Dahulu adanya jalan raya, masyarakat desa menjadikan sungai kusan sebagai jalur transportasi air
dengan menggunakan alat transportasi berupa perahu & rakit.
Setiap hari jalur Sungai kusan dipadati dengan banyaknya perahu serta rakit yang berlalu lalang.
Dipenepian atau tempat persinggahan perahu terdapat teluk yang sangat dalam & ditebing sungai
tumbuh pohon yang bernama kepayang. Karena hal tersebut masyarakat setempat menyebutk desa
tempat tinggal mereka dengan nama teluk kepayang.
Pada tahun 1970 berdirilah sebuah perusahaan kayu dari Filipina yaitu PT. Valgoson Indonesia.
Mereka melakukan penebangan pohon yang sangat selektif, penebangan dilakukan pada kayu jenis
meranti saja yang diameternya tidak kurang dari 60cm, untuk kayu yang kecil-kecil dipelihara. Kayu-
kayu yang sudah ditebang kemudian dibawa kelokpon setelah itu baru dihanyutkan ke sungai kusan.
Karyawan yang dipekerjakan adalah berasal dari masyarakat setempat, sebagian dari Pulau Jawa &
sebagian lagi dari Filipina.
Keberadaan perusahaan ini memberikan manfaat positif bagi pembangunan desa yang pada saat itu
sangat terisolir. Pihak perusahaan membuka akses jalan desa sepanjang 20km & lebar 2m dari desa
teluk kepayang ke desa lasung. Pada tahun 1974 perusahaan ini membangun bandara dengan
landasan 100 m. Bandara ini didarati pesawat berpenumpang 9 orang, selain itu mereka juga
membangun sarana olahraga, mesjid, & gereja. Pada tahun 1982 PT. Valgoson terpaksa harus tutup
karena kehabisan kontrak begitu pula dengan bandaranya berhenti beroprasi, para karyawan
dipulangkan. Setelah PT. Valgoson tutup perusahaan dialihkan ke Nanang Aifin tahun 1982-1990
Tahun berikutnya diganti lagi oleh PT. Indotani hingga sekarang. Salah satu cabangnya adalah PT.
Arutmin.
Adapun peninggalan atau bukti keberadaan PT. Valgoson yang masih ada sampai saat ini adalah
pesawat yang di monumenkan di Ruang Terbuka Hijau atau yang lebih dikenal Lapangan Tamara.
Selain itu ada juga rumah-rumah yang dibangun oleh PT. Valgoson yang hingga saat ini masih didiami
oleh beberapa masyarakat setempat.
Adapun peninggalan atau bukti keberadaan PT. Valgoson yang masih ada
sampai saat ini adalah pesawat yang di monumenkan di Ruang Terbuka Hijau
atau yang lebih dikenal Lapangan Tamara. Selain itu ada juga rumah-rumah
yang dibangun oleh PT. Valgoson yang hingga saat ini masih didiami oleh
beberapa masyarakat setempat.