Anda di halaman 1dari 11

INDUKSI MATEMATIS

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Matematika Diskrit
yang dibina oleh Dr. rer.nat. I Made Sulandra, M.Si.

Disusun oleh:
Shentia Liyuwana Defi (190311867222)
Shima Kunaza Fazira (190311767260)
Siti Mamluatun Nikmah (190311867201)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULLTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN MATEMATIKA
Agustus 2019
A. Pendahuluan

Induksi matematis adalah teknik yang sederhana, kuat, dan elegan untuk
membuktikan pernyataan-pernyataan tentang bilangan asli. Sederhana karena ide
yang mendasari induksi matematis bersifat intuitif dan menarik. Kuat karena
dapat digunakan secara luas, dan elegan karena memberikan kerangka kerja yang
beraturan untuk mempelajari bilangan-bilangan asli.

Algoritma Pengurutan Sederhana

Berikut ini adalah langkah-langkah algoritma untuk mengurutkan 𝑛 bilangan asli


yaitu 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 ke urutan menaik.

Langkah 1: Menentukan bilangan terkecil

Cara menentukan bilangan terkecil yaitu pertama, membandingkan 𝑥1


dengan 𝑥2 , bilangan yang lebih kecil kemudian dibandingkan dengan 𝑥3 , dan
seterusnya hingga 𝑥𝑛 . Hasil bilangan terkecil kemudian ditambahkan ke daftar
bilangan terurut, dan menyisakan 𝑛 − 1 bilangan yang akan diproses pada langkah
selanjutnya.

Langkah 2: Menentukan bilangan terkecil kedua

.
.
.
Langkah ke 𝑛 − 1: Menentukan bilangan terbesar kedua

Langkah ke 𝑛: Menambahkan bilangan terakhir kedalam daftar bilangan terurut

Contoh 1.1.1

Mengurutkan daftar bilangan 10,5,7,3,6 secara menaik.

Langkah pertama : Membandingkan 10 dengan 5, 5 dengan 7, 5 dengan 3, dan


3 dengan 6. Sehingga bilangan terkecilnya adalah 3.

Langkah kedua : Menerapkan cara yang sama pada daftar bilangan 10,5,7,6
dan menemukan bahwa bilangan selanjutnya adalah 5.
Langkah ketiga : Menerapkan cara yang sama pada daftar bilangan 10,7,6
dan menemukan bahwa bilangan selanjutnya adalah 6.

Langkah keempat : Membandingkan 10 dengan 7, dan menemukan bahwa


bilangan terbesar kedua adalah 7.

Langkah kelima : Hanya ada satu bilangan tersisa, yaitu 10. Kita peroleh
daftar bilangan dengan urutan menaik yaitu 3,5,6,7,10.

Hal penting yang harus diperhatikan adalah efisiensi dari algoritma tersebut.
Dalam algoritma pengurutan sederhana kita membandingkan suatu bilangan
dengan bilangan lainnya dalam daftar untuk memperoleh bilangan terkecil hingga
terbesar. Misalnya ketika kita menentukan bilangan terkecil, terjadi 𝑛 − 1 kali
proses perbandingan. Kemudian untuk menentukan bilangan terkecil kedua, terjadi
𝑛 − 2 kali proses perbandingan begitu seterusnya sehingga tersisa satu bilangan
yaitu bilangan terbesar. Pada langkah terakhir tidak terjadi proses perbandingan
sehingga jumlah proses perbandingan yang dilakukan dalam pengurutan 𝑛 bilangan
adalah 1 + 2 + 3 + ⋯ + (𝑛 − 1). Misalkan 𝑆(𝑛) adalah jumlah proses
perbandingan untuk mengurutkan 𝑛 + 1 bilangan, maka 𝑆(𝑛) = 1 + 2 + 3 + ⋯ +
𝑛 = ∑𝑛𝑘=1 𝑘.
Dalam menentukan rumus yang sederhana untuk 𝑆(𝑛), ada dua isu utama
yaitu: menebak rumusnya (membuat dugaan); dan membuktikan bahwa rumus
tersebut benar. Anggap setelah melakukan beberapa percobaan kita membuat
dugaan bahwa 𝑆(𝑛) = 1 + 2 + ⋯ + 𝑛 = 𝑛(𝑛 + 1)/2. Namun dalam membuktikan
rumus tersebut tidak bisa menggunakan teknik yang sederhana misalnya dengan
menyederhanakan salah satu sisinya. Hal ini menuntun kita pada prinsip induksi
matematis.

B. Induksi Matematis
Prinsip induksi matematis terdiri atas dua bentuk, yaitu induksi matematis bentuk
lemah dan bentuk kuat.

Prinsip Induksi Matematis (bentuk lemah)

Anggap bahwa 𝑃(𝑛) adalah suatu pernyataan tentang bilangan asli 𝑛 dan misalkan
𝑞 adalah bilangan asli tertentu. Untuk membuktikan bahwa 𝑃(𝑛) benar untuk
semua 𝑛 ≥ 𝑞, cukup dengan menunjukkan bahwa:
(1) Kasus awal, yaitu 𝑃(𝑞) benar; dan
(2) Jika 𝑘 ≥ 𝑞 dan 𝑃(𝑘) benar, maka 𝑃(𝑘 + 1) benar.

Dalam induksi matematis, terdapat Langkah Dasar (Basis Step) dan Langkah
Induksi (Induction Step). Langkah dasar adalah menunjukkan bahwa 𝑃(𝑞) benar.
Pengaplikasian langkah induksi dengan 𝑘 = 𝑞 akan menuntun pada kebenaran
𝑃(𝑞 + 1). Setelah kebenaran 𝑃(𝑞) dan 𝑃(𝑞 + 1) terbukti, kita dapat menerapkan
langkah induksi kembali untuk memperoleh kebenaran 𝑃(𝑞 + 2) dan selanjutnya.

Proposisi 1-1

Untuk semua bilangan asli 𝑛 ≥ 1, 1 + 2 + ⋯ + 𝑛 = 𝑛(𝑛 + 1)/2 .

Bukti (dengan induksi matematis)

𝑃(𝑛) adalah pernyataan bahwa 1 + 2 + ⋯ + 𝑛 = 𝑛(𝑛 + 1)/2.

Langkah Dasar :

Karena 1 = 1(1 + 1)/2, maka 𝑃(1) benar.

Langkah Induksi :
Kita akan menunjukkan bahwa jika 𝑃(𝑘) benar, maka 𝑃(𝑘 + 1) benar.

Hipotesis induksi: 1 + 2 + ⋯ + 𝑘 = 𝑘(𝑘 + 1)/2.

Akan dutunjukkan bahwa: 1 + 2 + ⋯ + 𝑘 + (𝑘 + 1)

(𝑘 + 1)((𝑘 + 1) + 1)
= = (𝑘 + 1)(𝑘 + 2)/2.
2
𝑘(𝑘+1)
Berdasarkan hipotesis induksi, 1 + 2 + ⋯ + 𝑘 + (𝑘 + 1) = + (𝑘 + 1).
2

𝑘(𝑘+1) 𝑘
Tetapi, + (𝑘 + 1) = (𝑘 + 1) (2 + 1) = (𝑘 + 1)(𝑘 + 2)/2.
2

Maka, 1 + 2 + ⋯ + 𝑘 + (𝑘 + 1) = (𝑘 + 1)(𝑘 + 2)/2. Terbukti

Hal ini menunjukkan bahwa untuk mengurutkan 𝑛 + 1 bilangan,


dibutuhkan 𝑛(𝑛 + 1)/2 kali proses perbandingan. Jadi untuk mengurutkan 𝑛
bilangan, dibutuhkan (𝑛 − 1)𝑛/2 kali proses perbandingan. Untuk 𝑛 yang sangat
besar, (𝑛 − 1)𝑛/2 hampir mendekati 𝑛2 /2, algoritma ini disebut algoritma 𝑛2 atau
quadratic sort.

Prinsip Induksi Matematis (bentuk kuat)

Anggap bahwa 𝑃(𝑛) adalah suatu pernyataan tentang bilangan asli 𝑛 dan 𝑞 adalah
suatu bilangan asli tertentu. Untuk membuktikan bahwa 𝑃(𝑛) benar untuk seluruh
bilangan bulat 𝑛 ≥ 𝑞, cukup dengan menunjukkan bahwa:

(1) Kasus pertama, 𝑃(𝑞) benar; dan


(2) Jika 𝑘 ≥ 𝑞 dan kasus-kasus 𝑃(𝑞), … , 𝑃(𝑘) benar, maka kasus selanjutnya
𝑃(𝑘 + 1) benar.

Induksi matematis bentuk kuat berarti bahwa hipotesis induksinya mengandung


lebih banyak informasi dibandingkan dengan hipotesis induksi matematis bentuk
lemah. Pada induksi bentuk lemah, hipotesis induksinya adalah untuk 𝑘 ≥ 𝑞, 𝑃(𝑘)
benar, namun pada induksi bentuk kuat, hipotesis induksinya adalah 𝑃(𝑞), 𝑃(𝑞 +
1) hingga 𝑃(𝑘) benar.

Contoh 1.1.2

Proposisi 1-2. Semua bilangan asli yang lebih besar dari satu dapat difaktorkan
sebagai perkalian bilangan-bilangan prima.

Bukti (dengan induksi kuat)

𝑃(𝑛) : ∀𝑛, 𝑛 ≥ 2, 𝑛 ∈ ℕ, 𝑛 dapat difaktorkan sebagai perkalian bilangan-


bilangan prima.

Langkah Dasar : 2 adalah bilangan prima dan merupakan faktorisasinya


sendiri, maka 𝑃(𝑞) benar.

Langkah Induksi :

Hipotesis induksi, 𝑃(𝑞), … , 𝑃(𝑘) benar: Semua 𝑚 sedemikian sehingga 2 ≤ 𝑚 ≤


𝑘 dapat difaktorkan sebagai perkalian bilangan-bilangan prima.

Akan ditunjukkan bahwa 𝑃(𝑘 + 1) benar: 𝑘 + 1 dapat difaktorkan sebagai


perkalian bilangan-bilangan prima.
Kasus 1: Jika 𝑘 + 1 adalah bilangan prima, maka ia adalah faktorisasinya sendiri.

Kasus 2: Jika 𝑘 + 1 bukan bilangan prima (komposit), maka 𝑘 + 1 = 𝑚𝑛 untuk


suatu 𝑚 dan 𝑛 dengan 2 ≤ 𝑚, 𝑛 ≤ 𝑘. Berdasarkan hipotesis induksi, 𝑚 dan 𝑛 dapat
difaktorkan sebagai perkalian bilangan prima, sehingga 𝑘 + 1 juga dapat
difaktorkan sebagai perkalian bilangan prima.
Terbukti
C. Contoh-Contoh
Contoh 1.2.1
1 1 𝑛
Proposisi 1-3 1𝑥2 + ⋯ + 𝑛(𝑛+1) = 𝑛+1

Masalah diatas tidak spesifik sedemikian hingga n dianggap sebagai bilangan asli.
Bukti (dengan induksi matematika)
1 1 𝑛
P(n): ∀𝑛, 𝑛 ≥ 1, 𝑛 ∈ ℕ, 1𝑥2 + ⋯ + 𝑛(𝑛+1) = 𝑛+1

Langkah Dasar :
1 1
Karena 1𝑥2 = 1+1, maka P(q) benar

Langkah Induksi :
1 1 𝑘
Hipotesis induksi, 𝑃(𝑘) : 1𝑥2 + ⋯ + 𝑘(𝑘+1) = 𝑘+1
1 1 1 𝑘+1
Akan dibuktikan, 𝑃(𝑘 + 1): 1𝑥2 + ⋯ + 𝑘(𝑘+1) + (𝑘+1)(𝑘+2) = 𝑘+2

atau
1 1 𝑘−1
Hipotesis induksi, 𝑃(𝑘) : 1𝑥2 + ⋯ + (𝑘−1)𝑘 = 𝑘
1 1 1 𝑘
Akan dibuktikan, 𝑃(𝑘 + 1): 1𝑥2 + ⋯ + (𝑘−1)𝑘 + 𝑘(𝑘+1) = 𝑘+1

Dua alternative tersebut sama-sama valid dan pilihan bergantung pada operasi yang
menghasilkan “aljabar sederhana”. Kita akan membuktikan dengan menggunakan
pilihan yang kedua diatas
1 1 𝑘−1
Hipotesis induksi, 𝑃(𝑘) : 1𝑥2 + ⋯ + (𝑘−1)𝑘 = 𝑘
1 1 1 𝑘−1 1
Sedemikian hingga 1𝑥2 + ⋯ + (𝑘−1)𝑘 + 𝑘(𝑘+1) = +
𝑘 𝑘(𝑘+1)
𝑘−1 1 𝑘
Dengan perhitungan rutin menunjukkan bahwa + 𝑘(𝑘+1) = 𝑘+1 maka
𝑘
1 1 1 𝑘
+ ⋯ + (𝑘−1)𝑘 + 𝑘(𝑘+1) = 𝑘+1 (Terbukti)
1𝑥2
Contoh 1.2.2
Proposisi 1-4. Setiap ongkos kirim yang lebih besar sama dengan delapan sen dapat
dibuat persis hanya menggunakan tiga dan lima sen perangko.
Bukti: dengan Induksi Matematika
𝑃(𝑛) adalah pernyataan Setiap ongkos kirim yang lebih besar sama dengan delapan
sen dapat dibuat persis hanya menggunakan tiga dan lima sen perangko
Ongkos kirim paling kecil adalah delapan sen, sehingga 𝑞 = 8
Langkah Dasar: Delapan sen itu mudah
Langkah Induksi:
Hipotesis Induksi : 𝑘 sen dapat dibuat sama.
Akan ditunjukkan: 𝑘 + 1 sen dapat dibuat sama.
Kasus Pertama: Jika digunakan lima sen perangko dalam menyusun 𝑘 sen, maka
mengganti satu dengan pasangan tiga sen perangko.
Kasus Kedua: Jika tidak menggunkan lima sen perangko dalam menyusun 𝑘 sen,
maka hanya menggunakan tiga sen perangko dan karena 𝑘 adalah paling kecil
delapan, digunakan tiga perangko paling kecil yakni tiga sen. Mengganti tiga
perangko dengan sepasang lima sen perangko. Terbukti
Catatan untuk kasus kedua dari langkah induksi menggunakan informasi
tentang kemungkinan hasil dari 𝑘.

Contoh 1.2.3
Proposisi 1-5. Ada sebanyak 2𝑛 barisan biner 𝑛-digit.
Ingat bahwa barisan biner 𝑛-digit adalah suatu barisan 𝑛-digit yang terdiri atas 0
atau 1.
Bukti (dengan induksi matematis)
𝑃(𝑛) adalah pernyataan bahwa banyaknya barisan biner 𝑛-digit adalah 2𝑛 .
Barisan biner paling tidak terdiri oleh 1-digit, sehingga 𝑞 = 1.
Langkah Dasar : Banyaknya barisan biner 1-digit adalah 2, yaitu 0 dan 1, sehingga
𝑃(𝑞) benar.
Langkah Induksi :
Hipotesis induksi, 𝑃(𝑘) : Banyaknya barisan biner 𝑘-digit adalah 2𝑘 .
Akan dibuktikan, 𝑃(𝑘 + 1): Banyaknya barisan biner (𝑘 + 1)-digit adalah 2𝑘+1 .
Dapat kita lihat bahwa barisan biner (𝑘 + 1)-digit dibentuk dengan menambahkan
1 dan 0 pada masing-masing barisan biner 𝑘-digit. Maka, ada 2 × 2𝑘 = 2𝑘+1
barisan biner (𝑘 + 1)-digit.

D. Pembahasan Latihan Soal


𝑛(𝑛+1)(2𝑛+1)
1. a. 12 + 22 + ⋯ + 𝑛2 = 6

Bukti
𝑛(𝑛+1)(2𝑛+1)
P(n): ∀𝑛, 𝑛 ≥ 1, 𝑛 ∈ ℕ, 12 + 22 + ⋯ + 𝑛2 = 6
1(1+1)(2(1)+1) 2×3
Langkah Dasar: 12 = = = 1, maka P(𝑞) benar
6 6

Langkah Induksi:
𝑘(𝑘+1)(2𝑘+1)
Hipotesis Induksi: 12 + 22 + ⋯ + 𝑘 2 = 6

Akan ditunjukkan benar untuk 𝑘 + 1


(𝑘+1)(𝑘+2)(2𝑘+3)
12 + 22 + ⋯ + 𝑘 2 + (𝑘 + 1)2 = 6

Bukti dengan induksi


(𝑘+1)(𝑘+2)(2𝑘+3)
12 + 22 + ⋯ + 𝑘 2 + (𝑘 + 1)2 = 6

1
= 6 𝑘(𝑘 + 1)(2𝑘 + 1) + 6(𝑘 + 1)2
1
= 𝑘(2𝑘 2 + 3𝑘 + 1) + 6(𝑘 2 + 2𝑘 + 1)
6
1
= 6 (2𝑘 3 + 3𝑘 2 + 𝑘) + 6𝑘 2 + 12𝑘 + 6
1
= 6 (2𝑘 3 + 9𝑘 2 + 13𝑘 + 6)

1
= 6 (𝑘 + 1)(2𝑘 2 + 7𝑘 + 6)

1
= 6 (𝑘 + 1) (𝑘 + 2)(2𝑘 + 3) , dengan 𝑛 = 𝑘 + 1

Maka
1
12 + 22 + 32 + ⋯ + 𝑛2 = 𝑛(𝑛 + 1)(2𝑛 + 1)
6
Terbukti
1 1 1 𝑛
2.a. 1×3 + 3×5 + ⋯ + (2𝑛−1)(2𝑛+1) = 2𝑛+1
Bukti
1 1 1 𝑛
𝑃(𝑛) = ∀𝑛, 𝑛 ≥ 1, 𝑛𝜖Ν, + + ⋯+ =
1×3 3×5 (2𝑛 − 1)(2𝑛 + 1) 2𝑛 + 1
Langkah Dasar
1 1
Untuk 𝑛 = 1, maka 1×3 = 3

Langkah induksi:
Hipotesis Induksi:
1 1 1 𝑘
Untuk 𝑛 = 𝑘, maka 1×3 + 3×5 + ⋯ + (2𝑘−1)(2𝑘+1) = 2𝑘+1
1 1 1 1 𝑘+1
𝑛 = 𝑘 + 1, maka 1×3 + 3×5 + ⋯ + (2𝑘+1)(2𝑘+3) + (2𝑘−1)(2𝑘+3) = 2𝑘+3

Bukti dengan induks:


1 1 1 1 𝑘+1
+ 3×5 + ⋯ + (2𝑘−1)(2𝑘+1) + (2𝑘−1)(2𝑘+3) = 2𝑘+3
1×3
𝑘 1
= 2𝑘+1 + (2𝑘+1)(2𝑘+3)
𝑘(2𝑘+3)+1
= (2𝑘+1)(2𝑘+3)

2𝑘 2 +3𝑘+1
= (2𝑘+1)(2𝑘+3)
(2𝑘+1)(𝑘+1)
= (2𝑘+1)(2𝑘+3)
𝑘+1
= 2𝑘+3,untuk 𝑛 = 𝑘 + 1 terbukti benar.

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa


1 1 1 𝑛
+ + ⋯+ =
1×3 3×5 (2𝑛 − 1)(2𝑛 + 1) 2𝑛 + 1
Terbukti berlaku untuk semua bilangan asli n.

3.a. 2𝑛 > 𝑛2 , untuk 𝑛 ≥ 5


Bukti
𝑃(𝑛): 2𝑛 > 𝑛2
Untuk 𝑛 ≥ 5
Langkah Dasar: 25 = 32 > 25 = 52 , maka 𝑃(𝑞) benar.
Langkah Induksi:
Hipotesis Induksi: 2𝑘 > 𝑘 2
Akan ditunjukkan: 2𝑘+1 > (𝑘 + 1)2
2𝑘+1 = 2 × 2𝑘 > 2𝑘 2
Perhatikan bahwa 𝑘 2 > 2𝑘 + 1, untuk 𝑘 ≥ 5
Bukti dengan induksi:
 52 = 25 > 11 = 2 ∙ 5 + 1 (untuk 𝑘 = 5 benar)
 Anggap bahwa hipotesis 𝑘 2 > 2𝑘 + 1 benar
Akan ditunjukkan bahwa (𝑘 + 1)2 > 2(𝑘 + 1) + 1
Maka, (𝑘 + 1)2 = 𝑘 2 + 2𝑘 + 1 > (2𝑘 + 1) + 2𝑘 + 1 > 4𝑘 + 2 >
2𝑘 + 3 = 2(𝑘 + 1) + 1 (Karena 𝑘 ≥ 5).
Maka,
2𝑘+1 = 2 × 2𝑘 > 2𝑘 2 > 𝑘 2 + 𝑘 2 > 𝑘 2 + 2𝑘 + 1 = (𝑘 + 1)2
Terbukti.

7. Tunjukkan dengan induksi bahwa biaya pos yang lebih besar atau sama dengan 2 sen
dapat dibayarkan dengan menggunakan perangko 2 sen atau 3 sen saja.
Bukti
𝑃(𝑛): biaya pos yang lebih besar atau sama dengan 2 sen dapat dibayarkan dengan
menggunakan perangko 2 sen atau 3 sen saja
Langkah Dasar: Untuk biaya 2 pos 2 sen, dapat dibayarkan dengan 1 lembar
perangko 2 sen.
Langkah Induksi:
Hipotesis induksi: Untuk biaya pos 𝑘 sen dapat dibayarkan dengan menggunakan
perangko 2 sen atau 3 sen saja.
Akan ditunjukkan: Untuk biaya pos 𝑘 + 1 sen dapat dibayarkan dengan
menggunakan perangko 2 sen atau 3 sen saja.
Kasus 1: Jika kita menggunakan perangko 3 sen untuk memenuhi 𝑘-sen,
maka gantikan 1 lembar perangko 3 sen dengan 2 lembar perangko 4 sen.
Kasus 2: Jika tidak menggunakan perangko 3 sen untuk memenuhi 𝑘-sen,
maka gantikan 1 lembar perangko 2 sen dengan 1 lembar perangko 3 sen.
Terbukti
Referensi

Townsend, Michael. 1987. Discrete Mathematics: Applied Combinatorics and


Graph Theory. Calfornia:Benjamin-Cummings Publishing Company.

Anda mungkin juga menyukai