dan hal ini jelas sekali telah
merupakan prinsip atau sebuah komitmen yang harus dilaksanakan pada setiap
kondisi perusahaan, tidak seperti yang diterapkan budget di masa lalu yang hanya
merupakan sebuah catatan lepas dalam buku manajemen jika memungkinkan
untuk dilaksanakan. Selanjutnya yang dapat dikaji lagi sebagai nilai lebih konsep
ini bahwa konsumen adalah orientasi perusahaan yang cukup diprioritaskan dalam
kelangsungan hidup perusahaan (dalam learedship principle). Sebagaimana
diketahui bahwa syarat suatu perusahaan akan terus mampu berjalan apabila
going concern-nya terus berlanjut. Jaminan dari hal ini adalah bagaimana
perusahaan dapat survive dengan profit yang dihasilkan. Tentunya jawaban yang
tepat adalah bagaimana perusahaan harus mampu menciptakan produk yang
dijadikan sebagai sumber utama pendapatannya. Oleh karena itu kepekaan akan
kebutuhan dan perubahan selera konsumen terus diperhatikan. Tidak hanya cukup
disitu, bagaimana prilaku konsumen yang sedang in harus dapat dibuktikan
dengan pasti
Page

oleh pihak perusahaan. Sehingga dalam hal ini perusahaan tidak akan kalah atau
12

ketinggalan dalam persaingan. Dengan begitu perusahaan akan memperoleh


jaminan bahwa keberadaannya akan dibutuhkan dalam jangka waktu yang cukup
lama. Keandalan yang lain dari penerapan konsep ini dapat pula dilihat pada
berbagai strategi yang perlu dikembangkan baik dari sisi leadership maupun
performanace manajemen. Strategi yang diciptakan sangatlah fleksibel bagi para
manager untuk mengambil keputusan dengan cepat. Manager dituntut untuk terus
berkolaborasi dengan bawahan dalam memberikan input atau informasi atas setiap
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

tindakan yang hendak dijalankan. Dalam hal ini manager sangat sadar apabila
kemampuan maupun ruang gerak yang dimilikinya adalah terbatas. Sehingga
disamping menciptakan suatu hubungan yang harmonis antara bawahan maupun
atasan, dapat pula menciptakan suatu bentuk kepemimpinan yang timbal balik.
Dengan demikian garis organisasi tidak hanya top down tetapi sekaligus berupa
bottom up. Dan hal ini merupakan gebrakan baru dalam pemikiran manajemen
perusahaan dalam menjalankan fungsinya, disamping memberikan “kebebasan”
kepada setiap anggota organisasi dalam mengawasi dan menjalankan aktivitas.

Prinsip – Prinsip pada Beyond Budgeting ( Statoil )

Page
13
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

Perbandingan Traditional Budget dan Beyond Budgeting


Berikut ini akan dijelaskan mengenai perbedaan antara traditional budget dengan
beyond budgeting. Perbedaan ini akan ditinjau dari enam tujuan yang dikehendaki
oleh manajemen setiap perusahaan di dunia. Berikut kutipan dari Hope dan Fraser
yang disajikan dalam bentuk tabel perbandingan antara kedua proses budget
adalah sebagai berikut :
Page
14

Purpose of Traditional Beyond


performance “budgeting” budgeting processes
management processes
Goals – to balance Fixed annual targets Relative and self-
the (performance imposed
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

need to maximize contracts) KPI “aspirational”


short drive short-term goals
and long-term profit action drive sustained
potential competitive success
Rewards – to provide Individual incentives Team based rewards
an effective basis for build a “defend own build a “one-team”
motivating and turf” attitude, and attitude, and peer
rewarding “meet the trget” pressure drives
performanace drive continous
irrational behaviour improvement
Plans – to direct Annual plans Event-driven
actions support a “make and strategies
to maximize market sell” or “company support a “sense-and
opportunities first” approach to respond” or
strategic “customerfirst’
management approach to strategic
management
Resources – to Centrally allocated On-demand
ensure resources inhibit fast resources
that resources are response and enable fast response
available to support encourage wa capabilities and
agreed reduce
actions waste
Coordination – to Centrally linked Dynamic linking of
harmonize actions budgets provide customer demands
Page

across slow, provide, fast,


15

the business disjointed solutions seamless


that often fail to solutions that meet
meet customer needs
customer needs
Controls – to provide Financial variances Multifaceted and
relevant information that compare actuals multilevel
for with budget provide information systems
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

strategic decision- a provide patterns of


making poor basis for information that
and controls learning inform strategic
decision-makers

Dari tabel perbandingan yang telah disajikan di atas sangat jelas terlihat bahwa
antara budget dan beyond budgeting terdapat hal-hal yang cukup signifikan
mempengaruhi tujuan manajemen secara keseluruhan. Berikut akan diuraikan
secara rinci dari ke enam tujuan tersebut:
1. Tujuan secara keseluruhan (Goals)
Tujuan ini ditetapkan untuk memberikan keseimbangan antara tujuan yang
tertuang baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang sehingga masing-
masing mampu memberikan hasil (profit) yang maksimal. Dari sisi budget
manajemen hanya mampu memperoleh sebuah hasil dalam jangka pendek atau
secara tahunan (annual). Namun dalam beyond budgeting penetapan tujaun ini
akan dipandang sebagai suatu hal yang cukup relatif, artinya sangat tergantung
pada kondisi perusahaan yang selalu berhadapan dengan perubahan dan
persaingan.
2. Penghargaan (Rewards)
Manajemen selalu memotivasi setiap anggota perusahaan dengan memberikan
penghargaan atau pujian. Hal ini dilakukan untuk terus mempertahankan serta
meningkatkan semangat kerja seluruh komponen perusahaan. Dalam sistem
budget di masa lalu reward yang diberikan manajemen hanya pada hal-hal tertentu
yang bersifat individual sehingga menciptakan prilaku yang irrasional, sehingga
Page

terdapat kesenjangan antar anggota perusahaan. Namun dalam beyond budgeting


lebih bersifat menyeluruh tanpa memandang dari sisi individual. Beyond
16

budgeting lebih melihat anggota perusahaan dalam bentuk team kerja yang solid.
Jadi setiap orang berhak mendapat reward yang dijanjikan perusahaan dan hal ini
terus dilakukan perusahaan secara terus-menerus.
3. Rencana (Plans)
Perusahaan mempunyai rencana yang ditetapkan untuk terus memaksimalkan
kesempatan mendapatkan pangas pasar yang ada secara langsung. Budget hanya
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

menyediakan rencana yang kaku untuk satu periode dan hanya memberikan hasil
kepada internal saja. Berbeda dengan beyond budgeting yang lebih menekankan
kesempatan itu untuk melihat sense dan respond konsumen sebagai strategi bagi
pengambilan keputusan manajemen.
4. Sumber daya (Resources)
Sumber daya yang ada dalam perusahaan secara keseluruhan dipastikan untuk
mampu mendukung tindakan yang telah disepakati. Pengelolaan dalam budget
bersifat centralized, artinya hanya terpusat pada satu alokasi sumber daya saja.
Hal ini jelas akan sulit bagi pengembangan sumber daya itu sendiri yang
membutuhkan akses cepat dalam penanganannya. Dalam beyond budgeting justru
hal ini dihindari untuk mengurangi kesia-siaan sumber daya yang terpendam pada
satu bagian karena sulit dalam pengendaliannya. Beyond budgeting memberikan
keleluasaan atas permintaan sumber daya sehingga memungkinkan respon yang
cepat atas setiap kebutuhan serta mengurangi waste.
5. Koordinasi (Coordination)
Hal ini ditujukan dalam rangka menciptakan keharmonisan di dalam organisasi.
Pada penerapan budget yang lalu, koordinasi yang terpusat pada satu tempat
tampak lambat dan sulit memberikan solusi bagi kebutuhan konsumen. Namun
dalam beyond budgeting koordinasi yang cepat (karena tidak terpusat) telah
memberikan hubungan langsung secara baik dengan kebutuhan konsumen. Setiap
konsumen dapat berhubungan dengan pihak manapun dalam perusahaan sehingga
tindakan apapun yang akan diambil akan lebih cepat dan hal ini akan sangat
mempermudah konsumen.
Page
17
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

Perbandingan antara Traditional Budgeting dan Beyond Budgeting versi


Statoil

Pengendalian (Controls)
Untuk menyediakan informasi yang relevan bagi pengambilan keputusan dan
pengendalian secara keseluruhan. Dalam penerapan budget masa lalu,
pengendalian yang diciptakan lebih sempit (hanya pengawasan) dan cukup hanya
membandingkan aktualisasi dengan budget yang telah ditetapkan. Tentunya hal
Page

ini juga akan mempersempit ruang gerak operasional perusahaan. Dalam


18

implementasi beyond budgeting pengendalian ini diciptakan secara multifaceted


maupun multi-level bagi siklus sistem informasi. Hal ini diharapkan agar
perusahaan mampu dalam segala hal mengawasi atau mengendalikan setiap level
organisasi dengan beragam masalah yang dihadapi. Sehingga pada akhirnya akan
mempermudah bagi pembuat keputusan dalam menilai kekuatan maupun
kelemahan sistem yang ada.
Diagram Perbedaan Budgeting Model dengan Beyond Budgeting Model
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

KASUS
Perusahaan apa saja yang telah menjalankan beyond
budgeting ?

Jumlah perusahaan yang mengalami masalah dengan budgeting


Page

dan mencari alternative pengganti budgeting terus bertambah.


19

Pionernya adalah Bank di Swedia Handelsbanken, dimana


meninggalkan secara total system budgeting sejak 35 tahun
yang lalu. Dan kemudian menjadi bank terbaik di Skandinavia
dan merupakan salah Bank terbaik didunia dalam hal cost
efisiensi. Contoh lainya adalah beberapa perusahaan besar
seperti Unilever, UBS, Aldi, Nordea, American Express, Southwest
Airlines.
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

Perusahaan yang telah menjalankan atau tertarik untuk


menjalankan beyond budgeting, tergabung dalam suatu jaringan
yaitu Beyond Budgeting Roundtable (www.bbrt.co.uk). Organisasi
ini mempunyai jaringan global meliputi Europe, North and South
America, Australia, dan Middle East.
Pendirinya adalah pengarang buku "Beyond Budgeting", Robin
Fraser dan Jeremy Hope.

Problems apakah yang dihadapi dalam cost budget ?

Dalam system budgeting, kita menentukan didepan jumlah yang


akan dikeluarkan dalam tahun depan. Masalahnya, selalu akan
muncul ketidakpastian, meskipun hanya satu tahun kedepan.
Kita mungkin telah merencanakan budget dengan sebaik-
baiknya, dan tiba-tiba angkanya menjadi tidak make sense
karena kondisinya berubah. Apakah kemudian kita harus stick
terhadap budget, atau melakukan apa yang kita anggap terbaik
dimana berakibat over / under budget ? Traditional budget
cenderung mengunci kita dalam hal jumlah yang dikeluarkan
berdasarkan asumsi lama dimana kondisinya mungkin sudah
banyak berubah.
Page

Hal yang paling penting adalah kita harus selalu berpikir hati-hati
20

untuk setiap rupiah atau dollar yang dikeluarkan, sedangkan


pada system budget kita berpikir hati-hati pada saat membuat
perencaan budget dan bukan pada waktu actual mengeluarkan
uang tersebut.
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

Bagaiamana saya tahu berapa yang akan dikeluarkan ketika


saya tidak mempunyai budget ?

Hal yang paling penting adalah kita berusaha mengeluarkan


uang dengan bijak dan cost-effective, apapun system yang kita
pakai.

System performance management seperti balance scorecard,


dilengkapi dengan decision authorities dan decision process,
memberikan guidance tentang long term dan short term program
yang menjadi focus dalam hal uang yang harus dikeluarkan.
Selain itu KPI juga akan menunjukan biaya secara langsung atau
tidak langsung. Berikut beberapa contoh :

Profit KPI
Jika seseorang mempunyai target operating profit,maka dia tidak
boleh mengeluarkan uang yang tidak akan menaikan
pemasukan. Tetapi jika akan menaikan income, maka akan OK
untuk mengeluarkan jumlah yang lebih banyak, karena akan
memberikan pemasukan yang lebih besar.
Unit cost KPI
Target production cost (cost/btu) dan cost lainya seperti
maintenance cost, warehouse cost, cost IT per dept dll, menjadi
Page

salah satu guidance dalam mengeluarkan uang.


21

Relative KPIs
Kedua contoh diatas kemudian dibandingkan dengan lainnya,
dan target berupa perbandingan (misalkan masuk tiga terbaik
dalam hal lowest production cost) KPI's diats bersifat "self-
regulating"; dimana mengontrol pengeluaran tanpa diputuskan
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

satu tahun didepan jumlah yang harus dikeluarkan. Hal ini


dinamakan Dynamic Resource Allocation.

Kasus Statoil
Statoil memutuskan meninggalkan system conventional annual
budgeting pada tahun 2005. Statoil menggunakan pendekatan
budgeting upside down. Management sekarang mengatakan
bahwa budget, secara prinsip tersedia. Tidak ada allokasi untuk
running cost dan operasi. Setiap unit bisnis mempunyai KPI
target dalam unit cost dan profitability. Kita memonitor cost
trend, dan dapat melakukan interferensi jika terjadi trend
negative tanpa alasan yang kuat. Dengan system yang baru,
budget dapat dialokasikan setiap saat, tetapi dikontrol
dengan criteria yang jelas, sehingga diperoleh system resource
allocations yang lebih flexible dan dynamic. Direksi tidak lagi
melakukan approval budget, tetapi melakukan approval satu set
strategic objective, KPI target dan actions.
Page
22

Tindakan Statoil yang meninggalkan system budgetting


merupakan langkah natural dari upaya mencari cara yang lebih
baik. Statoil telah mengembangkan metoda dan process, seperti
balance score cards, forecasting tools, decision making process,
yang siap untuk menggantikan budget sebagai alat utama dalam
performance management.
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

Alasan paling penting meninggalkan system budget adalah


ketidak cocokan antara kondisi usaha yang dynamic dan
unpredictable, dengan konsep budgeting yang statis. Tuntutan
usaha juga lebih menuntut pada performance dan hasil. Kondisi
ini menuntut kita untuk memberi otoritas lebih kepada para
manager, dengan memberikan lebih banyak kebebasan dan
tanggung jawab. Hal ini dikombinasikan dengan system
performance yang lebih trasnparant dan jelas, dan juga system
performance management yang lebih dynamic.

Perubahan dari system budgeting bukanlah sekedar perubahan


pada teknis proses finance, karena kelemahan dari system
budgeting, berakibat lebih jauh terhadap culture, mindset dan
behaviour.

KESIMPULAN
Penganggaran tradisional sebagai suatu instrumen manajemen dalam mengelola
perusahaan semakin terlihat sebagai suatu hambatan untuk mendorong manajer-
manajer perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan secara maksimal,
karena jumlah rupiah budget sifatnya terus naik (incremental), menghabiskan
banyak waktu sampai ratusan jam pegawai, terfokus pada nilai rupiah, dan
Page

mengabaikan kinerja, dan mengarahkan pegawai untuk memfokuskan pada


23

sasaran-sasaran yang salah dengan mengorbankan layanan konsumen dan


keseluruhan tujuan perusahaan. Aaron mengemukakan bahwa traditional budget
ini juga telah melahirkan sebuah proses percobaan yang panjang namun hanya
merupakan tantangan yang pada umumnya menjadi hal yang sia-sia (sesuatu yang
merupakan sisa yang tidak berguna). Sehingga budget menjadi sebuah yesterday’s
news bagi para manager yang selalu berhadapan dengan pelaksanaan program dan
kinerja di masa depan. Jelas hal ini sulit dipercaya untuk dijadikan sebagai
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

pedoman dimana informasi yang telah berlalu akan mampu mengikuti perubahan
di masa yang akan datang. Konsep beyond budgeting akan membebaskan orang-
orang yang capable dari kontrak kinerja yang bersifat top down yang tentunya
akan membatasi mereka untuk melakukan sumber dayanya secara efektif untuk
meningkatkan profotabilitas perusahaan secara konsisten. Dengan jumlah
intellectual asset yang mencapai 8%-90% tentunya sumber daya manusia
merupakan asset yang paling besar dalam suatu perusahaan sehingga jika waktu
mereka sebagian besar digunakan untuk menyusun anggaran akan sangat tidak
efisien dan efektif. Dan setelah itu mereka akan bertindak untuk perusahaan
dengan dibatasi oleh anggaran yang sangat mengekang mereka untuk berinovasi
dalam rangka memuaskan konsumen yang tentunya akan berdampak pada
peningkatan profitabilitas perusahaan secara konsisten. Beyond budgeting yang
menganggap bahwa kekuatan sumber daya manusialah yang akan mampu
memberikan perubahan setiap saat, bukan hanya sebuah “kertas” dengan
segudang rencana tertulis. Beyond budgeting memberikan kebebasan manusia
dalam melakukan setiap aktivitas yang berhubungan baik dari dalam maupun dari
luar perusahaan. Demikian juga halnya bagi perusahaan yang menghasilkan
produk, konsumen yang juga dianggap manusia menjadi sangat berarti dalam
membandingkan hasil yang telah dilakukan dengan menggunakan beyond
budgeting ini. Disamping itu manusia juga dianggap sebagai organization’s most
valuable asset (asset organisasi yang paling berharga) karena manusia mampu
beradaptasi dan memberikan respon langsung terhadap perubahan yang terjadi
khususnya bagi konsumen. Dalam hal ini value chain yang dipakai oleh
perusahaan sangat mendukung terlaksananya implementasi beyond budgeting.
Page

Sehingga konsumen tidak dibiarkan dengan hanya cukup membeli produk saja,
24

namun sampai kepada apa yang dipakai oleh konsumen di “rumah” mereka
menjadi sebuah masukan bagi perusahaan.
BEYOND
2010 BUDGETING – BUDGETING TASK

DAFTAR PUSTAKA

Daum, Jurgen H. (2002). Beyond Budgeting: A Model for Performance


Management and Controlling in the 21st Century?. Newsletter “Controlling
and Finance, July Issue.
Hope, Jeremy and Fraser, Robin. (2001). Beyond Budgeting Questions and
Answers. Beyond Budgeting Round Table.
www.google.co.id  beyond budgeting
Page
25

Anda mungkin juga menyukai