1.(B) Pedoman awal garis bujur dimulai dari kota Greenwich, London, Inggris yang
ditetapkan sebagai garis bujur 00. Sekali berputar, bumi memerlukan waktu 24 jam untuk
putaran 3600. Atau, dapat dikatakan dalam 1 jam bumi berputar 150. Oleh karena itu,
setiap 150 dan kelipatannya dari 00 dijadikan sebagai garis bujur.
(C) Karena ditinjau dari letak astronomis negara tersebut, sehingga memungkan adanya
pembagian zona waktu masing-masing, yang bertujuan untuk menyesuaikan waktu bumi
positif : menjadikan waktu yang serentak karena terkadang terjadi ketimpanagn dalam waktu
Dampak akibat mengabaikan batas penanggalan dapat dilihat pada novel fiksi Mengelilingi
Dunia Dalam 80 Hari karya Jules Verne, di mana mereka yang kembali ke London setelah
perjalanan mengelilingi dunia berpikir bahwa mereka telah kalah dalam taruhan – sinopsis
utama cerita itu. Setelah bepergian ke arah yang berlawanan dengan Magellan, mereka
percaya tanggal di sana lebih cepat satu hari dari yang sebenarnya.
Seseorang yang bepergian ke arah barat dan melewati garis itu harus menambah satu hari dari
tanggal dan waktu yang mereka percayai sebelumnya. Sebaliknya, mereka yang menuju ke
arah timur harus mengurangi satu hari. Para ABK Magellan dan tokoh-tokoh di novel karya
Verne mengabaikan revisi tersebut.
2. Perjanjian politik kaya Singapur* dan Malays** geografinya lebih timur Surabaya tapi mereka
lebih awal 1 jam dibanding WIB Indonesia.
Tergantung kemauan sebuah negara mau ikut zona waktu yang mana...
(C) Perbedaan waktu setiap belahan bumi juga bisa dihitung berdasarkan posisi kita di garis
bujur. Karena satu putaran bumi itu memakan waktu 24 jam, perbedaan waktu satu jam adalah
pada 360 derajat/24 = 15 derajat garis bujur. Artinya, setiap tempat yang memiliki perbedaan
posisi bujur sebesar 15 derajat akan memiliki perbedaan waktu satu jam. Inilah pembagian
zona yang dirintis oleh orang Kanada, Sir Stanford Fleming (1827-1915
Ya, kartena merupakan kepentingan internasional yang dapat dilihat oleh seluruh masyarakat
dunia
KEDUA
Dampak yang Ditimbulkan Dari Penyatuan Zona Waktu Indonesia Terhadap Pola Jam
Kerja di Indonesia
Terdapat dampak yang cukup signifikan dari penyatuan zona waktu Indonesia
terhadapa pola jam kerja di Indonesia. Dampak yang paling terasa terjadi di masyarakat
Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur. Para pekerja di Indonesia bagian
timur akan masuk kerja ketika matahari sudah cukup tinggi, sedangkan para pekerja di
Indonesia bagian barat akan masuk kerja ketika matahari masih belum terbit.
Sebaliknya, para pekerja di Indonesia bagian barat akan pulang kerja lebih awal
daripada pekerja di Indonesia bagian timur. Patokan yang digunakan untuk bekerja
adalah waktu matahari, bukan jam standar. ”Waktu Matahari adalah waktu intrinsik
yang dimiliki Matahari oleh posisinya akibat rotasi Bumi, yang nampak secara gamblang
dalam terbit dan terbenam” (Sudibyo, 2012). Hal ini dikarenakan secara biologis,
manusia akan lebih mudah beradaptasi dengan waktu matahari.
Dampak lainnya yaitu perubahan jam istirahat kerja. Di Indonesia bagian barat,
istirahat jam kerja akan mengalami perubahan yang paling signifikan daripada
Indonesia bagian timur. Perubahan jam istirahat kerja ini juga berdampak terhadap
jadwal sholat dhuhur bagi pekerja muslim di Indonesia barat, terutama di kota Banda
Aceh.
Terdapat dua dampak utama dari penyatuan zona waktu Indonesia terhadap pola
jam kerja di Indonesia. Dampak pertama yaitu adanya perbedaan jam masuk kerja di
Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur, dan dampak yang kedua yaitu
perubahan jam istirahat kerja dan jadwal sholat Dhuhur dan Ashar, terutama di
Indonesia bagian barat. Dengan demikian, penyatuan zona waktu Indonesia kurang
efektif dan tidak efisien terhadap peningkatan kerja di Indonesia. Apabila terjadi
penyamaan jam kerja di Indonesia, maka produktivitas dimungkinkan turun karena
ritme kerja yang tidak mendasarkan waktu matahari. Akibatnya, pekerja akan
mengalami gangguan fisik dan rohani yang cukup berpengaruh terhadap produktivitas
suatu barang dan jasa. Dalam hal ini penyamaan jam kerja bukan dititikberatkan pada
jam standar, melainkan pada jam matahari. Penyusunan jam kerja yang tertuang dalam
UU. No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan sudah sesuai dengan ritme waktu
matahari sehingga pola jam kerja seperti sekarang terasa efektif dan efisien. Apabila
pemerintah tetap menginginkan penyatuan zona waktu, maka untuk penyusunan jam
kerja tetap mengacu pada waktu matahari. Sebagai contoh, di China yang hanya
menerapkan satu zona waktu, yakni setara WITA tetap menggunakan waktu matahari
untuk penyusunan jam kerjanya.
Prof. Dr. Thomas Djamaluddin (2012) memberi pernyataan sebagai berikut.
Dengan 3 zona waktu, waktu produktif : 8 jam. Dengan penyatuan zona waktu, di Barat
dan Timur Indonesia waktu produktif ~6jam. Waktu tengah hari yang lazimnya untuk
makan siang dan shalat dzhuhur menjadi tidak produktif bila dipaksakan jadi jam kerja.
Waktu terlalu pagi (di Indonesia Barat) dan terlalu petang (di Indonesia Timur) juga
potensial tidak produktif)
Prof. Dr. Thomas Djamaluddin memberikan sebuah solusi untuk penyatuan zona
waktu Indonesia, yaitu dengan mengubah zona waktu Indonesia saat ini menjadi dua
zona waktu. Zona waktu ini menggunakan garis bujur rujukan 105 BT (GMT+7) dan
120 BT (GMT+8). Dibawah ini adalah gambar pembagian zona waktu Indonesia menjadi
dua zona waktu.
Dibawah ini adalah penjelasan mengenai perubahan zona waktu Indonesia
menjadi dua zona waktu.
Perbedaan waktu rujukan dengan waktu matahari di bujur 120 BT (Wilayah
Timur WBI) = (120-105)/ 15 x 60 menit = 60 menit (tengah hari pukul 12:00-60 menit=
11:00 WBI)
Perbedaan waktu rujukan dengan waktu matahari di bujur 95 BT (Wilayah
Barat WBI) = (105-95)/ 15 x 60 menit = 40 menit (tengah hari pukul 12:00 + 40 menit =
12.40 WBI)
Perbedaan waktu rujukan dengan waktu matahari di bujur 140 BT (Wilayah
Timur WTI) = (140-120)/ 15 x 60 menit = 80 menit (tengah hari pukul 12:00-80 = 10:40
WTI)
Perbedaan waktu rujukan dengan waktu matahari di bujur 114 BT (Wilayah
Barat WTI) = (120-114)/ 15 x 60 menit = 24 menit (tengah hari pukul 12:00 + 24 menit =
12.24 WTI)
Zona Waktu 2 Zona Waktu 1 Zona Waktu
Kelebihan Saat ini sudah Pulau Tidak ada
berjalan Kalimantan tidak keragaman
terbagi waktu
Keragaman
zona waktu
disederhanakan
Kekurangan Pulau Tidak ada Potensi
Kalimantan inefisiensi di
terbagi menjadi 2 wilayah Barat
zona waktu Indonesia yang
Zona waktu padat penduduk
terlalu beragam