Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu parasit
Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex (HSV1-
HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (misalnya
Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B).
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan
yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun
wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada
bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.
Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem
saraf pusat dan perifeir yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, sistem
kadiovaskuler serta metabolisma tubuh.
B. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian tentang torch
2. Mengetahui penyebab terjadinya torch
3. Mengetahui epidemiologi penyakit torch
4. Mengetahui tanda dan gejala penyakit torch
5. Mengetahui patofisiologi penyakit torch
6. Mengetahui cara penularan penyakit torch
7. Mengetahui cara menghindari torch
8. Mengetahui cara pencegahan penyakit torch
9. Mengetahui cara pengobatan penyakit torch
10. Mengetahui asuhan keperawatan klien dengan penyakit torch
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN TORCH
TORCH adalah sebuah istilah untuk menggambarkan gabungan dari empat jenis
penyakit infeksi yang menyebabkan kelainan bawaan, yaitu Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis penyakit infeksi ini sama-sama berbahaya bagi
janin bila infeksi diderita oleh ibu hamil.
Prinsip dari pemeriksaan ini adalah deteksi adanya zat anti (antibodi) yang spesifik
taerhadap kuman penyebab infeksi tersebut sebagai respon tubuh terhadap adanya benda
asing (kuman. Antibodi yang terburuk dapat berupa Imunoglobulin M (IgM) dan
Imunoglobulin G (IgG).
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan
yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun
wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada
bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.
a. Toxoplasma
Toxoplasmosis penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat ditularkan ke
manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma
gondii. Toxoplasma gondii yaitu suatu parasit intraselluler yang menginfeksi pada manusia
dan hewan. Toxoplasma gondii termasuk spesies dari kelas sporozoa (Cocidia), pertama kali
ditemukan pada binatang pengerat Ctenodactylus gundi di Afrika Utara (Tunisia) oleh Nicolle
dan Manceaux tahun 1908. Tahun 1928 Toxoplasma gondii ditemukan pada manusia pertama
kali oleh Castellani
b. Rubella
Penyakit ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk famili Togaviridae dan
genus Rubivirus, infeksi virus ini terjadi karena adanya kontak dengan sekret orang yang
terinfeksi; pada wanita hamil penularan ke janin secara intrauterin. Masa inkubasinya rata-
rata 16-18 hari. Periode prodromal dapattanpa gejala (asimtomatis), dapat juga badan terasa
lemah,demam ringan, nyeri kepala, dan iritasi konjungtiva. Penyakit ini agak berbeda dari
toksoplasmosis karena rubela hanya mengancam janin
2
Penyakit yang juga disebabkan oleh virus yang menimbulkan demam ringan dengan
ruam yang menyebar dan kadang-kadang mirip dengan campak. Rubella menjadi penting
karena penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan pada janin. Sindroma rubella congenital
terjadi pada 90% bayi yang dilahirkan oleh wanita yang terinfeksi rubella selama trimester
pertama kehamilan, resiko kecacatan ini menurun hinggga kira-kira 10-20% pada minggu ke
16 dan lebih jarang terjadi bila ibu terkena infeksi pada usia kehamilan 20 minggu.
c. Cyto Megalo Virus (CMV)
Penyakit ini disebabkan oleh Human cytomegalovirus, subfamili betaherpesvirus,
famili herpesviridae. Penularannya lewat paparan jaringan, sekresi maupun ekskresi tubuh
yangterinfeksi (urine, ludah, air susu ibu, cairan vagina, dan lainlain). Masa inkubasi penyakit
ini antara 3-8 minggu. Pada kehamilan infeksi pada janin terjadi secara intrauterin. Pada bayi,
infeksi yang didapat saat kelahiran akan menampakkan gejalanya pada minggu ke tiga hingga
ke dua belas; jika didapat pada masa perinatal akan mengakibatkan gejala yang berat.
Infeksi virus ini dapat ditemukan secara luas di masyarakat; sebagian besar wanita
telah terinfeksi virus ini selama masa anak-anak dan tidak mengakibatkan gejala yang berarti.
Tetapi bila seorang wanita baru terinfeksi pada masa kehamilan maka infeksi primer ini akan
menyebabkan manifestasi gejala klinik infeksi janin bawaan sebagai berikut:
hepatosplenomegali, ikterus, petekie, meningoensefalitis, khorioretinitis dan optic atrophy,
mikrosefali, letargia, kejang, hepatitis dan jaundice, infiltrasi pulmonal dengan berbagai
tingkatan, dan kalsifikasi intrakranial. Jika bayi dapat bertahan hidup akan disertai retardasi
psikomotor maupun kehilangan pendengaran..
d. Herpes Simplek
Penyakit ini disebabkan infeksi Herpes simplex virus (HSV); ada 2 tipe HSV yaitu
tipe 1 dan 2. Tipe 1 biasanya mempunyai gejala ringan dan hanya terjadi pada bayi karena
adanya kontak dengan lesi genital yang infektif; sedangkan HSV tipe 2 merupakan herpes
genitalis yang menular lewat hubungan seksual. HSV tipe 1 dan 2 dapat dibedakan secara
imunologi. Masa inkubasi antara 2 hingga 12 hari. Infeksi herpes superfisial biasanya mudah
dikenali misalnya pada kulit dan membran mukosa juga pada mata.
Penyakit infeksi virus yang ditandai dengan lesi primer terlokalisir, laten dan adanya
kecenderungan untuk kambuh kembali. Ada 2 jenis virus yaitu virus herpes simpleks (HSV)
tipe 1 dan 2 pada umumnya menimbulkan gejala klinis yang berbeda, tergantung pada jalan
masuknya dan dapat menyerang alat-alat genital atau mukosa mulut.
3
B. PENYEBAB TORCH
Penyebab utama dari virus dan parasit TORCH (Toxoplasma, Rubella, CMV, dan
Herpes) adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, burung, tikus, merpati,
kambing, sapi, anjing, babi dan lainnya. Meskipun tidak secara langsung sebagai penyebab
terjangkitnya penyakit yang berasal dari virus ini adalah hewan, namun juga bisa disebabkan
oleh karena perantara (tidak langsung) seperti memakan sayuran, daging setengah matang
dan lainnya.
a. Toxoplasma Gondii
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi.
Pada umumnya infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala yang spesifik. Kira-kira
hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai gejala ringan, mirip gejala influenza,
bisa timbul rasa lelah, malaise, demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.
b. Rubella
Infeksi Rubella ditandai dengan demam akut, ruam pada kulit dan pembesaran
kelenjar getah bening. Infeksi ini disebabkan oleh virus Rubella, dapat menyerang anak-anak
dan dewasa muda.
c. Cyto Megalo Virus (CMV)
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini temasuk golongan
virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes lainnya, virus CMV dapat tinggal
secara laten dalam tubuh dan CMV merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya
bagi janin bila infeksi yang berbahaya bagi janin bila infeksi terjadi saat ibu sedang hamil.
d. Herpes Simplek
Infeksi herpes pada alat genital (kelamin) disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks tipe
II (HSV II). Virus ini dapat berada dalam bentuk laten, menjalar melalui serabut syaraf
sensorik dan berdiam diganglion sistem syaraf otonom.
C. EPIDEMIOLOGI TORCH
a. Toxoplasma Gondii
Infeksi Toxoplasma berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi organ
yang mendapatkan obat penekan respon imun).
Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah
abortus spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis
4
bawaan. pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelinan
mata dan telinga, retardasi mental, kejang-kejang dn ensefalitis
b. Rubella
Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat
menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka
risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka
risikonya menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
c. Cyto Megalo Virus (CMV)
Jika ibu hamil terinfeksi. maka janin yang dikandung mempunyai risiko tertular
sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati, kuning, pekapuran otak, ketulian,
retardasi mental, dan lain-lain.
d. Herpes Simplek
Infeksi TORCH yang terjadi pada ibu hamil dapt membahayakan janin yang
dikandungnya. Pada infeksi TORCH, gejala klinis yang ada searing sulit dibedakan dari
penyakit lain karena gejalanya tidak spesifik. Walaupun ada yang memberi gejala ini tidak
muncul sehingga menyulitkan dokter untuk melakukan diagnosis. Oleh karena itu,
pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan untuk membantu mengetahui infeksi TORCH
agar dokter dapat memberikan penanganan atau terapi yang tepat.
E. PATOFISIOLOGI TORCH
a. Toxoplasma
Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang merupakan salah satu penyebab
kelainan kongenital yang cukup dominan dibandingkan penyebab lainnya yang tergolong
dalam TORCH. Hospes primernya adalah kucing. Kucing ini telah mempunyai imunitas,
tetapi pada saat reinfeksi mereka dapat menyebarkan kembali sejumlah kecil ookista. Ookista
ini dapat menginfeksi manusia dengan cara memakan daging, buah-buahan, atau sayuran
yang terkontaminasi atau karena kontak dengan faeces kucing. Dalam sel–sel jaringan tubuh
manusia, akan terjadi proliferasi trophozoit sehingga sel–sel tersebut akan membesar.
Trophozoit akan berkembang dan terbentuk satu kista dalam sel, yang di dalamnya terdapat
merozoit. Kista biasanya didapatkan di jaringan otak, retina, hati, dan lain-lain yang dapat
menyebabkan kelainan pada organ-organ tersebut, seperti microcephali, cerebral kalsifikasi,
chorioretinitis, dll. Kista toksoplasma ditemukan dalam daging babi atau daging kambing.
Sementara itu, sangat jarang pada daging sapi atau daging ayam. Kista toksoplasma yang
berada dalam daging dapat dihancurkan dengan pembekuan atau dimasak sampai dagingnya
berubah warna. Buah atau sayuran yang tidak dicuci juga dapat menstranmisikan parasit yang
dapat dihancurkan dengan pembekuan atau pendidihan. Infeksi T.gondii biasanya tanpa
gejala dan berlalu begitu saja. Setelah masa inkubasi selama lebih kurang 9 hari, muncul
gejala flu seperti lelah, sakit kepala, dan demam yang dapat muncul hampir bersamaan
dengan limpadenopati, terutama di daerah serviks posterior.
b. Rubella
6
Kematian pada post natal rubella biasanya disebabkan oleh enchepalitis. Pada infeksi
awal, virus akan masuk melalui traktus respiratorius yang kemudian akan menyebar ke
kelenjar limfe sekitar dan mengalami multiplikasi serta mengawali terjadinya viremia dalam
waktu 7 hari. Janin dapat terinfeksi selama terjadinya viremia maternal. Saat ini, telah
diketahui bahwa infeksi plasenta terjadi pada 80% kasus dan risiko kerusakan jantung, mata,
atau telinga janin sangat tinggi pada trisemester pertama. Jika infeksi maternal terjadi
sebelum usia kehamilan 12 minggu, 60% bayi akan terinfeksi. Kemudian, risiko akan
menurun menjadi 17% pada minggu ke-14 dan selanjutnya menjadi 6% setelah usia
kehamilan 20 minggu. Akan tetapi, plasenta biasanya terinfeksi dan virus dapat menjadi laten
pada bayi yang terinfeksi kongenital selama bertahun-tahun.
c. Cytomegalovirus (CMV)
Penyakit yang disebabkan oleh Cytomegalovirus dapat terjadi secara kongenital saat
bayi atau infeksi pada usia anak. Kadang-kadang, CMV juga dapat menyebabkan infeksi
primer pada dewasa, tetapi sebagian besar infeksi pada usia dewasa disebabkan reaktivasi
virus yang telah didapat sebelumnya. Infeksi kongenital biasanya disebabkan oleh reaktivasi
CMV selama kehamilan. Di negara berkembang, jarang terjadi infeksi primer selama
kehamilan, karena sebagian besar orang telah terinfeksi dengan virus ini sebelumnya. Bila
infeksi primer terjadi pada ibu, maka bayi akan dapat lahir dengan kerusakan otak, ikterus
dengan pembesaran hepar dan lien, trombositopenia, serta dapat menyebabkan retardasi
mental. Bayi juga dapat terinfeksi selama proses kelahiran karena terdapatnya CMV yang
banyak dalam serviks. Penderita dengan infeksi CMV aktif dapat mengekskresikan virus
dalam urin, sekret traktus respiratorius, saliva, semen, dan serviks. Virus juga didapatkan
pada leukosit dan dapat menular melalui tranfusi.
d. Herpes Simpleks (HSV)
HSV merupakan virus DNA yang dapat diklasifikasikan ke dalam HSV 1 dan 2. HSV
1 biasanya menyebabkan lesi di wajah, bibir, dan mata, sedangkan HSV 2 dapat
menyebabkan lesi genital. Virus ditransmisikan dengan cara berhubungan seksual atau kontak
fisik lainnya.
Melalui inokulasi pada kulit dan membran mukosa, HSV akan mengadakan replikasi
pada sel epitel, dengan waktu inkubasi 4 sampai 6 hari. Replikasi akan berlangsung terus
sehingga sel akan menjadi lisis serta terjadi inflamasi lokal. Selanjutnya, akan terjadi viremia
di mana virus akan menyebar ke saraf sensoris perifer. Di sini virus akan mengadakan
replikasi yang diikuti penyebarannya ke daerah mukosa dan kulit yang lain2,4,9,10.
7
Dalam tahun-tahun terakhir ini, herpes genital telah mengalami peningkatan. Akan
tetapi, untungnya herpes neonatal agak jarang terjadi, bervariasi dari 1 dalam 2.000 sampai 1
dalam 60.000 bayi baru lahir. Tranmisi terjadi dari kontak langsung dengan HSV pada saat
melahirkan. Risiko infeksi perinatal adalah 35--40% jika ibu yang melahirkan terinfeksi
herpes genital primer pada akhir kehamilannya2.
8
g. Keringat yang menempel pada baju atau pun yang masih menempel di kulit juga bisa
menjadi penyebab menularnya penyakit TORCH. Hal ini bisa terjadi apabila seorang
yang kebetulan kulitnya menmpel atau pun lewat baju yang baru saja dipakai si
penderita penyakit TORCH.
h. Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia, antara lain
adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah - buahan segar yang dicuci kurang
bersih, makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu, mengkonsumsi makanan dan
minuman yang disajikan tanpa ditutup, sehingga kemungkinan terkontaminasi oosista
lebih besar.
i. Air liur juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH. Cara penularannya
juga hampir sama dengan penularan pada hubungan seksual.
Berdasarkan kenyataan di atas, penyakit TORCH ini sifatnya menular. Oleh karena itu
dalam satu keluarga biasanya kalau salah satu anggota keluarga terkena penyakit tersebut
maka yang lainnya pun juga bisa terkena. Malah ada beberapa kasus dalam satu keluarga
seluruh anggota keluarganya mulai dari kakek - nenek, kakak - adik, bapak - ibu, anak - anak
semuanya terkena penyakit TORCH.
9
b. Kucing peliharaan di rumah hendaknya diberi daging matang untuk mencegah infeksi
yang masuk ke dalam tubuh kucing. Tempat makan, minum dan alas tidur harus selalu
dicuci / dibersihkan.
c. Hindari kontak dengan hewan - hewan mamalia liar, seperti rodensia liar (tikus, bajing,
musang dan lain - lain) serta reptilia kecil seperti cecak, kadal, dan bengkarung yang
kemungkinan dapat sebagai hewan perantara TORCH.
d. Penanganan kotoran kucing sebaiknya dilakukan melalui sarung tangan yang
disposable (dibuang setelah dipakai).
e. Bagi wanita yang sedang hamil, terutama yang dinyatakan secara serologis sudah
negatif, jangan memelihara atau menangani kucing kecuali dengan sarung tangan.
f. Bila sedang memegang daging, bekerja di tempat atau perusahaan daging atau organ
yang masih mentah, hindari untuk tidak menyentuh mata, mulut, dan hidung dan
peralatan dapur setelah selesai sebaiknya dicuci dengan sabun.
g. Bagi yang senang berkebun atau bekerja di kebun, sebaiknya menggunakan sarung
tangan, mencuci sayuran atau buah sebelum dimakan.
h. Darah penderita seropositif tidak boleh ditransfusikan pada penderita yang menderita
imunosupresif, demikian pula transplantasi organ pada penderita seronegatif harus dari
orang dengan seronegatif TORCH.
i. Pemberantasan terhadap lalat dan kecoa sebagai pembawa oosista perlau dilakukan.
j. Penggunaan desinfektan komersial yang ada di toko - toko dapat berguna untuk
membasmi oosista.
k. Memeriksakan hewan peliharaan secara kontinyu ke dokter hewan atau poliklinik
hewan agar supaya hewan keanyangan selalu dalam keadaan sehat.
H. MENCEGAH TORCH
Mengingat bahaya dari TORCH untuk ibu hamil, bagi Anda yang sedang
merencanakan kehamilan atau yang saat ini sedang hamil, dapat mempertimbangkan saran-
saran berikut agar bayi Anda dapat terlahir dengan baik dan sempurna.
a. Makan makanan bergizi
Saat hamil, sebaiknya Anda mengkonsumsi banyak makanan bergizi. Selain
baik untuk perkembangan janin, gizi yang cukup juga akan membuat tubuh tetap sehat
dan kuat. Bila tubuh sehat, maka tubuh dapat melawan berbagai penyakit termasuk
TORCH sehingga tidak akan menginfeksi tubuh.
b. Lakukan pemeriksaan sebelum kehamilan
10
Ada baiknya, Anda memeriksakan tubuh sebelum merencanakan kehamilan.
Anda dapat memeriksa apakah dalam tubuh terdapat virus atau bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi TORCH. Jika Anda sudah terinfeksi, ikuti saran dokter untuk
mengobatinya dan tunda kehamilan hingga benar-benar sembuh.
c. Melakukan vaksinasi
Vaksinasi bertujuan untuk mencegah masuknya parasit penyebab TORCH.
Seperti vaksin rubela dapat dilakukan sebelum kehamilan. Hanya saja, Anda tidak
boleh hamil dahulu sampai 2 bulan kemudian.
d. Makan makanan yang matang
Hindari memakan makanan tidak matang atau setengah matang. Virus atau
parasit penyebab TORCH bisa terdapat pada makanan dan tidak akan mati apabila
makanan tidak dimasak sampai matang. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, selalu
konsumsi makanan matang dalam keseharian Anda.
e. Periksa kandungan secara terartur
Selama masa kehamilan, pastikan juga agar Anda memeriksakan kandungan
secara rutin dan teratur. Maksudnya adalah agar dapat dilakukan tindakan secepatnya
apabila di dalam tubuh Anda ternyata terinfeksi TORCH. Penanganan yang cepat dapat
membantu agar kondisi bayi tidak menjadi buruk.
f. Jaga kebersihan tubuh
Jaga higiene tubuh Anda. Prosedur higiene dasar, seperti mencuci tangan,
sangatlah penting.
11
I. PENGOBATAN TORCH
Adanya infeksi-infeksi ini dapat dideteksi dari pemeriksaan darah. Biasanya ada 2
petanda yang diperiksa untuk tiap infeksi yaitu Imunoglobulin G (IgG) dan Imunoglobulin M
(IgM). Normalnya keduanya negatif.
Jika IgG positif dan IgMnya negatif,artinya infeksi terjadi dimasa lampau dan tubuh
sudah membentuk antibodi. Pada keadaan ini tidak perlu diobati. Namun, jika IgG negatif
dan Ig M positif, artinya infeksi baru terjadi dan harus diobati. Selama pengobatan tidak
dianjurkan untuk hamil karena ada kemungkinan infeksi ditularkan ke janin. Kehamilan
ditunda sampai 1 bulan setelah pengobatan selesai (umumnya pengobatan memerlukan waktu
1 bulan). Jika IgG positif dan IgM juga positif,maka perlu pemeriksaan lanjutan yaitu IgG
Aviditas. Jika hasilnya tinggi,maka tidak perlu pengobatan, namun jika hasilnya rendah maka
perlu pengobatan seperti di atas dan tunda kehamilan. Pada infeksi Toksoplasma,jika dalam
pengobatan terjadi kehamilan, teruskan kehamilan dan lanjutkan terapi sampai
melahirkan.Untuk Rubella dan CMV, jika terjadi kehamilan saat terapi, pertimbangkan untuk
menghentikan kehamilan dengan konsultasi kondisi kehamilan bersama dokter kandungan
anda.
Pengobatan TORCH secara medis diyakini bisa dengan menggunakan obat-obatan
seperti isoprinocin, repomicine, valtrex, spiromicine, spiradan, acyclovir, azithromisin,
klindamisin, alancicovir, dan lainnya. Namun tentu pengobatannya membutuhkan biaya yang
sangat mahal dan waktu yang cukup lama. Selain itu, terdapat pula cara pengobatan alternatif
yang mampu menyembuhkan penyakit TORCH ini, dengan tingkat kesembuhan mencapai
90%.
Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan obat spiramisin
(spiromicine), azithromisin dan klindamisin misalnya bertujuan untuk menurunkan dampak
(resiko) infeksi yang timbul pada janin. Namun sayangnya obat-obatan tersebut seringkali
menimbulkan efek mual, muntah dan nyeri perut. Sehingga perlu disiasati dengan meminum
obat-obatan tersebut sesudah atau pada waktu makan.
Berkaitan dengan pengobatan TORCH ini (terutama pengobatan TORCH untuk
menunjang kehamilan), menurut medis apabila IgG nya saja yang positif sementara IgM
negative, maka tidak perlu diobati. Sebaliknya apabila IgM nya positif (IgG bisa positif atau
negative), maka pasien baru perlu mendapatkan pengobatan.
J. DIAGNOSA TORCH
12
Proses diagnosa medis merupakan langkah pertama untuk menangani suatu penyakit.
Tetapi diagnosa berdasarkan pengamatan gejala klinis sering sukar dilaksanakan, maka
dilakukan diagnosa laboratorik dengan memeriksa serum darah, untuk mengukur titer-titer
antibodi IgM atau IgG-nya.
Penderita TORCH kadang tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik, bahkan bisa
jadi sama sekali tidak merasakan sakit. Secara umum keluhan yang dirasakan adalah mudah
pingsan, pusing, vertigo, migran, penglihatan kabur, pendengaran terganggu, radang
tenggorokan, radang sendi, nyeri lambung, lemah lesu, kesemutan, sulit tidur, epilepsi, dan
keluhan lainnya.
Untuk kasus kehamilan: sulit hamil, keguguran, organ tubuh bayi tidak lengkap, cacat
fisik maupun mental, autis, keterlambatan tumbuh kembang anak, dan ketidaksempurnaan
lainnya.
Namun begitu, gejala diatas tentu belum membuktikan adanya penyakit TORCH
sebelum dibuktikan dengan uji laboratorik.
K. PEMERIKSAAN TORCH
1. Cara Pemeriksaannya
a. Toxoplasma
Tes ini mempergunakan antigen Toxoplasma yang diletakkan pada penyangga padat,
mula-mula di inkubasi dengan serum penderita kemudian dengan antibodi berlabel enzim.
Kadar antibodi dalam serum penderita sebanding dengan intertitas warna yang timbul setelah
ikatan antigen antibodi dicampur dengan substrat. Uji aviditas pada ELISA bermanfaat untuk
determinasi prediktif kapan seseorang atau individu tersebut diperkirakan terinfeksi Aviditas
ELISA juga dapat digunakan untuk menentukan status infeksi serta kekuatan ikatan intrinsik
antara antibodi dengan antigen. Apabila ikatan intrinsiknya lemah maka daya proteksinya
juga lemah meskipun titernya cukup tinggi. Sebaliknya apabila ikatan intrinsik antigen-
antibodinya cukup tinggi maka daya proteksinya cukup baik meskipun titernya tidak terlalu
tinggi.
Cara Kerja :
a) Lokasi Pengambilan Sampel
- vena mediana cubiti ( dewasa )
- vena jugularis superficialis ( bayi )
b) Cara kerja pengambilan sampel :
13
- Bersihkan daerah vena mediana cubiti dengan alcohol 70% dan biarkan menjadi
kering kembali
- Pasang ikatan pembendung/torniquit diatas fossa cubiti. Mintakan pasien yang akan
diambil darahnya untuk mengepal dan membuka tangannya beberapa kali agar vena
jelas terlihat.
- Pembendungan vena tidak boleh terlalu kuat .
- Tegangkan kulit diatas vena dengan jari tangan kiri agar vena tidak bergerak
- Tusuk kulit diatas vena dengan jarum/nald dengan tangan kanan sampai menembus
lumen vena
- Lepaskan pembendungan dan ambillah darah sesuai yang dibutuhkan
- Taruh kapas diatas jarum/nald dan cabut perlahan
- Mintakan agar pasien menekan bekas tusukan dengan kapas tadi
- Alirkan darah dari syringe kedalam tabung melaluji dinding tabung
- Berikan label berisi tanggal pemeriksaan,nama pasien dan jenis specimen
- Sampel dapat di simpan pada suhu 2 - 8 ° C bertahan sampai 7 hari atau dibekukan
sampai 6 bulan. Hindari pembekuan berulang jika untuk pemeriksaan.
c) Cara kerja Toxolisa IgG dan IgM
- Siapkan pengenceran 1:40 test sampel, negatif control, positif control dan calibrator
dengan jalan menambahkan masing-masing 5 ul bahan dengan 100 ul sampel diluents,
goyang hingga homagen.
- Ambil 100 ul masing-masing hasil pengenceran, masukkan ke dalam wells goyang
agar tercampur rata, inkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC.
- Cuci 4× dengan diluents Wash Buffer (1×) dilanjutkan cuci 1× dengan aquabidest
Wash buffer (1×) = encerkan volume Wash Buffer (20×) dengan 19 volume
aquabidest contoh : larutkan 50ml Wash Buffer (20×) kedalam aquabidest untuk
membuat 1000ml Wash Buffer (1×).
- Masukan 100 ul Enzyme Conjugate ke masing-masing well, inkubasi 30 menit pada
suhu 37oC.
- Cuci 4× dengan diluents Wash Buffer (1×) dilanjutkan cuci dengan aquabidest.
- Masukan 100 ul TMB ke masing-masing well, goyang hingga merata.
- Inkubasi 15 menit pada suhu 37oC.
- Tambahkan 100 ul Stop Solution (1N HCl) ke masing-masing well
- Goyang 30 detik agar merata
- Baca pada Elisa Reader dengan λ 450nm
b. Rubella
Dengan tes ELISA, HAI,Pasif HAatau tes LA, atau dengan adanya IgM spesifik
rubella yang mengindikasikan infeksi rubella telah terjadi.
14
Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG
dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya
kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan
untuk divaksinasi.
Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis
infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.
d. Herpes Simpleks
Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat penting untuk
mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya infeksi oleh HSV II dan mencaegah
bahaya lebih lanjut pada bayi bila infeksi terjadi pada saat kehamilan
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Keluhan utama: demam
a. Riwayat kesehatan
Suhu tubuh meningkat, malaise, sakit tenggorokan, mual dan muntah, nyeri otot.
b. Riwayat kesehatan dahulu
- Klien sering berkontak langsung dengan binatang
- Klien sering mengkonsumsi daging setengah atang
- Klien pernah mendapatkan transfusi darah
3. Data psikologis
4. Data psikospiritual
5. Data social dan ekonomi
6. Pemeriksaan fisik
- Mata
o Nyeri
o ikterus
- Integument
o suka berkeringat malam
o suhu tubuh meningkat
o timbulnya rash pada kulit
- muskuloskletal
16
o nyeri
o kelemahan
- hepar
o hepatomegali
- abdomen
o Acites
o Diare
o mual dan muntah
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Anti-Toxoplasma IgM dan Anti-Toxoplasma IgG (untuk mendeteksi infeksi
Toxoplasma)
2. Anti-Rubella IgM dan Anti-Rubella IgG (Untuk mendeteksi infeksi Rubella)
3. Anti-CMV IgM dan Anti-CMV IgG (untuk mendeteksi infeksi Cytomegalovirus)
4. Anti-HSV2 IgM dan Anti-HSV2 IgG (untuk mendeteksi infeksi virus Herpes)
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d adanya proses infeksi / inflamasi.
Tujuan : mengurangi nyeri
Kriterian hasil :Klien melaporkan nyeri hilang dan terkontrol
Klien tampak rileks, Klien mampu tidur/istirahat dengan tepat.
3. Kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan
ditandai dengan, diare
17
Tujuan: memenuhi kebutuhan cairan tubuh
Kriteria hasil: Mempertahankan volume sirkulasi adekuat, Tanda – tanda vital dalam
batas normal, Nadi ferifer teraba, Haluaran urine adekuat, Membrane mukosa
lembab,Turgor kulit baik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto
Megalo Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri
dari HSV1 dan HSV2 serta kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih
terbatas (Misalnya Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio,
dan virus Coxsackie-B).
Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat mengakibatkan keguguran,
cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil bisa akan sulit mendapatkan
kehamilan.
B. SARAN
Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara mengetahui
media dan cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari kemungkinan tertular.
Hidup bersih dan makan makanan yang dimasak dengan matang.
18
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH PONTIANAK
Oleh :
Fianita Listiyani
Fika Iskaryanti
Hamka
Henitta Tri Septa Reni
Ikke Siti S
Indah Budiarti
SEMESTER 7 / A