Anda di halaman 1dari 2

Proses Kedatangan Nenek Moyang Bangsa Indonesia

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk


terbanyak, penduduk Indonesia juga terdiri atas beragam suku bangsa dan bahasa
yang mendiami sekitar 17.000 pulau di kepulauan Nusantara. Menurut data sensus
BPS tahun 2010 tercatat ada 1.340 suku bangsa di Indonesia. Lalu, bagaimana proses
kedatangan nenek moyang bangsa Indonesia yang beragam itu dan mendiami hampir
seluruh kepulauan di Indonesia?

Menurut ilmuan Jerman Johann Friedrich Blumenbach (1752-1840), masyarakat


Indonesia digolongkan ke dalam bangsa Melayu yang merupakan nenek moyang
Bangsa Indonesia. Kedatangan bangsa Melayu ke kepulauan Nusantara terjadi secara
bergelombang.
Kedatanan bangsa Melayu pada gelombang pertama disebut sebagai Proto Melayu
atau Melayu Tua, datang dengan menggunakan perahu bercadik satu ke Nusantara
sekitar 2000 tahun Sebelum Masehi. Ras dari Melayu Tua ini disebut sebagai ras
Austromelanosoid. Kedatangan bangsa Melayu Tua melalui dua jalur kedatangan, yaitu
jalur Barat dan jalur Timur.

Jalur Barat melalui Yunan kemudian ke Semenanjung Malaya, selanjutnya ke


Sumatra, menyeberang ke Jawa, sebagian ke Kalimantan, sebagian lagi terus ke Bali
dan kepulauan Nusa Tenggara. Beberapa peninggalan kebudayaan yang dibawah
masyarakat Melayu Tua yang melewati jalur Barat ini adalah kapak lonjong. Sementara
suku bangsa yang termasuk ke dalam Melayu Tua yang melewati jalur Barat ini
diantaranya Suku Nias, Dayak, Sasak, Gayo, Rejang, Batak.

Sementara jalur Timur melalui Yunan kemudian ke pulau Taiwan, selanjutnya ke


kepulauan Pilipina, menyeberang ke Pulau Sulawesi, kepulauan Maluku, Pulau Irian,
dan sebagian terus ke Australia. Beberapa peninggalan kebudayaan yang dibawah
masyarakat Melayu Tua yang melewati jalur Timur ini adalah kapak persegi. Sementara
suku bangsa yang termasuk ke dalam Melayu Tua yang melewati jalur Timur ini
diantaranya Suku Toraja.

Sedangkan kedatanan bangsa Melayu pada gelombang kedua disebut sebagai


Deutro Melayu atau Melayu Muda, datang dengan menggunakan perahu bercadik dua
ke Nusantara sekitar 500 tahun Sebelum Masehi. Ras dari Melayu Muda ini disebut
sebagai ras Mongoloid.

Kedatangan bangsa melayu muda ini sama dengan jalur kedatangan bangsa
Melayu Tua yang melewati jalur Barat, yaitu melalui Yunan selanjutnya ke Indo-cina,
semanjung Malaya, dan selanjutnya menyebar ke wilayah Nusantara. Beberapa
peninggalan kebudayaan yang dibawah masyarakat Melayu Muda ini diantaranya
perhiasan, nekara, kapak corong, candrasa, dan moko. Sementara suku bangsa yang
termasuk ke dalam Melayu Muda ini diantaranya Suku Minagkabau, Bugis, Jawa, Aceh,
Sunda, Makassar, Mandar, Bali.
2

Selanjutnya masyarakat Melayu Tua yeng telah lebih dahulu datang ke


kepulauan Nusantara memilih menyingkir ke pedalaman ketika masyarakat Melayu
Muda datang, faktor yang menyebabkan itu terjadi karena bangsa Melayu Muda
membawa kebudayaan yang lebih maju dibanding yang dimiliki Melayu Tua, sehingga
bangsa Melayu Tua kalah dalam persaingan. Itulah sebabnya sehingga beberapa suku
dari bangsa Melayu Tua seperti Suku Dayak dan Toraja memilih tinggal di pedalaman
atau pegunungan.

Meskipun proses kedatangan bangsa Melayu tidak terjadi secara bersamaan, namun
hal yang membuktikan bahwa semuanya berasal dari tempat yang sama yaitu bisa
ditelusuri melalui bahasa yang digunakan. Ada ratusan bahasa daerah yang digunakan
di seluru penjuru Nusantara, namun hampir keseluruhan bahasa-bahasa itu memiliki
kesamaan kosakata pada beberapa perbendaharaan katanyanya, itu kerena bahasa-
bahasa daerah yang digunakan di Nusantara merupakan turunan dari rumpun Bahasa
Austronesia.

Rumpun Bahasa Austronesia atau yang kadang disebut bahasa kepulauan adalah
sebuah rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya di dunia. Adapun beberapa
kesamaan kosakata dari berbagai bahasa daerah di nusantara bisa disimak dari
beberapa contoh, diantaranya penyebutan nama angka satu sampai sepuluh dalam
beberapa bahasa daerah seperti dalam bahasa Bugis, seddi, dua, tellu, eppa, lima,
enneng, pitu, arua, asera, seppulo.
Dalam bahasa Makassar, sere, rua, tallu, appa, lima, annang, tuju, sagangtuju,
salapang, sampulo. Dalam bahasa Jawa, siji, loro, telu, papat, lima, enem, pitu, wolu,
songo, sepuloh. Dalam bahasa Sunda, hiji, dua, tilu, opat, lima, genep, tujuh, dalapan,
salapan, sapuluh. Dalam bahasa Minangkabau, ciek, duo, tigo, ampek, limo, anam,
tujuh, salapan, sambilan, sapuluah.

Agita Keysia Kirania


Kelas 7.6 SMPN 11

Anda mungkin juga menyukai