Makalah Aspek Keperilakuan Sektor Publik
Makalah Aspek Keperilakuan Sektor Publik
(Disusun dan didiskusikan pada mata kuliah Akuntansi Keperilakuan yang diampuh
oleh dosen Bapak Amir Lukum S. Pd, MSA)
Oleh :
FAIZAL DJAU (921417089)
FEBRIANTO (921417077)
PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “
Aspek Keperilakuan Pada Akuntansi Sektor Public”.
Makalah ini telah dibuat beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun makalah kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PEMBAHASAN
3.1.Kesimpulan ......................................................................................................................21
3.2.Saran ................................................................................................................................21
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pelaporan keuangan pemerintah di Indonesia merupakan salah satu hal yang menarik
untuk dikaji, mengingat semakin menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga
publik, baik di pusat maupun daerah. Dalam laporan keuangan pemerintah faktanya, masih
banyak disajikan data yang tidak sesuai yang berhasil ditemukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dalam pelaksanaan audit laporan keuangan pemerintah. Menurut
Mardiasmo (2006), dalam Pasal 33, Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, disebutkan bahwa Menteri
Keuangan berhak menunda penyaluran Dana Alokasi Umum (DAU) bila Pemerintah Daerah
belum menyerahkan laporan sistem keuangan daerah, termasuk Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah Yang Dimaksud dengan Akuntansi Sektor Publik ?
2. Apa Tujuan Dari Akuntansi Sektor Publik?
3. Apa- apa Saja Sifat Dan Karakteristik Akuntansi Sektor Publik?
4. Teknik Apa Saja Yang Dipakai Dalam Sektor Publik?
5. Bagaimana Sistem Akuntansi Sektor Publik?
6. Bagaimana Perkembangan Akuntansi Keperilakuan?
PEMABAHASAN
1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien, dan
ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumberdaya yang dipercayakan kepada
organisasi. Tujuan ini terkait dengan management control.
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer sektor publik untuk
melaporkan pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif program
dan penggunaan sumberdaya yang menjadi wewenangnya; dan memungkinkan bagi
pegawai sektor publik untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah
dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait dengan accountablity.
Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memilki tujuan untuk mencapai hasil
tertentu dan hasil tersebut harus memiliki manfaat. Dalam beberapa hal, akuntansi sektor
publik berbeda dengan akuntansi pada sektor swasta. Perbedaan sifat dan karakteristik
akuntansi tersebut disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi.
Perbedaan Sifat dan Karakteristik Organisasi Sektor Publik dengan Sektor Swasta
Pertumbuhan ekonomi
Tingkat inflasi
Tenaga kerja
Infrastruktur
Legitimasi pemerintah
Ideologi negara
Kelembagaan
Historis
Sosiologi masyarakat
Karakteristik masyarakat
Tingkat pendidikan
Pertumbuhan penduduk
Migrasi
Tingkat kesehatan
1) Akuntansi Dana
Pengertian Akuntansi Dana
Sumber daya keuangan berupa dana yang disediakan untuk digunakan oleh organisasi
nirlaba atau institusi pemerintah biasanya mempunyai keterbatasan penggunaan dalam
arti,dana-dana tersebut dibatasi penggunaanya untuk tujuan atau aktivitas tertentu yang
kadang merupakan syarat dati pihak eksternal yang merupakan penyedia dana.
Tidak seperti perusahaan swasta yang mencari laba, organisasi sektor public
mempunyai tujuan-tujuan yang spesifik. Organisasi sektor public dimana sumber daya yang
ada harus digunakan dengan tujuan tertentu. Secara umum, sangat lazim jika dari
keseluruhan dana yang dipunyai organisasi sector public, masing-masing mempunyai tujuan
tersendiri dalam penggunaanya, baik karena eksternal, faktor internal maupun karena
peraturan.
Adanya keterbatasan penggunaan dana memberikan implikasi akan suatu kewajiban untuk
memberikan pertanggungjawaban kepada pihak penyedia dana. Oleh sebab itu, organisasi-
organisasi nirlaba dan institusi pemerintah menggunakan akuntansi dana untuk mengontrol
dana yang terikat atau keterbatasan dalam penggunaan .
Dana kesatuan dana-dana yang dimiliki organisasi sector public, dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu :
Dana yang disediakan untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat non-business yang
menjadi bagian dari tujuan organisasi sector public
Dana yang dipisahkan untuk aktivitas-aktivitas yang bersifat bisnis. Digunakan sebagai
pendukung dari expendable fund
Persamaan tersebut tentu saja berbeda dengan persamaan akuntansi yang kita kenal pada
akuntansi keuangan yang digunakan dalam perusahaan komersial yang berupa :
Dalam Akuntansi Dana, dikenal istilah basis akuntansi dan focus pengukuran
(measurement focus). Basis akuntansi menentukan kapan transaksi dan peristiwa yang terjadi
diakui. Contoh, bila organisasi mengadopsi basis akrual penuh, transaksi diakui ketika
transaksi tersebut memiliki dampak ekonomi yang substantive. Kalau yang diadopsi adalah
basis kas, transaksi diakui hanya kalau kas yang berhubungan dengan transaksi tersebut
diterima atau dibayarakan.
Fokus Pengukuran dari suatu entitas akuntansi menentukan apa yang akan dilaporkan,
dengan kata lain jenis aktiva dan kewajiban apa saja yang diakui secara akuntansi dan
dilaporkan dalam neraca. Konsep basis akuntansi dan focus pengukuran ini berhubungan erat
dan pemilihan salah satu akan mengimplikasikan pemilihan yang lain.
2) Akuntansi Anggaran
Akuntansi anggaran mengacu pada praktik yang dilakukan oleh banyak organisasi
sector public, khususnya pemerintah dalam upaya menyajikan akun-akun operasinya dengan
format yang sama dengan anggaranya. Tujuan praktik ini adalah untuk menekankan peranan
anggran dalam siklus perencanaan-pengendalian-pertanggungjawaban.
Ide dibalik akuntansi anggaran ini adalah untuk kemudahan. Kesulitan biasanya
muncul karena organisasi yang berbeda biasanya mengadopsi format pelaporan yang berbeda
pula. Hal ini disebabkan oleh suatu fakta bahwa perbedaan instrinsik antara jasa yang
diberikan dalam organisasi yang berbeda tercermin dalam anggaran mereka.Akuntansi
Anggaran lebih berfokus pada bentuk akunya daripada isinya.
3) Akuntansi Komitmen
Akuntansi komitmen berfokus pada order yang dikeluarkan. Order yang diterima
yang terkait dengan pendapatan tidak akan dicatat sebelum faktur dikirimkan. Meskipun
akuntansi komitmen dapat memperbaiki pengendalian terhadap anggaran, namun terdapat
masalah dalam pengadopsian system tersebut ke dalam akun – akun keuangan. Akun yang
dicatat hanya didukung oleh order yang dikeluarkan. Pada umunya tidak ada kewajiban
hokum (legal liability) untuk patuh terhadap order yang terjadi dan order tersebut dapat
dengan mudah dibatalkan.
UU No.15 th 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara
Ketiga UU tersebut akan mendorong pemerintah untuk mengelola keuangan negara dengan
lebih baik dan membuat pertanggung jawabannya berupa laporan keuangan yang disusun
berdasarkan suatu standar akuntansi pemerintahan.
Dalam era globalisasi, reformasi, dan tuntutan transparansi yang semakin meningkat,
peran akuntansi semakin dibutuhkan. Tidak saja untuk kebutuhan pihak manajemen suatu
entitas, tetapi juga untuk kebutuhan pertanggung jawaban kepada banyak pihak yang
memerlukan.
Sejak tahun 2003 akhir, akuntansi pemerintahan mendapatkan perhatian dan dasar
hukum yang menggantikan produk Belanda tersebut. UU No.17 th 2003 tentang Keuangan
Negara menjadi pijakan penting perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia. UU
Keuangan Negara tersebut diikuti pula dengan UU No.1 th 2004 tentang Perbendaharan
Negara dan UU No.15 th 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab
Keuangan Negara. Dengan ketiga undang-undang tersebut, tuntutan akan akuntansi
pemerintahan semakin nyata.
Neraca menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu,
dimana informasi yang tersedia berupa informasi harta, kewajiban serta modal. Perhitungan
laba rugi menunjukkan pendapatan yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan serta hasil usaha
yang diperoleh dalam suatu periode yang terakhir pada tanggal yang tertera di neraca.
Laporan perubahan posisi keuangan menyajikan kegiatan pembiayaan dan investasi
perusahaan.
4. Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Menurut IPSAS (International Public
Sector Accounting Standards) laporan keuangan akrual secara umum setidaknya
terdiri dari:
a. Statement of Financial Position (Neraca),
b. Statement of Financial Performance (Laporan Kinerja Keuangan),
c. Statement of Changes In Net Assets/Equity (Laporan Perubahan dalam Aset
Bersih/Ekuitas),
d. Cash Flow Statement (Laporan Arus Kas), dan
e. Accounting Policies and Notes to The Financial Statements (Catatan atas
Kebijakan Akuntansi dan Catatan atas Laporan Keuangan)
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan
informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan
meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan
atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh
Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan
untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan
komitmen-komitmen lainnya. Dalam keadaan tertentu masih dimungkinkan untuk mengubah
susunan penyajian atas pos-pos tertentu dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Misalnya
informasi tingkat bunga dan penyesuaian nilai wajar dapat digabungkan dengan informasi
jatuh tempo surat-surat berharga.
Laporan tersebut akan diaudit terlebih dahulu oleh BPK untuk diberikan opini dalam
rangka meningkatkan kredibilitas laporan, sebelum disampaikan kepada para Stakeholder
antara lain : pemerintah (eksekutif), DPR/DPRD (legislatif) ,investor, kreditor dan
mesyarakat pada umumnya dalam rangka transpansi dan akuntanbilitas Keuangan Negara.
Dalam era globalisasi, reformasi, dan tuntutan transparansi yang semakin meningkat,
peran akuntansi semakin dibutuhkan. Tidak saja untuk kebutuhan pihak manajemen suatu
entitas, tetapi juga untuk kebutuhan pertanggungjawaban ( accountability ) kepada banyak
pihak yang memerlukan. Hal ini ditunjang oleh semakin berkembangnya teknologi informasi
yang memungkinkan masyarakat untuk menilai dan membandingkan suatu entitas lain. Untuk
itu tuntutan penyediaan informasi keuangan dan akuntansi semakin dibutuhkan.
Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN ) yang semakin besar merupakan salah
satu faktor pentingnya akuntansi pemerintahan. Perkembangan berikutnya semakin besar
dana yang dikelola menyebabkan adanya tuntutan transparasi sebagai hasil reformasi maka
Pemerintah harus mampu menyediakan pertanggungjawaban keuangan negara yang semakin
memadai. Pemberian opini tidak bisa memberikan pendapat ( Disclaimer ) atas Perhitungan
Anggaran Negara seharusnya tidak terjadi.
Cikal bakal penelitian akuntansi keperilakuan diawali oleh kerja Argyris pada tahun
1952 dengan tulisannya yang berjudul The impact of budget on people. Argyris mengamati
bahwa orientasi pekerjaan terhadap anggaran yang sangat ketat membuatkaryawan ter-
demotivasi, sehingga dari risetnya muncul solusi bahwa karyawan perlu diikutsertakan dalam
pembuatan anggaran. Dalam konteks inilah participative budgeting muncul, yang sampai saat
ini masih menjadi concern banyak peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan.
Lima tahun belakangan ini akuntansi keperilakuan berkembang dengan sangat pesat
di Indonesia. Hal ini berbeda dengan kondisi tahun 2001 lalu. Khomsiyah, 2001, menyatakan
pada saat itu penelitian akuntansi keperilakuan masih belum banyak dilakukan, mengingat
saat itu mata kuliah akuntansi keperilakuan juga belum banyak ditawarkan di perguruan
tinggi dan saat itu penelitian akuntansi hanya dilakukan oleh mahasiswa level magister dan
doktoral.
Perkembangan akuntansi saat ini tidak lagi berfokus sebagai bahasa bisnis di
organisasi profit tetapi fungsi akuntansi menjadi mutlak pula pada organisasi sektor publik
yaitu instansi pemerintah maupun organisasi nirlaba lainnya.
Organisasi sektor publik terdiri dari instansi pemerintahan dan organisasi nirlaba.
Pada organisasi kepemerintahan aspek akuntansi keperilakuan terjadi pada setiap siklus
anggaran. Siklus anggaran pemerintahan terdiri dari tahap perencanaan, tahap ratifikasi, tahap
implementasi dan tahap pelaporan/pertanggungjawaban (Mardiasmo, 2000).
Secara detil aspek keperilakuan dalam setiap siklus penganggaran pemerintah diulas berikut
ini:
1. Tahap Perencanaan
Paradigma baru didasarkan pada hasil (performance) dari pelaksanaan kebijakan dan
kegiatan. Paradigma ini
- Anggaran, adalah penjabaran dari rencana sesuai konsep money follows functions
dan berdasarkan kinerja, bukan sebagai nilai pagu yang harus dicapai atau yang harus
dihabiskan
- Penekanan pada kebijakan tidak sekedar peraturan yang kaku, rencana merupakan
moving target yang dapat bergulir (kerangka pengeluaran jangka menengah) sesuai
perkembangan kondisi;
Pergeseran paradigma tersebut tidak mudah, karena pada kenyataannya sulit merubah
budaya yang telah terjadi sekian lama, sehingga yang terjadi adalah anggaran yang berbaju
kinerja tetapi content-nya masih dominan tradisional.
Banyak faktor yang mempengaruhi budgetary slack termasuk salah satunya adalah
faktor budaya. Budaya paternal cukup kuat berpengaruh dalam meningkatkan budgetary
slack. Berbagai permasalahan di lapangan membuktikan hal itu. Contoh timbulnya polemik
atas surat edaran KPK untuk tidak menganggarkan THR dari APBN maupun APBD (Antara,
2005). Dapat dipahami upaya KPK untuk memberantas korupsi melalui himbauan ini.
Namun kali ini tampaknya KPK akan berhadapan dengan budaya yang sudah sangat
mengakar. Dalam masyarakat Indonesia momentum hari raya tidak saja sekedar semangat
merayakan dengan berbagai hidangan istimewa tetapi ada semangat berbagi di dalamnya.
THR yang diperoleh juga digunakan untuk men-THR-i lagi, THR bagi pembantu rumah
tangga, loper koran atau juga berbagi angpao saat mudik ke desa. Bahkan bagi seorang
pegawai rendahan sekalipun turut menyisihkan sejumlah seribuan atau limaribuan bagi sanak
saudara. Lebih baik tidak mudik kalau tidak memiliki sesuatu untuk “ninggali”.
Di sisi lain himbauan KPK agar pemberian THR tidak menggunakan dana APBD
sebetulnya sama artinya bahwa PNS tidak diperbolehkan menerima THR. Dan kalau ini
terjadi maka terdapat perlakuan diskriminasi terhadap tenaga kerja karena pemberian THR
juga berlaku di sektor swasta sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Menteri Tenaga
Kerja. Walaupun dalam suratnya dinyatakan bahwa hadiah lebaran dapat diberikan dengan
dana yang berasal dari iuran pejabatnya. Hal ini sangat sulit untuk direalisasikan karena gaji
maupun tunjangan pejabat PNS masih rendah. Apakah tidak sebaliknya, himbauan ini justru
akan mendorong pejabat untuk menerima pemberian dari pihak lain ?
Dalam budaya paternal yang sangat kental di pemerintahan, seorang pejabat akan
mencari-cari cara agar dapat “nyangoni” anak buah. Salah satu cara yang dapat dilakukannya
adalah dengan mengajukan anggaran berlebih. Dalam teori perilaku anggaran, hal ini dikenal
sebagai budgetary slack, yaitu kecenderungan berperilaku tidak produktif dengan
meng”overestimate’kan cost saat seorang pegawai mengajukan anggaran belanjanya. Maka
bukannya tidak mungkin kecenderungan untuk membuat SPJ fiktif dan mark-up anggaran
akan semakin besar.
2. Tahap Ratifikasi
Isu perilaku dalam aspek ratifikasi anggaran sangat kental dengan nuansa politis.
Tarik ulur kepentingan ekskutif dan legislatif sering terjadi, tahapan yang alot sehingga
menyebabkan mundurnya jadwal pengesahan APBD. Banyak APBD pemerintah daerah di
Indonesia yang mengalami keterlambatan pengesahan, antara lain Pemko Tanjung Pinang
(Sinar harapan, 31 Januari, 2009), Cimahi (pikiran-rakyat.com, 31 Desember 2008), Sumenep
(suarasurabaya.net, 26 Januari 2009). Bahkan menurut Menteri Dalam Negeri, pada tahun
2008, dari 33 propinsi hanya 22 propinsi yang menyelesaikan APBD tepat pada waktunya.
(Pos Kota, 29 Oktober 2008). Tentu saja keterlambatan pengesahan ini menyebabkan
terganggunya proses penganggaran berikutnya yang lebih krusial, yaitu realisasi mewujudkan
berbagai program pembangunan untuk kepentingan rakyat.
3. Tahap Implementasi
Masalah keperilakuan mulai timbul saat pengesahan APBD tidak sesuai dengan
jadwal. RAPBD yang seharusnya disahkan akhir Desember seringkali mundur menjadi bulan
Maret. Oleh karenanya kegiatan bulan Januari sampai dengan Maret menjadi tersendat. Di
sisi lain, bulan-bulan menjelang akhir tahun, kegiatan di kepemerintahan menjadi sangat
sibuk, karena proyek harus segera diselesaikan di tahun anggaran tersebut. Keterlambatan ini
tentu saja akan mempengaruhi kualitas pekerjaan terutama pekerjaan terkait aktivitas
pembangunan fisik.
Saat ini pemerintah Indonesia bekomitmen kuat untuk memberantas korupsi. Tiga
strategi dilakukan pemerintah yaitu, prevensi, edukasi dan investigasi. Kerjasama pemerintah
dengan berbagai media baik media cetak dan elektronik untuk mengekspos berbagai kasus
korupsi, misalnya kasus Gubernur NAD, kasus KPU, kasus BNI, kasus DPRD di berbagai
daerah saat ini mampu memjadi pressure bagi birokrat untuk bertindak lebih hati-hati. Hal ini
terbukti dari enggannya Pegawai Negeri Sipil untuk menjadi pimpinan proyek. Padahal dulu
jabatan pimpinan proyek dianggap sebagai jabatan basah yang banyak diincar PNS.
Aspek keperilakuan yang muncul saat implementasi anggaran juga disebabkan oleh
reformasi keuangan yang terjadi di sektor publik. Faktor pengendalian akuntansi sangat
dominan saat ini. Kesadaran pemerintah menggunakan akuntansi modern untuk mengelola
keuangannya menyebabkan beberapa konsekuensi timbul. Avianti, 2006, mengatakan
profesionalisme sumberdaya manusia di pemerintahan yang memahami akuntansi masih
lemah. Akuntansi pemerintahan lama tradisional masih menggunakan cash basis dan model
single entry, perubahan menuju akuntansi modern membutuhkan pegawai yang memiliki
kemampuan akuntansi memadai. Di sisi lain reformasi akuntansi pemerintahan menuntut
diterapkannya sistem akuntansi berbasis komputer. Keharusan untuk mengejar ketinggalan
ini memaksa pegawai birokrasi untuk berbenah memperbaiki kemampuannya. Aspek
keperilakuan timbul karena perubahan sistem berdampak terhadap aspek individu. Oleh
karena itu , Adam, 2004, meneliti aspek locus of control terhadap technological acceptance
pegawai pemerintah kota Surabaya. Lina, 2006, meneliti pemahaman akuntansi anggota
DPRD Bojonegoro.
4. Tahap Pelaporan/Pertanggungjawaban
Peran pemeriksa maupun pengawas dominan pada siklus ini. Aspek keperilakuan
dominan dalam tahap ini dipicu oleh keberadaan pemeriksan BPK, Khairiansah, yang
terekspose sangat kuat di media karena keberaniannya menguak kasus korupsi KPU. Istilah
whistleblower, undang-undang perlindingan saksi sempat menjadi tema sentral.
Keberadaan tekanan dalam lingkup kerja auditor telah banyak mendapat perhatian
dari para peneliti akuntansi keperilakuan. Beberapa faktor yang sering dihubungkan dengan
tekanan adalah budget waktu, deadline waktu, akuntabilitas dan justifikasi (Rahmawati dan
Honggowati, 2004). Tekanan muncul karena adanya potensi konflik yang terjadi ketika
auditor berusaha untuk memenuhi tanggungjawab profesionalnya. Akuntan secara terus
menerus berhadapan dengan dilema etika yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang
bertentangan. (Muawanah dan Indriantoro, 2001).
Louwers et al, 1997 dalam Muawanah dan Indriantoro, 2001, menyebutkan bahwa
klien memiliki peran dalam konflik etika auditor. Klien bisa menekan auditor untuk
mengambil tindakan yang melanggar standar pemeriksaan. Konflik terjadi karena dengan
memenuhi tuntutan klien berarti melanggar standar, di sisi lain menolak tuntutan klien bisa
berakibat pada berhentinya penugasan.
Fase ini merupakan tahap awal bagian dari persiapan anggaran dari keseluruhan
siklus anggaran. Perencanaan merupakan tugas utama dari eksekutif sebagai bagian dari
tanggungjawab utamanya dalam mengelola negara.
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Secara detil aspek keperilakuan dalam setiap siklus penganggaran pemerintah diulas antara
lain : Tahap Perencanaan, Tahap Ratifikasi, tahap implemenstasi, Tahap
Pelaporan/Pertanggungjawaban
http://hamtox.blogspot.com/2014/02/teknik-akuntansi-sektor-publik.html?m=1