I
BAB IV KONSENTRASI URINE DAN MEKANISME PENGENCERAN . 17
4.3 Sistem Arus Bolak – Balik Ganda dalam Ansa Henle ........................... 19
II
DAFTAR GAMBAR
III
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine; dua ureter
yang membawa urine kedalam sebuah kandung kemih untuk penampungan
sementara; dan uretera yang mengalirkan urine keluar tubuh melalui orifisium
uretra eksterna. (Sloane, 1994)
Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang yang merupakan organ utama
dalam sistem eksresi manusia. Manusia mempunyai sepasang ginjal yang terletak
di belakang perut. (Aha, 2017)
1
3. Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh, ginjal megendalikan
eksresi ion hidrogen (H+), bikarbonat (HCO3) dan amonium (NH4+)
serta mengproduksi urine asam atau basa, bergantung pada kebutuhan
tubuh.
4. Pengaturan produksi sel darah merah, ginjal melepas eritropoietin, yang
mengatur produksi sel darah merah dalam sumsum tulang
(Sloane, 1994)
2
3. Jaringan ikat pembungkus, setiap ginjal diselubungi tiga lapisan
Jaringan ikat.
a. Fasia renal adalah pembungkus terluar. Pembungkus ini
melabuhkan ginjal pada struktur di sekitarnya dan mempertahankan
posisi organ.
b. Lemak perirenal adalah jaringan adiposa yang terbungkus fasia
ginjal. Jaringan ini mernbantali ginjal dan membantu organ tetap
dalam posisinya.
c. Kapsul fibrosa (ginjal) adalah membran halus transparan yang.
langsung membungkus ginjal dan dapat dengan mudah dilepas.
(Sloane, 1994)
3
b. Korteks tersusun dari tubulus dan pembuluh darah nefron yang
merupakan unit struktural dan fungsional ginjal. Korteks terletak di
dalam di antara piramida-piramida medula yang bersebelahan
untuk membentuk kolumna ginjal yang terdiri dari tubulus-tubulus
pengumpul yang mengalir ke dalam duktus pengurmpul.
5. Ginjal terbagi-bagi lagi menjadi lobus ginjal. Setiap lobus terdiri dari
satu piramida ginjal, kolumna yang saling berdekatan, dan jaringan.
korteks yang melapisinya.
(Sloane, 1994)
4
a. Lapisan viseral kapsul Bowman adalah lapisan internal epitelium.
Sel-sel lapisan viseral dimodifkasi menjadi podosit ("sel seperti
kaki"), yaitu sel-sel epitel khusus di sekitar kapilar glomerular.
(1) Setiap sel podosit melekat pada permukaan luar kapilar
glomerular melalui beberapa prosesus primer panjang yang
mengandung prosesus sekunder yang disebut prosesus kaki
atau pedikel ("kaki kecil").
(2) Pedikel berinterdigitasi (saling mengunci) dengan prosesus
yang sama dari podosit tetangga. Ruang sempit antar pedikel-
pedikel yang berinterdigitasi disebut filtration slits por-pori
dari celah yang lebarnya sekitar 25 nm. Setiap pori dilapisi
selapis membran tipis yang memungkinkan aliran beberapa
molekul dan menahan aliran molekul lainnya.
(3) Barier filtrasi glomerular adalah barier jaringan yang
memisahkan darah dalam kapilar gomerular dar ruang dalam
kapsul Bowman. Barier ini terdiri dari endotelium kapilar,
membran dasar (lamina basalis) kapilar, dan filtration slit.
b. Lapisan parietal kapsul Bowman membentuk tepi terluar korpuskel
ginjal.
(1) Pada kutub vaskular korpuskel ginjal, arteriola aferen masuk
ke glomerulus dan arteriol eferen keluar dari glomerulus.
(2) Pada kutub urinarius korpuskel ginjal, gomerulus memfiltrat
aliran yang masuk ke tubulus kontortus proksimal.
2. Tubulus kontortus proksimal, panjangnya mencapai 15 mm dan sangat.
berilku pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat
sel-sel epitelial kuboid yang kaya akan mikrovllus (brush border) dan
memperluas area permukaan lumen.
3. Ansa Henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai
desenden ansa Henle yang masuk ke dalammedula, membentuk
lengkungan jepit yang tajam (lekukan), dan membalik ke atas
membentuk tungkal asenden ansa Henle.
5
a. Nefron korteks terletak di bagian terluar korteks. Nefron ini
memilik lekukan pendek yang memanjang ke sepertiga bagian atas
medula.
b. Nefron jukstamedular terletak di dekat medula. Nefron ini memilik
lekukan panjang yang menjulur ke dalam piramida medula.
4. Tubulus kontortus distal juga sangat berliku, panjangnya sekitar 5mm
dan membentuk segmen terakhir nefron.
a. Di sepanjang jalurnya, tubulus ini bersentuhan dengan dinding
arteriol aferen. Bagian tubulus yang bersentuhan dengan arteriol
Mengandung sel-sel termodifikasi yang disebut macula densa.
Macula densa berfungsi sebagai suatu kemoreseptor dan
distimulasi oleh penurunan ion natrium.
b. Dinding arteriol aferen yang bersebelahan dengan macula densa
mengandung sel-sel otot polos termodifikasi yang disebut sel
jukstaglomerular. Sel ini distimulasi melalui penurunan tekanan
darah untuk memproduksi renin.
c. Macula densa, sel jukstaglomerular, dan sel mesangium saling
bekerja sama untuk membentuk aparatus jukstaglomerular yang
penting dalam pengaturan tekanan darah
5. Tubulus dan duktus pengumpul. Karena setiap tubulus pengumpul
berdesenden di korteks, maka tubulus tersebut akan mengalir ke
sejumlah tubulus kontortus distal. Tubulus pengumpul membentuk
duktus Pengumpul besar yang lurus. Duktus pengumpul membentuk
tuba yang lebih besar yang mengalirkan urine kedalam kaliks mayor.
Dari pelvis ginjal urine dialirkan ke ureter yang mengarah ke kandung
kemih.
(Sloane, 1994)
6
Gambar 1. 2, (Sloane, 1994)
7
a. Arteriol eferen dari glomerulus nefron korteks memasuki jaring-
jaring kapilar peritubular yang mengelilingi tubulus kontortus distal
dan proksimal pada nefron tersebut
b. Arteriol eferen dari glomerulus pada nefron jukstaglomerular
memilki perpanjangan pembuluh kapilar panjang yang lurus
disebut vasa recta yang berdesenden ke dalam piramida medula.
Lekukan vasa recta membentuk lengkungan jepit yang melewati
ansa Henle. Lengkungan ini memungkinkan terjadinva pertukaran
zat antara ansal Henle dan kapilar serta memegang peranan dalam
konsentrasi urine.
7. Kapilar peritubular mengalir ke dalam vena korteks yang kemudian
menyatu dan membentuk vena interlobularis
8. Vena arkuata menerima darah dari vena interlobularis. Vena arkuata
bermuara ke dalam vena interlobaris yang bergabung untuk bermuaral
ke dalam vena renalis. Vena ini meninggalkan ginjal untuk bersatu
dengan vena kava inferior.
(Sloane, 1994)
8
2. Arteriole Eferen adalah pembuluh darah yang membawa keluar darah
dari glomerulus dan membawanya ke tubulus kontortus proksimal.
3. Arteriole Aferen adalah pembuluh darah yang membawa masuk darah
ke glomerulus untuk dilakukan filtrasi. Arteriole aferen dapat mengatur
tekanan darah di dalam glomerulus untuk mengatur hasil saringan
glomerulus.
4. Kapiler, adalah bagian utama dari glomerulus yang merupakan bagian
terkecil dari pembuluh darah. Kapiler membentuk aliran sirkulasi darah
kecil di dalam glomerulus.
5. Sel Mesangial, sel mesangial adalah sel yang berada diantara kapiler
dan kapsula Bowman. Beberapa sel mesangial membentuk mesangium.
(Refon, 2016)
9
BAB II
PEMBENTUKAN URINE
2.1 Pendahuluan
10
c. Tekanan filtrasi efektif (effectiue filtration force [EFPI) adalah
tekanan dorong netto. Tekanan ini adalah selisih antara tekanan
yang mendorong cairan keluar glomerulus menuju kapsul Bowman
dan tekanan yang cenderung menggerakkan cairan ke dalam.
glomerulus dari kapsul Bowman.
11
(2) Autoregulasi melibatkan mekanisme umpan ballk dari
reseptor- reseptor peregang dalam dinding arteriol dan dari
aparatus Jukstaglomerular.
(3) Di samping mekanisme autoregulasi ini, peningkatan tekanan
arteri dapat sedikit meningkatkan GFR. Karena begitu
banyak filtrat glomerular yang dihasilkan sehari, perubahan
yang terkecil pun dapat meningkatkan haluaran urine.
c. Stimulasi simpatis. Suatu peningkatan impuls simpatis, sepertli
menurunkan aliran darah ke dalam glomerulus, dan menvebabkan
penurunan GFR.
d. Obstruksi aliran urinaria oleh batu ginjal atau batu dalam ureter
akan meningkatkan tekanan hidrostatik dalam kapsul Bowman dan
menurunkan GFR.
e. Kelaparan, diet sangat rendah protein, atau penyakit hati akan
menurunkan tekanan osmotik koloid darah sehingga meningkatkan
GFR.
f. Berbagai penyakit ginjal dapat meningkatkan permeabilitas kapilar
glomerular dan meningkatkan GFR.
5. Komposisi filtrat glornerular
a. Filtrat dalam kapsul bowman identik dengan filtrat plasma dalam
hal ait dan zat terlarut dengan berat molekul rendah, seperti
glukosa, klorida, natrium, kalium, fosfat, urea, asam urat, dan
kreatinin.
b. Sejumlah kecil albumin plasma dapat terfiltrasi, tetapi sebagian
besar diabsorbsi Kembali dan secara normal tidak tampak pada
urine.
c. Sel darah merah dan protein tidak difiltrasi. Penampakannya dalam
urine menandakan suatu abnormalitas. Penampakan sel darah putih
biasanya menandakan adanya infeksi bakteri pada traktus urinaria
bagian bawah.
(Sloane, 1994)
12
2.3 Reabsorpsi Tubulus
13
b. Maksimum transpor. Carrier pada membran sel tubulus memilik
Kapasitas reabsorpsi maksimum untuk glukosa, berbagai jenis
asam amino, dan beberapa zat terabsorpsi lainnya. Jumlah ini
dinyatakan. dalam maksimum transpor (transport maximum [Tm]).
c. Maksimum transpor (Tm) untuk glukosa adalah jumlah maksimum.
yang dapat ditranspor (reabsorpsi) per menit, yaitu sekitar 200 mg.
glukosa/100 ml plasma. Jika kadar glukosa darah melebihi nilai
Tm- nya, berarti melewati ambang plasma ginjal sehingga glukosa
muncul di urine (glikosuria).
4. Reabsorpsi air. Air bergerak bersama ion natrium melalui osmosis. lon
natrium berpindah dart area berkonsentrasi air tingl dalam lumen
tubulus kontortus proksmal ke area berkonsentrasi air rendah dalam
cairan interstisial dan kapilar peritubular.
5. Reabsorpsi urea. Seluruh urea yang terbentuk setiap hari difltrasi oleh
gromerulus. Sekitar 50% urea secara pasif direabsorpsi akibat gradien
difusi yang terbentuk saat air direabsorpsi. Dengan demikian. 50% urea.
yang difiltrasi akan diekskresi dalam urine.
6. Reabsorpsi ion anorganik lain, seperti kalium, kalsium, fosfat, dan .
sulfat serta sejumlah ion organik adalah melalui transpor aktif.
(Sloane, 1994)
14
2.4 Sekresi Tubulus
(Sloane, 1994)
15
BAB III
KONSEP KLIRENS
Plasma klirens, dinyatakan dalam ml/menit, adalah volume darah per ment
yang telah bersih dari zat. Volume ini dapat dihitung dengan memakai rumus.
berikut:
(Sloane, 1994)
16
BAB IV
KONSENTRASI URINE DAN MEKANISME PENGENCERAN
Volume urine yang dihasilkan setiap hari bervariasi dari 600 ml sampai
2.500 ml lebih.
1. Jika volume urine tinggi, zat buangan diekskresi dalam larutan encer,
hipotonik (hipoosmotik) terhadap plasma. Berat jenis urine mendekati
berat jenis air (sekitar 1,003).
2. Jika tubuh perlu menahan air, maka urine yang dihasilkan kental
sehingga volume urine yang sedikit tetap mengandung jumlah zat
buangan yang sama yang harus dikeluarkan. Konsentrasi zat terlarut
lebih besar urine hipertonik (hiperosmotik) terhadap plasma, dan berat
jenis urine leblh tinggi (di atas 1,030).
(Sloane, 1994)
Produksi urine kental yang sedikit atau urine encer yang lebih banyak diatur
melalui mekanisme hormon dan mekanisme pengkonsentrasi urine ginjal
1. Mekanismne hormonal
a. Antidiuretic hormon (ADH) meningkatkan permeabilitas tubulus
Kontortus distal dan tublus pengumpul terhadap air sehingga
mengakibatkan terjadinya reabsorpsi dan volume urine yang
sedikit.
(1) Sisi sintesis dan sekresi. ADH disintesis oleh badan sel saraf
dalam nukleus supraoptik hipotalamus dan disimpan dalam
serabut saraf hipofisis posterior. ADH kemudian dilepas
sesuai implus yang sampai pada serabut saraf.
17
(2) Stimulus pada sekresi ADH
(a) Osmotik
(i) Neuron hipotalamus adalah osmoreseptor dan
sensitif terhadap perubahan konsentrasi ion
natrium, serta zat terlarut lain dalam cairan
intraselular yang menyelubunginya.
(ii) Peningkatan osmolaritas plasma, seperti yang
terjadi saat dehidrasi, menstimulasi osmoreseptor
untus Mengirim implus ke kelenjar hipofisis
posterior agar melepas ADH. Air diabsorbsi
kembali dari tubulus ginjal sehingga dihasilkan
urine kental dengan volume sedikt.
(iii) Penurunan osmoloritas plasma mengakibatkan
berkurangnya ekskresi ADH, berkurangnya
reabsorpsi air dari ginjal, dan produksi urine
encer yang banyak
(b) volume dan tekanan darah. Baroreseptor dalam
pembuluh darah (di vena, atrium kanan dan kiri,
pembuluh pulmonar. Sinus karotid, dan lengkung aorta)
membantu volume darah dan tekanan darah. Penurunan
volume dan tekanan darah meningkatkan sekresi ADH:
peringkatan volume dan tekanan darah menurunkan
sekresi ADH.
(c) faktor lain, nyeri, kecemasan, olah raga, analgesik
narkotik, dan barbiturat meningkatkan sekresi ADH.
Alkohol me- nurunkan sekresi ADH.
b. Aldosteron adalah hormon steroid yang disekresi oleh sel-sel
korteks kelenjar adrenal. Hormon ini bekerja pada tubulus distal
dan duktus . pengumpul untuk meningkatkan absorpsi aktif ion
natrium dan. sekrest aktif ion kalium. Mekanisme renin-
angiotensin-aldosteron, yang meningkatkan retensi air dan garam.
18
2. Sistem arus bolak-balik dalam ansa Henle dan vasa rekta
memungkinkan terjadinya reabsorpsi osmotik air dari tubulus dan
duktus. pengumpul ke dalam cairan interstisial medularis yang lebih
kental dil bawah pengaruh ADH. Reabsorpsi air memungkinkan tubuh
untuk. menahan air sehingga urine yang diekskresi lebih kental
dibandingkan cairan tubuh normal.
(Sloane, 1994)
1. Sistem arus bolak-balik adalah salah satu sistem yang aliran masuknya
(inflow) ke dalam tuba berbentuk U (seperti ansa Henle) mengalir
berdekatan dan secara paralel menuju arah yang berlawanan. dengan
aliran keluar (outflow) dari tuba. Sistem arus bolak-balik ganda adalah
sistem arus bolak-balik yang dibantu dengan transpor aktif.
2. Karena filtrat glomerular iso-osmotik masuk dan mengalir melalui ansal
Henle. fltrat tersebut akan semakin kental (hiperosmotik) di bagian.
dasar lengkungan :
a. Tungkal desenden ansa Henle sangat permeabel terhadap air dan .
relatif impermneabel terhadap zat terlarut seperti NaCl. Tungkai ini
tidak secara aktif mentranspor setiap zat.
b. Tungkai asenden impermeabel terhadap air, tetapi permeabel
terhadap. NaCl. lon klor secara aktif memompa filtrat keluar
tungkal asenden. nenuju cairan interstislal peritubular yang dlikuti
dengan aliran fon. natrium karena tarikan listrik lon klor negatif.
Hal ini meningkatkan konsentrasi osmotik NaCl dalam cairan
interstisial.
19
c. Akibat peningkatan osmolaritas cairan interstisial, air bergerak
keluar tungkai desenden dan lengkung menuju cairan interstislal
tubular. melalui proses osmosis. Hal ini menyebabkan konsentrasi
zat terlarut. dalam cairan tubular lebih besar karena zat tersebut
berbalik padal engkungan jepit ansa Henle. Osmolaritas cairan ini
meningkat sampai mencapai konsentrasi maksimum 1.200
miliosmol/l. empat kali lebih banyak dibandingkan konsentrasi
normal cairan tubuh.
d. Karena filtrat bergerak di sepanjang tungka asenden, kandungan
ion natriumnya pun semakin berkurang. NaCl berdifusi secara
pasif. keluar lengkung di awal tungkai asenden dan secara aktif
ditranspor keluar saat iltrat melewati tungkai asenden. Karena
tungkai asenden impermeabel terhadap air, maka air tidak ikut
keluar, dan cairan tubular kemudian menjadi lebih encer (hipo-
osmotik) saat menanjak menuju korteks.
e. Sebagai NaCl yang keluar dari tungkai asenden ke cairan
interstisial berdifusi ke dalam tungkai desenden sehingga
memperbesar konsentrasi zat terlarut dalam tungkai desenden juga,
NaCl baru dalam filtrat glomerular terus bergerak ke dalam inflow
tubulus untuk dikeluarkan dari tungkai asenden ke cairan
interstistal peritubular, dengan demikian, mekanisme daur ulang ini
menggandakan konsentrasi NaCl.
f. Akibatnya adalah cairan interstisial yang menyelubungi ansa Henle
mengandung garam berkonsentrasi tinggi, seperti halnya filtrat
dalam ansa Henle. Gradien konsentrasi vertikal dari korteks (iso-
osmotik) ke medula (hiperosmotik) dapat dipertahankan.
3. Daur ulang medularis terhadap urea membantu mempertahankan
gradien konsentrasi vertikal dalam cairan interstislal ansa Henle.
a. Urea berdifusi secara pasif keluar dari duktus pengumpul menuju
cairan Interstisial medular. Sebagian urea berdifusi dari cairan
medularis ke dalam tungkai desenden
20
b. Dengan demikian, urea disirkulasi ulang di antara tubulus
pengumpul dan tungkal desenden. Konsentrasi tinggi urea dalam
cairan interstsial medularis berkontribusi terhadap osmolaritasnya.
Hal ini meningkatkan pergerakan osmotik air keluar dari tungkai
desenden dan meningkatkan konsentrasi NaCl filtrat dalam tungkai
desenden.
(Sloane, 1994)
21
2. Dinding vasa rekta permeabel terhadap NaCl dan air. Saat darah
mengalir menuruni pembuluh desenden vasa rekta yang paralel
terhadap. tungkai asenden tubulus, darah menjadi hiperosmotik karena
darah menarik ion natrium dan klor serta kehilangan sebagian air. Di
dasar lengkung kapilar, osmolaritas plasma identik dengan osmolaritas
yang menyelubungi cairan interstisial.
3. Ketika darah mengalir balik ke pembuluh asenden vasa rekta yang.
paralel dengan tungkai desenden tubulus, garam berdifusi kembali kel
kapilar dan air juga masuk kembali ke pembuluh. Osmolaritas darah
menurun karena darah mengalir menuju korteks.
4. Karena pertukaran pasif garam dan air di antara vasa rekta dan cairan.
interstisial medular serta fakta yang menunjukkan aliran darah dalam.
vasa rekta relatif lambat, darah vang meninggalkan medula hanya.
sedikit hiperosmotik terhadap darah arteri. Gradien konsentrasi dalam
cairan ekstraselular medular dipertahankan.
(Sloane, 1994)
(Sloane, 1994)
22
4.6 Ekresi Urine Encer
Jika ADH tidak ada, duktus pengumpul hampir tidak tertembus air.
Reabsorpsi tambahan zat terlarut dalam tubulus distal dan duktus pengumpul
mengakibatkan penurunan osmolaritas dalam cairan tubular sampai yang terendah
antara 60 sampai 70 mOs/L. Urine encer yang masuk ke pelvis ginjal akan
diekskresi. (Sloane, 1994)
23
BAB V
KARAKTERISTIK URINE
5.1 Komposisi
Komposisi urine terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut berikut :
1. Zat buangan nitrogen meliputi urea dari deaminasi protein, asam urat.
dari katabolisme asam nukleat, dan kreatinin dari proses penguraan
kreatin fosfat dalam jaringan otot.
2. Asam hipurat adalah produk sampingan pencernaan sayuran dan buah.
3. Badan keton yang dihasilkan dalam metabolisme lemak adalah.
konstituen normal dalam jumlah kecil.
4. Elektrolit meliputi ion natrium, klor, kalium, amonium, sulfat, fosfat,
kalsium, dan magnesium.
5. Hormon atau katabolit hormon ada secara normal dalam urine.
6. Berbagai jenis toksin atau zat kimia asing, pigmen, vitamin, atau. enzim
secara normal ditemukan dalam iumlah kecil.
7. Konstituen abnormal meliputi albumin, glukosa, sel darah merah,
sejumlah besar badan keton, zat kapur (terbentuk saat zat mengeras.
dalam tubulus dan dikeluarkan), dan batu ginjal atau kalkuli.
(Sloane, 1994)
1. Warna, urine encer berwarna kuning pucat, dan kuning pekat jikal
kental. Urine segar biasanya jernih dan menjadi keruh jika didiamkan.
2. Bau, urine memiliki bau yang khas dan cenderung berbau amonia jika
didiamkan. Bau ini dapat bervariasi sesuai dengan diet; misalnya,
setelah makan asparagus. Pada diabetes yang tidak terkontrol, aseton.
menghasilkan bau manis pada urine.
24
3. Asiditas atau alkalinitas, pH urine bervariasi antara 4.8 sampai 7.5 dan
biasanya sekitar 6,0, tetapi juga bergantung pada diet. Ingesti makanan.
yang berprotein tinggi akan meningkatkan asiditas, sementara diet
sayuran meningkatkan alkalinitas.
4. Berat jenis urine berkisar antara 1.001 sampai 1.035, bergantung pada
konsentrasi urine.
(Sloane, 1994)
25
BAB VI
URETER, KANDUNG KEMIH, DAN URETRA
6.1 Ureter
(Sloane, 1994)
26
2. Struktur. Kandung kemih ditopang dalam rongga pelvis dengan lipatan.
lipatan peritoneum dan kondensasi fasia.
a. Dinding kandung kemih terdiri darl 4 lapisan.
(1) Serosa adalah lapisan terluar. Laplsan ini merupakan
perpanjangan. lapisan peritoneal rongga abdominopelvis dan
hanya ada di bagian atas pelvis.
(2) Otot detrusor adalah lapisan tengah. Lapisan ini tersusun dari
berkas-berkas otot polos yang satu sama lain saling
membentuk sudut. Ini untuk memasikan bahwa selama
urinasi, kandung kemih akan berkontraksi dengan serempak
ke segala arah.
(3) Submukosa adalah lapisan jaringan Ikat yang terletak di
bawah. mukosa dan menghubungkannya dengan muskularis
(4) Mukosa adalah lapisan terdalam. Lapisan ini merupakan
lapisan. epitel yang tersusun dari epitellum transisional. Pada
kandung. kemih yang relaks, mukosa membentuk ruga
(lipatan-lipatanl. yang akan memplh dan mengembang saat
urine berakumulasi dalam kandung kemih.
b. Trigonum adalah area halus, triangular, dan relatif tidak dapat.
berkembang yang terletak secara internal di badian dasar kandung.
kemih. Sudut-sudutnya terbentuk dari tiga lubang Di sudut atas
trigonum, dua ureter bermuara ke kandung kemih. Uretra keluar
dari kandung kemih di bagian apeks trigonum.
(Sloane, 1994)
27
6.3 Uretra
1. Pada laki-laki. uretra membawa cairan semen dan urine, tetapl tidak
pada waktu yang bersamaan. Uretra laki-laki panjangnya mencapal 20.
cm dan melalui keleniar prostat dan penis.
a. Uretra prostatik dikeliling oleh kelenjar prostat. Uretra ini me
nerima dua duktus ejakulator yang masing-masing terbentuk dari
penyatuan duktus deferen dan duktus kelenjar vesikel seminal,
serta. menjadi tempat bernuaranya selumlah duktus dari kelenjar
prostat.
b. Uretra membranosa adalah badan yang terpendek ( 1 cm sampai 2
cm). Bagian ini berdinding tipis dan dikellingi otot rangka sfingter
uretra eksternal.
c. Uretra kavernous (penile, bersepons) merupakan bagian yang ter.
panjang. Bagan ini menerima duktus kelenar bulbouretra dan me
rentang sampal orifisium uretra eksternal pada ujung penis. Tepat.
sebelum mulut penis, uretra membesar untuk membentuk suatul
dilatasi kecil, fosa navicularis. Uretra kavernus dikelilingi korpus.
spongiosum, yaitu suatu kerangka ruang vena yang besar.
2. Uretra pada perempuan, berukuran pendek (3.75 cm). Saluran ini
membuka keluar tubuh melalui orifisium uretra eksternal yang terletak
dalam vestibulumi antara klitorls dan mulut vagina. Keleniar uretra
yang homolog. dengan keleniar prostat pada lak-laki. bermuara ke
dalam uretra.
3. Panjangnya uretra laki-laki cenderung menghambat invasi bakter ke.
kandung kemth (sistitis) vang lebih sering teriadi pada perempuan.
(Sloane, 1994)
28
6.4 Perkemihan (Urinasi)
1. Bagian dari otot trigonum yang mengeling lalan keluar uretra berfungst.
sebagai sfingter uretra internal yang menjaga saluran tetap tertutup.
Otot ini diinervasi oleh neuron parasimpatis.
2. Sfingter uretra eksternal terbentuk dari serabut otot randka dard otol.
perineal transversa yang berada di bawah kendali volunter. Badan
pubokaoksigeus pada otot levator ani juga berkontribusi dalam
permbentukan sfingter.
3. Refleks perkemihan teradi saat peregangan kandung kemih sampai
sekitar 300 ml sampai 400 ml urine menstimulasi reseptor peregang
pada dinding kandung kemih.
a. lmpuls pada medulla spinalis dikrim ke otak dan menghasilkan.
impuls parasimpatis yang menjalar melalui saral splanknik pelvis
ke. kandung kernih.
b. Retleks perkemlhan menyebabkan kontraksi otot detrusor,
relaksasi. sfingter internal an eksternal mengakibatkan
pengosongan kandung kemih.
c. Pada laki-laki, serabut simpatis mengnervasi jalan keluar uretra dan
mengkonstrksi ialan tersebut untuk encegah reluks semen ke.
daiam kandun kemih saat orgasme.
4. Pencegahan refluks perkemihan melalui kendall volunter sfingter
eksternal adalah respons yang dapat dipelajari
a. Pencegahan volunter bergantung pada integntas saraf terhadap
kandung kemih dan uretra. traktus yang keluar dari medulla
spinalis. menuu dan dari otak. dan area motorik serebrum. Cedera
pada lokasi ini dapat menyebabkan inkontinensia
29
b. Kendali volunter urinasi (latihan toileting) adalah respons yanl
dapat dipelaiari. Hal ini tidak dapat dilatih pada SSP yang imatur
dan sebaliknya ditunda sampai paling tidak berusia 18 bulan.
(Sloane, 1994)
30
BAB VII
GANGGUAN SISTEM URINARIA
7.1 Sistitis
Sistitis adalah infamasi kandung kemih. Inflamasi ini dapat disebabkan Oleh
infeksi bakteri (biasanya Escherichia coli) yang menyebar dari uretra atau karena
respons alerik atau akibat iriasi mekanis pada kandung kemih. Gejalanya adalah
serin berkemih dan nyer (disuria) yang disertal. darah dalan urine (henaturia).
(Sloane, 1994)
7.2 Glomerulonefritis
(Sloane, 1994)
7.3 Pielonefritis
Pielonefritis adalah inflamasi ginjal dan pelvis ginjal akibat infeksi bakteri.
Intfamasi dapat berawal di traktus urinara bawah (kandung kemih) dan menyebar
ke ureter, atau karena infeksi yang dibawa darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi
traktus urinaria terjadi akibat pembesaran kelenjar prostat, batu ginjal, atau defek
kongenital yang memicu teradinya pielonefritis. (Sloane, 1994)
31
7.4 Batu Ginjal
1. Gagal ginjal akut teriadi secara tiba-tiba dan biasanya berhasil diobati.
Penyakit Ini ditandai dengan oliguria mendadak yang dikuti dengan
penghentian produksi urine (anuria) secara total. Hal ini disebabkan
oleh penurunan aliran darah ke ginjal akibat trauma atau cedera
glomerulonefritis akut, hemoragi, transfusi darah yang tidak cocok, atau
dehidrasi berat.
2. Gagal ginjal kronik adalah kondis progresif parah karena penyakit yang
mengakibatkan kerusakan parenkin ginjal, seperti glomerulonefritis
kronik atau pieloneritis, trauma, atau diabetes nefropati (penyakit ginjal
akibat diabetes melitus). Penyakit ini diobati melalui hemodialisis
(ginjal buatan) atau transplantasi ginjal.
(Sloane, 1994)
32
BAB VIII
KESIMPULAN
1. Makalah ini membahas tentang sistem urinaria, yaitu Sistem urinaria (ginjal)
terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan mengeluarkannya dari
tubuh. Sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk mempertahankam
homeostatis.
2. Kompenen dari sistem urinaria yaitu, ginjal, ureter, kandung kemih, uretra,
dan urinasi.
3. Fungsi ginjal yaitu :
- Pengeluaran zat sisa organik
- Pengaturan konsentrasi ion-ion penting
- Pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh
- Pengaturan produksi sel darah merah
- Pengaturan tekanan darah
- Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa dan asam amino
darah
- Pengeluaran zat beracun
4. Ginjal adalah organ berbentuk seperti kacang berwarna merah tua,
panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm (± sebesar kepalan tangan).
Setiap ginjal memiliki berat antara 125 sampai 175 gram pada laki-laki dan
115 sampai 155 gram pada perempuan.
5. Ginjal kanan terletak agak dibawah dibandingkan ginjal kiri karena ada hati
pada sisi kanan.
6. Struktur internal ginjal yaitu, hilus, sinus ginjal, pelvis ginjal, parenkim
ginjal, dan lobus ginjal.
7. Struktur nefron yaitu, glomerulus, tubulus kontortus proksimal, ansa henle,
tubulus kontortus distal, serta tubulus dan duktus pengumpul.
8. Pembentukan urine melalui tiga proses utama yaitu, filtrasi glomerulus,
reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus
9. Plasma klirens, dinyatakan dalam ml/menit, adalah volume darah per ment
yang telah bersih dari zat.
33
10. Volume urine yang dihasilkan setiap hari bervariasi dari 600 ml sampai 2.500
ml lebih.
11. Komposisi urine yaitu, zat buangan nitrogen, asam hipurat, badan keton,
elektrolit, hormon/katabolit hormon, zat kimia asing, pigmen, vitamin, atau
enzim yang bersifat toksik, dan konstituen abnormal.
12. Sifat fisik dari urine yaitu :
- Warna, urine encer berwarna kuning pucat, dan kuning pekat jikal kental
- Bau, urine memiliki bau yang khas dan cenderung berbau amonia jikal
didiamkan.
- Asiditas atau alkalinitas, pH urine bervariasi antara 4.8 sampai 7.5 dan
biasanya sekitar 6,0
- Berat jenis urine berkisar antara 1.001 sampai 1.035, bergantung pada
konsentrasi urine.
13. Gangguan pada sistem urinaria yaitu, sistitis, glomerulonefritis, pielonefritis,
batu ginjal, gagal ginjal akut serta kronik.
34
DAFTAR PUSTAKA
Sloane, E. 1994. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula (Anatomy and Physiology
An Easy Learner). Jakarta: EGC.
35