Anda di halaman 1dari 6

PENGALAMAN KEROKAN SEBAGAI TERAPI KOMPLEMENTER

Maria Suryani dan Medina Sianturi


Dosen STIKES St.Elisabeth Semarang

ABSTRAK

Terapi komplementer adalah suatu terapi pengganti atau pelengkap dari terapi medis yang digunakan.
Saat ini terapi komplementer banyak dikembangkan dalam dunia keperawatan. Salah satu jenis terapi
komplementer adalah kerokan. Kerokan bagi masyarakat khususnya pada masyarakat suku Jawa
dipercaya dapat mengobati beberapa penyakit, Seringnya masyarakat Jawa menggunakan terapi ini,
membuat masyarkat pada umumnya menganggap bahwa kerokan merupakan suatu budaya yang
melekat pada suku Jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana
pengalaman seseorang yang menggunakan kerokan sebagai terapi komplementer. Desain penelitian ini
adalah kualitatif etnografi, Sample dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yang bersuku Jawa dan
sering melakukan kerokan. Metode pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam dengan
bantuan panduan wawancara mendalam dan tape recorder. Hasil dari penelitian ini ditemukan 2 tema
tentang kerokan. Tema yang pertama yaitu kerokan merupakan budaya yang turun temurun. Hal ini
dibuktikan dengan kerokan dilakukan dari anggota keluarga. Tema yang kedua yaitu kerokan
dipercaya sebagai terapi. Dari tema ini didapat 3 sub tema, yaitu (1) kerokan sebagai terapi yang
mudah, murah dan manjur, (2) kerokan sebagai terapi alternative dan pelengkap dari terapi
konvensional, (3) kerokan merupakan terapi yang mengakibatkan kecanduan. Berdasarkan hasil
penelitian ini, disarankan agar menjadikan kerokan sebagai terapi komplementer dalam dunia
keperawatan.

Kata kunci: kerokan, terapi komplementer

ABSTRACT

Complementer therapy is substitution or alternative therapy of medical therapy. This moment,


complementer therapy is active developed in nursing area. One of the complementer therapy is
kerokan. A lot of people specially Javanese believed that kerokan can heal several deseases. Since
Javanese people often use this therapy, the people believed that kerokan is a culture belongs to
Javanese people. The purpose of this research is to gain the description on people experience that using
kerokan as complementer therapy. The research’s design is ethnography qualitative. The research
sample are four javanes persons that often does kerokan. The collecting data method was depth
interview with guidlines of depth interview and tape recorder. The results found two themes about
kerokan. The first theme is kerokan as herediter tradition. It can be proved by seing family member do
this activity. The second theme is the believing on kerokan as therapy. It have three sub themes, (1)
kerokan as easy, cheap, and effective therapy, (2) kerokan as alternative and substitution of
conventional therapy, (3) kerokan can addicted. It is suggested from this research that make kerokan as
complementer therapy in nursing area.
Kata kunci: kerokan, complementer therapy
PENDAHULUAN
Pada beberapa dekade ini, terapi komplementer Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan
banyak dikembangkan dalam dunia tentang kerokan berjudul “Efektifitas
keperawatan Perkembangan terapi Pengobatan Tradisional Kerokan Pada
komplementer ini terjadi karena adanya Penanggulangan Nyeri Otot”. Penelitian
kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan dilakukan oleh Tamtomo pada tahun 2007
harapan untuk mendapatkan waktu yang lebih dengan desain penelitian eksperimental dan
singkat dalam memperoleh kesembuhan dari sample yang digunakan berjumlah 38 orang.
penyakitnya (Potter & Perry, 2009). Dari penelitian Tamtomo disimpulkan bahwa
kerokan efektif untuk mengatasi nyeri otot.
Terapi komplementer adalah suatu terapi Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
pengganti atau pelengkap dari terapi medis menggambarkan bagaimana pengalaman
yang digunakan (Potter & Perry, 2009). seseorang yang menggunakan kerokan sebagai
Pemberian terapi komplementer dapat berdiri terapi komplementer. Manfaat dari penelitian
sendiri tanpa harus bersamaan dengan obat- ini adalah dapat mengembangkan intervensi
obatan. Jika ada seorang pasien yang keperawatan komplementer.
menderita sakit tertentu, maka ia dapat
menggunakan terapi komplementer tertentu METODE PENELITIAN
tanpa harus meminum obat untuk memperoleh Desain penelitian ini adalah kualitatif
kesehatannya. etnografi. Penelitian kualitatif menekankan
adanya kealamiahan data, tanpa ada
Kerokan merupakan suatu terapi pengurangan atau melebihkan data yang
komplementer yang telah lama dikenal oleh diperoleh (Maleong, 1998). Pada penelitian ini
masyarakat. Kerokan bagi masyarakat termasuk penelitian etnografi karena peneliti
khususnya pada masyarakat suku Jawa ingin melihat bagaimana budaya kerokan yang
dipercaya dapat mengobati beberapa penyakit, ada pada masyarakat Jawa.
seperti masuk angin. Seringnya masyarakat
Jawa menggunakan terapi ini, membuat Populasi yang digunakan dalam penelitian
masyarkat pada umumnya menganggap bahwa adalah seluruh masyarakat Jawa yang penah
kerokan merupakan suatu budaya yang melakukan aktifitas kerokan. Peneliti
melekat pada suku Jawa. Dengan adanya menggunakan metode purposive untuk
angapan kerokan sebagai budaya Jawa, banyak penentuan sampel yang digunakan. Adapun
orang asing mempelajari teknik kerokan di kriteria sampel yang digunakan adalah orang
sebuah padepokan yang disebut Lemah Putih, dengan suku Jawa dan sering melakukan
di daerah Mojosongo, Surakarta, Jawa Tengah kerokan. Pada penelitian ini jumlah informan
(Siswono, 2004). Budaya adalah interaksi yang digunakan berjumlah 4 orang. Tempat
sekelompok orang yang memungkinkan Penelitian ini adalah di daerah Semarang.
terjadinya transfer pemahaman dan perilaku Waktu penelitian diadakan sekitar bulan Juni –
(Grbich, 1999). Budaya merupakan gaya hidup Agustus 2010.
dan sekumpulan cara penyelesaian masalah
dari sekelompok orang, yang terlihat dari cara Alat pengumpul data yang digunakan adalah
mereka berbicara, berpakaian dan berperilaku panduan untuk wawancara mendalam,
(Leininger, 1970 dalam Burns & Grove, 1999), kuesioner karakteristik informan . Selain
persepsi dan pemahaman yang panduan tersebut, peneliti juga memerlukan
mengarahkannya dalam berperilaku (Germain, tape recorder dan alat tulis untuk merekam
2000; Grbich, 1999; Hammersley & Atkinson, semua informasi yang didapat agar informasi
1995; Juntum, 2000; Massey, 1998; Streubert yang diperoleh tidak ada yang hilang.
& Carpenter, 1999; Savage, 2000).
Analisa data yang dilakukan pada penelitian mengatakan bahwa kerokan merupakan
kualitatif adalah analisa isi (content analysis) kegiatan yang diturunkan dari nenek mereka.
dari hasil pengumpulan data melalui Informan A dan B mengatakan,”Saya sudah
wawancara.. Bentuk analisis datanya adalah mulai dikeroki oleh ibu saya sejak masih kecil
dengan pendekatan iterative, yang terdiri dari dan ibu saya pun waktu masih kecil juga
proses ongoing preliminary analysis, coding dikerokin oleh nenek”. Informan C dan D
dan thematic analysis. Peneliti mentranskrip mengatakan,” Saya mulai dikeroki saat SD
data wawancara mendalam sesegera mungkin. oleh ibu saya, semenjak saat itu saya senang
Untuk menghindari kesalahan pembuatan dikeroki”. Dari hasil penelitan terlihat
transkrip mendengarkan hasil rekaman sekitar bagaimana pentransferan pemahaman atau
tiga sampai empat kali untuk menghindari perilaku dari nenek terhadap keturunannya.
kesalahan pembuatan transkrip. Semua Budaya ini tentu saja akan terus-menerus
transkrip data dimasukkan dalam file agar diturunkan.
tidak ada transkrip data yang hilang. Peneliti
memberikan kesempatan informan untuk Pada tema yang kedua didapat hasil bahwa
membaca hasil transkrip untuk menambah kerokan dipercaya sebagai suatu terapi. Dari
kevaliditasan dan reabilitas penelitian, tema ini terdapat 3 sub tema yaitu:
sehingga menghindarkan subyektifitas peneliti. a. Kerokan merupakan terapi yang murah,
Pemberian kode dilakukan pada semua mudah, manjur
transkrip data. Peneliti memberi kode Menurut Kusna (dalam Siswono, 2004)
informan dan pernyataan informan.Transkrip kerokan adalah tindakan menggosok tubuh
data yang memiliki kode yang sama dengan kuat. Kegiatan menggosok
dikelompokkan menjadi satu. Peneliti melihat merupakan kegiatan yang tergolong mudah
lagi tinjauan pustaka yang telah dibuat untuk untuk dilakukan. Hal ini sejalan dengan
membantu membuat tema dan sub tema. hasil penelitian yaitu semua informan
menyatakan bahwa untuk melakukan
HASIL DAN PEMBAHASAN kerokan mereka hanya tinggal
Dari hasil penelitian di dapat tema yang menggosokkan duit dengan bantuan
pertama adalah kerokan sebagai budaya yang balsam. Semua informan menyatakan
diturunkan. Kerokan sangat identik dengan bahwa arah gosokan duit searah dengan
budaya Jawa. Oleh karena itu dapat dipastikan ruas tulang belakang dan dilakukan pada
seseorang yang bersuku Jawa akan mengenal punggung hingga bokong, leher, dan
kerokan. Budaya adalah interaksi sekelompok lengan.
orang yang memungkinkan terjadinya transfer
pemahaman dan perilaku (Grbich, 1999). Peralatan yang diperlukan dalam
Budaya merupakan gaya hidup dan melakukan kerokan sangat sederhana,
sekumpulan cara penyelesaian masalah dari Prasanti mengatakan bahwa kerokan
sekelompok orang, yang terlihat dari cara biasanya menggunakan uang logam, koin,
mereka berbicara, berpakaian dan berperilaku atau alat bantu khusus kerok yang terbuat
(Leininger, 1970 dalam Burns & Grove, 1999), dari plastik, tulang, keramik, batu giok,
persepsi dan pemahaman yang potongan jahe, potongan bawang, dan lain-
mengarahkannya dalam berperilaku (Germain, lain. Alat-alat tersebut harus tumpul
2000; Grbich, 1999; Hammersley & Atkinson, supaya tidak melukai kulit. Selain koin
1995; Juntum, 2000; Massey, 1998; Streubert atau uang logam, perlengkapan lain yang
& Carpenter, 1999; Savage, 2000). menyertai biasanya berupa minyak urut,
balsem, krim atau jenis minyak lain yang
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dimana berfungsi menghangatkan. Fungsi minyak
100 % informan atau semua informan ini selain menghangatkan memang untuk
melicinkan proses kerokan sehingga berkurangnya nyeri otot, badan terasa
menghindari terjadinya kulit lecet. segar dan nyaman. Inflamasi yang
ditimbulkan selain meredakan nyeri otot
Dari hasil penelitian, semua informan juga akan memicu reaksi kardiovaskuler.
hanya mempersiapkan koin atau uang Tandanya adalah peningkatan temperatur
logam serta balsam untuk melakukan tubuh secara ringan, antara 0,5-1oC. Oleh
kerokan. Jadil dapat dipastikan untuk karena itu setelah dikerok, badan kita
melakukan kerokan merupakan hal yang terasa lebih hangat. Selain itu penyakit
mudah dan tidak perlu mengeluarkan uang yang diderita pun hilang dengan
yang banyak untuk mempersiapkan sendirinya.
peralatan untuk kerokan.
Pada saat seseorang masuk angin adanya
Kerokan mudah untruk dilakukan dan penurunan suhu tubuh menyebabkan
dapat mengobati beberapa penyakit. Dari pembuluh darah di kulit tubuh bagian
hasil penelitian Informan A menyatakan, belakang mengalami penyempitan
“Jika merasa tidak enak badan selalu (konstriksi). Pembuluh darah kulit yang
minta kerokan dan setelah 30 menit selesai mengalami konstriksi memberi reaksi
kerokan badan langsung terasa enak”. dingin. Konstriksi itu merupakan efek
Informan B, C dan D menyatakan,”Jika kompensasi. Saat suhu tubuh bagian
merasa akan flu selalu minta kerokan dan belakang menurun, otomatis pembuluh
setelah kerokan langsung minum air darah kulit berkonstriksi agar seluruh
hangat dan tidur setelah bangun tidur tubuh tidak dingin. Konstriksi itu bisa
badan sudah terasa enak”. mengakibatkan oksigenasi pada
permukaan tubuh (terutama bagian
Setelah kerokan akan timbul proses belakang) jadi turun atau berkurang,
peradangan. Akibat dari kerokan dapat sekujur badan terasa sakit. Selanjutnya,
terjadi pelebaran pembuluh darah dan muncul gejala bersin. Tindakan kerokan
pengeluaran mediator inflamasi. Aliran bisa mengubah suhu tubuh menjadi
darah menjadi lancar jika dikerok atau seimbang kembali.
dipijat sehingga lebih banyak oksigen dan
nutrisi yang tersedia untuk jaringan otot. Kerokan tidak memiliki efek samping.
Zat-zat yang menyebabkan rasa pegal Menurut Palupi (2008), sampai saat ini
dapat segera dibawa aliran darah untuk belum ditemukan efek samping kerokan.
dibuang atau dinetralkan. Selain itu, juga Setelah kerokan hanya timbul warna
terjadi rangsangan pada keratinosit dan kemerahan atau kehitaman pada letak yang
endotel (lapisan paling dalam pembuluh dikerok. Warna ini pun akan segera hilang
darah) yang akan bereaksi dengan dengan sendirinya. Semua informan
munculnya propiomelanokortin (POMC). menyatakan bahwa dengan menggosokkan
Zat ini merupakan polipeptida yang duit di badan, maka akan timbul warna
kemudian akan dipecah dengan hasil akhir merah sampai kehitaman. Informan A, B,
salah satunya adalah beta endorfin. C, dan D menyatakan” Saat dikerokin akan
timbul warna merah sampai kehitaman jika
Pasca kerokan didapatkan peningkatan IL- memang benar-benar sakit”.
1 beta, Clq, dan beta endorfin, sementara
kadar C3 dan PGE2 justru turun. Penyebab Saat dikerok, biasanya akan terjadi
rasa nyeri adalah PGE2 sehingga jika perubahan warna kulit mulai dari
kadar PGE2 diturunkan maka nyeri akan kemerahan, merah kebiruan, bahkan
berkurang. Hasil ini menyebabkan menghitam. Perubahan warna kulit ini
menunjukkan tingkatan rasa sakit. Menurut Peningkatan suhu tubuh yang terjadi
Mochtar Wijayakusuma, warna kulit yang karena adanya energi atau panas yang
semakin menua menunjukkan semakin dihasilkan dari gesekan dua benda. Kalau
berat gangguan penyakitnya (Palupi, permukaan kulit dikerok, suhu tubuh pun
2008). akan meningkat. Panas yang cukup tinggi
berefek melebarkan pembuluh darah dalam
b. Kerokan sebagai terapi pelengkap dan kulit. Otomatis, peredaran darah jadi lancar
terapi alternatif dan oksigenasi lebih baik sehingga rasa
Dari hasil penelitian didapat 75 % sakit di tubuh berkurang. Ujung-ujungnya,
informan atau 3 dari 4 informan timbul pula reaksi otonomik (sistem
menyatakan bahwa kerokan merupakan parasimpatik). Saraf otonom pada bagian
terapi pelengkap dari terapi konvensional, belakang tubuh jadi seimbang.
sedangkan 25 % atau 1 dari 4 informan
menyatakan bahwa kerokan merupakan Dari pendapat diatas dapat disimpulkan
terapi pengganti terapi konvensional bahwa pada prinsipnya memang kerokan
sehingga dapat dijadikan sebagai terapi dapat dipergunakan sebagai terapi
alternative. Informan B, C dan D alternative atau dapat juga sebagai terapi
menyatakan,”…untuk bisa sembuh maka pelengkap dari terapi konvensional. Hal ini
selain kerokan juga harus diikuti dengan sejalan dengan proses yang terjadi saat
minum obat”. Informan A kerokan dimana terjadi perubahan
menyatakan,”Saya kalau sudah kerokan ya vakularisasi. Selain itu, dari hasil
tidak minum obat. Jadi untuk sembuh penelitian Tamtomo (2007) yang berjudul
hanya tinggal kerokan saja”. “Efektifitas Pengobatan Tradisional
Kerokan Pada Penanggulangan Nyeri Otot,
Kusnadi (dalam Siswono, 2004) didapat hasil memang kerokan merupakan
menyebutkan, prinsip kerokan adalah terapi yang efektif untuk nyeri otot.
upaya meningkatkan temperatur dan energi
pada daerah yang dikerok. Peningkatan c. Kerokan merupakan terapi yang membuat
energi ini dilakukan dengan pemberian kecanduan
rangsang kulit tubuh bagian luar. Dengan Secara faktual, memang banyak orang
merangsang permukaan kulit lewat merasa ketergantungan pada kerokan .
dikerok, saraf penerima rangsang di otak Dari hasil penelitian didapat 100 %
menyampaikan rangsangan untuk informan atau semua informan
menimbulkan efek memperbaiki organ menyatakan bahwa kerokan membuat
yang terkait dengan titik-titik meridian kecanduan. Informan A, B, C, D
tubuh seperti misalnya organ paru-paru. menyatakan,”Jika belum kerokan rasanya
belum mantap. Jadi bisa sembuh kalah
Pada prinsipnya efek kerokan yang hendak sudah kerokan”. Kemungkinan, penyebab
dicapai adalah mengembangnya pembuluh ketagihan pada kerokan adalah zat morfin
darah kulit yang semula menguncup akibat (endorfin). Morfin dikeluarkan oleh tubuh
terpapar dingin atau kurang gerak, sebagai reaksi local dari kerokan.
sehingga darah kembali mengalir deras.
Jadi dapat dikatakan, kerokan merupakan SIMPULAN DAN SARAN
upaya mengusir masuk angin dengan Kerokan merupakan kegiatan yang menyatu
peningkatan panas, dan bukan dengan budaya Jawa sejak lama. Kerokan
mengeluarkan angin lewat pori-pori kulit. dipercaya oleh masyarakat Jawa sebagai terapi
yang dapat mengobati beberapa penyakit.
Kerokan merupakan budaya yang turun
temurun. Hal ini dibuktikan dengan kerokan content.com/search?q=cache:UbYOn
dilakukan dari nenek, anak, dan cucu. Kerokan XENP4AJ:osdir.com/ml/culture.religio
juga dipercaya sebagai terapi yang mudah, n.healer.mayapada/200701/msg00090.
murah dan manjur. Kerokan dapat dijadikan html+kerokan&cd=3&hl=id&ct=clnk
sebagai terapi alternative dan pelengkap dari &gl=id)/ diperoleh 5 Februari 2010
terapi konvensional yang dapat mengakibatkan
kecanduan. Berdasarkan hasil penelitian ini, Palupi, R.D. (2008). How kerokan works?.
disarankan agar menjadikan kerokan sebagai http://fayday. wordpress.
terapi komplementer dalam dunia com/2008/01/16/how-kerokan-works /
keperawatan. diperoleh 5 Juni 2010

DAFTAR PUSTAKA Potter, P.A & Perry, A.G. (2009). Fundamental


Altheide, D.L. (2002). Ethnography content of Nursing. Elsevier Singapore: Mosby
analysis, http://www.publuc.asu.ewl. Elsevier)
Atdla/ethnographiccontentanalysis.pdf
/diperoleh 29 Maret 2004. Siswono. (2004). Mengatasi masuk angin
dengan kerokan. dari
Burns, N., & Grove, K. T. (1999). http://www.kompas.com
Understanding nursing research. ( 2nd /kesehatan/news/0401/28/052518.htm/
ed.). Philadelphia: WB Saunders diperoleh 5 Februari 2010.
Company.
Tamtomo, D. (2007). Efektifitas Pengobatan
Grbich, C. (1999) . Qualitative research in Tradisional Kerokan Pada
health: An introduction. St. Leonards; Penanggulangan Nyeri Otot..
Allen & Unwin Pty Ltd. http://www.mediamedika.net/archives/
1/ diperoleh 5 Februari 2010
Germain, C.P. (2004) Ethnography research,
http;//www.coe.missouri.edu/~
wang/portfolio/pages/ethnography.htm
./diperoleh 25 Maret 2005.

Hammersley, M., & Atkinson, P. (1995)


Ethnography; Principles in practice.(
2nded.). New York City: Biddle Ltd,
Guidford and King’s Lynn

Juntum, A. (2000). Ethno-insight,


http;//www.ethno-
insight.com/ourservice2html.,
diperoleh 25 Maret, 2004.

Massey, A. (1998, Ethnography research,


http://www.freeyourvoice.
co.uk.htm.way.wedo.htm., diperoleh 25
Maret, 2004)

Prasanti. (-). Kerokan dalam prespektif


kesehatan..http://webcache.googleuser

Anda mungkin juga menyukai