Anda di halaman 1dari 35

POTENSI EKOWISATA YANG BERADA DI DESA SABA

KABUPATEN GIANYAR

Gusti Ayu Maharani I. (18112002)

Ni Komang Ayu Nila S. (1811209)

Ni Nyoman Risna A. (18112011)

Egia Renaldi Purba (18112019)

DESTINASI PARIWISATA

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA NUSA DUA BALI

KEMENTRIAN PARIWISATA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan karunia-NYA penulis dapat menyusun laporan tugas mata kuliah

ekowisata yang berjudul, “ POTENSI EKOWISATA BERADA DI DESA SABA

KABUTPATEN GIANYAR ”

Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas sebagai

mahasiswi semester dua pada Program Studi Destinasi Pariwisata. Penulis

menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu

penulis berharap kepada semuua pihak yang sekiranya membaca laporan ini dapat

memberikan kritik dan saran yang baik agar dikemudian hari saya dapat

menyempurnakan laporan ini.

Saya menyadari bahwa meskipun segala upaya telah penulis lakukan dalam

penyusunan laporan ini namun pastilah masih ada kekurangan- kekurangan yang

jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis memohon maaf bila ada kesalahan

dalam penyusunan laporan ini. Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan,

semooga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan pariwisata di

Indonesia terutama Bali.

Denpasar, 5 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ .... i

DAFTAR ISI................................................................................................. .. ii

DAFTAR TABEL....................................................................................... ... iv

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. .... v

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... ... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Studi ...................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1

1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 2

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 2

1.5 Metode Penelitian .......................................................................... 2

1.5.1 Metodologi Objek Penelitian ................................................. 2

1.5.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 3

1.5.3 Jenis dan Sumber Data .......................................................... 3

1.5.4 Instrumen Studi ...................................................................... 4

1.5.5 Teknik Analisis ...................................................................... 4

BAB II STUDI PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 5

2.1 Landasan Teori ............................................................................. 6

2.1.1 Definisi dan Industri Pariwisata ............................................ 6

2.1.2 Definisi dan Produk Desa Wisata .......................................... 7

ii
2.1.3 Konsep Eowisata ................................................................... 8

2.1.4 Pariwisata Masal dan Pariwisata Berkelanjutan ..................... 9

2.1.5 Pariwisata Berbasis Masyarakat ............................................. 11

BAB III GAMBARAN UMUM

3.1 Sejarah Desa Saba ............................................................................ 12

3.2 Profil Desa Saba .............................................................................. 13

3.3 Kondisi Geografis di Desa Saba ...................................................... 14

3.4 Kondisi Fisik Alamiah Desa Saba ................................................... 15

3.5 Karakter Sosial-Ekonimi-Budaya .................................................... 15

3.1 Kondisi Sarana Penunjang Desa Saba ............................................. 16

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi 4A di Desa Saba ............................................................ 17

4.1.1 Atraksi .................................................................................... 17

4.1.2 Amenitas ................................................................................. 18

4.1.3 Aksesibilitas ........................................................................... 19

4.1.4 Ancilleries ............................................................................... 19

4.1 Produk Ekowisata ............................................................................. 19

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan......................................................................................... 21

5.2 Saran .............................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 23

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Logbook Kegiatan Pembuatan Produk Ekowisata di Desa Saba

vi
DAFTAR GAMBAR

4.1 Air Terjun Blangsinga ...................................................................... 17

4.2 Foto Bersama Kepala Desa ............................................................... 19

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Foto Kegiatan Berkebun di Sawah Penduduk Desa Saba

Lampiran 2 Foto Bersama Tokoh Masyarakat di Desa Saba

Lampiran 3 Foto Bersama Kuda di Bali Horse Riding

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Studi

Bali merupakan salah satu destinasi pariwisata terpopuler di Indonesia baik

itu untuk wisatawan domestic maupun internasional, keaslian budaya yang

masih sangat di lestarikan merupakan suatu objek yang sangat menarik dan unik

untuk di eksplorasi dan disaksikan secara nyata. Selain itu Bali juga memiliki

potensi keindahan alam yang tidak bisa di pungkiri bisa di katakana sebagai

“surga” karena tatanan landscape dan masih banyak lahan-lahan hijau juga

objek-objek wisata lainnya seperti pantai, gunung, sawah dan lainnya dapat

menjadi tujuan destinasi dan atraksi wisata yang sangat indah dan memiliki nilai

yang tinggi untuk dijelakahi. Oleh karena itu, mahasiswa dan mahasiswi

program studi Destinasi Pariwisata melakukan observasi agar dapat lebih

memahami beragam wisata yang ada di Bali khususnya ekowisata di Desa Saba,

Gianyar. Dalam laporan ini penulis berkesempatan untuk membahas potensi

yang dimiliki Kabupaten Gianyar khususnya Desa Saba mengenai potensi

sumber daya ekowisata yang ada.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah cara mengidentifikasi potensi sumber daya ekowisataatau

kondisi aktual destinasi khususnya aspek atraksi, aksesibilitas, amenitas

serta pengelolaan kepariwisataan yang berada di Desa Saba, Gianyar?

2. Kendala apa saja yang dihadapi dalam mengembangkan potensi pariwisata

di Desa Saba, Kabupaten Gianyar?

1
3. Bagaimana peran masyarakat Desa Saba dalam membangun dan menjaga

atraksi ekowisata tersebut ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi potensi sumber daya ekowisata atau kondisi ecan

destinasi khususnya aspek atraksi, aksesibilitas, amenitas serta

pengelolaan kepariwisataan yang berada di Desa Saba, Gianyar

2. Mengidentifikasikan kendala apa saja yang dihadapi masyarakat dalam

mengembangkan potensi ekowisata Desa Saba, Kabupaten Gianyar

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian di Desa Saba ini adalah sebagai bahan

pembelajaran langsung. Dengan terjun langsung meneliti dan mengobservasi

potensi wisata yang ada di Desa Saba, kami dapat merencanakan produk

ekowisata dengan menerapkan ilmu yang telah dipelajari di dalam kelas.

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Metodologi Objek Penelitian

Dalam pembuatan tugas produk ekowisata yang dilakukan yang

dilakukan pada bulan februari sampai dengan bulan maret ini

beranggotakan 4 orang yaitu mahasiswa dan mahasiswi program studi

Destinasi Pariwisata (semester 2) kelas A dan Dosen mata kuliah

Ekowisata yaitu ibu selaku pembimbing dalam menyelesaikan tugas ini.

Adapun Desa yang diangkat oleh kelompok kami adalah Desa Saba yang

berada di Kabupaten Gianyar.

2
1.5.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi pembuatan tugas mata kuliah ekowisata ini dilaksanakan di

Desa Saba Kabupaten Gianyar Provinsi Bali. Dalam pembuatan tugas

ekowisata ini, objek yang kelompok kami angkat yaitu air terjun

Blangsinga (Banjar Blangsinga), Café Padi, Bali Horse Riding, dan kebun

penduduk di Desa Saba (Banjar Saba).

Waktu yang diberikan untuk pembuatan tugas ekowisata ini

cukup bagi kami, yaitu 1 bulan. Dimulai dari pertengahan bulan Februari

hingga Pertengahan bulan Maret dan kami melakukan observasi setiap

akhir pekan agar tidak mengganggu jam kuliah. Berikut adalah logbook

kegiatan pembuatan produk ekowisata di Desa Saba Kabupaten Gianyar

1.5.3 Jenis dan Sumber Data

Dalam mengerjakan laporan ini penulis mendapatkan refrensi dari

dua bentuk data seperti data primer dan data sekunder. Ada pun data primer

yang dimaksud adalah data yang didapatkan melalui kunjungan secara

langsung serta observasi langsung pada suatu desa. Sedangkan data

sekunder yang dimaksud adalah data yang di ambil dari berbagai data jadi

yang didapatkan dari internet sebagai refrensi sumber data yang dimasukan

dalam laporan ini. Sehingga dalam mengumpulkan berbagai informasi pada

setiap daya tarik wisata dalam laporan ini dapat dibilang sangat akurat

sesuai dengan aktualisasi yang sebenarnya pada destinasi yang sudah

dilakukan kunjungan wisata melalui kegiatan ini.

Ada pun jenis data yang di peroleh dari laporan ini merupakan Data

kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat dan

3
gambar seperti gambaran umum, sejarah dan informasi yang dapat

menjelaskan tentang objek penelitian seperti letak geografis, topografi,

demografi, aksesibilitas, fasilitas, tata guna lahan dan penjelasan lain yang

mendukung dalam penelitian. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang

berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan seperti data jarak desa

tujuan dari tempat strategis, data jumlah fasilitas penunjang wisata seperti

toilet & rumah makan serta data jumlah kios dan pedagang.

1.5.4 Instrumen Studi

Dalam mengambil data serta untuk mendapatkan informasi

mengenai desa tersebut, penulis menggunakan surat ijin dari kepala desa,

check list, pensil, penghapus, dan kamera untuk mendokumentasi potensi

ekowisata yang dikunjungi. Sehingga dapat dikatakan bahwa laporan ini

benar-benar tersusun dengan baik dan aktualisasi.

1.5.5 Teknik Analisis

Teknis analisis data yang digunakan oleh penulis dalam menulis

laporan ini adalah dengan menbandingkan data yang didapatkan melalui

wawancara dan observasi langsung dengan pihak yang berwenang seperti

kepala desa dan klian adat setempat, lalu membandingkan dengan data yang

diperoleh dari refrensi lain seperti internet. Sehingga dalam membuat

analisa mengenai data yang penulis dapat benar-benar akurat.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Menurut Yeoman et al. (2006) pariwisata telah memiliki rata-rata

peningkatan tahunan sebesar 6,6 persen selama setengah abad terakhir, dengan

perjalanan internasional meningkat dari 25 juta pada tahun 1950 menjadi lebih

dari 700 juta pada tahun 2002. Lebih khusus, dan menarik bagi kami

pembahasan ekowisata untuk mrngikuti, adalah kenyataan pada tahun 1950

lima tujuan wisata teratas (di Eropa dan Amerika) memegang 71% dari pasar

perjalanan, tetapi pada tahun 2002 mereka hanya memegang 35 %. Yeoman et

al menganggap ini sebagai keinginan yang meningkat untuk mengunjungi

tempat-tempat baru, yang pada gilirannya telah dirangsang oleh munculnya

tujuan baru yang dapat diakses diAsia, Afrika, Timur tengah dan Pasifik.

Karena besarnya ini, pariwisata telah terbukti sulit untuk ditentukan karena

ketergantungnya pada tingkat produksi, layanan premier, sekunder dan tersier.

Fakta bahwa ini terjalin karena kedalam jalinan kehidupan secara ekonomi,

sosio cultural dan lingkungan. Kesulitan ini tercermin dalam terbitan The

Economist tahun 1991: Tidak ada definisi yang diterima tentang apa yang

merupakan industri pariwisata, definisi apapun menanggung resiko aktifitas

ekonomi yang terlalu tinggi atau rendah . pada Sim-Plest, Industri adalah salah

satu yang membuat orang dari rumah mereka ke tempat lain (dan kembali), dan

yang menyediakan penginapan dan makanan untuk mereka saat mereka pergi.

Misalnya, jika semua penjualan restorant dihitung sebagai perjalanan dan

pariwisata, angkanya akan meningkat secara artifisial dengan penjualan

5
kependuduk setempat. Tetapi untuk mengecualikan semua penjualan restorant

akan sama menyesatkannya.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Definisi dan Industri Pariwisata

Industri Pariwisata dapat diartikan sebagai sehimpunan bidang

usaha yang menghasilkan berbagai jasa dan barang yang dibutuhkan

oleh mereka yang melakukan perjalanan wisata. Menurut S. Medlik,

setiap produk, baik yang nyata maupun maya yang disajikan untuk

memenuhi kebutuhan tertentu manusia, hendaknya dinilai sebagai

produk industri. Jika sejemput kesatuan produk hadir di antara berbagai

perusahaan dan organisasi sedemikian sehingga memberi ciri pada

keseluruhan fungsi mereka serta menentukan tempatnya dalam

kehidupan Inonn, hendaknya dinilai sebuah industri.

Sebagaimana yang dikemukakan UNWTO (United Nations

World Tourism Organiation) dalam the International

Recommendations for Tourism Statistics 2008, Industri Pariwisata

meliputi; Akomodasi untuk pengunjung, Kegiatan layanan makanan

dan minuman, Angkutan penumpang, Agen Perjalanan Wisata dan

Kegiatan reservasi lainnya, Kegiatan Budaya, Kegiatan olahraga dan

hiburan. UNWTO merupakan Badan Kepariwistaan Dunia dibawah

naungan PBB. Menurut Undang-Undang Pariwisata no 10 tahun 2009,

Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling

terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi

6
pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

Menurut R.S Darmajadi Industri pariwisata adalah merupakan

rangkuman dari berbagai macam bidang usaha yang secara bersama

sama menghasilkan produk – produk maupun jasa / pelayanan atau

service yang nantinya baik langsung maupun tidak langsung akan

dibutuhkan wisatawan nantinya.

2.2.2 Definisi dan Produk Desa Wisata

Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara langsung

menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai

dampak terhadap masyarakat setempat, dapat dikatakan pariwisata

merupakan energipendorong bagi pembangunan masyarakat.Sejalan

dengan dinamika perkembangannya pariwisata merambah dalam

berbagai terminologi seperti, sustainable tourism development, village

tourism, ecotourism, yang menjadi pendekatan pengembangan

kepariwisataan yang berupaya untuk menjamin agar wisata dapat

dilaksanakan di daerah tujuan wisata bukan perkotaan.

Pariwisata Inti Rakyat (PIR) (Hadiwijoyo, 2012) mendefinisikan

desa wisata sebagai suatu kawasan pedesaan yang mencerminkan

keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya,

adat istiadat, kehidupan sehari-hari, memiliki arsitektur bangunan dan

struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang

unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya

berbagai komponen kepariwisataan, misalnya : atraksi, akomodasi,

makanan minuman, dan kebutuhan wisata lainnya.

7
Salah satu pendekatan pengembangan wisata alternatif adalah

desa wisata untuk pembangunan pedesaan yang berkelanjutandalam

bidang pariwisata. Formula utama desa wisata terwujud dalam gaya

hidup dan kualitas hidup masyarakat lokal. Kehidupan dan keaslian desa

wisata yang dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, fisik dan sosial daerah

pedesaan tersebut, misalnya ruang, warisan budaya, kegiatan pertanian,

bentangan alam, jasa, pariwisata sejarah dan budaya, serta pengalaman

yang unikdan eksotis khas daerah. Dengan demikian, suatu desa wisata

harus terus dan secara kreatif mengembangkan identitas atau ciri khas

daerah.Terkait dengan pemodelan desa wisata, terdapat beberapa unsur

yang perlu diperhatikan yaitu; partisipasi masyarakat setempat,

pengembangan mutu produk wisata pedesaan,pembinaan kelompok

pengusaha setempat, dan keaslian

Keaslian akan memberikan manfaat bersaing bagi produk wisata

pedesaan. Unsurunsur keaslian produk wisata yang utama adalah kualitas

asli, keorisinalan, keunikan, ciri khas daerah dan kebanggaan daerah

diwujudkan dalam gaya hidup dan kualitas hidup masyarakatnya secara

khusus berkaitan dengan prilaku, integritas, keramahan masyarakat

setempat.

2.2.3 Konsep Ekowisata

Ketika industry pariwisata global melanjutkan trend pertumbuhan

berkelanjutan, menggerakan lebih banyak orang dan menghasilkan lebih

banyak lebih banyak refitalisasi dosmestik dan asing. Karena itu, sering

melakukannya dengan melakukan sosial dan ekologis integritas daerah

8
tujuan. Sebagai konsekwensi dari pertumbuhan ini, membuat kebijakan

pariwisata, khususnya pemerintah, telah dipaksa untuk melakukannya

dan mempertimbangkan berbagai pendekatan baru untuk memastikan

bahwa lingkungan, masyarakat setempat, wisatawan dan bisnis tetap

tidak terpengaruh oleh dampak negative dari industri. Terlepas dari

kekhawatiran yang meningkat atas dampak seperti itu, sedikit yang

tercapai, terutama oleh pemerintah, untuk secara aktif merangsang

kebijakan pengembangan (Lickorish,1991) untuk menegakan kebijakan

yang lemah sedang digunakan. Kebijakan sangat relevan dengan industri

ekowisata, karena apa yang disebut sebagai jenis pariwisata ini

(pendekatan etis terhadap pengelolaan masyarakat lokal, perlindungan

warisan alam, dan sebagainya). Tidak adanya kebijakan dan perencanaan

yang baik ditambah dengan fakta bahwa ekowisata adalah sector dengan

pertumbuhan tercepat dari industry terbesar di dunia (lebih dari 20% dari

pasar perjalanan dunia adalah ekowisata), menunjukan kebutuhan yang

akan datang untuk organisasi industry yang lebih baik. Sayangnya,

kebijakan ekowisata terjadi, sebagai konsekwensi dari consensus yang

tidak memadai.

2.2.4 Pariwisata Masal dan Pariwisata Berkelanjutan

Pariwisata massal berkembang setelah terjadinya perkembangan

teknologi dalam komunikasi dan transportasi yang memungkinkan

pengangkutan banyak orang, seperti berkembangnya telepon, telegraf

dan perkereta-apian di Eropa dan Amerika, perkembangan teknologi

penerbangan dll., bahkan dewasa ini, didukung dengan perkembangan

9
teknologi informasi elektronik perkembangan kepariwisataan dunia

semakin cepat dan meluas . Di samping itu, di awal abad ke-20, sebagian

besar orang mulai menikmati manfaat waktu luang sehingga mereka

mengisinya dengan berlibur.

Terjadinya mass tourism diawali oleh Thomas Cook yang

menyelenggarakan Paket Wisata pertama pada tanggal 5 Juli 1841, yang

kemudian disusul oleh tour operator lain-lainnya. Dengan demikian

Thomas Cook menjadi Tour Operator yang pertama di dunia yang

menyelenggarakan paket-paket wisata dan disebutnya sebagai “Bapak

Pariwisata Massal Modern” (The Father of Modern Mass Tourism). Pada

saat itu baru berkisar di dalam negeri Inggris saja, namun kemudian

berkembang ke destinasi-destinasi lain di Eropa, Afrika bahkan juga ke

Amerika. Bagi Indonesia, Bali merupakan daya tarik utama bagi berbagai

motivasi perjalanan wisata, mulai dari wisata pesiar (pleasure) sampai

wisata bisnis (termasuk konferensi), dari wisata bawah laut sampai

puncak gunung, dari wisata budaya sampai wisata petualangan, bahkan

penyelenggaraan Miss World sekali pun Bali mampu melayaninya. Baru-

baru ini ada pula wacana untuk menjadikan Bali sebagai destinasi golf.

Maka semakin lengkaplah Bali.

Pemanfaatan Bali sebagai Destinasi yang “Serba Ada dan Serba

Bisa” hingga dewasa ini, dikhawatirkan dalam tempo yang tidak

terlampau lama, aKan menjadikan Bali over-exploited, over-loaded,

bahkan menuju kehancuran jika tidak diimbangi dengan pengembangan

destinasi-destinasi lainnya yang mampu berperan sebagai “pengganti”

10
(substitute) atau alternatif dilengkapi pengembangan atraksi, fasilitas,

sarana dan prasarana yang memadai dan mengimbangi Bali. Agaknya,

sudah saatnya sekarang ini untuk melakukan upaya-upaya tersbut.

2.2.5 Pariwisata Berbasis Masyarakat

Pariwisata berbasis masyarakat sebagai sebuah pendekatan

pemberdayaan yang melibatkan dan meletakkan masyarakat sebagai

pelaku penting dalam konteks paradigma baru pembangunan yakni

pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development paradigma)

pariwisata berbasis masyarakat merupakan peluang untuk menggerakkan

segenap potensi dan dinamika masyarakat, guna mengimbangi peran

pelaku usaha pariwisata skala besar. Pariwisata berbasis masyarakat

tidak berarti merupakan upaya kecil dan lokal semata, tetapi perlu

diletakkan dalam konteks kerjasama masyarakat secara global.

Dalam konsep pariwisata berbasis masyarakat terkandung

didalamnya adalah konsep pemberdayaan masyarakat, upaya

pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya selalu dihubungkan dengan

karakteristik sasaran sebagai suatu komunitas yang mempunyai ciri, latar

belakang, dan pemberdayaan masyarakat, yang terpenting adalah dimulai

dengan bagaimana cara menciptakan kondisi suasana, atau iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang.

BAB III

GAMBARAN UMUM

11
3.1 Sejarah Desa Saba

Pada zaman kerajaan, terdapat sebuah hutan yang dihuni oleh 18 orang

bernama I RENGKED. Pemimpinnya saat itu bernama I RENGKED. Hutan

rengked merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Blahbatuh, namun dikuasai

oleh Kerajaan Sukawati yang dipimpin oleh DEWA AGUNG ANOM

KALANG. I GUSTI NGURAH JELANTIK yang merupakan raja dari Kerajaan

Blahbatuh merasa kecewa karena kekuasaannya dikuasai oleh Raja Sukawati.

Raja Blahbatuh bersama prajurit-prajuritnya berkali-kali menyerang Sukawati

untuk merebut kekuasaannya kembali, namun berkali-kali pula menemui

kegagalan karena kuatnya kedudukan Raja Sukawati. Oleh karena itu Raja

Blahbatuh memerintahkan I GUSTI NGURAH PADANG dari Bona untuk

menyerang Kerajaan Sukawati. Dengan bersatunya I GUSTI NGURAH

PADANG dan I RENGKED dalam melawan Raja Sukawati. Akhirnya Raja

Sukawati dapat dikalahkan dan Hutan Rengked pun kembali menjadi wilayah

Kerajaan Blahbatuh. Hak milik I DEWA ANOM KALANG berupa keris

dikuasai oleh I GUSTI GEDE PADANG saat merebut Hutan Rengked dan diberi

nama KERIS PUSAKA RENGKED. Sampai saat ini keris pusaka tersebut

disimpan di Puri Blahbatuh.

Raja Blahbatuh merasa gembira sekali atas kemenangan yang diperoleh

oleh I GUSTI GEDE PADANG dan I RENGKED. Saat itu nama Hutan Rengked

diubah menjadi TOH JIWA karena tempat tersebut direbut atas pertaruhan jiwa.

Setelah keadaan cukup aman, seluruh raja-raja di Blai berkunjung ke Toh

Jiwa untuk menyaksikan upacara kemenangan Raja Blahbatuh terhadap Raja

12
Sukawati. Jumlah penghuni Hutan Rengked yang berjumlah 18 orang yang

dianggap terlalu sedikit sekali, maka I GUSTI GEDE PADANG berusaha

memperbanyaknya dengan menghubungi seluruh raja-raja di Bali.

Barang siapa pada zaman Kerajaan tersebut dianggap bersalah dan

dikenai hukuman mati, maka orang tersebut dibawa ke Toh Jiwa untuk

memperbanyak penghuni Toh Jiwa. Oleh sebab itu penduduk Toh Jiwa semakin

banyak, orang-orang yang bersalah bertemu di Toh Jiwa dan akhirnya tempat

pertemuan itu diberi nama PESABAN. Hingga sekarang berubah namanya

menjadi SABA, para Agung datang ke Saba untuk membicarakan suatu masalah

dan tujuannya disamping untuk menyaksikan kemajuan kesenian yang ada di

Desa Saba.

3.2 Profil Desa Saba

Desa Saba adalah desa yang berada di kecamatan

Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, provinsi Bali, Indonesia. Desa Saba

merupakan Desa Pantai yang mempunyai luas wilayah sebesar 600,60 Ha yang

membentang dari utara ke selatan dengan ketinggian desa 0-500 diatas

permukaan laut. Desa Saba berbatasan dengan Desa Blahbatuh di sebelah

Utara, Desa pering sebelah Timur, Samudra Indonesia sebelah Selatan, dan

Kecamatan Sukawati disebelah Barat.

Gotong royong merupakan hal yang sudah biasa di lakukan di Desa Saba

ini. Saling asah, saling asuh, saling asih sampai saat ini masih mewarnai

kehidupan di Desa Adat Saba ini. Gotong royong merupakan salah satu sarana

13
yang paling ampuh untuk dapat melaksanakan pembangunan. Setelah

mendapatkan intuksi dari kepala Dusun yang merupakan komando dari

masyarakat itu maka masyarakat dengan beramai-ramai bergotong royong

membenahi/membersihkan Desanya. Demikian pula halnya seperti Subak.

Subak adalah organisasi yang turun tenurun dalam pengaturan masalah

perairan khususnya dan pertanian umumnya di Bali. Hal ini telah lembaga

dapat teroganisir dengan baik.

3.3 Kondisi Geografis di Desa Saba

Desa Saba terletak di antara batas-batas administrasi sebagai berikut.

Desa Blahbatuh di sebelah Utara, Desa pering sebelah Timur, Samudra

Indonesia sebelah Selatan, dan Kecamatan Sukawati disebelah Barat. Dilihat

dari segi administratif dan kewilayahannya, Desa Saba terdiri dari 8 Banjar

Dinas dan 5 Desa pekraman. 8 Banjar Dinas, yaitu:. Banjar Dinas Blangsinge,

Banjar Dinas Sema, Banjar Dinas Kawan, Banjar Dinas Tengah, Banjar Dinas

Tegallulung, Banjar Dinas Banda, Banjar Dinas Pinda, dan Banjar Dinas Saba.

Dan 5 Desa Pekaraman Desa Saba, yaitu: Desa Pekraman Blangsinge, Desa

Pekraman Bonbiyu, Desa Pekraman Banda, Desa Pekraman Pinda, Desa

Pekraman Saba

Desa Saba merupakan Desa Pantai yang mempunyai luas wilayah

sebesar 600,60 Ha yang membentang dari utara ke selatan dengan ketinggian

desa 0-500 diatas permukaan laut. Jarak Desa Saba dari Ibukota Kecamatan

Blahbatuh adalah 5.7 km (waktu tempuh kurang lebih 10 menit) . Sedangkan

jarak dari Ibukota Kabupaten Gianyar sekitar 24 km ( waktu tempuh kurang

lebih 39 menit), dan menempuh jarak 20 km dari Kota Denpasar (waktu

14
tempuh kurang lebih 30 menit). Desa ini letaknya tidak terlalu jauh dengan

bandara Ngurah Rai, berjarak kurang lebih 33 km (waktu tempuh kurang lebih

48 menit).

3.4 Kondisi Fisik Alamiah di Desa Saba

Desa ini terletak di atas dataran dengan ketinggian rata-rata diatas

permukaan laut yaitu sekitar 0-500 Mdpl. Desa ini sangat berdekatan dengan

pantai. Jenis material tanahnya yaitu tanah gambut dengan ground cover

rumput dan aspal. Rata-rata temperature udara tahunan di kawasan ini yaitu

23℃ hingga 32℃ dengan suhu maksimum tahunan bekisar hingga 32℃ dan

suhu minimum tahunan 23℃. Curah hujan rata-rata bekisar antara 20-15 mm

per tahun

3.5 Karakteristik Sosial –Ekonomi–Budaya

Mata pencaharin penduduk sekitar kawasan desa ini adalah sebagai

pedagang seperti alat upakara untuk kegiatan kegamaan karena penduduk desa

ni mayoritas beragama Hindu sebgaian lainnya ada juga yang berprofesi

sebagai petani padi dan buah. Kependudukan di desa ini sanggatlah rukun,

mereka dapat membantu satu sama lain.

3.6 Kondisi Prasarana Penunjang

Kondisi dari prasarana penunjang yang terdapat di desa ini masih

tergolong baik. Desa Saba sudah disediakan Sumber Daya Air yang diperoleh

15
dari PAM dan beberapa mata air, selain itu Sumber Daya Listrik di peroleh

dari PLN. Desa Saba juga dilengkapi dengan jalan raya, rambu – rambu dan

penanda jalan yang menuntun pariwisata ke Desa Saba.

16
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi 4A di Desa Saba

4.1.1 Atraksi

Kabupaten Gianyar memiliki banyak atraksi wisata yang bisa

menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Bali. Mulai dari

keseniannya, budayanya, dan tentu saja keindahan alam yang terdapat

di Kabupaten Gianyar. Kabupaten Gianyar terkenal dengan keindahan

alamnya yaitu pantai ,air terjunnya dan persawahan luas yang sangat

mudah ditemukan di daerah Gianyar ini.

Gambar 4.1 Air Terjun Blangsinga, Desa Saba


Sumber: Dokumen Pribadi

Desa Saba misalnya, di desa ini terdapat air terjun dan pantai

yang indah. Air terjun tersebut adalah Air Terjun Blangsinga yang

terletak di dusun Blangsinga dan pantainya adalah Pantai Saba yang

terletak di dusun Saba yang tertunya berada di dalam Desa Saba

Kabupaten Gianyar.

17
4.1.2 Amenitas

Amenity atau amenitas adalah segala macam sarana dan

prasarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah

tujuan wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud seperti:

penginapan, rumah makan, transportasi dan agen perjalanan. Dengan

menggunakan prasarana yang cocok dibangunlah sarana-sarana

pariwisata seperti hotel, atraksi wisata, marina, gedung pertunjukan,

dan sebagainya. Adapun prasarana yang banyak diperlukan untuk

pembangunan sarana-sarana pariwisata ialah jalan raya, persediaan air,

tenaga listrik, tempat pembuangan sampah, bandara, pelabuhan,

telepon, dan lain-lain. Mengingat hubungan antar sarana dan prasarana,

sudah jelas bahwa pembangunan prasarana pada umumnya harus

mendahului sarana. Ada saatnya prasarana dibangun bersama-sama

dalam rangka pembangunan sarana wisata. Suatu tempat atau daerah

dapat berkembang sebagai daerah tujuan wisata apabila

aksesibilitasnya baik. Ada hubungan timbal balik antara sarana dan

prasarana. Prasarana merupakan syarat untuk sarana, dan sebaliknya

sarana dapat menyebabkan perbaikan prasarana.

4.1.3 Aksesibilitas

Aksesibilitas merupakan hal yang paling penting dalam

kegiatan pariwisata. Segala macam transportasi ataupun jasa

transportasi menjadi akses penting dalam pariwisata. Di sisi lain akses

ini diidentikkan dengan transferabilitas, yaitu kemudahan untuk

bergerak dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Aksesibilitas di

18
Kabupaten Gianyar dilengkapi dengan fasilitas jalan raya, rambu –

rambu lalu lintas dan banyak penanda jalan lainnya. Kabupaten Gianyar

ini memiliki memiliki potensi pariwisata, maka harus disediakan

aksesibilitas yang memadai sehingga daerah tersebut dapat dikunjungi.

4.1.4 Ancilliary

Ancilliary atau pelayanan tambahan harus disedikan oleh

Pemda dari suatu daerah tujuan wisata baik untuk wisatawan maupun

untuk pelaku pariwisata.

Gambar 4.2 Foto Bersama Kepala Desa, Desa Saba


Sumber: Dokumen Pribadi

Demi meningkatkan kualitas ekowisata di Desa Saba,

pemerintah menyediakan pemasaran, pembangunan fisik (jalan raya,

rel kereta, air minum, listrik, telepon, dan lain-lain) serta

mengkoordinir segala macam aktivitas dan dengan segala peraturan

perundang-undangan baik di jalan raya maupun di Desa Saba.

Ancilliary juga merupakan hal–hal yang mendukung sebuah

kepariwisataan, seperti lembaga pengelolaan, Tourist Information,

19
Travel Agent dan stake holder yang berperan dalam kepariwisataan.

Dan masyarakat Desa Saba juga memiliki dan membentuk kelompok–

kelompok pariwisata yang ikut aktif dalam meningkatkan kualitas.

Organisasi Banjar merupakan pengimpun usaha kegotong

royongan masyarakat yang ada di Desa Saba ini. Setelah mendapatkan

intuksi dari kepala Dusun yang merupakan komando dari masyarakat

itu maka masyarakat dengan beramai-ramai bergotong royong

membenahi/membersihkan Desanya. Demikian pula halnya seperti

Subak. Subak adalah organisasi yang turun tenurun dalam pengaturan

masalah perairan khususnya dan pertanian umumnya di Bali. Hal ini

telah lembaga dapat teroganisir dengan baik.

4.2 Produk Ekowisata

Paket I : Rp. 40.00

- Coffe Break ( sebelum diajak berkeliling, wisatawan akan

disuguhkan kopi dan kentang goreng sebagai coffee break

- Cycling to Blangsinga Waterfall ( selanjutnya wisatawan akan diajak

berkeliling menggunakan sepeda menuju Air Terjun Blangsing

- Picking & Planting Fruits ( wisata akan diakhiri dengan menanam

dan memetik buah - buahan milik masyarakat Desa Saba

Paket II : Rp. 65.000

- Coffe Break ( sebelum diajak berkeliling, wisatawan akan

disuguhkan kopi dan kentang goreng sebagai coffee break

20
- Cycling to Blangsinga Waterfall ( selanjutnya wisatawan akan diajak

berkeliling menggunakan sepeda menuju Air Terjun Blangsing

- Picking & Planting Fruits ( selanjutnya wisatawan akan diajak

menanam dan memetik buah - buahan milik masyarakat Desa Saba

- Lunch (Nasi Lawar) ( selanjutnha wisatawan akan beristirahat

sebentara dengan disuguhkannya makanan khas Desa Saba, yaitu

Nasi Lawar

- Feeding the Horses ( wisata akan diakhiri dengan mengunjungi

penangkaran kuda dan memberi makan kuda )

21
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Kabupaten Gianyar khususnya Desa Saba memiiliki potensi wisata

yang baik jika dilihat dari gambaran umum lokasi mulai dari letak

geografisnya yang memenuhi persyaratan dari pengertian sebuah

destinasi yaitu kawasan georafis yang memiliki batas- batas

administrative serta memiliiki minimal satu atraksi wisata atau daya tarik

wisata. Tentunya masing-masing atraksi wisata memiliki keunikan

tersendiri karena perbedaan tema yang di usung yang menjadi daya

tariknya adalah perpaduan dengan budaya Bali yang membuat setiap

atraksi menjadi unik dan menarik, potensi pariwisata di Kabupaten

Gianyar khususnya Desa Saba sangat baik dilihat dari sisi social-

ekonomi dan budayanya sehingga memiliki dampak yang baik untuk

kesejahteraan masyarakat sekitar, dan juga tidak lepas dari dukungan

pemerintah dalam bentuk memfasilitasi kebutuhan pariwisata di daerah

tersebut. Setiap konsep yang dibuat untuk pariwisata tentu tidak terlepas

dari budaya masyarakat Bali sehingga ini menjadi salah satu daya tarik

wisata yang memiliki ciri khasnya tersendiri sehingga membuat para

wisatawan memiliki pengalaman baru yang tentunya tidak akan

terlupakan dan membuat wisatawan memiliki image tersendiri untuk

kawasan tersebut.

21
5.2 Saran

Untuk meningkatkan perkembangan daya tarik wisata pada tiap-tiap

destinasi yang berada di Desa Saba, salah satu cara yang dapat dilakukan

oleh pihak pemerintah adalah dengan melakukan berbagai kegiatan untuk

mengundang partisipatif masyarakat seperti, sosialisasi merupakan salah

satu cara untuk melakukan pendekatan terhadap kepada masyarakat

setempat untuk tetap aktif dan tetap berpartisipasi dalam menjaga dan

mengembangkan destinasi wisata di tiap-tiap daya tarik sehingga

masyarakat mampu menjaga destinasi tersebut dengan baik, melakukan

dialog terbuka dengan masyarakat setempat menegenai solusi yang dapat

dikembangkan dalam mengembangkan destinasi sesuai dengan potensi

pada tiap daya tarik masing-masing. Kondisi sarana dan prasarana yang

ada di Kabupaten Gianyar khususnya Desa Saba lebih ditingkatkan lagi,

diharapkan pengelola, pemerintah dan seluruh masyarakat setempat tetap

menjaga daya tarik wisata dan lingkungan terutama keindahan alam yang

berada di kawasan Kabupaten Gianyar khususnya Desa Saba ini. Dan

menjaga niilai-nilai Budaya Bali agar pariwisata yang ada di kawasan ini

bisa menjadi lebih baik dan menarik lagi dengan ide-ide kreatif

penggelola ataupun masyarakat sekitar.

22
DAFTAR PUSTAKA

Anonym.2018.Profil Desa Saba.Avaiable at.

https://desasabagianyar.wordpress.com diakses pada tanggal 15 Agustus

2014

Wikipedia.2018.Saba,Blahbatuh,Gianyar.Avaiable

at.https://id.wikipedia.org/wiki/Saba,_Blahbatuh,_Gianyar diakses pada

tanggal 19 November 2018

David.2008.Ecotourism Third Edition.New York.Routledge

Stephen.1999.Ecotourism.Oxford.Butterworth Heinemann

23
LAMPIRAN

Lampiran 1: Foto Kegiatan Berkebun di Sawah Penduduk Desa Saba

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Lampiran 2 : Foto Bersama Tokoh Masyarakat di Desa Saba

Sumber: Dokumentasi Pribasi

24
Lampiran 3: Foto Bersama Kuda di Bali Horse Riding

Sumber: Dokumentasi Pribad

25
1

Anda mungkin juga menyukai