Anda di halaman 1dari 6

JAWABAN GEOGRAFI

1.(B) Pedoman awal garis bujur dimulai dari kota Greenwich, London, Inggris yang
ditetapkan sebagai garis bujur 00. Sekali berputar, bumi memerlukan waktu 24 jam untuk
putaran 3600. Atau, dapat dikatakan dalam 1 jam bumi berputar 150. Oleh karena itu,
setiap 150 dan kelipatannya dari 00 dijadikan sebagai garis bujur.
(C) Karena ditinjau dari letak astronomis negara tersebut, sehingga memungkan adanya
pembagian zona waktu masing-masing, yang bertujuan untuk menyesuaikan waktu bumi

(D) Mungkin akan berdampak positif dan negatif

positif : menjadikan waktu yang serentak karena terkadang terjadi ketimpanagn dalam waktu

negatifnya: mungkin akan membutuhkan banyak waktu dalam pelaksanaanya

2.(a) Batas penanggalan internasional atau garis waktu internasional (bahasa


Inggris: International Date Line) adalah suatu garis khayal di permukaan bumi yang berfungsi
untuk mengimbangi (offset) penambahan waktu ketika seseorang bepergian menuju arah
timur melalui berbagai zona waktu. Sebagian besar garis ini berada pada bujur ±180°, di
bagian Bumi yang berhadapan dengan garis Bujur Utama (Prime Meridian). Garis ini berbentuk
lurus kecuali saat melewati wilayah Rusia dan pulau-pulau di Samudra Pasifik.

Batas penanggalan internasional

Fenomena pertama berkaitan dengan masalah penanggalan mencuat sewaktu pelayaran


keliling dunia oleh Ferdinand Magellan. Magellan bersama para anak buah kapal (ABK)
kembali ke persinggahan milik Spanyol pada suatu hari yang telah dipastikan menurut catatan
pelayaran. Ternyata hari tersebut berbeda dengan hari di daratan itu. Walaupun hal ini
sekarang dapat dimengerti, banyak orang yang terkejut pada saat itu, bahkan sebuah delegasi
khusus bertemu dengan Paus untuk menjelaskan keanehan itu kepada Bapa Suci.
Sebagian besar Batas Penanggalan Internasional mengikuti garis bujur 180°. Dua
penyimpangan terbesar dari garis bujur tersebut bertujuan untuk menjaga keutuhan zona
waktu internal beberapa negara. Di Pasifik Utara, batas penanggalan berayun ke timur
melalui Selat Bering dan kemudian ke barat melewati Kepulauan Aleutian untuk
menetapkan Alaska (bagian dari Amerika Serikat) dan Rusia di dua sisi yang saling
berhadapan sepenuhnya. Di Pasifik Tengah, batas penanggalan dipindahkan
pada 1995 supaya memanjang di sekeliling, daripada melalui, wilayah Kiribati. Sebelum
penggantian zona waktu ini, Kiribati dilalui oleh batas penanggalan; akibatnya, kantor
pemerintah di seberang garis hanya dapat berkomunikasi selama empat hari ketika kedua sisi
mengalami masa lima hari kerja secara serentak. Selain itu, akibat dari revisi zona waktu itu
ialah Pulau Caroline memiliki status baru sebagai wilayah paling timur yang didiami manusia
yang memasuki tahun 2000 terawal, suatu keunikan yang ditonjolkan oleh pemerintah Kiribati
untuk menarik turis. Garis didunia ada 10.500.000.000.000.pulau dan 100 garis khatulistiwa
Kenyataannya hingga tahun 2000-an, banyak pembuat peta yang tidak merevisi perpindahan
garis di wilayah Kiribati, melainkan tetap membuat garis lurus di sekitar Kiribati.
Batas Penanggalan Internasional dapat membingungkan para penumpang pesawat terbang.
Situasi yang paling menyusahkan biasanya terjadi pada penerbangan singkat dari barat ke
timur. Misalnya, untuk bepergian dari Tonga menuju Samoa Amerika melalui udara
membutuhkan waktu dua jam. Jika seseorang berangkat pukul 12:00 pada hari Selasa, dia
akan tiba pukul 14:00 pada hari Senin. Sementara itu, seseorang di Samoa yang menanyakan
penerbangan keberangkatan kemungkinan dijawab tidak ada penerbangan hingga keesokan
harinya. Ada pula masalah yang timbul apabila si pengunjung mengulangi hari Senin. Entri di
jurnal dan foto mungkin tidak berurutan, dan jadwal pemakaian obat seseorang bakal salah.
Selain itu, mereka yang akan melanjutkan penerbangan dengan pesawat lain mungkin akan
memilih tanggal yang salah untuk reservasi.

Dampak akibat mengabaikan batas penanggalan dapat dilihat pada novel fiksi Mengelilingi
Dunia Dalam 80 Hari karya Jules Verne, di mana mereka yang kembali ke London setelah
perjalanan mengelilingi dunia berpikir bahwa mereka telah kalah dalam taruhan – sinopsis
utama cerita itu. Setelah bepergian ke arah yang berlawanan dengan Magellan, mereka
percaya tanggal di sana lebih cepat satu hari dari yang sebenarnya.
Seseorang yang bepergian ke arah barat dan melewati garis itu harus menambah satu hari dari
tanggal dan waktu yang mereka percayai sebelumnya. Sebaliknya, mereka yang menuju ke
arah timur harus mengurangi satu hari. Para ABK Magellan dan tokoh-tokoh di novel karya
Verne mengabaikan revisi tersebut.

LETAKNYA (Di greenwich,Inggris)

(B) Banyak pengaruh...

1. Kebijakan negara yang bersangkutan mempengaruhi.

2. Perjanjian politik kaya Singapur* dan Malays** geografinya lebih timur Surabaya tapi mereka
lebih awal 1 jam dibanding WIB Indonesia.

3. Bias kepentingan tiap negara.

Tergantung kemauan sebuah negara mau ikut zona waktu yang mana...

(C) Perbedaan waktu setiap belahan bumi juga bisa dihitung berdasarkan posisi kita di garis
bujur. Karena satu putaran bumi itu memakan waktu 24 jam, perbedaan waktu satu jam adalah
pada 360 derajat/24 = 15 derajat garis bujur. Artinya, setiap tempat yang memiliki perbedaan
posisi bujur sebesar 15 derajat akan memiliki perbedaan waktu satu jam. Inilah pembagian
zona yang dirintis oleh orang Kanada, Sir Stanford Fleming (1827-1915

Ya, kartena merupakan kepentingan internasional yang dapat dilihat oleh seluruh masyarakat
dunia

KEDUA

Dampak Penyatuan Zona Waktu Indonesia Terhadap


Pola Jam Kerja di Indonesia
Penyatuan zona waktu merupakan sebuah peristiwa yang tidak asing bagi warga
masyarakat di dunia. Banyak negara di dunia yang memiliki wilayah cukup besar dan
memanjang dari timur ke barat memiliki permasalahan yang sama, yaitu perbedaan
waktu. Perbedaan waktu ini menyebabkan adanya ketidakseragaman waktu pada satu
negara. Namun, hal ini wajar karena tentu setiap tempat akan memiliki perbedaan
waktu karena bumi berotasi. Bumi dibagi menjadi 24 zona waktu dengan perbedaan
sebesar 4 menit tiap 1 derajat atau 1 jam tiap 15 derajat. Patokan yang digunakan dalam
perhitungan zona waktu adalah GMT, GMT+ berarti ke arah timur dan GMT- ke arah
barat.

Berdasarkan sejarah perubahan zona waktu Indonesia, menunjukkan bahwa


Indonesia tidak hanya pada tahun 2012 saja ada wacana penyatuan zona waktu.
Penyatuan zona waktu ini menurut media massa lebih menitikberatkan pada aktivitas
ekonomi Indonesia. Hal ini mungkin terdorong oleh penyatuan zona waktu di Samoa,
dimana Samoa masuk wilayah zona GMT+14. Alasannya adalah untuk menyamakan
ritme waktu kerja dengan Selandia Baru dan Australia. Namun, menurut beberapa
pakar, langkah penyatuan zona waktu Indonesia menjadi satu zona waktu adalah tidak
tepat.

Muh. Ma’rufin Sudibyo (2012) memberikan pernyataan sebagai berikut.


Rumusan astronomis tentang jumlah zona waktu bagi suatu negara pun cukup
sederhana. Jumlah zona waktu adalah jarak bujur, yakni selisih antara garis bujur
terbarat dan tertimur dalam negara tersebut, dibagi 15. Sehingga bagi negara seperti
Indonesia yang jarak bujurnya 46 derajat, maka jumlah zona waktunya menjadi 46/15
~ 3 dan inilah yang mendasari adanya tiga zona waktu Indonesia (WIB, WITA dan WIT).
Meski demikian kebijakan penentuan zona waktu diserahkan kepada kepentingan
masing-masing negara.
Banyak sekali perubahan-perubahan dalam kehidupan sehari-hari ketika zona
waktu Indonesia disatukan. Diantaranya yang paling signifikan adalah pola jam kerja di
Indonesia. Masyarakat saat ini sudah terbiasa dengan zona waktu Indonesia saat ini yang
mendekati sama dengan jam matahari. Manusia secara alami akan menyesuaikan
dengan jam matahari yang sesuai dengan kinerja tubuh atau sering disebut jam biologis.
Efek utama dari penyatuan zona waktu Indonesia adalah kesiapan masyarakat Indonesia
dalam menghadapi pola jam yang sama, padahal secara jam matahari belum sesuai. Oleh
karena itu, perlu adanya penimbangan secara bijaksana antar berbagai aspek.

Pola Pembagian Waktu Dunia


Dalam pola pembagian waktu dunia, para ahli membagi bumi menjadi 24 daerah
waktu dengan rentang 15o, sehingga tiap 15o berbeda 1 jam (Hartono, 1990/1991: 11).
Pada awalnya, tidak ada patokan bujur standar yang digunakan sebagai awal
perhitungan waktu. Pada tahun 1884 diadakan Konferensi Meridian Internasional untuk
membahas dan menentukan dimana posisi garis bujur utama. Peserta konferensi ini
diikuti oleh negara-negara kuat pada waktu itu, diantaranya yakni Britania Raya,
Amerika Serikat, dan Perancis. Setelah melalui perdebatan-perdebatan antar anggota
konferensi, akhirnya Britania Raya memperoleh kemenangan dalam perdebatan ini.
Dengan demikian, garis bujur utama bumi adalah garis bujur yang melalui kompleks
Royal Observatory of Greenwich di kota London, sehingga muncul istilah Greenwich
Mean Time (GMT). Untuk daerah yang berada disebelah timur Greenwich, maka nilai
jamnya ditambah (GMT+) dan untuk daerah yang berada disebelah barat Greenwich,
maka nilai jamnya dikurangi (GMT-). Namun Perancis masih belum bisa menerima
keputusan konferensi ini. Akhirnya, Perancis menerima keputusan ini pada akhir perang
dunia I. Dibawah ini adalah gambar pola pembagian waktu dunia.
Penentuan garis bujur utama ini selain ditujukan untuk membagi zona waktu
dunia, juga digunakan untuk menentukan garis batas penanggalan internasional. Garis
batas penanggalan internasional ini berada pada garis bujur 180 BB/BT atau pada
GMT+12/GMT-12. Pada wilayah sebelah timur garis ini, maka wilayah tersebut
terlambat satu hari dengan wilayah di sebelah barat garis ini. Garis batas penanggalan
internasional ini melewati negara-negara pasifik seperti Samoa, Kiribati, dan Tonga.
Permasalahan pun terjadi pada negara-negara tersebut. Sebagai contoh, Kiribati yang
memiliki zona waktu GMT+12, GMT-12, dan GMT-11 mengalami permasalahan di
berbagai bidang karena perbedaan hari antar wilayah bagian barat dengan wilayah
bagian tengah dan timur. Akhirnya, untuk memperoleh efisiensi dalam kinerja di
berbagai bidang, Kiribati mengubah zona waktunya menjadi GMT+12, GMT+13, dan
GMT+14. Akibat dari perubahan zona waktu tersebut adalah ”Sejak 1995 TU,
ditetapkan Garis Batas Penanggalan Internasional yang melintasi negara ini berbelok ke
timur hingga sejajar garis 150o 25’ BB, atau berbelok 1.000 km lebih” (Sudibyo, 2012:
104).
Dari pemaparan di atas, menunjukkan bahwa pola pembagian waktu di dunia
tidak sesuai dengan perhitungan dari berbagai ahli. Banyak sekali negara-negara dengan
wilayah yang relatif luas menggunakan pola pembagian waktu yang tidak sesuai
ketentuan. Hal ini menunjukkan bahwa pola pembagian waktu ada dalam wewenang
pemerintah, atau dalam hal ini unsur politik sangat mempengaruhi. Salah satu bentuk
unsur politik yang paling terlihat adalah pada batas garis penanggalan internasional.
Seharusnya, garis batas penanggalan internasional berupa garis lurus, namun seperti
terlihat pada gambar diatas, garis tersebut tidak lurus.

Pola Jam Kerja di Indonesia


Pola jam kerja di Indonesia diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Menurut UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 77
ayat 2, waktu kerja di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
Untuk waktu istirahat, menurut UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal
79 ayat 2a adalah sebagai berikut:
a. istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama
4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;
Di Indonesia, jam kerja umumnya dimulai pukul 08.00 dan berakhir pada pukul
15.00 atau 16.00. Jam istirahat berada pada kisaran pukul 12.00. Apabila ditinjau, pola
jam kerja di Indonesia saat ini sudah berjalan sesuai dengan jam matahari. Pukul 08.00
merupakan waktu dimana matahari berada pada posisi yang tidak terlalu tinggi dan
tidak terlalu rendah, sehingga para pekerja mendapatkan semangat kerja yang optimal.
Selanjutnya, jam istirahat pukul 12.00 merupakan waktu yang tepat, dimana para
pekerja sudah waktunya untuk makan siang dan bagi penduduk Indonesia yang
beragama Islam dapat menunaikan sholat Dhuhur di jam istirahatnya. Kemudian, jam
kerja berakhir pukul 15.00 atau 16.00 juga merupakan waktu yang tepat, dimana kondisi
para pekerja sudah cukup lelah untuk melanjutkan aktivitas kerja sehingga sudah
saatnya untuk pulang ke tempat tinggal masing-masing dan bagi pekerja muslim dapat
menunaikan sholat Ashar. Pola jam kerja ini memiliki ritme yang relatif sama dengan
ritme jam matahari.

Dampak yang Ditimbulkan Dari Penyatuan Zona Waktu Indonesia Terhadap Pola Jam
Kerja di Indonesia
Terdapat dampak yang cukup signifikan dari penyatuan zona waktu Indonesia
terhadapa pola jam kerja di Indonesia. Dampak yang paling terasa terjadi di masyarakat
Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur. Para pekerja di Indonesia bagian
timur akan masuk kerja ketika matahari sudah cukup tinggi, sedangkan para pekerja di
Indonesia bagian barat akan masuk kerja ketika matahari masih belum terbit.
Sebaliknya, para pekerja di Indonesia bagian barat akan pulang kerja lebih awal
daripada pekerja di Indonesia bagian timur. Patokan yang digunakan untuk bekerja
adalah waktu matahari, bukan jam standar. ”Waktu Matahari adalah waktu intrinsik
yang dimiliki Matahari oleh posisinya akibat rotasi Bumi, yang nampak secara gamblang
dalam terbit dan terbenam” (Sudibyo, 2012). Hal ini dikarenakan secara biologis,
manusia akan lebih mudah beradaptasi dengan waktu matahari.
Dampak lainnya yaitu perubahan jam istirahat kerja. Di Indonesia bagian barat,
istirahat jam kerja akan mengalami perubahan yang paling signifikan daripada
Indonesia bagian timur. Perubahan jam istirahat kerja ini juga berdampak terhadap
jadwal sholat dhuhur bagi pekerja muslim di Indonesia barat, terutama di kota Banda
Aceh.

Muh. Ma’rufin Sudibyo (2012) memberi pernyataan sebagai berikut.


Bagi Banda Aceh, pada posisi zona WIB maka awal waktu Dhuhur sepanjang tahun
bervariasi di antara pukul 12:30 hingga 13:00 waktu sipil setempat. Maka sebagian
institusi di sana (khususnya yang menerapkan jam masuk pukul 08:00) menetapkan
waktu istirahat siang pada pukul 13:00 hingga 14:00. Namun sebagian lainnya
(khususnya yang menerapkan jam istirahat pukul 12:00 hingga 13:00) pun masih
menjumpai awal waktu Dhuhur. Jika Banda Aceh berubah ke posisi WKI, maka awal
waktu Dhuhur bergeser menjadi antara pukul 13:30 hingga 14:00. Maka memaksakan
jam istirahat siang antara pukul 12:00 hingga 13:00 dalam sistem WKI bagi Banda Aceh
jelas tidak efektif, karena jam istirahat terjadi sebelum awal waktu Dhuhur.

Terdapat dua dampak utama dari penyatuan zona waktu Indonesia terhadap pola
jam kerja di Indonesia. Dampak pertama yaitu adanya perbedaan jam masuk kerja di
Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur, dan dampak yang kedua yaitu
perubahan jam istirahat kerja dan jadwal sholat Dhuhur dan Ashar, terutama di
Indonesia bagian barat. Dengan demikian, penyatuan zona waktu Indonesia kurang
efektif dan tidak efisien terhadap peningkatan kerja di Indonesia. Apabila terjadi
penyamaan jam kerja di Indonesia, maka produktivitas dimungkinkan turun karena
ritme kerja yang tidak mendasarkan waktu matahari. Akibatnya, pekerja akan
mengalami gangguan fisik dan rohani yang cukup berpengaruh terhadap produktivitas
suatu barang dan jasa. Dalam hal ini penyamaan jam kerja bukan dititikberatkan pada
jam standar, melainkan pada jam matahari. Penyusunan jam kerja yang tertuang dalam
UU. No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan sudah sesuai dengan ritme waktu
matahari sehingga pola jam kerja seperti sekarang terasa efektif dan efisien. Apabila
pemerintah tetap menginginkan penyatuan zona waktu, maka untuk penyusunan jam
kerja tetap mengacu pada waktu matahari. Sebagai contoh, di China yang hanya
menerapkan satu zona waktu, yakni setara WITA tetap menggunakan waktu matahari
untuk penyusunan jam kerjanya.
Prof. Dr. Thomas Djamaluddin (2012) memberi pernyataan sebagai berikut.
Dengan 3 zona waktu, waktu produktif : 8 jam. Dengan penyatuan zona waktu, di Barat
dan Timur Indonesia waktu produktif ~6jam. Waktu tengah hari yang lazimnya untuk
makan siang dan shalat dzhuhur menjadi tidak produktif bila dipaksakan jadi jam kerja.
Waktu terlalu pagi (di Indonesia Barat) dan terlalu petang (di Indonesia Timur) juga
potensial tidak produktif)

Prof. Dr. Thomas Djamaluddin memberikan sebuah solusi untuk penyatuan zona
waktu Indonesia, yaitu dengan mengubah zona waktu Indonesia saat ini menjadi dua
zona waktu. Zona waktu ini menggunakan garis bujur rujukan 105 BT (GMT+7) dan
120 BT (GMT+8). Dibawah ini adalah gambar pembagian zona waktu Indonesia menjadi
dua zona waktu.
Dibawah ini adalah penjelasan mengenai perubahan zona waktu Indonesia
menjadi dua zona waktu.
 Perbedaan waktu rujukan dengan waktu matahari di bujur 120 BT (Wilayah
Timur WBI) = (120-105)/ 15 x 60 menit = 60 menit (tengah hari pukul 12:00-60 menit=
11:00 WBI)
 Perbedaan waktu rujukan dengan waktu matahari di bujur 95 BT (Wilayah
Barat WBI) = (105-95)/ 15 x 60 menit = 40 menit (tengah hari pukul 12:00 + 40 menit =
12.40 WBI)
 Perbedaan waktu rujukan dengan waktu matahari di bujur 140 BT (Wilayah
Timur WTI) = (140-120)/ 15 x 60 menit = 80 menit (tengah hari pukul 12:00-80 = 10:40
WTI)
 Perbedaan waktu rujukan dengan waktu matahari di bujur 114 BT (Wilayah
Barat WTI) = (120-114)/ 15 x 60 menit = 24 menit (tengah hari pukul 12:00 + 24 menit =
12.24 WTI)
Zona Waktu 2 Zona Waktu 1 Zona Waktu
Kelebihan Saat ini sudah Pulau Tidak ada
berjalan Kalimantan tidak keragaman
terbagi waktu
Keragaman
zona waktu
disederhanakan
Kekurangan Pulau Tidak ada Potensi
Kalimantan inefisiensi di
terbagi menjadi 2 wilayah Barat
zona waktu Indonesia yang
Zona waktu padat penduduk
terlalu beragam

Anda mungkin juga menyukai