Anda di halaman 1dari 3

Hikayat Abu Nawas dan Rumah yang Sempit

Pada suatu hari, ada seorang laki-laki datang ke rumah Abu Nawas. Lelaki itu hendak
mengeluh kepadanya mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Dia sedih karena
rumahnya terasa sempit ditinggali banyak orang.

“Abu Nawas, aku memiliki seorang istri dan delapan anak, tapi rumahku begitu sempit.
Setiap hari, mereka mengeluh dan merasa tak nyaman tinggal di rumah. Kami ingin
pindah dari rumah tersebut, tapi tidak mempunyai uang. Tolonglah katakan padaku apa
yang harus kulakukan,” kata lelaki itu.

Mendengar penuturan laki-laki yang sedang sedih tersebut, Abu Nawas kemudian
berpikir sejak. Tak berapa lama, sebuah ide terlintas di kepalanya.

“Kamu mempunyai domba di rumah?” Tanya Abu Nawas padanya. “Aku tak menaiki
domba, jadi aku tak memilikinya,” jawabnya. Setelah mendengar jawabannya, dia
meminta lelaki tersebut untuk membeli sebuah domba dan menyuruhnya untuk menaruh
di rumah.

Pria itu kemudian menuruti usul Abu Nawas dan kemudian pergi membeli seekor domba.
Keesokan harinya, dia datang lagi ke rumah Abu Nawas. “Bagaimana ini? Setelah aku
mengikuti usulmu, nyatanya rumahku menjadi tambah sempit dan berantakan,” keluhnya.

“Kalau begitu, cobalah beli dua ekor domba lagi dan peliharalah di dalam rumahmu,”
jawab Abu Nawas. Kemudian, pria itu bergegas pergi ke pasar dan membeli dua ekor
domba lagi. Namun, bukannya seperti yang diharapkan, rumahnya justru semakin terasa
sempit.

Dengan perasaan jengkel, dia pergi ke rumah Abu Nawas untuk mengadu yang ketiga
kalinya. Dia menceritakan semua apa yang terjadi, termasuk mengenai istrinya yang
menjadi sering marah-marah karena domba tersebut. Akhirnya, Abu Nawas
menyarankannya untuk menjual semua domba yang dimiliki.

Keesokan harinya, kedua orang tersebut bertemu kembali. Abu Nawas kemudian
bertanya, “Bagaimana keadaan rumahmu sekarang, apakah sudah lebih lega?”

“Setelah aku menjual domba-domba tersebut, rumahku menjadi nyaman untuk ditinggali.
Istriku pun tidak lagi marah-marah,” jawab pria tersebut sambil tersenyum. Akhirnya,
Abu Nawas dapat menyelesaikan masalah pria dan rumah sempitnya itu.
Hikayat Singkat Scheherezade & Raja Shahryar
Alkisah, ada seorang raja yang begitu kejam bernama Shahryar. Setiap hari, dia menikahi
seorang wanita hanya untuk dibunuh keesokan harinya. Hal ini terjadi karena sang raja
pernah dikhianati oleh istri pertamanya sehingga melampiaskannya pada wanita-wanita
lain.

Tak pelak, hal itu membuat gadis-gadis muda yang berada di wilayah kerajaan tersebut
menjadi ketakutan. Mereka tidak mau menikah dengan raja jika keesokan harinya harus
kehilangan nyawa. Namun, di antara banyak gadis itu, ada seorang gadis berhati mulia
bernama Scheherezade yang berkeinginan untuk menyelamatkan kaumnya. Wanita
tersebut kemudian meminta restu ayahnya untuk menikah dengan raja.

Pada awalnya, sang ayah tidak menyetujui hal tersebut. Dia tidak mau kehilangan putri
tercintanya. Akan tetapi, Scheherezade berhasil meyakinkan ayahnya kalau dia sudah
mencari cara agar tidak akan berakhir mengenaskan seperti para istri raja sebelumnya.
Dengan berat hati, sang ayah pun setuju dan menikahkan putrinya pada hari itu juga.

Malam harinya sebelum tidur, Scheherezade mengulur waktu agar sang raja tidak
membunuhnya dengan menceritakan sebuah dongeng. Meskipun dihantui rasa takut akan
respon yang diberikan, wanita itu mulai bercerita kepada raja.

Tak disangka, ternyata raja menyukai kisah yang diceritakan dan menyimak dengan
seksama. Saking asyiknya, raja tidak menyadari bahwa hari sudah pagi padahal cerita
belum selesai. Scheherezade pun berkata akan melanjutkan ceritanya besok malam dan
laki-laki yang dikenal bengis itu menyetujuinya.

Pada malam berikutnya, Raja Shahryar dengan antusias mendengarkan kelanjutan cerita
yang belum selesai. Laki-laki itu terlihat senang sekali dan selalu menyimak apa yang
dikatakan oleh Scheherezade. Sehingga, keesokan harinya wanita itu pun belum
menjalani hukuman untuk dibunuh.

Hal itu juga terjadi pada malam selanjutnya, dan tanpa terasa sudah 1001 hari wanita itu
bercerita kepada raja. Sang raja pun lupa akan hukuman mati yang seharusnya dijatuhkan
kepada istri itu. Akhirnya, keberanian Scheherezade berbuah manis karena dia bisa
menyelamatkan perempuan-perempuan lain di wilayahnya. Selain itu, dia juga berhasil
mengubah raja menjadi orang yang baik dan kembali mencintai rakyatnya.
Hikayat Bunga Cengkih

Di Asia Tenggara terdapat sebuah negara yang bernama Indrapura. Indrapura adalah
negara yang kaya akan bahan mentah. Kabar tentang negara ini kaya akan bahan mentah
terdengar hingga ke seluruh penjuru dunia, sehingga banyak pedagang yang datang dari
berbagai pelosok dunia. Karena kekayaan ini, menjadikan rakyatnya kaya raya, hingga lupa
darat dan lautan, hal ini membuat mereka sombong.

Hingga pada suatu malam yangg dingin, tiupan angin kencang memasuki ke setiap rumah
para penduduk di Indrapura, dan masuk kedalam mulut mereka, yang menimbulkan mulut
mereka menjadi bau bagai habis memakan bangkai, sama busuknya dengan bangkai,
ternyata itu merupakan azab bagi mereka dari tuhan sang pencipta langit dan bumi.

Hal tersebut membuat seluruh penduduk Indrapura merasa kebingungan, dan tak bisa
berkomunikasi karena bau mulut yang ditimbulkan, hal tersebut sangatlah membuat seluruh
penduduk resah, bahkan raja pun hanya bisa diam mematung, melihat keadaan kerajaan
nya.

Selama berbulan-bulan, wabah tersebut melanda kerajaan tersebut. Hingga pada suatu hari,
seorang pria sedang bertani di ladang dibawah panas matahari yang mencubit setiap
jengkal tubuhnya, hingga keringatnya bercucuran ditubuhnya bagai orang sedang mandi,
akhirnya ia memutuskan untuk beristirahat sejenak dari pekerjaannya, ia bersandar dibawah
pohon rimbun yang tinggi dan sejuk, karena terlalu menikmati masa istirahatnya, ia sampai
tertidur lelap sambil menganga dengan mulut terbuka, hingga bau mulutnya terpancar
kemana mana dan merangkak ke atas, hingga diatasnya ada seekor burung terbang dan
mencium bau tak sedap tersebut,hingga membuatnya goyah dari jalur terbangnya bahkan
hampir terjatuh.

Karena merasa bau tadi bersumber dari lubang yang tak lain adalah mulut petani yang
sedang menganga tadi, burung pun memetik sekuntum bunga yang tumbuh di pohon yang
kebetulan tempat petani tadi istirahat, dan jatuh tepat dimulut si petani. Tanpa disengaja ia
mengunyahnya, dengan spontan ia menjerit hingga hampir membangunkan mayat yang
tertidur pulas.setelah memakan bunga tadi tiba-tiba ia merasakan dan mencium sesuatu,
ternyata ia sudah tidak bau mulut lagi.

Akhirnya ia pun menemukan penawar dari wabah yang selama in melanda kerajaan
mereka, dengan segenap jiwa raga ia membawa beberapa bunga cengkih untuk
menunjukkan kepada raja bahwa ia telah menemukan penawar dari wabah tersebut, dengan
melesat dia langsung pergi ke kerajaan.

Sesampai di kerajaan, raja tidak langsung percaya pada petani tersebut, akhirnya ia
memerintahkan salah satu bawahannya untuk mencoba penawar yang petani bawa, setelah
ia mamakannya langsung menjerit bagaikan kebakaran jenggot, tak lama kemudian
pengawal tadi merasakan ternyata bau busuk mulutnya telah hilang, beraroma wangi
malahan.

Tak lama setelah penawar itu ditemukan segera raja memerintahkan kepada seluruh
warganya untuk memakan bunga cengkih tersebut, dan kerajaan pun terbebas dari wabah,
dan kerajaan pun kembali ceria damai dan aman.

Anda mungkin juga menyukai