Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari Bahasa
Latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Trismiati,
dalam Yuke Wahyu Widosari, 2010: 16). Selanjutnya Steven Schwartz, S (2000: 139)
mengemukakan “anxiety is a negative emotional state marked by foreboding and somatic
signs of tension, such as racing heartt, sweating, and often, difficulty breathing, (anxiety
comes from the Latin word anxius, which means constriction or strangulation). Anxiety
is similar to fear but with a less specific focus. Whereas fear is usually a response to some
immediate threat, anxiety is characterized by apprehension about unpredictable dangers
that lie in the future”. Steven Schwartz, S (2000: 139) mengemukakan kecemasan berasal
dari kata Latin anxius, yang berarti penyempitan atau pencekikan. Kecemasan mirip
dengan rasa takut tapi dengan fokus kurang spesifik, sedangkan ketakutan biasanya
respon terhadap beberapa ancaman langsung, sedangkan kecemasan ditandai oleh
kekhawatiran tentang bahaya tidak terduga yang terletak di masa depan. Kecemasan
merupakan keadaan emosional negatif yang ditandai dengan adanya firasat dan somatik
ketegangan, seperti hati berdetak kencang, berkeringat, kesulitan bernapas
Definisi yang paling menekankan mengenai kecemasan dipaparkan juga oleh
Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 163) “kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang
mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan,
dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi”. Senada dengan
pendapat sebelumnya, Gail W. Stuart (2006: 144) memaparkan “ansietas/ kecemasan
adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan
tidak pasti dan tidak berdaya”.

B. Rumusan Masalah
 Definisi Ansietas
 Faktor-faktor Ansietas
 Aspek Ansietas
C. Tujuan
Untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan Post Partum dengan kejadian Post
Partum Blues pada Taking In Phase yang di rawat di ruang perawatan nifas Rumah Sakit
Dustira Cimahi.

1
BAB 2
PEMBAHASAN
1. Tinjauan Pustaka
A. Medis
 Defenisi
Istilah kecemasan dalam Bahasa Inggris yaitu anxiety yang berasal dari
Bahasa Latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti
mencekik (Trismiati, dalam Yuke Wahyu Widosari, 2010: 16). Selanjutnya
Steven Schwartz, S (2000: 139) mengemukakan “anxiety is a negative emotional
state marked by foreboding and somatic signs of tension, such as racing heartt,
sweating, and often, difficulty breathing, (anxiety comes from the Latin word
anxius, which means constriction or strangulation). Anxiety is similar to fear but
with a less specific focus. Whereas fear is usually a response to some immediate
threat, anxiety is characterized by apprehension about unpredictable dangers that
lie in the future”. Steven Schwartz, S (2000: 139) mengemukakan kecemasan
berasal dari kata Latin anxius, yang berarti penyempitan atau pencekikan.
Kecemasan mirip dengan rasa takut tapi dengan fokus kurang spesifik,
sedangkan ketakutan biasanya respon terhadap beberapa ancaman langsung,
sedangkan kecemasan ditandai oleh kekhawatiran tentang bahaya tidak terduga
yang terletak di masa depan.
Kecemasan merupakan keadaan emosional negatif yang ditandai dengan
adanya firasat dan somatik ketegangan, seperti hati berdetak kencang,
berkeringat, kesulitan bernapas. Syamsu Yusuf (2009: 43) mengemukakan
anxiety (cemas) merupakan ketidakberdayaan neurotik, rasa tidak aman, tidak
matang, dan kekurangmampuan dalam menghadapi tuntutan realitas
(lingkungan), kesulitan dan tekanan kehidupan sehari-hari. Dikuatkan oleh
Kartini Kartono (1989: 120) bahwa cemas adalah bentuk ketidakberanian
ditambah kerisauan terhadap hal-hal yang tidak jelas. Senada dengan itu, Sarlito
Wirawan Sarwono (2012: 251) menjelaskan kecemasan merupakan takut yang
tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasannya.
Definisi yang paling menekankan mengenai kecemasan dipaparkan juga oleh
Jeffrey S. Nevid, dkk (2005: 163) “kecemasan adalah suatu keadaan emosional
yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak
menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi”. Senada dengan pendapat sebelumnya, Gail W. Stuart (2006: 144)
memaparkan “ansietas/ kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya”.Dari

2
berbagai pengertian kecemasana (anxiety) yang telah dipaparkan di atas dapat
disimpulkan bahwa kecemasan adalah kondisi emosi dengan timbulnya rasa
tidak nyaman pada diri seseorang, dan merupakan pengalaman yang samar-
samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak menentu yang
disebabkan oleh suatu hal yang belum jelas.

 Tanda Tanda Kecemasan(Ansietas)


Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami
ansietas (Hawari, 2008), antara lain sebagai berikut :
1.Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

 Aspek aspek kecemasan(ansietas)


Gail W. Stuart (2006: 149) mengelompokkan kecemasan (anxiety) dalam
respon perilaku, kognitif, dan afektif, diantaranya.
1. Perilaku, diantaranya: 1) gelisah, 2) ketegangan fisik, 3) tremor, 4) reaksi
terkejut, 5) bicara cepat, 6) kurang koordinasi, 7) cenderung mengalami
cedera, 8) menarik diri dari hubungan interpersonal, 9) inhibisi, 10)
melarikan diri dari masalah, 11) menghindar, 12) hiperventilasi, dan 13)
sangat waspada.
2. Kognitif, diantaranya: 1) perhatian terganggu, 2) konsentrasi buruk, 3)
pelupa, 4) salah dalam memberikan penilaian, 5) preokupasi, 6) hambatan
berpikir, 7) lapang persepsi menurun, 8) kreativitas menurun, 9)
produktivitas menurun, 10) bingung, 11) sangat waspada, 12) keasadaran
diri, 13) kehilangan objektivitas, 14) takut kehilangan kendali, 15) takut
pada gambaran visual, 16) takut cedera atau kematian, 17) kilas balik, dan
18) mimpi buruk
3. Afektif, diantaranya: 1) mudah terganggu, 2) tidak sabar, 3) gelisah, 4)
tegang, 5) gugup, 6) ketakutan, 7) waspada, 8) kengerian, 9) kekhawatiran,
10)kecemasan, 11) mati rasa, 12) rasa bersalah, dan 13) malu.

Kemudian Shah (dalam M. Nur Ghufron & Rini Risnawita, S, 2014: 144)
membagi kecemasan menjadi tiga aspek, yaitu.
1. Aspek fisik, seperti pusing, sakit kepala, tangan mengeluarkan keringat,
menimbulkan rasa mual pada perut, mulut kering, grogi, dan lain-lain.
2. Aspek emosional, seperti timbulnya rasa panik dan rasa takut.
3. Aspek mental atau kognitif, timbulnya gangguan terhadap perhatian dan

3
memori, rasa khawatir, ketidakteraturan dalam berpikir, dan bingung.

Kemudian menurut Ivi Marie Blackburn & Kate M. Davidson (1994: 9)


membagi analisis fungsional gangguan kecemasan, diantaranya.
1. Suasana hati, diantaranya: kecemasan, mudah marah, perasaan sangat tegang.
2. Pikiran, diantaranya: khawatir, sukar berkonsentrasi, pikiran kosong,
membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat sensitif, dan
merasa tidak berdaya.

3. Motivasi, diantaranya: menghindari situasi, ketergantungan tinggi, dan ingin


melarikan diri.

4. Perilaku, diantaranya: gelisah, gugup, kewaspadaan yang berlebihan.


5. Gejala biologis, diantaranya: gerakan otomatis meningkat, seperti
berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, dan mulut kering.

 Jenis Jenis Kecemasan


Menurut Spilberger (dalam Triantoro Safaria & Nofrans Eka Saputra, 2012:
53) menjelaskan kecemasan dalam dua bentuk, yaitu.
1. Trait anxiety Trait anxiety, yaitu adanya rasa khawatir dan terancam yang
menghinggapi diri seseorang terhadap kondisi yang sebenarnya tidak
berbahaya. Kecemasan ini disebabkan oleh kepribadian individu yang memang
memiliki potensi cemas dibandingkan dengan individu yang lainnya.
2. State anxiety State anxiety, merupakan kondisi emosional dan keadaan
sementara pada diri individu dengan adanya perasaan tegang dan khawatir yang
dirasakan secara sadar serta bersifat subjektif.
Sedangkan menurut Freud (dalam Feist & Feist, 2012: 38) membedakan
kecemasan dalam tiga jenis, yaitu.
1. Kecemasan neurosis Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya
yang tidak diketahui. Perasaan itu berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan
id. Kecemasan neurosis bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri,
namun ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika suatu insting
dipuaskan.
2. Kecemasan moral Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan
superego. Kecemasan ini dapat muncul karena kegagalan bersikap konsisten
dengan apa yang mereka yakini benar secara moral. Kecemasan moral
merupakan rasa takut terhadap suara hati. Kecemasan moral juga memiliki
dasar dalam realitas, di masa lampau sang pribadi pernah mendapat hukuman
karena melanggar norma moral dan dapat dihukum kembali.
3. Kecemasan realistik Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak
menyenangkan dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu

4
sendiri. Kecemasan realistik merupakan rasa takut akan adanya bahaya-bahaya
nyata yang berasal dari dunia luar.
Dadang Hawari (2006: 65-66) mengemukakan gejala kecemasan
diantaranya.
1. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang
2. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)
3. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam
panggung)
4. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain
5. Tidak mudah mengalah, suka ngotot
6. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah
7. Sering mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir berlebihan
terhadap penyakit
8. Mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil
(dramatisasi)
9. Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu
10. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang
11. Kalau sedang emosi sering kali bertindak histeris

 Tingkat Kecemasan
Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan Gail W. Stuart (2006: 144)
mengemukakan tingkat ansietas, diantaranya.
1. Ansietas ringan Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari, ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan
lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreativitas.
2. Ansietas sedang Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang
persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian
yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan
untuk melakukannya.
3. Ansietas berat Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu
cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain.
4. Tingkat panik Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror. Hal
yang rinci terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali,
individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan menimbulkan
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan

5
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran
yang rasional.

 Perbedaan Tingkatan Kecemasan Pada Usia


a. Bayi/anak
- Berhubungan dengan perpisahan
- Berhubungan dengan lingkungan atau orang asing
- Berhubungan dengan perubahan hubungan sebaya
b. Remaja
- Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri :
1. Perkembangan seksual
2. Perubahan hubungan dengan teman sebaya
c. Dewasa
Berhubungan dengan konsep diri :
- Kehamilan
- Menjadi orang tua
- Perubahan karir
- Efek penuaan
d. Lansia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri :
- Kehilangan sensori
- Kehilangan motorik
- Masalah finansial
- Perubahan pensiun

B. Asuhan Keperawatan Ansietas


Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (SDKI,2017). Ansietas merupakan
perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons otonom (sumber
sering kali tidak spefisik atau tidak diketahui oleh individu),perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
1. Pengkajian
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala
atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Menurut Stuart dan
Sundeen (1995), data fokus yang perlu dikaji pada klien yang mengalami ansietas
adalah sebagai berikut :

6
a. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku yang secara tidak langunsg melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping
sebagai upaya untuk melawan ansietas.
b. Faktor predisposisi
c. Faktor presipitasi
d. Sumber koping

2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas termasuk diagnosa keperawatan dalam klasifikasi The North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA) (Nurjannah, 2004), faktor yang
berhubungan :
a. Terpapar racun
b. Konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai utama atau tujuan hidup.
c. Berhubungan dengan keturunan atau hereditas.
d. Kebutuhan tidak terpenuhi
e. Transmisi interpersonal
f. Krisis situasional atau maturasional
g. Ancaman kematian
h. Ancaman terhadap konsep diri
i. Stress

3. Intervensi
Untuk menetukan intervensi keperawatan, maka terlebih dahulu disusun NOC
(Nursing Outcome Classification) dan NIC (Nursing Intervensi Classification),
adapun NOC dan NIC untuk ansietas, adalah sebagai berikut:

NOC (Nursing Outcome Classification)


Nursing Outcome Classification (NOC) pada ansietas terdiri dari ansietas kontrol dan
mekanisme koping, yaitu sebagai berikut :

Ansietas kontrol, dengan ketentuan (1-5; tidak pernah, jarang, kadang-kadang,


sering, konsisten), dengan indikator :
a. Monitor intensitas kecemasan
b. Menyikirkan tanda kecemasan

7
c. Mencari informasi untuk menurunkan kecemasan

NIC (Nursing Intervensi Classification)


Nursing Intervensi Classification (NIC) pada klien yang mengalami ansietas, terdiri
dari penurunan kecemasan dan peningkatan koping, seperti pada uraian berikut :
Penurunan kecemasan
a. Tenangkan klien
b. Berusaha memahami keadaan klien
c. Berikan informasi tentang diagnosa prognosis dan tindakan
d. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan.
e. Gunakan pendekatan dan sentuhan
f. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan penurunan rasa takut

2. Analisa Masalah
Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi
kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan waktu sekitar 6 minggu ( Farrer. 2001
). Post Partum dibagi menjadi 3 periode yaitu : Puerpureum dini, intermedial Puerpureum
dan remote puerpureum (Mochtar 1998). Pada ibu Post Partum mengalami perubahan-
perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis. Selain itu Biben, (2006) dalam
penelitian kejadian Post Partum Blues mencoba menelaah pemicu penderitaan kaum ibu,
Ia menduga hal itu sebagai akumulasi kecemasan yang terkumpul selama kehamilan
sehingga akan berdampak pada persalinan dan Post Partum, begitu juga pada saat
mengalami kecemasan dari segi hormonal akan terjadi perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi yang berfluktuasi,
ibu Post Partum mengalami penurunan kadar estrogen secara bermakna, dan estrogen
memiliki efek supresi aktiviti enzyme monoaminase oksidase yaitu suatu enzyme otak
yang bekerja menginaktifasi baik noradrenalin maupun serotinin yang berperan dalam
suasana hati diantaranya cemas sebagai salah satu penyebab terjadinya post partum blues.
Berdasarkan tujuan penelitian, maka desain penelitian yang digunakan penelitian
kolerasi dengan rancangan cross sectional Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu post
partum yang berjumlah sebanyak 869 orang, yang dirawat di ruang nifas Rumah Sakit
Dustira, teknik pengambilan sample digunakan Purposive Sampling dengan jumlah sample
sebannyak 96 orang ibu post partum hari ke 1 – 2. Kemudian pemilihan sampel dilakukan
berdasarkan tujuan dan kriteria yang sudah ditentukan yaitu kriteria inklusi yaitu Ibu post
partum hari ke 1-2, pada semua jenis persalinan. Primipara dan multipara dan bersedia
menjadi sampel penelitian. Dalam penelitian ini variabel independentnya tingkat
kecemasan post partum dan variabel dependentnya kejadian post partum blues pada taking

8
in phase. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup
(kuesioner). Dengan metode wawancara langsung dengan ibu post partum. Kuesioner yang
ada terdiri dari dua bagian yaitu Instrumen penelitian alat ukur kecemasan , mengunakan
alat ukur Zung Self Rating Anxiety Scale (ZSAS).
Hasil penelitian melalui analisa data yang dilakukan menunjukkan bahwa angka
kejadian ibu Post Partum yang mengalami Post Partum Blues cukup tinggi. Tingginya
prosentase ibu Post Partum yang mengalami Post Partum Blues tentunya didukung oleh
berbagai penyebab, dan untuk melihat kejadian Post Partum Blues bisa menggunakan
berbagai alat ukur. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Endinburg Posnatal
Depression Scale (EPDS), diperoleh hasil bahwa hampir sebagian besar ibu Post Partum
dari jumlah responden mengalami kejadian Post Partum Blues pada Taking In Phase.
Dimana ibu Post Partum yang mengalami Post Partum Blues pada post partum hari
1-2 ibu masih merasakan sakit pada masa nifas awal, adanya kekecewaan emosional dan
energi ibu masih terfokus pada diri sendiri terlihat pada saat ibu menjawab beberapa
pertanyaan diantaranya ibu tidak tertawa walaupun ada hal-hal yang lucu baik dilihat
maupun didengar terutama pada saat mengalami kekecewaan emosional, ibu sering merasa
sedih karena adanya perubahan mood yang cepat dan berganti-ganti dan merasakan
kelelahan, kurang tidur pada saat proses melahirkan, ibu belum siap menerima peran
barunya sehingga sering menyalahkan diri sendiri apabila keadaan memburuk baik pada
ibu maupun pada bayinya terutama pada saat ibu harus menyusui. Hal tersebut di atas
merupakan salah satu indikasi dari adanya kejadian Post Partum Blues yang dialami oleh
ibu dan hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Savag (1975, dalam kutipan
Ambulatory Obstretri, 2001).
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kecemasan Post Partum. cemas
memperoleh jumlah yang cukup tinggi. Banyaknya ibu post partum yang mengalami
kecemasan menurut hasil penelitian terlihat bahwa terdapat gejala-gejala seperti ibu merasa
takut tanpa alasan yang jelas, ibu mengalami kesulitan untuk istirahat dan tidur serta sering
mengalami gejala gangguan fisik yaitu sakit kepala dan leher. Menurut Sadock (1998),
cemas merupakan manifestasi langsung dari stress kehidupan yang sangat erat
hubungannya dengan pola kehidupan, rasa cemas yang tidak bisa ditanggulangi oleh ibu
hamil sangat berdampak tidak baik, hal tersebut mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi
pembuluh darah dan metabolisme tidak seimbang. Selain itu Biben (2006) mencoba
menelaah pemicu penderitaan kaum ibu, bahwa dia menduga hal itu sebagai akumulasi
kecemasan yang terkumpul selama kehamilan sehingga akan berdampak pada persalinan
dan Post Partum, juga pada saat seseorang mengalami kecemasan dari segi hormonal
diantaranya terjadi perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin Jurnal Ilmu
Keperawatan
dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi yang berfluktuasi, bila ibu Post
Partum mengalami penurunan kadar estrogen secara bermakna dan estrogen memiliki efek
supresi aktiviti enzyme monoaminase oksidase yaitu suatu enzyme ke otak yang bekerja

9
menginaktifasi baik noradenalin maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati
diantaranya cemas sebagai salah satu terjadinya Post Partum Blues. Hasil penelitian ini
sejalan dengan tanda dan gejala dari Post Partum Blues yang didapatkan dari hasil
penelitian kejadian Post Partum Blues (andri, 2006) bahwa Post Partum Blues adalah
perubahan mood yang cepat dan berganti-ganti ( mood swing) kesedihan, suka menangis,
hilang napsu makan, gangguan tidur, mudah tersinggung, cepat lelah, cemas dan merasa
kesepian, dimana tanda dan gejalanya, meliputi : Merasa takut dan cemas, mendadak
menjadi pendiam, tidak mau bicara, merasa kesepian, sakit kepala, cepat lelah dan bingung,
menangis, gangguan tidur, mudah tersinggung, labilitas perasaan, gangguan napsu makan.

10
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
 Tingkat kecemasan ibu Post Partum dari responden yang ada jumlah teringgi
adalah tidak cemas dibandingkan dengan yang mengalami
 kecemasan.Kejadian Post Partum Blues pada Taking In Phase Jumlah tertinggi
adalah responden yang mengalami PostPartum Blues pada multípara dan
jumlah yang terendah pada primipara adalah tidak terjadi post partum blues
 Jumlah usia responden terbanyak adalah usia tidak beresiko antara 21 sampai
34 tahun, sedangkan usia yang beresiko ≤ 20 dan ≥35 tahun jumlahnya
sedikit, dari seluruh jumlah responden usia yang paling rendah 18 tahun dan
usia tertinggi 48 tahun
 Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan Post Partum
dengan kejadian Post Partum Blues pada Taking In Phase Sedangkan untuk
usia dan paritas tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan kejadian Post
Partum Blues.

2. Saran
Bagi Profesi Keperawatan
 Kepada perawat atau bidan yang bertugas di ruang nifas, untuk mengurangi
kecemasan pada ibu post partum perlu memberikan motivasi kesiapan ibu terhadap
peran barunya dan pentingnya dukungan keluarga
 Kepada perawat atau bidan yang bertugas di poliklinik kebidanan diharapkan dapat
lebih meningkatkan peran sertanya dalam memberikan konseling kepada ibu hamil
pada saat prenatal care tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kondisi
psikologis ibu dari mulai kehamilan sampai setelah melahirkan

3. Daftar Pustaka
1) Donna Fitri Anissa & Ifdil. 2016. Konsep Kecemasan(Anxiety) Pada Lanjut
Usia(Lansia). Universitas Negeri Padang. Volume 5 Number 2.
Http://Ejournal.Unp.Ac.Id
2) Yuke Kirana Hubungan Tingkat Kecemasan Post Partum Dengan Kejadian Post
Partum Blues Di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume
III, No. 1, April 2015

11

Anda mungkin juga menyukai