Anda di halaman 1dari 12

PERCOBAAN 4

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIKA

PENENTUAN BERAT MOLEKUL POLIMER


Yang diampu oleh Bapak Darsono Sigit & Ibu Endang Ciptawati

Oleh:
Kelompok 1/OFF-G
Afita Dwiyantika (170332614550)**
Ahmad Fauzan W (170332614527)
Diana Ayu Octaviya (170332614507)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
OKTOBER 2019
A. TUJUAN
Dapat menentukan berat molekul polimer secara viskosimetri
B. DASAR TEORI
Polimer merupakan suatu molekul yang tersusun dari puluhan, ratusan, ribuan
monomer yang saling terikat. Polimer sangat banyak dikembangkan dan dimanfaatkan
karena memiliki sifat-sifat fisik dan kimia yang menguntungkan, seperti tahan korosi,
kuat, ringan, relatif tahan terhadap suasana asam, dan pada sebagian polimer tahan
terhadap temperatur tinggi. Berdasarkan sumbernya, polimer terbagi menjadi dua jenis,
yaitu polimer alam, meliputi sellulosa, karbohidrat, protein, dan lain lain serta polimer
sintesis, meliputi polistirena, polietilen, poliuretan, dan lain-lain. Salah satu macam
polimer ialah polistirena yang merupakan polimer sintetik. Beberapa faktor penentu
sifat-sifat polimer ialah berat molekul, susunan rantai dalam polimer, dan derajat
kekristalannya.
Berat molekul polimer merupakan salah satu sifat khas yang penting untuk ditentukan,
karena berhubungan langsung dengan sifat kimia polimer. Umumnya polimer dengan
berat molekul tinggi mempunyai sifat yang lebih kuat. Banyak sekali bahan polimer
yang tergantung pada massa molekulnya (Cowd, 1991), misalnya kelarutan,
ketercetakan kekentalan dan larutan serta lelehan.
Teknik yang lebih umum digunakan untuk penetapan berat molekul polimer salah
satunya adalah pengukuran viskositas. Viskositas merupakan ukuran kekentalan suatu
cairan (fluida) yang terjadi karena adanya gaya gesek antara molekul-molekul yang
menyusun suatu fluida. Viskosimeter yang dapat digunakan untuk menentukan berat
molekul polimer diantaranya yaitu viskosimeter ostwald, ubbelohde dan brookfield.
Dengan menggunakan metode viskositas kelebihannya yaitu lebih cepat dan lebih
mudah, alatnya murah dan perhitungan hasilnya leih sederhana. Beberapa metode yang
digunakan untuk menentukan berat molekul suatu polimer, dalam hal ini adalah berat
molekul rata-rata jumlah dan berat molekul rata-rata berat. Sebelum mencari nilai rata-
ratanya, terlebih dahulu mencari berat total dari suatu polimer yang dirumuskan sebagai
berikut :
∞ ∞

𝑊 = ∑ 𝑊𝑖 = ∑ 𝑁𝑖𝑀𝑖
𝑖=1 𝑖=1

W : Jumlah berat dari setiap bagian molekul polimer


N : Jumlah mol
M : Berat molekul
Dari rumus diatas dapat dicari berat molekul rata-rata suatu polimer.
Berat molekul rata – rata jumlah (M n ), diperoleh dari perhitungan bilangan atau jumlah
molekul dari setiap erat dalam sampel bersangkutan. Berat total suatu sampel polimer
adalah jumlah berat dari setiap spesies molekul yang ada. Dalam pengukuran berat
molekul rata – rata jumlah semua molekul yang terdispersi dianggap memiliki berat
yang sama pada suatu rantai polimer, namun antara rantai polimer yang satu dengan
rantai polimer yang lain memiliki jumlah molekul yang berbeda sesuai dengan derajat
polimerisasi dari suatu proses polimer.Secara matematis dapat ditulis:
𝑊 ∑∞
𝑖=1 𝑀𝑖𝑁𝑖
̅̅̅̅
𝑀𝑛 = =
∑∞
𝑖=1 𝑁𝑖 ∑∞𝑖=1 𝑁𝑖

Dimana:
Mi : Jumlah mol setiap spesies i.
Ni : Jumlah molekul etiap spesies i.
Jadi berat molekul rata-rata jumlah (Mn ) adalah berat sampel per mol.
Berat molekul rata – rata berat (Mw ) dihitung berdasarkan pada massa dan
polarisibilitas spesies polimer yang ada. Polimer dengan masa yang lebih besar maka
kontribusinya ke pengukuran menjadi lebih besar. Berbeda dengan berat molekul rata
– rata jumlah (yang merupakan jumlah raksi mol masing – masing spesies dikalikan
dengan molekulnya). Metode ini menjumlahkan fraksi berat masing – masing spesies
dikalikan jumlah molekulnya. Nilai ini dikenal dengan berat molekul rata-rata berat
(Mw ).
Secara matematis diekspresikan sebagai berikut:
∑𝑖=1 𝑁𝑖𝑀𝑖 2
̅̅̅̅̅
𝑀𝑤 =
∑𝑖=1 𝑁𝑖𝑀𝑖

Perbandingan antara viskositas larutan polimer terhadap viskositas pelarut murni dapat
digunakan untuk menentukan berat molekul (massa molekul nisbi) suatu polimer.
Seperti persamaan di bawah ini :

𝜂𝑠𝑝
[𝜂]= lim = KMa ................................................ (1)
𝑐→0 𝑐

Keterangan :
[𝜂] = viskositas intrinsik
𝜂𝑠𝑝 = viskositas spesifik
𝜂 𝑡
= 𝜂 − 1 atau 𝑡 − 1
0 0

𝜂 = viskositas larutan primer


𝜂0 = viskositas pelarut murni
𝑡 = waktu alir larutan polimer antara 2 tanda pada viskosimeter
𝑡0 = waktu alir pelarut murni antara 2 tanda pada viskosimeter
𝑎 dan K = tetapan yang harganya tergantung jenis polimer dan pelarutnya
M = berat molekul polimer
Dengan cara mengalurkan grafik antara 𝜂𝑠𝑝 /C versus C diperoleh intercept [𝜂].
Kemudian dengan memasukkan nilai viskositas intrinsik ke persamaan 1, maka berat
molekul polimer dapat ditentukan.

𝜂𝑠𝑝
𝐶

[𝜂]

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
• Labu ukur (500mL dan 250mL)
• Kaca arloji
• Viskosimetri Brookfield
• Gelas kimia 250mL sebanyak 4 buah
Bahan :
• Polivinil alkohol (PVA)
• Aquadest
• Alkohol (95%) atau aseton
Rangakaian Alat

D. PROSEDUR PECOBAAN
Penentuan BM menggunakan Viskosimeter Brookfield
Menyiapkan larutan PVA

PVA

− Ditimbang 5g PVA dan dimasukkan gelas beaker 250mL


− Dilarutkan dengan ±200mL aquades panas hingga semua PVA larut
− Dipindah pada labu takar 500mL
− Ditambah aquades dingin hingga tanda batas
− Dipindahkan separuhnya pada labu takar 250mL

Hasil

Larutan PVA

− Dimasukkan sisanya pada gelas beaker 250mL sebagai C


− Dipindahkan larutan PVA yang di labu takar 250mL ke dalam labu takar 500mL
− Diencerkan dengan aquades hingga tanda batas
− Dipindahkan separuhnya pada labu takar 250mL
− Dimasukkan sisanya pada gelas beaker 250mL sebagai 0,5C

Hasil

Larutan PVA

− Dipindahkan larutan PVA yang di labu takar 250mL ke dalam labu takar 500mL
− Diencerkan dengan aquades hingga tanda batas
− Dipindahkan separuhnya pada labu takar 250mL
− Dimasukkan sisanya pada gelas beaker 250mL sebagai 0,25C

Hasil

Larutan PVA

− Dipindahkan larutan PVA yang di labu takar 250mL ke dalam labu takar 500mL
− Diencerkan dengan aquades hingga tanda batas
− Dipindahkan separuhnya pada labu takar 250mL
− Dimasukkan sisanya pada gelas beaker 250mL sebagai 0,125C

Hasil

Mengukur Viskositas Larutan PVA

Larutan PVA

− dimasukkan ±250mL aquades dalam sample container


− Diukur visksositasnya berkali-kali hingga diperoleh nilai konstan (3 – 4 kali)
− Dibilas sampel container yang baru dengan larutan yang akan diukur
viskositasnya
− Diukur viskositas larutan PVA berturut-turut dari konsentrasi 0,125C ; 0,25C ;
0,5C dan C
− Disetiap pengukuran dimasukkan ±250mL larutan dalam sample container

Hasil

E. HASIL PENGAMATAN
Massa PVA = 5gram
Volume pelarut (aquades) = 500mL

Konsentrasi Viskositas Viskositas rata-


Larutan rata
𝜂1 𝜂2 𝜂3
0C 4 5 3 4
0,125 C 5 4,5 4 4,5
0,25 C 5 5 4 4,67
0,5 C 5 5 5 5
C 5,5 5 5 5,17

F. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Pada percobaan ini akan ditentukan berat molekul dari suatu polimer yaitu PVA
(polivinil alkohol). Penentuan berat molekul polimer ini dilakukan dengan metode
viskosimetri yang didasarkan pada kekentalan. Berdasarkan hasil yang didapat,
diketahui bahwa waktu alir larutan yang dibutuhkan berbeda-beda sesuai konsentrasi
larutan PVAnya. Semakin besar konsentrasi larutan, maka waktu alir yang diperlukan
juga semakin lama. Dalam hal ini, diperlukan pula waktu alir saat konsentrasi larutan
PVA 0% untuk digunakan dalam penentuan viskositas larutan PVA pada semua
konsentrasi, sehingga viskositas larutan bergantung pada waktu alir yang diperlukan.
Di dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair. Berat
molekul PVA diukur berdasarkan viskositas instrinsik [𝜂] yang diperoleh dari
ekstrapolasi data pada persamaan garis antara konsentrasi dan viskositas reduksi [𝜂𝑠𝑝 ],
seperti pada grafik di atas.
Dengan memasukkan fungsi [𝜂] dalam persamaan Mark - Houwink [𝜂] = KMa, dimana
harga K dan a untuk sistem polimer-pelarut tertentu yang sudah diketahui, maka
harga berat molekul (Mn) PVA dapat dihitung. Pada dasarnya, penentuan berat
molekul polimer digunakan untuk mengetahui jumlah rantai karbon pada suatu polimer
(PVA), karena semakin banyak rantai karbon suatu polimer, maka material tersebut
akan semakin kuat dan tidak mudah dipatahkan sehingga bermanfaat untuk menunjang
kebutuhan manusia.
Berikut adalah analisis datanya :

Konsentrasi Konsentrasi Viskositas Viskositas


Larutan Larutan (g/mL) rata-rata
𝜂1 𝜂2 𝜂3
0C 0 4 5 3 4
0,125 x 0,01 =
0,125 C 5 4,5 4 4,5
0,00125
0,25 x 0,01 =
0,25 C 5 5 4 4,67
0,0025
0,5 x 0,01 =
0,5 C 5 5 5 5
0,005
5𝑔
C = 0,01 5,5 5 5 5,17
500𝑚𝐿

𝜂0 = viskositas pelarut murni pada 30℃ ( 100,9 × 10−4 g m-1s-1)

1. Menghitung Nilai Viskositas tiap Larutan PVA


• PVA 0,00125
𝜂𝑝𝑜𝑙𝑖𝑚𝑒𝑟 4,5
𝑥 𝜂0 = 𝑥 100,9 x 10-4 g m-1s-1 = 113,5 x 10-4 g m-1s-1
𝜂𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 4

• PVA 0,0025
𝜂𝑝𝑜𝑙𝑖𝑚𝑒𝑟 4,67
𝑥 𝜂0 = 𝑥 100,9 x 10-4 g m-1s-1 = 117,8 x 10-4 g m-1s-1
𝜂𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 4

• PVA 0,005
𝜂𝑝𝑜𝑙𝑖𝑚𝑒𝑟 5
𝑥 𝜂0 = 4 𝑥 100,9 x 10-4 g m-1s-1 = 126,1 x 10-4 g m-1s-1
𝜂𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠

• PVA 0,001
𝜂𝑝𝑜𝑙𝑖𝑚𝑒𝑟 5,17
𝑥 𝜂0 = 𝑥 100,9 x 10-4 g m-1s-1 = 130,4 x 10-4 g m-1s-1
𝜂𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 4

2. Menentukan Viskositas Spesifik tiap Larutan PVA


𝜼− 𝜼𝟎
𝜼𝒔𝒑 =
𝜼𝟎
• PVA 0,00125
113,5 𝑥 10−4 − 100,9 𝑥 10−4
𝜂𝑠𝑝 = = 0,125 g m-1s-1
100,9 𝑥 10−4

• PVA 0,0025
117,8 𝑥 10−4 − 100,9 𝑥 10−4
𝜂𝑠𝑝 = = 0,168 g m-1s-1
100,9 𝑥 10−4

• PVA 0,005
126,1 𝑥 10−4 − 100,9 𝑥 10−4
𝜂𝑠𝑝 = = 0,250 g m-1s-1
100,9 𝑥 10−4

• PVA 0,001
130,4 𝑥 10−4 − 100,9 𝑥 10−4
𝜂𝑠𝑝 = = 0,292 g m-1s-1
100,9 𝑥 10−4

3. Menentukan Viskositas Reduksi tiap Larutan PVA


𝜼𝒔𝒑
𝜼𝒓𝒆𝒅 =
𝑪

• PVA 0,00125
𝜂𝑠𝑝 0,125
𝜂𝑟𝑒𝑑 = = 0,00125 = 100
𝐶

• PVA 0,0025
𝜂𝑠𝑝 0,168
𝜂𝑟𝑒𝑑 = = 0,0025 = 67,2
𝐶

• PVA 0,005
𝜂𝑠𝑝 0,250
𝜂𝑟𝑒𝑑 = = 0,005 = 50
𝐶

• PVA 0,01
𝜂𝑠𝑝 0,292
𝜂𝑟𝑒𝑑 = = = 29,2
𝐶 0,01

4. Menentukan Viskositas Intrinsik Larutan PVA


Konsentrasi Konsentrasi 𝜂𝑠𝑝
𝜂𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝜂 𝜂𝑠𝑝 𝜂𝑟𝑒𝑑 ( )
𝐶
Larutan larutan (g/mL})

0C 0 4 100,9 x 10-4 - -

0,125 C 0,00125 4,5 113,5 x 10-4 0,125 100


0,25 C 0,0025 4,67 117,8 x 10-4 0,168 67,2
0,5 C 0,005 5 126,1 x 10-4 0,250 50
C 0,01 5,17 130,4 x 10-4 0,292 29,2

Dari data tersebut dapat dibuat grafik antara viskositas reduksi (𝜂𝑟𝑒𝑑 ) dengan
konsentrasi (C) larutan PVA

Viskositas Reduksi (𝜂𝑟𝑒𝑑) dengan Konsentrasi


(C)
120

100

80
y = -7123,5x + 94,991
𝜂𝑟𝑒𝑑

60 R² = 0,8473
40

20

0
0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012
C

Dari persamaan y = -7123,5x + 94,991 dapat digunakan untuk menghirung nilai BM


dari PVA
y = mx + n
y = -7123,5x + 94,991
n = = η = 94,991
dengan η = 94,991, K = 15.6 X 10-2 dan a = 0.76

maka [η] =KMa


[η]
Ma =
K
[94,991]
M0,76 = 15,6 x 10−2

M0,76 = 608,92
0,76
M= √608,92
M = 4612,06 g/mol
Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan berat molekul dari PVA yaitu sebesar
4612,06 g/mol
G. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui berat molekul polimer dari
senyawa polivinil alkohol sebesar 4612,06 g/mol.
H. PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Bagaimanakah struktur kimia polivinil alkohol ?

Polivinil akohol merupakan polimer yang terbentuk


dari monomer vinil akohol dengan struktur sebagai
berikut

Struktur umum dari


PVA

2. Berdasarkan berat molekulnya, hitung berapa satuan (monomer) yang terdapat


dalam molekul itu?
Berat molekul PVA yang diperoleh pada percobaan ini sebesar 4612,06 g/mol
𝑀 𝑝𝑜𝑙𝑖𝑣𝑖𝑛𝑖𝑙 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
jumlah satuan monomer = 𝑀 𝑣𝑖𝑛𝑖𝑙 𝑎𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙
4612,06 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= 44 𝑔/𝑚𝑜𝑙

= 104,8 satuan

I. DAFTAR PUSTAKA
Cowd, M.A. 1991. Kimia Polimer. Bandung : ITB Bandung
https://www.slideshare.net/kikiworo/laporan-kimia-fisik-penentuan-berat-molekul-
polimer (online) diakses 27 September 2019
https://www.academia.edu/9290785/PENENTUAN_BERAT_MOLEKUL_Mn_POLI
MER_DENGAN_METODE_VISKOSITAS (online) diakses 02 Oktober 2019
J. LAMPIRAN

Massa PVA Pelarutan PVA dalam


aquades panas

Viskosimetri Proses pengenceran larutan


Brookfield berbagai konsentrasi

Larutan PVA pada


berbagai konsentrasi

Anda mungkin juga menyukai