PENDAHULUAN
antaranya adalah ras yang terdapat di kawasan Asia Tenggara dan diasporanya di
berbagai wilayah dunia ini. Ras Melayu terdiri dari ras Melayu Tua dan ras Melayu
Muda. Ras Melayu juga lazim disebut dengan ras Mongoloid Tenggara. Wilayah
peradaban ras Melayu ini, dalam kajian ilmu-ilmu linguistik selalu disebut dengan
Pengertian Melayu biasa pula merujuk kepada kelompok etnik yang ada di
Darussalam, Filipina, Kamboja, dan lainnya. Etnik Melayu yang tersebar di beberapa
negara bangsa ini memiliki berbagai persamaan garis darah, bahasa, dan kebudayaan.
Hubungan kekerabatan juga selalu menjadi faktor pemersatu di antara etnik Melayu
ini. Misalnya sebahagian besar orang Patani di Thailand memiliki kerabat di bahagian
utara Malaysia. Orang Melayu di Riau memiliki hubungan kekerabatan dengan orang
Contohnya masyarakat Melayu keturunan Kedah, yang tinggal dan menetap di Pulau
Jaring Halus di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Satu pulau ini mayoritas adalah
11
Etnik Melayu adalah sebagai salah satu etnik natif yang mendiami kawasan
Sumatera Utara, bersama etnik-etnik natif lainnya seperti: Karo, Simalungun, Pakpak-
Dairi, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir Barat, dan Nias. Selain itu, Sumatera
Utara juga memiliki etnik-etnik pendatang, baik dari Nusantara maupun kawasan
dunia lainnya. Di antara enik pendatang itu adalah: Aceh Raya, Pidie, Gayo,
lainnya. Pendatang dunia di antaranya: Hokkian, Kwong Fu, Hakka, Khek, Kanton,
Tamil, Benggali, Arab, Gujarat, beberapa etnik dari Eropa, dan lain-lain. Keberadaan
kebudayaan Sumatera Utara dengan posisi penduduk seperti itu, tentu saja beragam
mendiami bahagian timur provinsi ini. Mereka ada di Langkat, Deli, Serdang,
Batubara, Asahan, dan Labuhan Batu. Secara kebudayaan mereka juga memiliki
hubungan dengan suku Pesisir Tapanuli Tengah dan Sibolga. Masyarakat Melayu
Sumatera Utara ini, memiliki kebudayaan yang sama dengan kebudayaan masyarakat
Melayu di berbagai tempat di Asia Tenggara, namun ada juga yang khas setiap daerah.
Misalnya zapin1 dijumpai hampir di semua kawasan budaya Melayu. Namun dedeng
1
Untuk penulisan selanjutnya, baik di bab ini atau bab-bab berikutnya istilah zapin
akan ditulis dengan huruf biasa, tidak miring (italic), sebagaimana halnya menuliskan
12
Labuhan Batau saja. Artinya genre-genre kesenian Melayu di semua Dunia Melayu
ada yang menyebar secara luas, namun ada yang hanya berada dalam satu wilayah
Etnik Melayu Sumatera Utara memiliki kesenian yang diwarisi dari masa-masa
animisme, Hindu, Budha, Islam, Eropa, dan era globalisasi. Contoh kesenian yang
mengandung unsur animisme adalah kesenian pada upacara jamu laut atau melepas
lancang. Contoh seni yang mengandung unsur kebudayaan Hindu dan Budha adalah
upacara tepung tawar, makyong, mendu, gerak-gerak tari India, dan lainnya. Contoh
unsur budaya Barat ada pada seni ronggeng (joget), wals, forxtrot, band di kesultanan,
dan lainnya. Contoh yang kuat mengekspresikan kebudayaan Islam adalah barodah,
nasyid, kasidah, marhaban, barzanji, dan zapin. Kesenian zapin ini menceminkan
musik dan tari Melayu secara umum, dan juga identitas musikal dan tarian khas
Musik Melayu, termasuk zapin, memiliki ciri-ciri khas. Menurut Takari dan
Heristina Dewi (1998) pada umumnya musik Melayu tergolong ke dalam tangga-
tangga nada pentatonik, heptatonik, dan diatonik. Sistem yang dipakai adalah
ekuadistan tujuh nada Asia Tenggara, atau juga pengaruh tangga nada heptatonik dari
raga India dan maqamat Timur Tengah. Ekspresi tangga nada ini dalam melodi,
13
rapat). Musik Melayu juga memiliki berbagai pola ritme (rentak) yaitu senandung,
mak inang, lagu dua, patam-patam, ghazal, hadrah, zapin, dan lain-lain.
Indonesia dan Dunia Melayu sekali gus. Pertumbuhan dan perkembangan seni
berbagai suku bangsa, yang melahirkan kesenian yang sangat beragam dan bersumber
Akar budaya seni pertunjukan Melayu, merupakan budaya yang diwarisi dari
masa sebelum datangnya pengaruh luar dan terus ditransformasikan saat datangnya
pengaruh dari luar. Akar budaya seni pertunjukan ini menjadi bagian dalam
memperkuat jati diri seni dan masyarakat Melayu itu sendiri. Kebudayaan Melayu
sendiri merupakan kebudayaan yang terbuka yang mau menerima kebudayaan luar
terciptalah kekhasan tersendiri dalam musik Melayu. Seperti salah satu contoh seni
Dalam genre seni ini, dapat dilihat pengaruh unsur budaya Arab yang sangat
kental sekali, baik dari struktur melodi, ritme, instrumen, lirik, tari, pertunjukan,
penonton, dan pendukung budayanya. Zapin-zapin yang masih hidup dan masih
kedaerahan sebagai wujud prilaku komunitas Melayu itu sendiri dalam aktivitas
14
Melayu zapin juga mengalami kreativitas disesuaikan dengan cita rasa seni dan
keperluan kebudayaan etnik Melayu. Bahkan di Alam Melayu dikenal dua jenis zapin
Hamzah Ahmed (1984:71) mengatakan bahwa zapin lahir pada tahun keenam
masa ketika terjadi gencatan senjata dengan orang-orang kafir Mekah, pada waktu
anak puteri Saidina Hamzah ingin ikut Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Padahal
dalam perjanjian, orang-orang pelarian Mekah itu harus di kembalikan. Pihak Nabi
Muhammad tidak mau. Lalu siapa yang menjadi pengasuh anak itu? Nabi Muhammad
Saidina Ali. Inilah diperkirakan sejarah awal munculnya zapin dalam peradaban
(tamadun) Islam.
ala Hijaz. Menurut Mohd Anis Md.Nor (1997:116-117) pertama kalinya kesenian
Penari zapin yang terlatih mahir ujiannya adalah berzapin di tikar rotan yang licin
dilapisi dengan permadani. Permadani di atas tikar rotan itu tidak boleh bergeser
2
Pada masa Nabi Muhammad hidup, Persia ini dikenal dengan nama Farsi yang
wilayahnya mencakup beberapa kawasan di Timur Tengah. Mereka saat awal itu beragama
Majusi dan menyembah api. Pada saat itu terjadi peperangan antara Persia dan Romawi yang
agama resminya adalah agama Kristen. Umat Islam saat itu lebih cenderung membela Romawi
karena “kedekatan” tauhid dan kepercayaan kepada Tuhan. Ketika tentara Romawi dapat
ditaklukan oleg tentara Persia, maka gundah gulanalah umat Islam. Namun Tuhan berjanji
akan segera memenangkan tentara Romawi, dan kemudian janji Tuhan itu terbukti. Kini
wilayah Persia itu mencakup sebahagian besar Republik Islam Iran dan sebahagian Irak.
Mereka umumnya beragama Islam (mazhab Syiah).
15
boleh lagi menghibur di istana. Begitulah halusnya langkah dan gerak tari zapin yang
menurut asalnya zapin itu ditarikan sebagai kesenian yang bernafaskan Islam.
Islam sejak abad ke 13 Masehi. Para pedagang dari Arab dan Gujarat yang datang
bersama para ulama dan senimannya, menyusuri pesisir Nusantara. Zapin tersebut
menemukan zapin hampir di seluruh pesisir Nusantara, seperti di: pesisir timur
Kalimantan, Jambi, Brunai Darussalam, dan lainnya. Hingga saat ini zapin tetap
menjadi khazanah budaya Melayu yang masih digemari oleh berbagai lapisan
masyarakat. Kesenian ini juga sangat populer. Zapin itu sendiri terdapat di kalangan
Secara etimologis, kata zapin berasal dari Bahasa Arab, yang memiliki berbagai
makna. Kata zapin sendiri berkaitan dengan kata-kata turunan seperti zafa, zaffa,
zafana, zaffan, dan lain-lainnya. Kalau ditelisik lebih jauh, memang kesemua kata itu
dalam bahasa Arab memiliki hubungan dengan kata tari dalam bahasa Melayu. Namun
sebelum dibedah maknanya, alangkah baik kita lihat dahulu apa arti zapin dalam
wikipedia Indonesia.
Zapin berasal dari bahasa Arab yaitu kata "zafn" yang mempunyai
arti pergerakan kaki cepat mengikut rentak pukulan. Zapin merupakan
khasanah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh dari Arab.
Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan sekaligus menghibur, digunakan
16
Berdasarkan kutipan seperti terurai di atas, maka dapat dikatakan bahwa istilah zapin
berasal dari bahasa Arab. Kemudian zapin adalah salah satu tari Melayu, yang
diadopsi dari Arab. Zapin adalah media enkulturasi dakwah Islam. Ensambel musik
terdiri dari dua peran yaitu yang membawa melodi adalah musik petik (gambus atau
‘ud) dan pembawa ritme yaitu tiga buah alat pukul kecil (maksudnya gendang
marwas). Awalnya ditarikan lelaki, akhirnya perempuan, atau campuran laki-laki dan
peremuan. Ragam tari berkembang dan tari ini muncul di Alam Melayu.
secara panjang lebar tentang arti kata zapin ini dan kata-kata turunannya sebagai
berikut.
17
Menurut kajian Mohd Anis Md Nor, bahwa di Dunia Melayu zapin adalah sebuah
genre seni pertunjukan yang di dalamnya menampilkan tarian dan musik sekali gus.
Biasanya tarian zapin dipersembahkan oleh penari lelaki. Seperti yang dikutipnya dari
Winsted, kata zapin berasal dari bahasa Arab, yang banyak digunakan oleh orang
Melayu Johor. Zapin dalam bahasa Arab ini menurut Wilkinson adalah tarian yang
dilakukan dua orang penari laki-laki. Kata turunan zapin yaitu zaffa maknanya adalah
sehelai kain yang dibawa oleh pengantin wanita kepada mempelai lelaki dalam prosesi
pernikahan. Kemungkinan besar pula istilah zapin ini disesuaikan dengan lidah
Melayu sehingga kemungkinan bisa memiliki arti lain. Namun arti-arti itu jika
ditelusuri dari bahasa Arab memiliki makna yang dekat, seperti maknanya adalah
upacara pernikahan atau menari untuk upacara pernikahan. Kata zapin ini pula tidak
dapat dihubungkan dengan kegiatan menari yang bertujuan memperoleh uang yang
disebut dengan kegiatan raqasa. Zapin berhubung erat dengan tari yang
18
ursy)
Menurut pendapat para ahli sejarah seni Melayu, Luckman Sinar (2010) dan
Mohd Anis Md Nor (1995) zapin adalah berasal dari Yaman Selatan (Hadramaut)
merupakan sejenis irama atau rentak dalam seni musik tradisional. Zapin juga adalah
sejenis tarian rakyat Arab. Perkataan zapin berasal dari kata al-zaffan, yaitu gerak
kaki. Sebutan zapin umumnya dijumpai di Sumatera Utara dan Riau, sedangkan di
Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu menyebutnya dana. Julukan bedana terdapat
cenderung memberi nama jepin, di Sulawesi disebut jippeng, dan di Maluku lebih
akrab mengenal dengan nama jepen. Sementara di Nusa Tenggara dikenal dengan
julukan dana-dani.
Di Nusantara, zapin dikenal dalam dua jenis, yaitu zapin Arab yang mengalami
perubahan secara lamban, dan masih dipertahankan oleh masyarakat keturunan Arab.
Jenis kedua adalah zapin Melayu yang ditumbuhkan oleh para ahli lokal, dan
disesuaikan dengan linkungan masyarakatnya. Kalau zapin Arab hanya dikenal satu
gaya saja, maka zapin Melayu sangat beragam dalam gayanya. Begitu pula sebutan
untuk tari tersebut tergantung dari bahasa atau dialek lokal di mana dia tumbuh dan
berkembang. Zapin juga merupakan sejenis rentak atau irama dalam seni musik
tradisional Melayu (yang di sampingnya ada senandung mak inang, lagu dua, patam-
19
di dalamnya mencakup musik (rentak/ritme), tari, serta lagu. Apabila rentak zapin itu
didendangkan, maka musik itu dinamakan dengan musik zapin. Seperti apa yang
dikatakan oleh Fadlin Dja’far (wawancara Januari 2011), bahwa struktur rentak atau
dua kategori : (1) rentak induk atau dasar dan (2) rentak anak atau peningkah. Rentak
induk dibentuk oleh tanda birama 4/4, sedangkan rentak peningkah dikembangkan
berdasarkan rentak induk dengan struktur mengikut estetika para pemain musiknya.
Musik zapin biasa juga di sebut musik gambus, yang alat musik utamanya
adalah gambus, di samping alat musik marwas dan musik pengiring yang lain seperti
biola, accordion, harmonium, gendang ronggeng (frame drum) dan vokal. Sedangkan
dari struktur melodi, musik zapin mempergunakan unsur-unsur budaya Melayu, Arab,
Zapin di samping memiliki meter 4, juga memiliki struktur musik yang cukup
jelas. Zapin mempunyai bahagian pembuka yang biasa jadi improvisasi solo gambus
yang freemeter (taksim), bagian tengah yang diulang-ulang untuk lagu dasar, dan
Dari segi struktur tari, sesuai dengan namanya zapin (al-zaffan) berarti
pergerakan kaki cepat (rentakan kaki), yang mengikut rentak pukulan. Tari zapin
terikat dengan gerak-gerik yang telah baku, yang sudah mempunyai konsep dasar.
Salah seorang tokoh tari zapin dari Perbaungan, O.K. Hamidi, mengatakan ciri tari
zapin adalah angkat, patah, tekuk, dan seret. Kesemuanya itu merupakan gerakan
20
yang pola gerakannya berbentuk zig-zag yang biasanya ditarikan oleh masyarakat
keturunan Arab. Gerak tari zapin Arab adalah gagah dengan langkah dan lenggangan
yang lebih luas, ayunan tangan yang tinggi dan hinjutan kaki yang keras.
Zapin Melayu berbentuk huruf alif (lurus) umumnya ditarikan oleh orang-
orang Melayu yang diadaptasikan dari unsur-unsur zapin Arab. Sedangkan gerak tari
zapin Melayu lebih halus dan santun dengan ayunan tangan yang lebih kecil atau
sempit, langkah kaki yang tidak terlalu luas dan tinggi, serta henjutan kaki yang
lembut.
sebagai taksim) yaitu gambus dibunyikan secara solo secara free meter, dan penari
melakukan gerak sembah. Pada peringkat ini, semua penari akan melakukan tarian
pengenalan dengan beberapa pergerakan saja. Kedua tarian, pergerakan dan ayunan.
Pada peringkat kedua ini persembahan terdiri dari pecahan atau gerakan serta lenggang
tarian.. Ketiga penutup, tari di sini kemudian dikembangkan dengan berbagai ragam
gerak seperti alif, pecah, langkah, sut, anak ayam, dan tahto.
Gerakan tari zapin harus menampilkan gerak tari yang sopan dan menjunjung
tinggi adat resam Melayu. Tidak melompat, mengangkat kaki tinggi-tinggi, berguling-
berguling, dan tidak saling bersentuhan pada lawan jenis, seperti mengendong yang
tidak sesuai dengan kaedah sopan santun adat Melayu yang berpaksikan kepada ajaran
agama Islam. Sebab tari zapin itu sendiri bernafaskan Islam. Sekarang banyak kita
temukan zapin tradisi yang berkembang menjadi tari Zapin kreasi baru, yang telah
21
Demikian pula bila rentak zapin itu dinyanyikan maka lagu tersebut dinamakan
dengan lagu zapin, Lagu-lagu zapin ini lah yang ingin saya pilih menjadi judul skripsi
saya. Dari segi teks, nyanyian zapin ini di samping bersifat edukatif dan didaktik
sekaligus menghibur tetapi juga digunakan sebagai media dakwah Islam dengan syair
atau pantun-pantun Melayu yang didendangkan, bisa pula lebih ke arah etika
pergaulan secara umum, ataupun pesan-pesan jenis lain, baik dengan tema percintaan,
nasihat, pandangan hidup, dan lain sebagainya. Lagu-lagu tersebut akan penulis
analisis melalui teori semiotik. Penyajian musik zapin dapat saja hanya di iringin
musik instrumental, atau tanpa teks pantun Melayu yang dinyanyikan (vokal).
Dari uraian di atas tergambar dengan jelas bahwa seni zapin sangatlah penting
peradaban Islam ke dalam kebudayaan Melayu. Dalam seni zapin juga terkandung
proses kreativitas seniman Melayu dalam mengolah zapin Arab menjadi zapin Melayu.
Sejauh ini, banyak kita jumpai tokoh-tokoh yang mengangkat tradisi zapin,
baik sebagai pengamat, penulis, penata tari, serta pencipta lagu zapin. Khususnya yang
berada di kawasan kota Medan dan sekitarnya. Mereka itu antara lain adalah: Singah
bin Zakaria (di Bengkel Perbaungan), Tuk Poncil (Nagur, Bedagai), O.K. Aris dan
O.K. Tera’i (Galang), Sauti dan O.K. Adram (di Serdang, di samping mereka penata
22
Ada pula para pengamat zapin, seperti Tengku Luckman Sinar. Beliau aktif
ke berbagai kota besar di Indonesia bahkan ke luar negeri. Di samping itu ada juga
Muhammad Takari dan Fadlin (Medan). Dua tokoh di bidang kesenian Melayu yang
juga aktif sebagai pengamat zapin dan penulis, yang selalu menjadi pembicara dalam
seminar mengenai zapin, dan langsung ikut berperan serta dalam proses penggarapan
Selain itu, terdapat juga tokoh penggarap tari khususnya tari zapin antara lain:
Yose Rizal Firdaus yang aktif juga menulis artikel tentang tari zapin, ada juga O.K.
Hamidi sebagai pengamat tari zapin, Tengku Sita Syaritsa (Medan), A. Rahim Noor,
dan terdapat juga tokoh muda penggarap tari zapin yang berada di Kota Medan,
khususnya di Taman Budaya Medan, seperti: Dilinar Adlin, Syafrizal, Sri Ning Ayu,
Ivan, dan ramai lagi. Di samping itu terdapat juga tokoh-tokoh pencipta lagu zapin
yang karya-karya beliau sangat termasyhur. Salah satunya adalah Rizaldi Siagian
Ceracap dan Zapin Tanda-tanda. Lagu ini lebih ke zapin kreasi karena dilihat dari
instrumen yang dipakai yaitu perkawinan alat musik dasar seperti marwas dan gambus
dengan instrumen modern, seperti bas, drum, gitar, dan keyboard. Lagu ini lebih
komersial karena lagu ini telah dirilis ke dalam album Grenek. Ada juga Zapin
Menjelang Maghrib yang lebih ke tradisi. Sebab dalam lagu ini dapat kita lihat dari
23
saja. Lagu-lagu Rizaldi tersebut masih sering dibawakan untuk persembahan tari oleh
sangar-sanggar tari di Kota Medan, baik untuk acara-acara resmi ataupun festival. Di
samping itu ada juga Tengku Safick Sinar, Tengku Rio, Hendrik Perangin-angin,
Zul Alinur adalah seorang generasi muda yang berbakat membuat karya-karya
musik zapin. Lagu-lagu zapin beliau lah yang ingin penulis kaji lewat struktur teks
dan melodinya. Walaupun umurnya masih relatif muda namun karya-karya beliau
cukup membanggakan. Zul Alinur yang akrab dipanggil Al Coboy atau Mak Boy
adalah salah satu pelaku seni di kota Medan yang berdarah Melayu dan Minangkabau.
Dalam membuat lagu-lagu zapin beliau menuliskannya dalam notasi angka dan teknya
dalam huruf Latin. Puluhan lagu zapin telah diciptakannya. Yang paling menarik
adalah di antara lagu-lagu tersebut ada sebanyak lima lagu menurut pengamatan
penulis, menang dalam lomba atau festival lagu zapin di tingkat provinsi atau nasional.
Dia memiliki berbagai kelebihan, di samping sebagai pemusik, dia juga mahir
juga sangat mahir menciptakan lagu-lagu Melayu khususnya bergenre zapin. Dalam
hal ini dia memiliki kelebihan, dengan langsung menciptakan lagu-lagu zapin dan
mengaransemen saja bukan sebagai pencipta. Lagu- lagu beliau lah yang penulis ingin
kaji. Lagu zapin ciptaan Zul Alinur tidak terlalu terikat dengan tradisi dan cenderung
ke kreasi baru. Namun demikian, konsep dasar atau pakem dari zapin itu sendiri
24
yaitu melodi yang sederhana dan mudah diingat. Instrumen yang di pakai di luar alat
musik dasar seperti gambus dan marwas antara lain gendang ronggeng (frame drum),
dol, biola, accordion, dan gitar bas, Terjadinya peralihan musik pengiring tari zapin
dari bentuk zapin tradisi (alat musik dasar) ke bentuk musik zapin kreasi tidak
merupakan usaha yang dilakukan para pelaku seni untuk menjadikan kesenian itu
varisasi gerak, gaya, pola lantai, pola dramatik, musik dan alat musik, jumlah penari,
zapin itu sendiri telah memakai konsep dasar atau pakem tersendiri baik taksim
maupun tahtum, dan meiliki struktur rentak dalam tanda birama 4/4, dan lain
sebagainya.
Zul Alinur memberi sentuhan baru pada zapin, namun tidak merusak pakem
pada zapin itu sendiri, Resam dari akar zapin masih tetap dipakai, sehingga
upaya pelestarian. Seperti apa yang dikatakan oleh Julianus P. Limbeng bahwa semua
kesenian tradisional itu memiliki pola atau pakem tersendiri yang membuat kesenian
itu menjadi khas, berbeda dengan yang lainnya. Akan tetapi pakem tersebut bukanlah
suatu aturan yang “mati,” melainkan suatu potensi yang dapat berkembang ,dan
25
yang kuat, maka ia pun memiliki ruang kebebasan yang luwes. Keduanya pakem dan
kebebasan kreatif terjalin secara integral, menjadi semacam grammar atau bahasa
ungkap yang organis dan cerdas sehingga pertumbuhannya pun dapat tumbuh secara
alamiah. Atas dasar itu, yang disebut dengan kesenian tradisi dan upaya pelestariannya
harus menyangkut kedua aspek antara lain: bentuk, pola, atau pakemnya serta daya
atau potensi untuk berubah. Dalam aspek itulah sesungguhnya terletak nilai, sehingga
kesenian di Nusantara ini biasa disebut sebagai “tradisi hidup” (living tradition)
bukan suatu tradisi yang mati atau beku (Julianus P. Limbeng 2009).
Selain itu, lagu-lagu ciptaan Zul Alinur selalu digunakan oleh sanggar-sanggar
tari yang ada di Kota Medan, khususnya di Taman Budaya, untuk mengiringi berbagai
acara atau festival yang ada di Medan dan di luar kota Medan. Di antaranya untuk
mengikuti festival tari zapin, yang diadakan oleh Dewan Kesenian Medan (DKM)
dalam event Medan Arts Festival, empat lagu yang diciptakan Zul Ainur termasuk ke
dalam kategori lima lagu yang terbaik yang penulis akan penulis gunakan sebagai
sampel lagu yang berjudul Zapin Puan, Zapin Perantau, Zapin di Hati, Zapin in My
heart dan Zapin Purnama. Selain itu, lagu-lagu ciptaan Zul Alinur juga digunakan
pada festival zapin dalam acara Gempar Sumut di lapangan Merdeka Medan, dan
Selain untuk festival, lagu beliau juga dipakai untuk mengisi event-event
tahunan menyambut ulang tahun Kota Melaka), Pedati Nusantara (Bukit Tinggi, acara
26
dua tahun sekali di Bengkalis), Temu Zapin Indonesia (Pekan Baru), Cross Culture
(Surabaya), dan Festival Seni Melayu Nusantara (Palembang). Dalam acara yang
terakhir ini karya lagu zapinnya mendapatkan penghargaan penata musik terbaik.
Judul lagu-lagu zapin yang beliau ciptakan adalah: Zapin Puan, Zapin Perantau, Zapin
Purnama, Zapin di Hati, Zapin Perindu, Arena Zapin, Zapin Bertuah, Zapin in My
Heart, Jadilah Seperti, Bunga, dan masih banyak lagi karya-karya lainnya.
menganalisis lagu-lagu zapin Zul Alinur ini, baik dari aspek teks maupun melodinya.
Adapun ketertarikan ini karena saya sangat begitu dekat dengan karya-karya beliau,
ciptaannya dalam mengiringin persembahan tari khususnya tari zapin. Sehingga saya
tertarik untuk mengangkatnya menjadi judul skripsi ini, dengan judul Lagu-lagu
Zapin Ciptaan Zul Alinur: Kajian Terhadap Struktur Teks dan Melodi.
menarik dua pokok masalah utama yang akan dikaji dalam skripsi ini. Pokok-pokok
masalah tersebut adalah: pertama, bagaimana struktur teks (lirik atau syair) lagu-lagu
zapin ciptaan Zul Ainur. Yang kedua, bagaimana struktur melodi lagu-lagu zapin
ciptaan Zul Alinur. Sebagai dasar untuk menguatkan dua pokok masalah di atas, maka
akan dikaji pula bagaimana biografi ringkas Zul Alinur. Hal ini sesuai dengan alasan
27
Pokok masalah struktur teks akan diperinci dalam skripsi ini mencakup unsur
denotatif, makna konotatif, suku kata, interyeksi, pemakaian partikel, metafora, gaya
bahasa (plastik bahasa), nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik, reperiti, hubungan teks
dengan melodi, dan hal-hal sejenis. Sementara untuk pokok masalah kedua yaitu
bagaimana struktur melodi lagu-lagu zapin ciptaan Zul Alinur akan diperinci dengan
kajian yang mencakup: tangga nada (yang berakar dari tangga nada musik Melayu atau
maqam Arab), wilayah nada, nada dasar, formula melodi, distribusi interval, pola-pola
kadensa, ambitus suara, dan kontur. Untuk menguatkan aspek struktur melodi ini,
maka dalam skripsi ini penulis juga akan mengkaji aspek waktu yang mencakup meter
atau tanda birama, siklus rentak, fungtuasi ritmik, kecepatan lagu, rentak dasar dan
rentak peningkah, taksim yang berupa meter bebas, hubungan antara pemain musik
pembawa rentak dan pembawa melodi, dan lain-lainnya. Juga akan mengkaji sajian
lagu-lagu zapin dalam konteks pertunjukan seperti paduan suara, suara tunggal atau
solo, gaya litany, gaya responsorial, properti panggung, hubungan musik zapin dan
tarinya, dan lain-lainnya. Untuk melengkapi dua pokok masalah di atas, penulis juga
akan mengkaji secara umum saja bagaimana struktur tari zapin yang diiringi oleh lagu-
lagu ciptaan Zul Alinur ini, yang diciptakan oleh para penata tari di kawasan Medan
dan sekitarnya. Ini untuk melihat sejauh apa kreativitas tari yang diciptakan
berdasarkan musik zapin yang diciptakan sebelumnya, atau sebaliknya. Lebih jauh,
28
Alinur, dan kemudian membuat kreativitas tari berdasarkan apa yang didengar, atau
komunikasi verbal dengan Zul Alinur. Dengan membuat dua pokok masalah dan
didapatkan kajian yang mendalam dan saling mengisi, dalam konteks interdisiplin
maka tujuan penelitian ini juga merujuk kepada pokok permasalahan tersebut. Adapun
dua tujuan utama penelitian ini adalah: (a) untuk mengetahui bagaimana struktur teks
(syair atau pantun) yang terdapat dalam lagu-lagu zapin ciptaan Zul Alinur, (b) untuk
mengetahui bagaimana struktur melodi lagu-lagu zapin yang diciptakan oleg Zul
Alinur. Kedua tujuan utama ini akan diikuti secara langsung dengan berbagai tujuan
lain yaitu untuk Mencari ciri khas musik zapin atau lagu zapin ciptaan Zul Alinur yang
membuat dia berbeda dengan pencipta lagu zapin yang lain. Selain itu adalah untuk
masyarakat urban di Kota Medan, dan oleh karena pentingnya genre seni ini, maka
perlu selalu melakukan ciptaan baru berdasarkan ciptaan lama dalam ruang dan waktu
yang dilalui oleh kebudayaan. Tujuan lain adalah untuk mengungkap fenomena
29
masyarakat pendukungnya.
Adapun manfaat penelitian ini, menurut penulis dapat dikategorikan dalam dua
hal, yaitu manfaat saintifik atau keilmuan, dan manfaat praktis bagi pengembangan
kesenian dalam konteks negara Indonesia (dalam hal ini kota Medan dan Provinsi
Sumatera Utara). Dari segi manfaat keilmuan maka skripsi ini akan memberikan
berbagai pengetahuan baru yaitu bagaimana seorang generasi muda menciptakan lagu-
lagu genre zapin. Apakah ia akan membuat pembaharuan, begitu juga apakah pakem
atau norma-norma lagu zapin akan terus dipertahankannya. Uraian ini akan
adalah untuk memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dan para pembaca dalam
disiplin ilmu-ilmu humaniora dan sosial termasuk etnomusikologi. Selain itu, manfaat
keilmuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjadi bahan kajian bagaimana
proses difusi seni zapin melalui penyebaran agama Islam. Kemudian terjadi
pembumian atau adaptasi di sana-sini menjadi zapin Melayu, sekali gus melihat
bagaimana kreativitas seniman lokal dalam menggarap seni yang diadopsi dari luar.
Dari kajian zapin ini juga akan menggambarkan bagaimana proses akulturasi dan
inovasi sekali gus. Manfaat saintik lainnya adalah memahami makna-makna teks yang
terdapat dalam lagu-lagu zapin yang diciptakan Zul Alinur. Sebagaimana diketahui
30
sangat penting. Dari segi melodi pula, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui
bagaiman struktur melodi lagu-lagu zapin yang diciptakan Zul Alinur, apakah struktur
melodinya mengandung budaya tangga nada Melayu, maqam Arab, tangga nada
Eropa, atau ada kekhasan yang diciptakan Zul Alinur. Lebih jauh adalah sebagai
keturunan Minangkabau dan Melayu, apakah ada unsur musik Minangkabau dan
muslim, nilai-nilai agama yang seperti apa yang diaplikasikannya ke dalam lagu-lagu
zapin ciptaan beliau. Ke depan mungkin akan ditemukan teori baru dari keberadaan
adalah memungsikan seni zapin dalam konteks upacara perkawinan Melayu (atau
yang berdasar kepada agama Islam), untuk mengkhitankan anak, untuk menyambut
dan memeriahkan hari-hari besar keagamaan Islam, untuk acara tepung tawar, untuk
Lebih jauh, sangat mungkin lagu-lagu zapin ciptaan beliau digunakan dalam
konteks seni wisata di Medan dan sekitarnya, dalam rangka mendukung program
dan kepariwisataan. Manfaat praktis lainnya adalah penelitian ini dapat dijadikan
sumber rujukan dalam rangka menciptakan zapin-zapin baru bagi generasi muda. Atau
31
tingkat Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia, atau Dunia Melayu. Manfaat
praktis lainnya adalah lagu-lagu zapin ciptaan baru ini bisa diproduksi dalam bentuk
video compact disk (VCD) atau DVD, yang berkualitas, dan akan menyumbangkan
penghasilan bagi pencipta dan kelompok produksinya, kalau zapin itu laku di pasaran
Sebelum menjelaskan beberapa konsep dan teori yang penulis gunakan dalam
penelitian ini, maka supaya tidak terjadi tanda-tanya dan keragu-raguan, penulis
Selanjutnya yang dimaksud dengan teori adalah pendapat yang didasarkan pada
Dari dua pengertian di atas, maka ada perbedaan mendasar antara konsep dan
terdapat konsep tentang alam (terdiri dari alam janin, alam sekitar, alam kubur, alam
akhirat, dan seterusnya). Begitu juga konsep tentang yang baik budi yang indah
bahasa, yang bermakna konsep manusia baik dinilai dari budinya, orang yang
32
diucapkannya. Sementara teori adalah pendapat yang didasarkan pada penelitian dan
penemuan, didukung oleh data dan argumentasi. Jadi teori sifatnya lebih ke arah
telah terbukti secara saintifik dan pendapat keilmuan itu digunakan untuk
relativisme, bobot tangga nada (weighted scale), kantometrik, dan lain-lain. Kedua
hal tersebut (konsep dan teori) akan diaplikasikan dalam penelitian terhadap struktur
teks dan melodi lagu-lagu zapin yang diciptakan oleh Zul Alinur.
1.4.1 Konsep
Ada beberapa konsep utama yang digunakan dalam konteks skripsi ini. Konsep
tersebut berkait erat dengan judul yang penulis gunakan. Adapun konsep itu adalah:
(a) lagu, (b) musik, (c) tari, (d) zapin, (e) kajian, (f) struktur, (g) teks, dan (h) melodi.
(a) Konsep mengenai lagu. Menurut Kamus Dewan Edisi Ketiga (2002),
33
Menurut kutipan di atas, lagu dalam bahasa Melayu memiliki empat makna
yaitu makna suara yang dikaitkan dengan melodi, juga musik yang menggunakan seni
kata (teks). Lagu juga mencakup genre musik vokal seperti lagu Melayu asli dan
keroncong. Dalam konteks Dunia Melayu lebih luas, genre lagu ini sangat banyak
contohnya, seperti dedeng, mulaka nukal, dodoi, sinandung, inang, zapin, ahoi, ketam
padi, lerai padi, dan seterusnya. Pengertian berikutnya lagu adalah gaya atau cara,
dengan contoh seperti lagu kebangsaan, lagu lama, lagu patriotik, lagu rakyat.
Sementara itu jika kata lagu dikembangkan menjadi kata kerja seperti berlagu maka
Kemudian melagu artinya adalah bernyanyi atau menyanyi, dan selalu juga dikaitkan
dengan aktivitas menari. Kata kerja lainnya melagui artinya memberi berlagu kepada
karya sastra seperti pantun, sajak, syair, nazam, gurindam, seloka, dan seterusnya—
pengertiannya adalah memberi melodi pada karya sastra. Melodi itu sendiri artinya
orang yang mempersembahkan lagu. Dengan demikian, mengikut Kamus Dewan ini,
34
musik. Lagu mengandung aspek bahasa, sastra, dan seni musik sekali gus.
didefinisikan sebagai gubahan bunyi yang menghasilkan bentuk dan irama yang indah.
Seterusnya menurut Wikipedia Indonesia (2007) musik adalah bunyi yang diterima
oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera
dianggap enak oleh pendengarnya, segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh
terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Musik adalah bunyi yang diterima
oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera
seseorang.
serapan yang berasal dari kebudayaan Barat, yang merujuk kepada Dewa Ilmu
Pengetahuan masa Yunani-Romawi Kuno yaitu Dewa Mousikos. Namun kata ini
kemudian berkembang merujuk kepada semua jenis seni bunyi yang menggunakan
dimensi tangga nada dan ritme di seluruh dunia termasuk di dalam kebudayaan
Melayu. Dalam budaya Melayu seni musik sering juga disebut dengan seni bunyi-
bunyian, yang terdiri dari genre-genrenya seperti syair, gurindam, nazam, barodah,
hadrah, nasyid, kasidah, dondang sayang, joget, dan seterusnya. Musik Melayu adalah
35
secara akulturasi.
(2002:1378), tari itu memiliki pengertian-pengertian seperti yang diuraikan berikut ini.
tari = tarian gerakan badan serta tagan dan kaki berirama mengikut
rentak muzik; ~ gambus sj tari yang diiringi oleh gambus dan rebana; ~
inai = ~ piring tari dgn menggunakan piring dan lilin (oleh gadis-gadis);
~ keris (sewar, sikin) tari dgn memainkan keris (sewar, sikin); ~ kipas
tari dgn memainkan kipas; ~ payung sj tari dgn menggunakan payung;
~ sapu tangan tari dgn melambai-lambaikan sapu tangan; ~ selendang
tari dgn memakai selendang; ~ serimpi sj tari yang dipertunjukkan oleh
perempuan (di istana Jogja, Solo);
menari, bertari + melakukan tari dgn mengikut muzik; kakak Ramlah
sedang ~, sedang berlatih ~; ~ di ladang orang perb bersuka-suka
memakai harta orang lain dgn tidak mengingat kerugian orang itu;
yang tak pandai, dikatakan lautan nan terjungkat = sebab tiada tahu ~
dikatakan tanah lembab perb sebab tidak tahu membuat sesuatu
pekerjan, dikatakan perkakas yg salah atau tidak cukup;
Menari-nari melompat-lompat (kegirangan dll), mendompak-dompak,
bergerak-gerak pantas dan lancar (spt gerakan penari);
menarikan 1. melakukan sesuatu tari, menari dgn sesuatu tari: maka
pendekar pun menghampiri lalu ~ inai serta memukul rebana lagu
ceracap ini; 2. menggerak-gerakkan (jari-jari) dgn patas dan lancar (spt
geraan menari): perbuatan ~ jari-jari di atas meja semasa berakap dll;
tari-tarian, tari-menari bermacam-macam tari: pd malam itu telah
diadakan suatu majlis ~; tertari-tari menari-nari: kijang dua ekor itu
datang ke hadapan rumahnya berlompat-lompat dan ~; penari orang
yang pandai menari, tukang tari (p. 1378)
anak tari: dia seorang ~ joget.
Menurut kutipan dari Kamus Dewan seperti terurai di atas, pengertian tari
dalam konteks bahasa dan budaya Melayu memiliki berbagai makna. Yang pertama
tari adalah gerakan badan serta tangan dan kaki berirama mengikuti rentak musik.
Dalam pengertian ini tari sangat berhubungan dengan irama (ritme dan melodi) musik.
36
Jarang ditemukan tari yang berdiri sendiri tanpa diiringi musik. Seterusnya dalam
pengertain kedua, nama tari berhubungan erat dengan properti utama yang
digunakannya, misalnya tari lilin, tari inai, tari keris, tari sapu tangan, tari payung, dan
seterusunya. Pengertian lainnya adalah genre, seperti tari serimpi adalah satu genre tari
juga tari ashek, joget gamelan Terengganu, dan lainnya. Makna konotatif juga
dijumpai untuk kata tari ini, seperti kalimat: Menari di ladang orang—artinya adalah
bersuka-suka memakai harta orang lain dengan tidak mengingat kerugian orang itu.
Makna konotatif lainnya adalah tercermin dalam kalimat: Sebab tiada tahu tari
dikatakan tanah lembab. Artinya perbuatan sebab tidak tahu membuat sesuatu
pekerjaan, dikatakan perkakas yang salah atau tidak cukup, mencari-cari alasan karena
gembira dengan melompat, mendompak, dan seterusnya. Makna lainnya adalah fungsi
tari seperti pada acara perhelatan pendekar dengan diiringi tari inai. Kemudian juga
Jadi dari kutipan di atas dapat diketahui bahawa tari adalah seni gerak dalam
konteks budaya Melayu, yang memiliki norma-norma dan sistem nilainya sendiri.
Selain itu istilah tari dalam kebudayaan Melayu juga memiliki sinonim dengan istilah
tandak, liuk dan igal (lihat Takari dan Heristina Dewi 2008).
Salah satu motif tari yang paling dasar adalah mengekspresikan dan
mengkomunikasikan emosi. Manusia dan juga beberapa jenis hewan selalu menari
37
emosi yang intens. Tari juga ada yang menggunakan gerak-gerak yang formal, seperti
tarian perang pada masyarakat tribal atau tarian rakyat untuk festival. Di sini tari
alam persekitaran dalam cara yang khas. Tari juga melibatkan gerakan yang ekstrim,
berbagai gerak lainnya. Tari juga melibatkan gerakan yang cenderung diorganisasikan
kepada pola-pola ritmik khusus, seperti melangkah membentuk garis, mengitari lantai,
Tari adalah satu cabang kesenian yang adakalanya berdiri sendiri namun tak
jarang pula digunakan dalam seni teater. Dalam budaya Melayu misalnya, berbagai
teater mempergunakan seni tari, seperti ada teater makyong, jikei, mek mulung,
mendu, menhora, dan lainnya. Tari-tarian dalam teater ini sering disebut sebagai
tarian teater, karena fungsi utamanya mendukung situasi dan perwatakan dalam
sesebuah teater.
Zapin maknanya sangat erat dengan tari. Begitu disebutkan istilah zapin, maka
yang terbayang dikalangan pencinta dan seniman Melayu adalah tari zapin, yang
berasal dari Yaman, kemudian diolah menjadi tarian Melayu. Seperti sudah diuraikan
pada bahagian latar belakng, bahwa zapin itu sendiri bermakna gerak, dan gerak itu
38
Sementara itu, masyarakat Melayu sendiri memiliki berbagai istilah yang merujuk
(d) Konsep tentang zapin. Seperti sudah disinggung pada bagian latar
belakang masalah Hamzah Ahmed (1984) mengatakan seni zapin dalam peradaban
Islam lahir pada tahun keenam masa ketika terjadi gencatan senjata dengan orang-
orang kafir Mekah, pada waktu anak puteri Saidina Hamzah ingin ikut Nabi
Mekah itu harus dikembalikan. Pihak Nabi Muhammad tidak mau. Lalu siapa yang
menjadi pengasuh anak itu? Nabi Muhammad menunjuk Ja’far yang dengan
sejarah awal munculnya zapin dalam peradaban (tamadun) Islam. Zapin kemudian
dengan berkembangnya agama Islam sejak abad ke 13 Masehi. Secara etimologis, kata
zapin berasal dari Bahasa Arab, yang memiliki berbagai makna. Kata zapin sendiri
berkaitan dengan kata-kata turunan seperti zafa, zaffa, zafana, zaffan, dan lain-lainnya
(e) Konsep mengenai kajian. Istilah ini berasal dari kata analisa atau
analisis, yaitu penyelidikan dan penguraian terhadap satu masalah untuk mengetahui
keadaan yang sebenar-benarnya serta proses pemecahan masalah yang di mulai dengan
dugaan akan sebenarnya. Struktur adalah bangunan (teoretis) yang terdiri atas unsur-
39
(f) Struktur adalah unsur serapan dari bahasa Inggris yaitu structure. Kata
ini memiliki arti sebagai: susunan, bangunan, dan kerangka (Echols dan Shadily
1978:563). Struktur ini bisa dikaitkan dengan pengertian struktur sosial atau struktur
masyarakat. Begitu juga dengan struktur gedung atau bangunan. Struktur juga
bermakna sebagai bangunan bisa saja bangunan musik, bangunan swejarah, bangunan
tari, bangunan atom, dan lain-lain. Atau bisa juga sebagai kerangka yang mebentuk
seterusnya.
Dalam kaitannya dengan tulisan ini, struktur yang diamksud adalah merujuk
kepada dua aspek yaitu struktur melodi dan struktur teks atau lirik. Struktur melodi
lebih khusus merujuk kepada melodi lagu-lagu ciptaan Zul Alinur, yang terdiri dari
unsur-unsur: tangga nada, wilayah nada, nada dasar, formula melodi, interval yang
digunakan, nada yang digunakan, pola-pola kadensa, dan kontur melodi. Sementara
untuk teks atau lirik mencakup genre sastranya yaitu pantun atau puisi atau yang
lainnya. Kemudian kata-kata ini disusun oleh baris, bait, rima atau persajakan, makna-
makna (denoattif dan konoattif serta interpretasinya), juga interyeksi, struktur intrinsik
(g) Teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan
dari Kitab Suci untuk pangkal ajaran atau alasan, serta bahan tertulis untuk dasar
40
dimaksud dengan teks adalah lirik lagu-lagu zapin yang diciptakan oleh Zul Alinur.
Teks ini ada yang strukturnya berdasarkan pantun dan ada pula yang berupa puisi
bebas karangan beliau, yang disesuaikan dengan perjalanan atau progresi musiknya.
(h) Melodi adalah unsur serapan yang berasal dari bahasa Inggris melody.
Menurut Echols dan Shadily (1978:378) yang dimaksud dengan melodi adalah
nyanyian atau lagu, namun dalam konteks ini artinya adalah dalam kebudayaan Barat.
Lagu sendiri sudah diuraikan konsepnya pada bahagian (a) tulisan ini. Lebih jauh yang
dimaksud melodi secara musikal adalah penggunaan rangkain nada-nada disertai unsur
ritmik yang dirangkai sedemikian rupa, berdasarkan kepada motif, frase, maupun
bentuknya. Adapun unsur-unsur melodi ini terdiri dari delapan unsur seperti yang
1.4.2 Teori
maka penulis mempergunakan dua teori utama untuk membedah dua permasalahan
utama. Untuk mengkaji masalah struktur melodi digunakan teori weighted scale (bobot
tangga nada), dan untuk mengkaji struktur teks (lirik) lagu digunakan teori semiotik.
penulis juga menggunakan berbagai teori yang relevan untuk dapat mengungkap dua
permasalahan utama tersebut. Misalnya untuk mengkaji biografi ringkas Zul Alinur
41
teori biografi. Kemudian untuk melihat persebaran zapin dari asalnya di Yaman Tanah
Arab sampai ke Asia Tenggara (Nusantara) penulis menggunakan teori difusi, yang
mengkaji persebaran kebudayaan dari pusat asalnya ke kawasan lain. Demikian pula
etnosains Melayu, yaitu bagaimana orang Melayu menyerap dan mengolah zapin Arab
menjadi zapin Melayu, dan tentu saja teori-teori lain yang tidak penulis uraikan satu
per satu.
weighted scale. Teori ini pada prinsipnya menawarkan delapan karakteristik yang
harus diperhartikan dalam mendeskripsikan melodi yaitu: scale (tangga nada), pitch
center (nada dasar), range (wilayah nada), frequency of note (jumlah nada), prevalent
mendeskripsikan musik yaitu: (1) kita dapat menganalisis dan mendeskripsikan musik
dari apa yang kita dengar, dan (2) kita dapat menuliskan musik tersebut di atas kertas
adalah kajian terhadap tanda-tanda (sign) serta tanda-tanda yang di gunakan dalam
42
ahli bahasa dari Swiss dan Charles Sanders filosof dari Amerika Serikat. Menurut
Saussure melihat bahasa sebagai sistem yang membuat lambang bahsasa itu sendiri
dari sebuah imaji bunyi (sound image) atau signifer yang berhubungan dengan konsep
terdiri dati dari 3 bagian yang saling berkaitan : (1) respresentatum, (2) pengamat
(interpretant) dan (3) objek. Dalam kajian kesenian kita harus memperhitungkan
peranan seniman pelaku dan penonton sebagai pengamat dari lambang-lambang dan
usaha kita untuk memahami proses pertunjukan atau proses penciptaan. Sedangkan
Dalam kaitannya teori semiotika untuk mengkaji teks lagu zapin, maka penulis
menutip pendapat van Zoest (1996:11). Menurutnya di dalam sebuah teks terdapat
ikon, apaila adanya persamaan suatu tanda tekstual dengan acuannya. Segalanya
kalimat dalam sajak (keteraturan suku kata, pengulangan fonetik, ataupun hanya
wujud satu susunan tipografi tertentu) adalah tanda: penanda “ini adalah sebuah
sajak.” Adanya kalimat yang panjang-panjang adalah tanda. Banyaknya kata sifat,
pergantian vokalisasi dalam sebuah cerita, panjang pendeknya sebuah teks, semua itu
bisa dianggap sebagai tanda. Semua yang dapat diamati dan diidentifikasikan dapat
menjadi tanda, baik hal yang sangat kecil seperti atom, maupun yang bersifat
43
kekhasan teks hanya tampak setelah dilakukan analisis struktural yang sangat
mendalam.
menginterpretasi (menafsir) tanda dalam teks. Suatu gejala struktural, baik yang
muncul dalam teks pada tingkatan mikrostruktural (dalam kalimat atau sekuen)
maupun pada tingkatan makrostruktural (teks yang lebih luas), selalu dapat dianggap
sebagai tanda. Terpulang kepada pembuat analisis teks, untuk memutuskan apa atau
apa-apa saja yang ingin dipilihnya. Selain dari itu, jika ia memutuskan menganggap
tanda yang dipilihnya sebagai ikon, konsep ikonositas dapat dipakainya sebagai alat
mungkin akan tetap tersembunyi kalau alat itu tidak dipergunakan. Demikian sekilas
uraian teori semiotik untuk kerja mengkaji teks lagu-lagu zapin ciptaan Zul Alinur.
Untuk membahas biografi Zul Alinur secara ringkas, maka penulis akan
menggunakan teori biografi. Dalam studi biografi penulis akan menganalisis dan
ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang
hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal
atau tidak terkenal, namun demikian, biografi tentang orang biasa akan menceritakan
44
Sastra Indonesia (1999:3-4) dijelaskan bahwa biografi adalah suatu teori yang
dipergunakan untuk mendeskripsikan hidup pegarang atau sastrawan. Dalam buku ini
juga dijelaskan bahwa dalam menyusun biografi seseorang harus memuat latar
belakang yaitu:
meninggal), istri dan keturunan (orang tua, saudara dan anak); (b) pendidikan yaitu
pendidikan formal dan non formal dari tingkat dasar sampai perguruan tartinggi jika
ada; (c) pekerjaan, yang memberi penjelasan tentang pekerjaan, baik pekerjaan yang
sekali dengan kepengarangannya, dan (d) kesastraannya yang menjelaskan apa yang
berupa buku maupun yang berupa karya yang diterbitkan secara terlepas, bahkan yang
dengan tujuan memberi keterangan kepada para pembaca tentang tanggapan orang
kepada pengarang itu. Hal itu tegantung kepada ada atau tidak adanya orang yang
menanggapi.
Karena biografi termasuk salah satu kajian dari sastra, maka teori di atas juga
dapat digunakan dalam bahasan ini, dan mengganti objek bahasan yang diteliti yang
45
dan karya ilmiah seperti skripsi, tesis, dan disertasi yang cukup relevan tentang
penulis juga mencari penjelasan dari internet yang mana dari literatur tersebut
(a) Sejauh ini buku yang mengkaji zapin di Dunia Melayu, yang dianggap
oleh orang Melayu paling meluas adalah buku yang bertajuk Zapin Nusantara yang
diedit oleh Mohd Anis Md Nor, dan diterbitkan oleh Yayasan Warisan Johor. Dalam
wilayahnya masing-masing. Mereka itu ada yang dari Johor, Kepulauan Riau,
tahapan awal buku ini tampaknya perlu dibaca dan dipelajari. Umumnya para penulis
menulis zapin secara umum saja, tidak rinci, karena memang demikian diatur.
46
adalah tulisan dalam be ntuk disertasi yang ditulis oleh Mohd Anis Md Nor. Disertasi
tersebut bertajuk The Zapin Melayu Dance of Johor: From Village to A National
Performance Tradition, yang ditulis Anis pada tahun 1990, dalam rangka
Disertasi ini dibentuk oleh delapan bab kajian, yaitu dimulai dari bab satu berupa
pendahuluan, bab dua zapin di Johor, kemudian bab tiga Zapin di Alam Melayu, bab
empat Zapin di Era Pra Perang Dunia Kedua; bab lima Zapin di Dasawarsa 1950an;
bab enam Tradisi Zapin Lama dan Baru; bab tujuh Zapin Kontemporer, dan bab
delapan Kesimpulan. Walaupun disertasi ini mengkaji asal-usul zapin di alam Melayu
secara umum, dan penelitian dilakukan Anis di berbagai tempat, namun akhirnya
Johor saja. Bagaimana pun disertasi ini amatlah menarik untuk penulis baca dan
menjadi salah satu sumber dalam penelitian zapin ciptaan Zul Alinur.
(c) Pada bulan Desember 2009 di Bengkalis Riau, Dewan kesenian Bengkalis
mengadakan pargelaran acara yang beretajuk Semarak Zapin Serantau yang diadakan
dua tahun sekali. Sembang Zapin sebuah panel diskusi atau seminar yang membahas
perkembangan upaya pelestarian Zapin, makna dan filosopi, serta berbagai persoalan
yang mencakup Zapin. Tema ikon diskusi ini adalah: zapin sebagai ikon budaya
antara lain: seminar yang berjudul Dinamika Kehidupan Konteporer Zapin Sebagai
Puncak Peradaban Seni Islam Nusantara, yang disampaikan oleh Prof. Dr. Mahdi
47
tentang eksitensi zapin yang telah mencapai puncak peradaban seni Islam Nusantara.
Zapin sebagiai manifestasi estesis, tumbuh dan hidup khususnya dalam masyarakat
Islami, oleh karena itu Zapin dapat diposisikan sekarang sebagai salah satu bentuk
puncak peradaban seni Islam Nusantara yang memiliki struktur dasar, bentuk
komposisi tersendiri., sehingga ia dapat digolongkan pada suatu genre seni tertentu, di
antara genre seni yang ada. Sementara itu, secara normatif dipahami bahwa eksitensi
seni bagi kaum muslimin semata-mata tidak mempunyai keterkaitan dengan sistem
peribatan ajaran Islam. Oleh karena itu dapat di pahami bahwa ajaran Islam memberi
ruang kebebasan bagi pemeluknya berseni. Maka timbullah suatu ungkapan “tak
Melayu kalau tak Islam; adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah :syarak
yang telah berkembang di rantau ini sejak lama sejalan dengan berkembangnya pusat-
dunia pada masa itu. Kemudian zapin telah memecahkan dirinya pada maqam yang
sangat istimewa dalam khanazah Melayu Setelah melawati proses akulturasi. Zapin
kini lahir menjadi salah satu ikon budaya Melayu khususnya di Bengkalis. Menurut
Yusmar Yusuf, budayawan Riau, zapin mewakili seni yang penuh kehalusan,
48
(e) Pada bulan Juli 2010 dalam event yang bertajuk Temu Zapin Indonesia
di Pekan Baru Riau, dilaksanakan serangakaian acara baik seminar serta persembahan
tari zapin yang didiikuti berbagai kelompok seni dari kota besar di Indonesia. Dalam
event ini terdapat juga seminar zapin yang diadakan di Taman Budaya Pekan Baru,
yang berjudul “Cakap Rampai-Rampai Zapin: Melempar Masa Kini ke Masa Depan,
Zapin Baru untuk Tradisi Masa Depan.” Salah satu pembicaranya adalah: O.K. Nizami
perkirakan sejak raja-raja Siak sudah menganut agama Islam yang dibawa oleh ulama
serta pedagang Arab. Masuknya zapin di Siak melalui dua jalur. Jalur pertama lewat
pembinaan dan kalangan istana yang dibina oleh datuk-datuk dan penghulu sebagai
penguasa negri. Jalur kedua, tarian zapin yang tumbuh dan berkembang pada
teknik dan gaya menarikan zapin baik secara tradisional ataupun kontemporer. Tari
zapin yang kita jumpai pada saat ini tidak hidup dalam kungkungan tradisi, melainkan
sudah banyak digunakan untuk menjadi suatu bahan dasar atau bahan tambahan dalam
49
“Bid’ah Baru.” Melalui makala ini beliau menyatakan bahwa zapin hari ini mestinya
mampu mengikis rasa istana sentris itu dan menyesuaikan dengan kadar lingkungan
dunia sekitar, kita yang calar, dan kemabukan manusia-manusia yang mempadukan
secara sosiografis, dengan menjinjit masa lalu seolah miliknya sendiri dan harus
(h) Riza Pahlefi (Ketua Dewan Kesian Bengkalis) dengan makalah yang
dilakukan oleh Dewan Kesenian Bengkalis, untuk menunjang pelestarian zapin. Ketika
zapin belum menyatu pada diri kita, apa yang hendak diwariskan ke masa depan.
(i) H.Jose Rizal Firdaus dalam makalah “Tari Zapin Sumber Rujukan
Kreatifitas, Kini Era Tari Zapin.” Beliau membahas tentang zapin yang berada di
Pesisir Sumatera Timur, dan membagi zapin ke dalam dua versi yaitu zapin Arab dan
zapin Melayu. Zapin Arab yang masih sangat kental Timur Tengahnya dan yang telah
berakulturasi dengan gerak Nusantara, dari sisi tarian gerakannya cepat dan kasar dan
lebih dominan ke kaki. Sedangkan pada zapin Melayu lebih lembut dan lambat disertai
dengan gerakan tangan yang mengalir dan keseluruhan dan geraknya lebih kaya.
Beliau juga membahas perkembangan zapin dewasa ini yang terdapat 3 (tiga) bentuk
perkembangan tari zapin di Sumatera Utara, dan zapin sebagai sumber kreativitas.
50
Seminar Zapin. Pembicara pada saat itu adalah Tengku Luckman Sinar, Muhammad
Takari, Jose Rizal Firdaus, dan Muslim. Empat makalah ini khusus membicarakan
zapin yang ada di Sumatera Utara dan Riau. Tengku Luckman Sinar membahas aspek
kesejarahan seni zapin atau yang lazim disebut gambus di kawasan Kesultanan
Serdang langsung datang dari Hadramaut, yang dapat dikaji melalui datangnya para
saudagar Arab dan kemudian menetap di wilayah Kesultanan Serdang. Para penduduk
Arab dari Hadramaut Yaman ini, sampai sekarang menggunakan panggilan Al-Sagaf,
Aqil, Jamalulail, Shihab, Muthahar, dan Aidid. Zapin ini bagi Tengku Luckman Sinar
mengekspresikan kebudayaan Islam dan disesuaikan dengan cita rasa estetika musik
“Zapin Melayu dalam Peradaban Islam: Sejarah, Struktur Musik, dan Lirik.” Makalah
yang terdiri dari 21 halaman ini amat menarik untuk menjadi bahan kajian awal
Muhammad Takari mengupas tentang zapin dalam konteks Dunia Islam, zapin sebagai
ekspresi peradaban Islam, zapin di Alam Melayu, struktur musiknya yang khas, begitu
juga liriknya yang khas. Salah satu kekhasan zapin Melayu adalah dalam liriknya
menggunakan unsur pantun, seperti rima, baris, sampiran, dan isi. Lirik lagu-lagu
zapin Melayu ada juga yang tidak berbentuk pantun, sebagai puisi biasa saja. Namun
51
Sumatera Utara.” Karena latar belakang beliau adalah sebagai penari dan pencipta tari,
maka fokus kajian Jose Rizal Firdaus adalah pada tari zapin. Mengulangi aspek
sejarah Jose Rizal Firdaus mengatakan bahwa zapin berasal dari Hadramaut, dan ada
yang langsung dan ada pula yang melalui Gujarat. Gerak tari zapin Melayu yang
umum adalah angkat, tekuk, patah, dan seret. Penampilan zapin biasanya dimulai
dengan tahsim, kemudian gerak alif, gerak pecah, dan di ujung penari minta tahtum
atau minta tahto. Itulah norma pertunjukan zapin yang umum di Sumatera Utara.
Makalah ini bagi penulis memberikan gambaran dasar bagaimana tari zapin di
Sumatera Utara, yang juga memiliki kaitan dengan lagu zapin yang diciptakan Zul
(m) Muslim dari Riau sebagai sarjana dan magister seni tari juga menyoroti
“Zapin.” Menurutnya zapin adalah salah satu jenis tari tradisional yang terdapat dan
berkembang dalam masyarakat Melayu, seperti di Riau, Deli, Jambi, Malaysia, dan
Brunei. Di Riau tari ini hidup dan berkembang hampir di sebahagian besar daerah
Riau terutama di kawasan pesisirnya. Bagaimanapun tulisan Muslim ini dapat penulis
termasuk di Sumatera Utara, yang menjadi rujukan utama penulis dalam rangka
52
pencipta berusia relatif muda yaitu Zul Alinur. Bagi penulis lagu zapin yang
diciptakan Zul Alinur masih berdasar dan berpaksikan kepada aturan-aturan dan
norma atau pakem lagu zapin untuk mengiringi tarian zapin dalam konteks
kebudayaan Melayu.
yaitu meliputi dasar-dasar teoretis yang menjadi acuan bagi teknik penelitin lapangan.
pendekatan kualitatif, karena pendekatan ini berupa kata-kata dan makna di baliknya
mendalami apa sebenarnya makna yang terdapat dalam tanda pertunjukan musik dan
tari zapin yang hendak dikomunikasikan pencita (termasuk Zul Alinur) kepada para
53
yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, dan akibat atau efek yang terjadi
(Sukmadinata 2006:72).
berikut ini.
Dari kutipan di atas, secara garis besar dapat dinyatakan bahwa penelitian
jenis disiplin, baik dari ilmu humaniora, sosial, ataupun ilmu alam. Para
untuk mengetahui pengalaman manusia, yang oleh karena itu biasanya inheren dan
dibentuk oleh berbagai nilai etika posisi politik. Namun demikian, penelitian seni
dengan metode kualitatif juga selalu melibatkan data-data yang bersifat kuantitatif.
54
data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan
penelitian itu. Dalam desain antara lain harus dipikirkan: (a) populasi sasaran, (b)
metode sampling, (c) besar sampling, (d) prosedur pengumpulan data, (e) cara-cara
menganalisis data setelah terkumpul, (f) perlu tidaknya menggunakan statistik, (g) cara
Penelitian lapangan ini dilakukan dengan metode pengumpulan data dengan cara
untuk mengarahkan kepada pokok permasalahan yang ingin penulis ketahui. Namun
1.6.2 Wawancara
adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan
atau responden dan jawaban-jawaban responden akan dicatat atau direkam dengan alat
perekam (tape recorder). Wawancara adalah salah satu cara yang digunakan untuk
memperoleh data tentang kejadian yang diamati baik secara langsung sendiri atau
tidak.
55
Dalam rangka penelitian ini, penulis mewancarai langsung orang yang diteliti
yaitu Zul Alinur. Melihat langsung pertunjukan musik Zapin Zul Alinur, serta
ronggeng), Rubino (pemain akordion dan gambus), Afit (pemain biola), Ade (pemain
gitar bass), Jumaidi (pemain zimbe ), Eva Gusmala Yanti, yaitu saya sendiri (vokalis).
Zul Alinur sendiri biasanya memainkan gendang dol (Minangkabau), marwas, serta
bertempat di Taman Budaya Sumatera Utara. Penulis juga melihat atau mendengarkan
Selain wawancara, penulis juga mengumpulkan data baik Audio dan visual
ataupun Audio visual sekaligus. Penulis melihat langsung pertunjukan musik dan tari
zapin oleh grup musik Zul Alinur yaitu Metronom Music Collaboration, dengan
langsung merekamnya dengan format video serta mengambil gambar atau fotonya.
56
Rekaman dalam bentuk data visual dan adudio visual ini kemudian diedit,
dipilih, dan dimuat dalam bentuk data skripsi. Rekaman musik zapin secara
audiovisual kemudian dipindahkan ke dalam bentuk notasi yang sifatnya visual. Kerja
transkripsi dilakukan setelah kerja pengumpulan data lapangan. Kerja transkripsi juga
menggunakan bantuan notasi angka dan teks huruf Latin yang ditulis oleh Zul Alinir.
laboratorium. Dimana hasil rekaman lagu akan di transkripsi dan dianalisis. Untuk
dalam bentuk notasi. Penggunaan notasi ini dilakukan untuk menggambarkan lebih
jelas apa yang di analisa. Hasil transkripsi ini akan di bahas pada bab V dalam skripsi.
Dari semua data yang di peroleh di lapangan, untuk selanjutnya diolah dalam
kerja laboratorium. Di dalam proses pengolahan data ini, penulis dibimbing oleh dosen
pembimbing yaitu Bapak Fadlin dan Muhammad Takari, yang juga mengarahkan
bahas. Jika masih ada data yang dirasa kurang lengkap, maka penulis akan kembali ke
57
Penulis pertama sekali mengenal Zul Alinur pada bulan Maret Tahun 2009.
Ketika itu penulis diajak oleh Datuk Ahmad Fauzi selaku dosen Praktik Musik
berpartisipasi membuat persembahan musik dan tari dalam acara Pesta Gendang
menyanyikan salah satu lagu ciptaan Zul Alinur yang berjudul Zapin Puan. Setelah
sekian lama Acara itu selesai, penulis kemudian di ajak untuk bergabung di sanggar
musik Zul Alinur yang bernama Metronom Musik Collaboration yang bertempat di
Taman Budaya Sumut. Dari situlah penulis banyak mempelajari dan menyanyikan
sarjana. Walaupun umur Zul Alinur masih relatif muda dan pengalamannya dalam
berkesenian Zapin masih relatif baru, namun karya-karya beliau sangatlah cukup
Di samping itu, penulis juga aktif mengikuti seminar-seminar zapin, baik yang
Zapin Serantau di Bengkalis, Temu Zapin Indonesia di Pekan Baru, Bengkel dan
58
Di samping seminar, terdapat juga pertunjukan zapin baik musik dan tari yang
diisi oleh sanggar-sanggar musik dan tari yang bersal dari berbagai kota besar di
perbedaan zapin yang berasal dari setiap kawasan, baik itu musik, tari, serta lagu yang
ada di kota Medan dengan zapin yang berada di Alam Melayu Nusantara ini.
Demikian sekilas uraian tentang pengalaman penulis dalam rangka meneliti lagu-lagu
zapin ciptaan Zul Alinur, yang secara kultural terintegrasi dengan tradisi zapin Melayu
di Nusantara ini. Menurut penulis, pencipta lagu dan pemusik Melayu ini memiliki
berbagai “kelebihan” bakat yang diberi Tuhan, terutama dalam penciptaan lagu-lagu
zapin.
59