Anda di halaman 1dari 13

A.

Penerapan POACE pada pelayanan kesehatan ( Puskesmas )

Penerapan POACE atau Planning, Organizing, Actua , Controlling, Evaluating

1. PLANNING

Perencanaan Puskesmas adalah proses penyusunan kegiatan yang sistematis untuk mengatasi
masalah atau sebagian masalah yang dihadapi dalam rangka pencapaian tujuan Puskesmas dalam
periode waktu tertentu. Perencanaan adalah proses penyusunan rencana Puskesmas untuk
mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Rencana Puskemas dibedakan atas
dua macam yaitu Rencana Usulan Kegiatan (RUK) untuk kegiatan pada setahun mendatang dan
Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) pada tahun berjalan.

Perencanaan Puskesmas disusun meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pilihan dan
upaya inovatif baik terkait dengan pencapaian target maupun mutu Puskesmas. Istilah RUK dan
RPK merupakan istilah umum, adapun istilah/terminologi yang dipergunakan dalam perencanaan
disesuaikan dengan pedoman penganggaran di daerah. Proses perencanaan Puskesmas harus
disesuaikan dengan mekanisme perencanaan yang ada baik perencanaan sektoral maupun lintas
sektoral melalui Musrenbang di setiap tingkatan administrasi.

a. Rencana Usulan Kegiatan (RUK)

Rencana Usulan Kegiatan adalah perencanaan kegiatan Puskesmas untuk tahun mendatang,
sering disebut dengan istilah H+1. Perencanaan disusun dengan mengacu pencapaian indikator
Kecamatan Sehat dalam mewujudkan pencapaian indikator SPM.

b. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)/ Plan of Action (POA)

Rencana Pelaksanaan Kegiatan disusun setelah Puskesmas mendapatkan alokasi anggaran.


Penyusunan RPK berdasarkan RUK tahun yang lalu dengan dilakukan penyesuaian (adjustment)
terhadap target, sasaran dan sumberdaya. RPK disusun dalam bentuk matrik Gantt Chart dan
dilengkapi dengan pemetaan wilayah (mapping).

Ada 6 program pokok puskesmas Kesehatan dasar (BASIC SIX) yaitu:

 Promosi kesehatan.
 Kesehatan lingkungan.
 Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
 Kesehatan Keluarga dan Reproduksi
 Perbaikan Gizi masyarakat
 Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan

2. ORGANIZING
Menurut Endang S, Pengorganisasian Puskesmas adalah struktur organisasi dan tata kerja
Puskesmas yang merupakan perpaduan antara kegiatan dan tenaga pelaksanan Puskesmas.
Struktur organisasi puskesmas menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa melapor siapa,
dan mekanisme koordinasi formal serta pola interaksi yang akan diikuti.
Adapun faktor-faktor yang menentukan perancangan struktur organisasi Puskesmas adalah :
 Strategi untuk mencapai tujuan Puskesmas. Strategi akan menjelaskan bagaimana aliran
wewenang dan saluran komunikasi dapat disusun diantara pimpinan dengan pegawai
Puskesmas.
 Ukuran organisasi Puskesmas. Besarnya organisasi Puskesmas secara keseluruhan
maupun unit-unit kerja fungsional akan mempengaruhi struktur organisasi Puskesmas.
 Tingkat penggunaan teknologi, yaitu tingkat rutinitas penggunaan teknologi oleh
Puskesmas untuk memberikan jasa layanan kesehatan Puskesmas. Pada layanan
kesehatan dengan menggunakan teknologi tinggi akan memerlukan tingkat standarisasi
dan spesialisasi yang lebih tinggi dibanding dengan pelayanan kesehatan dasar.
 Tingkat ketidakpastian lingkungan organisasi Puskesmas.
 Preferensi(kesukaan) yang menguntungkan pribadi dari individu atau kelompok yang
memegang kekuasaan dan kontrol dalam organisasi Puskesmas.
 Pegawai dan stakeholder dalam organisasi Puskesmas. Kemampuan dan cara berfikir
para pegawai dan stakeholderPuskesmas serta kebutuhan mereka untuk bekerjasama
harus diperhatikan dalam merancang struktur organisasi Puskesmas. Kebutuhan pegawai
dan stakeholder Puskesmas dalam pembuatan keputusan akan mempengaruhi saluran
komunikasi, wewenang dan hubungan diantara unit-unit kerja fungsional.(Endang
S.2011)

Pengorganisasian tingkat Puskesmas didefinisikan sebagai proses penetapan pekerjaan-pekerjaan


pokok untuk dikerjakan, pengelompokan pekerjaan, pendistribusian otoritas/wewenang dan
pengintegrasian semua tugastugas dan sumber-sumber daya untuk mencapai tujuan Puskesmas
secara efektif dan efisien. Secara aplikatif pengorganisasian tingkat Puskesmas adalah
pengaturan pegawai Puskesmas dengan mengisi struktur organisasi dan tata kerja (SOTK)
Puskesmas yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota disertai dengan pembagian
tugas dan tanggung jawab serta uraian tugas pokok dan fungsi (Tupoksi), serta pengaturan dan
pengintegrasian tugas dan sumber daya Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan dan program
Puskesmas dalam rangka mencapai tujuan Puskesmas.
Berdasarkan definisi tersebut, fungsi pengorganisasian Puskesmas merupakan alat untuk
memadukan (sinkronisasi) dan mengatur semua kegiatan yang dihubungkan dengan
personil/pegawai, finansial, material, dan metode Puskesmas untuk mencapai tujuan Puskesmas
yang telah disepakati bersama antara pimpinan dan pegawai Puskesmas. Pengorganisasian
Puskesmas meliputi hal-hal berikut (Sulaeman, 2009):

 Cara manajemen Puskesmas merancang struktur formal Puskesmas untuk penggunaan


sumber daya Puskesmas secara efisien,
 Bagaimana Puskesmas mengelompokkan kegiatannya, dimana setiap pengelompokkan
diikuti penugasan seorang penanggung jawab program yang diberi wewenang mengawasi
stafnya.
 Hubungan antara fungsi, jabatan, tugas, dan pegawai Puskesmas.
 Cara pimpinan Puskesmas membagi tugas yang harus dilaksanakan dalam unit kerja dan
mendelegasikan wewenang untuk mengerjakan tugas tersebut.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128/Menkes/SK/II/2004,
bahwa untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan Puskesmas, perlu dilakukan
pengorganisasian. Ada dua macam pengorganisasian yang harus dilakukan.

Pertama, pengorganisasian berupa penentuan para penanggungjawab dan para pelaksana untuk
setiap kegiatan serta untuk setiap satuan wilayah kerja. Dengan perkataan lain, dilakukan
pembagian habis seluruh program kerja dan seluruh wilayah kerja kepada seluruh petugas
puskesmas dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimilikinya.

Penentuan para penanggungjawab ini dilakukan melalui pertemuan penggalangan tim pada awal
tahun kegiatan.

Kedua, pengorganisasian berupa penggalangan kerjasama tim secara lintas sektoral. Ada dua
bentuk penggalangan kerjasama yang dapat dilakukan:
 Penggalangan kerjasama dalam bentuk dua pihak, yakni antara dua sektor terkait,
misalnya antara puskesmas dengan sektor tenaga kerja pada waktu menyelenggarakan
upaya kesehatan kerja.
 Penggalangan kerjasama dalam bentuk banyak pihak, yakni antar berbagai sektor terkait,
misalnya antara puskesmas dengan sektor pendidikan, sektor agama, sektor kecamatan
pada waktu menyelenggarakan upaya kesehatan sekolah.

Penggalangan kerjasama lintas sektor ini dapat dilakukan:


 Secara langsung yakni antar sektor-sektor terkait.
 Secara tidak langsung yakni dengan memanfaatkan pertemuan koordinasi kecamatan
(Keputusan Menteri Kesehatan, 2004).

Ada 2 (dua) hal yang perlu pengorganisasian tingkat Puskesmas, yakni:


1) Pengaturan berbagai kegiatan yang ada di dalam RO (Rancangan Operasional)
Puskesmas, sehingga membentuk satu kesatuan program yang terpadu dan sinergi untuk
mencapai tujuan Puskesmas.
2) Pengorganisasian pegawai Puskesmas, yaitu pengaturan tugas dan tanggung jawab setiap
pegawai Puskesmas, sehingga setiap kegiatan dan program mempunyai penanggung
jawabnya.
Dengan memahami fungsi pengorganisasian Puskesmas akan lebih memudahkan mempelajari
fungsi penggerakan dan pelaksanaan (actuating/aktuasi) dan akan diketahui gambaran
pembimbingan dan pengarahan yang diperlukan oleh pegawai Puskesmas sesuai dengan
pembagian tugas dan tanggung jawab (Sulaeman, 2009).
Untuk kelancaran kegiatan SP2TP di Puskesmas, maka dibentuk pengorganisasian yang terdiri
dari: (Ahmad, 2005).

 Penanggung Jawab (Kepala Puskesmas)


 Koordinator (Petugas yang ditunjuk Kepala Puskesmas)
 Anggota (Pelaksana Kegiatan di Puskesmas)

Pembuatan pola struktur organisasi Puskesmas dapat mengacu pada Kebijakan Dasar Puskesmas
(Keputusan Menteri Kesehatan RI No.128/Menkes/SK/II/2004), menetapkan pola struktur
organisasi Puskesmas sebagai berikut :
Kepala Puskesmas, yaitu seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulum pendidikannya
mencakup kesehatan masyarakat. Struktur tergantung jenis kegiatan dan beban kerja. Unit Tata
Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala Puskesmas dalam mengelola:

 Data dan informasi


 Perencanaan dan penilaian
 Keuangan
 Umum dan kepegawaian

Unit pelaksana teknis fungsional yaitu


 Staf teknis untuk upaya kesehatan perorangan dan
 Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan UKBM(Upaya Kesehatan Bersumber
daya Masyarakat)

Jaringan pelayanan, meliputi :

1) Puskesmas pembantu
Adalah unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan bersifat menunjang dan membantu
melaksanakan kegiatan puskesmas yang ruang lingkupnya lebih kecil. Pustu secara umum
melaksanakan pelayanan di bawah puskesmas induk dengan wilayah kerja antara 2-3 desa.
Sasaran pelayanan kesehatan sekitar 2500 jiwa(untuk luar jawa), dan 10.000 jiwa (untuk p.jawa
dan bali)

2) Puskesmas keliling

Adalah salah satu kegiatan puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya dengan memberikan pelayanan di daerah terpencil. Kegiatan pusling, yaitu :

Melakukan penyelidikan kejadian luar biasa(KLB)


Sebagai alat transportasi penderita untuk rujukan.
Melakukan penyuluhan kesehatan menggunakan audio visual.

3) Bidan di Desa/komunitas.
Adalah salah satu kegiatan pelayanan kesehatan maupun penyuluhan di desa/kelurahan oleh
tenaga Bidan yang ditunjuk oleh Puskesmas Induk.
4) Posyandu
Merupakan kegiatan keterpaduan antara Puskesmas dan masyarakat di tingkat desa yang
diwujudkan dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu. Semula Posyandu adalah pusat kegiatan
masyarakat dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan kesehatan.
Dalam pengembangannya Posyandu dapat dibina menjadi forum komunikasi dan pelayanan di
masyarakat, antara sektor yang memadukan kegiatan pembangunan sektoralnya dengan kegiatan
masyarakat, untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memecahkan masalah melalui
alih teknologi. Satu Posyandu sebaiknya melayani sekitar 100 balita (120 kepala keluarga), atau
sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat.

3. ACTUATING
Setelah perencanaan dan pengorganisasian selesai dilakukan, maka langkah selanjutnya yang
perlu ditempuh dalam manajemen adalah mewujudkan rencana tersebut dengan mempergunakan
organisasi yang terbentuk. Langkah tersebut adalah actuating yang secara harfiah diartikan
sebagai memberi bimbingan namun istilah tersebut lebih condong diartikan penggerak atau
pelaksanaan.

Jadi actuating artinya menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau
dengan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan dikehendaki secara efektif.
Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan. Actuating adalah Pelaksanaan untuk
bekerja. Untuk melaksanakan secara fisik kegiatan dari aktivitas tesebut, makamanajer
mengambil tindakan-tindakannya kearah itu. Seperti : Leadership ( pimpinan ), perintah,
komunikasi dan conseling( nasehat). Actuating disebut juga“ gerakan aksi “ mencakup kegiatan
yang dilakukan seorang manager untuk mengawali dan melanjutkan kegiatan yang ditetapkan
oleh unsur-unsur perencanaan dan pengorganisasian agar tujuan-tujuan dapat tercapai.

Pemimpin yang efektif cenderung mempunyai hubungan dengan bawahan yang sifatnya
mendukung (suportif) dan meningkatkan rasa percaya diri menggunakan kelompok membuat
keputusan. Keefektifan kepemimpinan menunjukkan pencapaian tugas pada rata-rata kemajuan,
keputusan kerja, moral kerja, dan kontribusi wujud kerja. Prinsip utama dalam penggerakan
adalah bahwa perilaku dapat diatur, dibentuk, atau diubah dengan sistem imbalan yang positif
yang dikendalikan dengan cermat.
Tujuan fungsi aktuating ( penggerakan ) adalah :

 Menciptakan kerjasama yang lebih efisien


 Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
 Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
 Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi
kerja staf
 Membuat organisasi berkembang lebih dinamis

Secara praktis fungsi actuating ini merupakan usaha untuk menciptakan iklim kerjasama diantara
staf pelaksana program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Fungsi actuating tidak terlepas dari fungsi manajemen melalui bagan dibawah ini :

 Penentuan masalah
 Penetapan tujuan
 Penetapan tugas dan sumber daya penunjang
 Menggerakkan dan mengarahkan
 Memiliki keberhasilan SDM

Mencakup kegiatan yang dilakukan seorang manajer untuk mengawali dan


melanjutkan kegiatan yang ditetapkan oleh unsur perencanaan dan pengorganisasian agar
tujuan-tujuan dapat dicapai.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 3 komponen
yang saling berhubungan yaitu komponen koordinasi, pengarahan dan pimpinan. Yang sejalan
dengan penelitian Ridwan (2010), yang dimana pimpinan selaku administrator memiliki tugas
yaitu melakukan koordinasi dan mengarahkan seluruh komponen manajemen agar tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan.

Pada ketiga komponen tersebut, yang memegang peran penting yakni pimpinan (kepemimpinan).
Dalam konteks manajemen kepemimpinan harus diartikan sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi dan menggerakkan orang lain agar rela, mampu dan mau mengikuti keinginan
pemimpin demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya dengan efisien, efektif dan
ekonomis.

Koordinasi dan pengarahan dilakukan bertujuan agar supaya semua komponen dapat
menjalankan tugas mereka sesuai dengan perannya masing-masing demi tercapainya apa yang
telah ditetapkan atau yang telah menjadi tujuan awal dari perencanaan tersebut.Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada dasarnya suatu kegiatan yang tanpa diikut sertakan
dengan adanya koordinasi, komunikasi dan pengarahan akan mengalami hambatan dalam hal
pencapaian tujuan kegiatan yang telah direncanakan sebelummnya. Baik itu pada bagian unit
Gizi, KIA, UKS, dan lainnya selalu mengutamakan 3 poin tersebut.

4. CONTROLLING

Pengawasan (controlling) sebagai elemen atau fungsi keempat manajemen ialah mengamati dan
mengalokasikan dengan tepat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi.Bedasarkan hasil
penelitian bahwa penilaian selalu dilakukan untuk mengetahui bagaimana hasil dari pelaksanaan
kegiatan tersebut. Selain itu, juga dapat mengarahkan bawahan agar dapat menjalankan tugasnya
dengan baik dan benar sesuai dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan.

Controlling dalam manajemen puskesmas merupakan indikator keberhasilan puskesmas yang


meliputi 2 faktor yaitu menjadi indikator pencapaian sehat meliputi lingkungan, perilaku
masyarakat, layanan kesehatan dan status kesehatan mrliputi KEP balita, insiden penyakit yang
berbasis lingkungan dan kesehatna ibu dan anak. Selain itu juga merupakan indicator penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga, pelayanan
kesehatan tingkat I.

Kontrol kualitas Merupakan suatu upaya organisasi dalam menyediakan pelayanan yang
memenuhi standar professional dan dapat diterima oleh klien.

 Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakaian jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata – rata
penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan standar atau kode etik profesi
yang telah ditetapkan (Azwar, 1996)
 Kriteria mutu pelayanan kesehatan
 Struktur
Kriteria rumah sakit, unit keperawatan (LOD, visi dan misi, konsep asuhan
keperawatan)
 Proses
Fungsi, proses interpersonal, metode pengorganisasian, perspektif keperawatan
proesional, praktek keperawatan professional
 Tujuan
Tingkat kesehatan atau kesejahteraan, kemampuan fungsional, kepuasan pasien,
sumberpenggunaan/ pengeluaran efektif dan efisien, kejadian dan proses yang tidak
menyenangkan. Syarat pelayanan berkualitas : Efficacy (kamanjuran),
appropriatennes (kepantasan), accebility (mudah dicapai), accepbility (diterima),
effectiveness (keberhasilan), efficiency (ketepatan), continuity (terus - menerus)

Pelaksanaan kegiatan pengendalian mutu:

 Menetapkan masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan


 Menetapkan penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
 Menetapkan cara penyelesaian masalah mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
 Menetapkan cara penyelesaian masalah mutu pelayanan kesehatanan.
 Menyusun sasaran tudak lanjut untuk lebih memantapkan serta meningkatkan mutu
pelayanan.

Controlling adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang
dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan
tersebut. Controlling is the process of measuring performance and taking action to ensure desired
results. Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana
sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada
perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja
aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu
penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif
dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan. Dari beberapa
pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan hal penting
dalam menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya pengawasan maka perencanaan yang

Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan merupakan bagian dari


fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau
pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya.” Dalam ilmu manajemen,
pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial,
pengawasan mengandung makna pula sebagai: “pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan
unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan
sesuai dengan rencana dan peraturan.” atau “suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil
timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang
kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.”

Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai sebagai “proses
kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau diselenggarakan itu
dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau diperintahkan.”

Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat kecocokan dan
ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang muncul. Dalam konteks
membangun manajemen pemerintahan publik yang bercirikan good governance (tata kelola
pemerintahan yang baik), pengawasan merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi
pemerintahan berjalan sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama
pentingnya dengan penerapan good governance itu sendiri. Dalam kaitannya dengan
akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah satu cara untuk membangun dan menjaga
legitimasi warga masyarakat terhadap kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem
pengawasan yang efektif, baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern
(external control). Di samping mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control).
Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana
atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:

 Mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan;


 Menyarankan agar ditekan adanya pemborosan;
 Mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.

5. EVALUATION

Salah satu ukuran pengawasan yang digunakan oleh manajer guna mencapai hasil organisasi
adalah system penilaian kerja karyawan.Melalui evaluasi regular dari setiap pelaksanaan kerja
pegawai manajer dapat mencapai beberapa tujuan.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi yang tidak
diinginkan kemudian diperbaiki sehingga tujuan dapat tercapai sesuai harapan.Hasil penelitian
dapat menjelaskan bahwa dari serangkaian kegiatan yang telah disusun dan direncanakan yang
kemudian berakhir pada tahap pengawasan yang dimana pada tahap ini kita melihat hasil dari
kegiatan yang dilaksanakan berhasil atau tidaknya yang kemudian nantinya akan menjadi
koreksi dan catatan penting bagi pelaksanaan kegiatan selanjutnya yang lebih baik lagi guna
mencapai tujuan yang sesungguhnya.

a. Prinsip – prinsip evaluasi :

 Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja, orientasi tingkah
laku untuk posisi yang ditempati.
 Sample tingkah laku perawat yang cukup representative
 Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerja, standar pelaksanaan kerjadan bentuk
evaluasi untuk peninjauan ulang.
 Terdapat strategi pelaksanaan kerja yang memuaskan dan strategi perbaikan yang
diperlukan.
 Manajer menjelaskan area mana yang dijadiakn prioritas Pertemuan evaluasi antara
perawat dan menajer sebaiknya dilakukan dalam waktu yang tepat.
 Laporan evaluasi maupun pertemuan tersusun secara rapih sehingga membantu dalam
pelaksanaan kerja.

Alat evalausi :

 Laporan tanggapan bebas


 Pengurutan ayng sederhana
 Checklist pelaksanaan kerja
 Penilian grafik (henderson, 1984)

Penilaian Kinerja Puskesmas adalah suatu upaya untuk melakukan penilaian hasil kerja/prestasi
Puskesmas. laporan kinerja yang telah dibuat merupakan gambaran dari situasi dan kondisi yang
ada di Puskesmas, baik dari segi sarana – prasarana dan sumber daya manusia yang ada,
sehingga dari hasil yang ada dapat dinilai kinerja dari Puskesmas itu sendiri.

Pelaksanaan penilaian dimulai dari tingkat Puskesmas sebagai instrument mawas diri karena
setiap puskesmas melakukan penilaian kinerjanya secara mandiri, kemudian Dinas Kesehatan
Kabupaten melakukan verifikasi hasilnya.
b. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penyusunan Laporan Kinerja secara umum agar tercapai tingkat kinerja Puskesmas yang
berkualitas secara optimal dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan kesehatan
Kabupaten. Dimana secara khusus untuk mendapatkan gambaran tingkat pencapaian hasil
cakupan dan mutu kegiatan serta manajemen Puskesmas pada akhir tahun kegiatan. Diharapkan
dengan adanya laporan kinerja dapat menjadi umpan balik bagi pelaksanaan program di
Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten untuk ikut serta dalam pembangunan kesehatan.

c. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penilaian Kinerja Puskesmas meliputi penilaian pencapaian hasil pelaksanaan
pelayanan kesehatan, manajemen Puskesmas dan mutu pelayanan. Secara garis besar lingkup
penilaian kinerja Puskesmas tersebut berdasarkan pada upaya-upaya Puskesmas dalam
menyelenggarakan :

 Pelayanan Kesehatan : Upaya Kesehatan Wajib, upaya Kesehatan Pengembangan.


 Pelaksanaan Manajemen Puskesmas dalam penyelenggaraan kegiatan, meliputi : Proses
penyusunan perencanaan, pelaksanaan mini lokakarya dan pelaksanaan penilaian kinerja.
Manajemen sumber daya termasuk manajemen alat, obat, keuangan, dll.
 Mutu Pelayanan : Penilaian input pelayanan berdasarkan standar yang ditetapkan,
penilaian proses pelayanan dengan menilai tingkat kepatuhannya terhadap standar
pelayanan yang telah ditetapkan, penilaian output pelayanan berdasarkan upaya
kesehatan yang diselenggarakan, dimana masing – masing program kesehatan
mempunyai indikator mutu tersendiri. Penilaian out come pelayanan antara lain melalui
pengukuran tingkat, kepuasan pengguna jasa pelayanan Puskesmas.

Standar keberhasilan program puskesmas


Dinkes Kabupaten / Kota dan propinsi secara rutin menetapkan target atau standart keberhasilan
masing-masing kegiatan progam. Standart pelaksanaan progam merupakan standart untuk kerja
(Standart Performance). Staf standart untuk kerja merupakan ukuran kualitatif keberhasilan progam.
Tingkat keberhasilan progam secara kuantitatif diukur dengan membandingkan target yang sudah
ditetapkan dengan output (cakupan pelayanan) kegiatan progam.
Secara kualitatif keberhasilan progam diukur dengan membandingkan standart prosedur kerja untuk
masing-masing kegiatan progam dengan penampilan (kemampuan) staf dalam melaksanakan kegiatan
masing-masing progam. Cakupan progam dapat dianalisis secara langsung oleh staf puskesmas dengan
menganalisis data harian setiap kegiatan progam. Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku
masyarakat (effect progam) dan dampak progam (impact) seperti tingkat kematian, kesakitan (termasuk
gangguan gizi), tingkat kelahiran dan kecacatan tidak diukuar secara langsung oleh puskesmas. Dampak
progam diukur setiap lima tahun melalui survei kesehatan rumah tangga (SKRT) atau surkesmas (Survei
Kesehatan Nasional) Depkes. Khusus untuk perkembangan masalah gizi dipantau setiap lima tahun,
tetapi hanya sampai tingkat kabupaten. Standart pelayanan minimal progam kesehatan pokok mulai
diterapkan oleh Depkes tahun 2003 untuk menjamin bahwa dilaksanakan tugas utama pemerintah
menyediakan pelayanan kesehatan masyarakat yang essensial di daerah.

Indikator derajat kesehatan masyarakat yang paling peka untuk menilai dampak progam kesehatan
adalah IMR (Infant Mortality rate), MMR (Maternal Mortality Rate), dan BR (Birth Rate). Untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, empat progam pokok perlu lebih diprioritaskan oleh
puskesmas yaitu KIA, KB, P2M dan gizi. Keempat progam pokok tersebut juga dilaksanakan secara
terpadu diluar gedung puskesmas melalui pos kesehatan ditingkat dusun atau pos pelayanan terpadu.
Sejak tahun 1992/1993, pemerintah juga telah menempatkan bidan didesa. Bidan yang bertugas di desa,
mengelola pondok bersalin desa.

Indikator keberhasilan Manajemen Puskesmas, meliputi :


 Terbentuknya Tim Manajemen Puskesmas
 Berfungsinya Tim Manajemen Puskesmas
 Mutu Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai