Anda di halaman 1dari 6

F3.

UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA


BERENCANA (KB)

“PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DDI


KABALLANGAN PINRANG

Disusun Oleh:
dr Andika aji saputra
Pembimbing:
dr. Hj. A. Silviani

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS LAMPA PINRANG
SULAWESI SELATAN
2019
F3. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK (KIA) SERTA KELUARGA
BERENCANA (KB)

“PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PESANTREN DDI


KABALLANGAN

I. LATAR BELAKANG

Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental


dansosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala
aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau
Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta
mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.
Remaja pada umumnya didefinisikan sebagai orang orang yang mengalam
masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Menurut organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), remaja (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-19
tahun. Sementara dalam terminology lain PBB menyebutkan anak muda (youth)
untuk mereka yang berusia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam sebuah
terminologi kaum muda (young people) yang mencakup 10-24 tahun.
Kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :
kebersihan alat-alat genital, akses terhadap pendidikan kesehatan, hubungan
seksual pranikah, Penyakit Menular Seksual (PMS), Pengaruh media massa, akses
terhadap pelayanan kesehatan reproduksi yang terjangkau, dan hubungan yang
harmonis antara remaja dan keluarganya.

a. Kebersihan Organ-organ genitalia


Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja tersebut
dalam merawat dan menjaga kebersihan alat-alat genitalianya. Bila alat
reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu
memudahkan pertumbuhan jamur
b. Pendidikan Kesehatan Reproduksi
Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan
reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan dan
hal-hal yang seharusnya dihindari. Remaja mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan informasi
tersebut harus berasal dari sumber terpercaya. Agar remaja mendapatkan
informasi yang tepat, kesehatan reproduksi remaja hendaknya diajarkan di
sekolah dan di dalam lingkungan keluarga. Hal-hal yang diajarkan didalam
kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi remaja mencakup tentang tumbuh
kembang remaja, organ-organ reproduksi, perilaku beresiko, Penyakit Menular
Seksual (PMS), dan abstinesia sebagai upaya pencegahan kehamilan. Dengan
mengetahui kesehatan reproduksi secara benar, kita dapat menghindari
dilakukannya hal-hal negatif oleh remaja. Pendidikan tentang kesehatan
reproduksi sangat berguna untuk kesehatan remaja tersebut, khususnya untuk
mencegah dilakukannya perilaku skes pranikah, penularan penyakit menular
seksual, aborsi, kanker mulut rahim, kehamilan diluar nikah, gradasi moral
bangsa, dan masa depan yang suram dari remaja tersebut.
c. Hubungan Seksual Pranikah
Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang
lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20
tahun. Remaja putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5
kali risiko kematian dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25 tahun
akibat persalinan yang lama dan macet, perdarahan, dan faktor lain.
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan
aborsi. Banyak survei yang telah dilakukan di negara berkembang
menunjukkan bahwa hampir 60% kehamilan pada wanita berusia di bawah 20
tahun adalah kehamilan yang tidak dinginkan atau salah waktu.
d. Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya terutama
melalui hubunga seksual. Cara penularannya tidak hanya terbatas secara
genital-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ano-genital.
Sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak hanya terbatas
pada daerah genital saja, tetapi juga pada daerah-daerah ekstragenital..
e. Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi
Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan preventif
dan kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di puskesmas, rumah sakit,
klinik, posyandu, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan. Dengan akses
yang mudah terhadap pelayanan kesehatan, remaja dapat melakukan konsultasi
tentang kesehatannya khususnya kesehatan reproduksinya dan mengetahui
informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi.
f. Hubungan harmonis dengan keluarga
Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh dengan
perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtua merupakan hal
yang berpengaruh dengan perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua
orangtuanya tentang masalah keremajaan yang dialaminya. Keluarga
merupakan tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang anak sebelum ia
mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja juga dapat memperoleh
informasi yang besar dari kedua orangtua mereka tentang perilaku yang benar
dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan. Di dalam keluarga juga,
remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan harus dihindari.
Orangtua juga dapat memberikan informasi awal tentang menjaga kesehatan
reproduksi bagi seorang wanita.

II. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT


Kesehatan reproduksi remaja serta pergaulan remaja saat ini di dunia
mengalami pemerosotan pengetahuan dan moral. Hal ini terjadi karena hak mereka
yang seharusnya mereka dapatkan untuk menerima informasi serta pengetahuan
tentang reproduksinya sama sekali tidak mereka dapatkan.
Dalam hal ini, sebagai salah satu lembaga pendidikan kesehatan yang sudah
mendapatkan informasi lebih mampu melakukan kegiatan pencegahan agar
menjadi penerus bangsa yang berkualitas tidak hanya dari segi kesehatan, tetapi
juga moral serta pengetahuan mereka. Selain itu, mengingat tantangan globalisasi
yang semakin meningkat dewasa ini serta membawa dampak positif serta negatif
bagi seorang pelajar yang belum mampu membedakan atau memilah informasi
yang akan diakses dengan mudah.

III. PEMILIHAN INTERVENSI


Oleh karena permasalahan yang terjadi di masyarakat adalah kurangnya
informasi yang didapatkan oleh remaja berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
Maka perlu diadakan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi di sekolah.
Kegiatan ini diikuti oleh siswa siswi pesantren dengan jumlah peserta 60 orang

IV. PELAKSANAAN
Penyuluhan Kesehatan Reproduksi diadakan di pesantren ddi kaballangan
kabupaten pinrang pada tanggal 26 maret 2019 pada pukul 10.00- selesai. Kegiatan
“Penyuluhan Kesehatan Reproduksi” ini dilaksanakan dengan rangkaian :
penyuluhan penyakit tuberculosis dan penyuluhan mengenai demam berdarah
dengue.

V. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Persiapan kegiatan pelaksanaan “Penyuluhan Kesehatan Reproduksi”
dilakukan beberapa hari sebelumnya dengan mempersiapkan peralatan yang akan
digunakan dan menyiapkan bahan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
Peserta yang hadir sebanyak 60 orang. Pelaksanaan rangkaian kegiatan
“Penyuluhan Kesehatan Reproduksi” berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Lampa, maret 2019
PESERTA PENDAMPING

dr. Andika aji saputra dr. Hj. A. Silviani


NIP.

Anda mungkin juga menyukai