Anda di halaman 1dari 24

ASPEK KEPRILAKUAN PADA AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

(Disusun dan didiskusikan pada mata kuliah Akuntansi Keperilakuan yang diampuh
oleh dosen Bapak Amir Lukum S. Pd, MSA)

Oleh :
FAIZAL DJAU (921417089)

FEBRIANTO (921417077)

KADEK HARTANA (921417103)

NUR FITRIA YUSUF (921417130)

FIDYAWATI HIYALI (921417134)

PRODI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “
Aspek Keperilakuan Pada Akuntansi Sektor Public”.

Makalah ini telah dibuat beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun makalah kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Gorontalo, 11 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang .................................................................................................................1

1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................................1

1.3.Tujuan Penuliasan ............................................................................................................1

BAB I PEMBAHASAN

2.1. Definisi Akuntansi Sektor Publik ...................................................................................5

2.2. Tujuan Akuntansi Sektor Publik .....................................................................................5

2.3. Sifat Dan Karakteristik Akuntansi Sektor Publik ...........................................................5

2.4. Teknik yang Dipakai Akuntansi Sektor Publik ..............................................................6

2.5. Sistem Akuntansi Sektor Publik .....................................................................................6

2.6. Perkembangan Akuntansi Kperilakuan...........................................................................8

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan ......................................................................................................................21

3.2.Saran ................................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................iii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Perkembangan sektor publik di Indonesia ditandai dengan menguatnya tuntutan


akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah. Dalam konteks
organisasi pemerintah, pengertian akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan
disclosure atas aktivitas dan kinerja finansial pemerintah kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan laporan tersebut. Menurut Standbury (2003) dalam Mardiasmo (2006)
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang
dilaksanakan secara periodik.

Dimensi akuntabilitas publik meliputi akuntabilitas hukum dan kejujuran,


akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program, akuntabilitas kebijakan, dan akuntabilitas
finansial (keuangan). Terkait dengan tugas untuk menegakkan akuntabilitas finansial,
khususnya di daerah, pemerintah daerah bertanggung jawab untuk mempublikasikan laporan
keuangan kepada pemangku kepentingannya (Indriasari dan Nahartayo 2008). Governmental
Accounting Standard Board (1999) dalam Concepts 2 Statement No. 1 tentang Objectives of
Financial Reporting menyatakan bahwa akuntabilitas merupakan dasar pelaporan keuangan
di pemerintahan.

Pelaporan keuangan pemerintah di Indonesia merupakan salah satu hal yang menarik
untuk dikaji, mengingat semakin menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga
publik, baik di pusat maupun daerah. Dalam laporan keuangan pemerintah faktanya, masih
banyak disajikan data yang tidak sesuai yang berhasil ditemukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dalam pelaksanaan audit laporan keuangan pemerintah. Menurut
Mardiasmo (2006), dalam Pasal 33, Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, disebutkan bahwa Menteri
Keuangan berhak menunda penyaluran Dana Alokasi Umum (DAU) bila Pemerintah Daerah
belum menyerahkan laporan sistem keuangan daerah, termasuk Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
1.2.Rumusan Masalah
1. Apakah Yang Dimaksud dengan Akuntansi Sektor Publik ?
2. Apa Tujuan Dari Akuntansi Sektor Publik?
3. Apa- apa Saja Sifat Dan Karakteristik Akuntansi Sektor Publik?
4. Teknik Apa Saja Yang Dipakai Dalam Sektor Publik?
5. Bagaimana Sistem Akuntansi Sektor Publik?
6. Bagaimana Perkembangan Akuntansi Keperilakuan?

1.3. Tujuan Penuliasan


1. Untuk mengetahui Apakah Yang Dimaksud dengan Akuntansi Sektor Publik
2. Untuk mengetahui Apa Tujuan Dari Akuntansi Sektor Publik?
3. Untuk mengetahui Apa- apa Saja Sifat Dan Karakteristik Akuntansi Sektor
Publik?
4. Untuk mengetahui Teknik Apa Saja Yang Dipakai Dalam Sektor Publik?
5. Untuk mengetahui Bagaimana Sistem Akuntansi Sektor Publik?
6. Untuk mengetahui Bagaimana Perkembangan Akuntansi Keperilakuan?
BAB II

PEMABAHASAN

2.1. Definisi Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi sektor publik adalah suatu proses pengumpulan, pencatatan,


pengklasifikasian, penganalisaan dan pelaporan transaksi keuangan suatu organisasi publik
yang menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang berguna
untuk pengambilan keputusan.

2.2. Tujuan Akuntansi Sektor Publik

1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien, dan
ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumberdaya yang dipercayakan kepada
organisasi. Tujuan ini terkait dengan management control.
2. Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer sektor publik untuk
melaporkan pelaksanaan tanggung jawab mengelola secara tepat dan efektif program
dan penggunaan sumberdaya yang menjadi wewenangnya; dan memungkinkan bagi
pegawai sektor publik untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah
dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait dengan accountablity.

2.3.Sifat Dan Karakteristik Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memilki tujuan untuk mencapai hasil
tertentu dan hasil tersebut harus memiliki manfaat. Dalam beberapa hal, akuntansi sektor
publik berbeda dengan akuntansi pada sektor swasta. Perbedaan sifat dan karakteristik
akuntansi tersebut disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi.
Perbedaan Sifat dan Karakteristik Organisasi Sektor Publik dengan Sektor Swasta

Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik meliputi: Faktor


ekonomi meliputi antara lain :

 Pertumbuhan ekonomi

 Tingkat inflasi

 Tenaga kerja

 Nilai tukar mata uang

 Infrastruktur

 Pertumbuhan pendapatan per kapita (GNP/GDP)

Faktor politik meliputi antara lain :

 Hubungan negara dan masyarakat

 Legitimasi pemerintah

 Tipe rezim yang berkuasa

 Ideologi negara

 Elit politik dan massa


 Jaringan Internasional

 Kelembagaan

Faktor kultural meliputi antara lain :

 Keragaman suku, ras, agama, bahasa dan budaya

 Sistem nilai di masyarakat

 Historis

 Sosiologi masyarakat

 Karakteristik masyarakat

 Tingkat pendidikan

Faktor demografi meliputi antara lain :

 Pertumbuhan penduduk

 Struktur usia penduduk

 Migrasi

 Tingkat kesehatan

2.4.Teknik Akuntansi Sektor Public

Teknik akuntansi sektor publik ada tiga yaitu :

1) Akuntansi Dana
 Pengertian Akuntansi Dana

Sumber daya keuangan berupa dana yang disediakan untuk digunakan oleh organisasi
nirlaba atau institusi pemerintah biasanya mempunyai keterbatasan penggunaan dalam
arti,dana-dana tersebut dibatasi penggunaanya untuk tujuan atau aktivitas tertentu yang
kadang merupakan syarat dati pihak eksternal yang merupakan penyedia dana.
Tidak seperti perusahaan swasta yang mencari laba, organisasi sektor public
mempunyai tujuan-tujuan yang spesifik. Organisasi sektor public dimana sumber daya yang
ada harus digunakan dengan tujuan tertentu. Secara umum, sangat lazim jika dari
keseluruhan dana yang dipunyai organisasi sector public, masing-masing mempunyai tujuan
tersendiri dalam penggunaanya, baik karena eksternal, faktor internal maupun karena
peraturan.

Untuk mengakomodasi keadaan itu, organisasi sector public membuat dana-dana


dalam sistem akuntansinya. Pemasukan yang dimiliki organisasi sector public kemudian
diklasifikasikan ke dalam dana-dana tersebut sesuai dengan tujuan dan maksud tertentu.

Adanya keterbatasan penggunaan dana memberikan implikasi akan suatu kewajiban untuk
memberikan pertanggungjawaban kepada pihak penyedia dana. Oleh sebab itu, organisasi-
organisasi nirlaba dan institusi pemerintah menggunakan akuntansi dana untuk mengontrol
dana yang terikat atau keterbatasan dalam penggunaan .

Dana kesatuan dana-dana yang dimiliki organisasi sector public, dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu :

1. Dana yang Bisa Dibelanjakan (Expendable Fund)

Dana yang disediakan untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat non-business yang
menjadi bagian dari tujuan organisasi sector public

2. Dana yang Tidak Bisa Dibelanjakan (Nonexpendable Fund)

Dana yang dipisahkan untuk aktivitas-aktivitas yang bersifat bisnis. Digunakan sebagai
pendukung dari expendable fund

 Persamaan akuntansi Dana

Dalam Akuntansi Dana dikenal persamaan akuntansi sebagai berikut:

AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA

Persamaan tersebut tentu saja berbeda dengan persamaan akuntansi yang kita kenal pada
akuntansi keuangan yang digunakan dalam perusahaan komersial yang berupa :

AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS


Disini terdapat perbedaan yang mendasar antara ekuitas dana dan ekuitas.
Diperusahaan selisih antara aktiva dan utang adalah ekuitas yang menunjukkan adanya
kepemilikan pada perusahaan tersebut oleh pemegang sahamnya. Sementara itu, di organisasi
sector public, ekuitas dana tidak menunjukkan adanya kepemilikan siapa pun karena memang
tidak ada kepemilikan individu dalam suatu organisasi sector public.

 Basis Akuntansi dan Fokus Pengukuran

Dalam Akuntansi Dana, dikenal istilah basis akuntansi dan focus pengukuran
(measurement focus). Basis akuntansi menentukan kapan transaksi dan peristiwa yang terjadi
diakui. Contoh, bila organisasi mengadopsi basis akrual penuh, transaksi diakui ketika
transaksi tersebut memiliki dampak ekonomi yang substantive. Kalau yang diadopsi adalah
basis kas, transaksi diakui hanya kalau kas yang berhubungan dengan transaksi tersebut
diterima atau dibayarakan.

Fokus Pengukuran dari suatu entitas akuntansi menentukan apa yang akan dilaporkan,
dengan kata lain jenis aktiva dan kewajiban apa saja yang diakui secara akuntansi dan
dilaporkan dalam neraca. Konsep basis akuntansi dan focus pengukuran ini berhubungan erat
dan pemilihan salah satu akan mengimplikasikan pemilihan yang lain.

2) Akuntansi Anggaran

Akuntansi anggaran mengacu pada praktik yang dilakukan oleh banyak organisasi
sector public, khususnya pemerintah dalam upaya menyajikan akun-akun operasinya dengan
format yang sama dengan anggaranya. Tujuan praktik ini adalah untuk menekankan peranan
anggran dalam siklus perencanaan-pengendalian-pertanggungjawaban.

Ide dibalik akuntansi anggaran ini adalah untuk kemudahan. Kesulitan biasanya
muncul karena organisasi yang berbeda biasanya mengadopsi format pelaporan yang berbeda
pula. Hal ini disebabkan oleh suatu fakta bahwa perbedaan instrinsik antara jasa yang
diberikan dalam organisasi yang berbeda tercermin dalam anggaran mereka.Akuntansi
Anggaran lebih berfokus pada bentuk akunya daripada isinya.

3) Akuntansi Komitmen

Akuntansi Komitmen adalah system akuntansi yang mengakui transaksi dan


mencatatnya pada saat order dikelurkan. Sistem akuntansi akrual mengakui biaya pada saat
faktur diterima dan mengakui pendapatan pada saat faktur dikeliurkan. Akuntansi komitmen
dapat digunakan bersama – sama dengan akuntansi kas atau akuntansi akrual. Akuntansi
komitmen terkadang hanya menjadi subsistem dari system akuntansi utama yang dipakai
organisasi. Akuntansi komitmen mengakui transaksi ketika organisasi melakukan transaksi
tersebut. Hal ini berarti transaksi tidak diakui ketika kas telah dibayarkan atau diterima, tidak
juga ketika faktur diterima atau dikeluarkan, akan tetapi pada waktu yang lebih awal, yaitu
ketika order dikeluarkan atau diterima.

Tujuan utama akuntansi komitmen adalah untuk pengendalian anggaran. Agar


manajer dapat mengendalikan anggaran, ia perlu mengetahui berapa besar anggaran yang
telah dilaksanakan atau dikeluarkan jika dihitung berdasarkan order yang telah dikeluarkan.
Dengan menerima akun atas faktur yang diterima atau dibayarkan, ia dapat dengan mudah
menghabiskan anggaran (overcommit). Tentu saja manajer yang teliti akan tahu bahwa akun
– akun tidak memasukkan order yang dikeluarkan yang mana faktur belum diterima dan oleh
karena itu ia membuat catatan sendiri agar ia tidak melakukan pemborosan anggaran (over
commit the budget).

Akuntansi komitmen berfokus pada order yang dikeluarkan. Order yang diterima
yang terkait dengan pendapatan tidak akan dicatat sebelum faktur dikirimkan. Meskipun
akuntansi komitmen dapat memperbaiki pengendalian terhadap anggaran, namun terdapat
masalah dalam pengadopsian system tersebut ke dalam akun – akun keuangan. Akun yang
dicatat hanya didukung oleh order yang dikeluarkan. Pada umunya tidak ada kewajiban
hokum (legal liability) untuk patuh terhadap order yang terjadi dan order tersebut dapat
dengan mudah dibatalkan.

2.5.Sistem Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi sektor publik merupakan akuntansi yang digunakan untuk organisasi


nirlaba yang memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan perusahaan atau sektor
swasta. Akuntansi sektor publik terdiri atas akuntansi pemerintahan, akuntansi rumah sakit,
akuntansi lembaga pendidikan, dan akuntansi organisasi nirlaba lain yang didirikan bukan
untuk mencari keuntungan semata-mata.

Di Indonesia perkembangan akuntansi pemerintahan secara pesat dipengaruhi oleh era


reformasi yang pada akhirnya menghasilkan tiga paket undang-undang di bidang keuangan
negara :
UU No.17 th 2003 tentang Keuangan Negara

UU No.1 th 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan

UU No.15 th 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara

Ketiga UU tersebut akan mendorong pemerintah untuk mengelola keuangan negara dengan
lebih baik dan membuat pertanggung jawabannya berupa laporan keuangan yang disusun
berdasarkan suatu standar akuntansi pemerintahan.

1. Kebutuhan Akuntansi Pemerintahan

Dalam era globalisasi, reformasi, dan tuntutan transparansi yang semakin meningkat,
peran akuntansi semakin dibutuhkan. Tidak saja untuk kebutuhan pihak manajemen suatu
entitas, tetapi juga untuk kebutuhan pertanggung jawaban kepada banyak pihak yang
memerlukan.

Di Indonesia, akuntansi pemerintahan secara historis belum banyak berkembang sejak


kemerdekaan 17 Agustus 1945. Menurut catatan sejarah, produk akuntansi pemerintahan
Indonesia pertama adalah Neraca Kekayaan Negara yang dikeluarkan pada tahun 1948.
Bentuk akuntabilitas keuangan ini masih dalam bahasa dan mata uang Belanda.

Sejak tahun 2003 akhir, akuntansi pemerintahan mendapatkan perhatian dan dasar
hukum yang menggantikan produk Belanda tersebut. UU No.17 th 2003 tentang Keuangan
Negara menjadi pijakan penting perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia. UU
Keuangan Negara tersebut diikuti pula dengan UU No.1 th 2004 tentang Perbendaharan
Negara dan UU No.15 th 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab
Keuangan Negara. Dengan ketiga undang-undang tersebut, tuntutan akan akuntansi
pemerintahan semakin nyata.

2. Dasar Hukum Standar Akuntansi Pemerintahan

Sistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual maupun yang


terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran dan pelaporan
posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah.

(Peraturan Pemerintahan tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, pasal 1).


Bergulirnya era reformasi memberikan sinyal yang kuat akan adanya transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Salah satunya adalah PP 105/2000 yang secara
eksplisit menyebutkan perlunya standar akuntansi pemerintahan dalam pertanggungjawaban
keuangan daerah.

Pada tahun 2002 Menteri Keuangan membentuk Komite Standar Akuntansi


Pemerintah Pusat dan Daerah yang bertugas menyusun konsep standar akuntansi pemerintah
pusat dan daerah yang tertuang dalam KMK 308/KMK.012/2002. UU Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara mengamanatkan bahwa laporan pertanggungjawaban
APBN/APBD harus disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi Pemerintahan,
dan standar tersebut disusun oleh suatu komite standar yang indenden dan ditetapkan dengan
peraturan pemerintah. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharan Negara kembali mengamanatkan penyusunan laporan pertanggungjawaban
pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan, bahkan
mengamanatkan pembentukan komite yang bertugas menyusun standar akuntansi
pemerintahan dengan keputusan presiden.

3. Laporan Keuangan Pokok

Akuntansi merupakan kegiatan jasa yang berfungsi menyediakan informasi keuangan


suatu badan usaha tertentu. Informasi ini disajikan dalam laporan keuangan yang terdiri dari
neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, laporan perubahan posisi keuangan serta
catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur
mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai
alokasi sumber daya.

Neraca menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu waktu tertentu,
dimana informasi yang tersedia berupa informasi harta, kewajiban serta modal. Perhitungan
laba rugi menunjukkan pendapatan yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan serta hasil usaha
yang diperoleh dalam suatu periode yang terakhir pada tanggal yang tertera di neraca.
Laporan perubahan posisi keuangan menyajikan kegiatan pembiayaan dan investasi
perusahaan.
4. Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Menurut IPSAS (International Public
Sector Accounting Standards) laporan keuangan akrual secara umum setidaknya
terdiri dari:
a. Statement of Financial Position (Neraca),
b. Statement of Financial Performance (Laporan Kinerja Keuangan),
c. Statement of Changes In Net Assets/Equity (Laporan Perubahan dalam Aset
Bersih/Ekuitas),
d. Cash Flow Statement (Laporan Arus Kas), dan
e. Accounting Policies and Notes to The Financial Statements (Catatan atas
Kebijakan Akuntansi dan Catatan atas Laporan Keuangan)

5. Laporan Keuangan Konsolidasian

Laporan Keuangan Konsolidasian merupakan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat


yang dihasilkan dari proses konsolidasi antar laporan-laporan yang dihasilkan oleh
Kementerian Negara/Lembaga. Sampai dengan level Kementerian Negara/Lembaga, laporan
keuangan yang dihasilkan masih berupa laporan keuangan gabungan/kompilasi, dalam arti
hanya menjumlahkan nilai setiap akun yang sama tanpa ada proses eliminasi.

6. Catatan Atas Laporan Keuangan Pemerintah

Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan
informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan
meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan
atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh
Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan
untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan
komitmen-komitmen lainnya. Dalam keadaan tertentu masih dimungkinkan untuk mengubah
susunan penyajian atas pos-pos tertentu dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Misalnya
informasi tingkat bunga dan penyesuaian nilai wajar dapat digabungkan dengan informasi
jatuh tempo surat-surat berharga.

Selain mensyarat penyusunan laporan keuangan di atas, PP SAP juga memuat


prosedur yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam menyusun dan menyaksikan laporan
keuangan baik bagi pemerintah pusat maupun daerah. Dengan adanya SAP maka laporan
keuangan pemerintah pusat/daerah akan lebih berkualitas (dapat dipahami, relevan ,handal
dan dapat diperbandingkan).

Laporan tersebut akan diaudit terlebih dahulu oleh BPK untuk diberikan opini dalam
rangka meningkatkan kredibilitas laporan, sebelum disampaikan kepada para Stakeholder
antara lain : pemerintah (eksekutif), DPR/DPRD (legislatif) ,investor, kreditor dan
mesyarakat pada umumnya dalam rangka transpansi dan akuntanbilitas Keuangan Negara.

7. Kebutuhan Akuntansi Pemerintahan

Dalam era globalisasi, reformasi, dan tuntutan transparansi yang semakin meningkat,
peran akuntansi semakin dibutuhkan. Tidak saja untuk kebutuhan pihak manajemen suatu
entitas, tetapi juga untuk kebutuhan pertanggungjawaban ( accountability ) kepada banyak
pihak yang memerlukan. Hal ini ditunjang oleh semakin berkembangnya teknologi informasi
yang memungkinkan masyarakat untuk menilai dan membandingkan suatu entitas lain. Untuk
itu tuntutan penyediaan informasi keuangan dan akuntansi semakin dibutuhkan.

Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN ) yang semakin besar merupakan salah
satu faktor pentingnya akuntansi pemerintahan. Perkembangan berikutnya semakin besar
dana yang dikelola menyebabkan adanya tuntutan transparasi sebagai hasil reformasi maka
Pemerintah harus mampu menyediakan pertanggungjawaban keuangan negara yang semakin
memadai. Pemberian opini tidak bisa memberikan pendapat ( Disclaimer ) atas Perhitungan
Anggaran Negara seharusnya tidak terjadi.

2.6.Perkembangan Akuntansi Keperilakuan


1. Akuntansi Keperilakuan di Sektor Swasta

Cikal bakal penelitian akuntansi keperilakuan diawali oleh kerja Argyris pada tahun
1952 dengan tulisannya yang berjudul The impact of budget on people. Argyris mengamati
bahwa orientasi pekerjaan terhadap anggaran yang sangat ketat membuatkaryawan ter-
demotivasi, sehingga dari risetnya muncul solusi bahwa karyawan perlu diikutsertakan dalam
pembuatan anggaran. Dalam konteks inilah participative budgeting muncul, yang sampai saat
ini masih menjadi concern banyak peneliti untuk melakukan penelitian lanjutan.
Lima tahun belakangan ini akuntansi keperilakuan berkembang dengan sangat pesat
di Indonesia. Hal ini berbeda dengan kondisi tahun 2001 lalu. Khomsiyah, 2001, menyatakan
pada saat itu penelitian akuntansi keperilakuan masih belum banyak dilakukan, mengingat
saat itu mata kuliah akuntansi keperilakuan juga belum banyak ditawarkan di perguruan
tinggi dan saat itu penelitian akuntansi hanya dilakukan oleh mahasiswa level magister dan
doktoral.

Pesatnya penelitian akuntansi dibuktikan dengan makin meningkatnya publikasi


penelitian ini baik dalam forum ilmiah seperti pada simposium nasional akuntansi maupun
pada jurnal ilmiah akuntansi seperi JRAI (Jurnal Riset Akuntansi Indonesia).Perdebatan
tentang keberadaan akuntansi keperilakuan sebagai sebuah bidang ilmu baru tidak mampu
menghadang munculnya penelitian baru di bidang akuntansi keperilakuan. Beberapa variabel
yang sering muncul dalam penelitian akuntansi keperilakuan seperti partisipasi dalam
pembuatan anggaran, pemahaman akuntansi, faktor kepribadian individu, tekanan sosial,
budaya adalah beberapa contoh yang membuktikan ikutsertanya bidang ilmu lain yaitu
psikologi dan sosiologi (Siegel dan Marconi, 1989).

Perkembangan dan kompleksitas dunia industri dan bisnis, dimana akuntansi


seringkali berfungsi sebagai bahasa bisnis menyebabkan aspek relasional dan interaksi antar
individu melibatkan aspek keperilakuan didalamnya.

Topik dalam penelitian akuntansi keperilakuan dapat dikelompokkan ke dalam aspek


keperilakuan yang terkait dengan financial control, budgeting, responsibility accounting,
performance evaluation, accounting system information, human resource accounting, social
accounting, pelaku akuntansi (karyawan bagian keuangan, auditor baik eksternal maupun
internal) Nampaknya kondisi realita dimana problematika dalam aspek perilaku pada
implementasi akuntansi dalam organisasi yang semakin besar membuat kecenderungan
penelitian dalam ranah ini semakin meningkat.

Perkembangan akuntansi keperilakuan ini disebabkan karena peran manusia yang


dominan dalam akuntansi. Bahkan Birnberg, 2008, yang mereview perkembangan akuntansi
majemen dalam tiga periode yaitu cost accounting period, modern management accounting
period and post-modern accounting period, reflect increasing emphasis on behavioral
materials in the management accounting courses. Birnbeg juga mengatakan bahwa enelitian
akuntansi keperilakuan pada abad 21 menjadi semakin menarik banyak peneliti karena dua
hal, the development of management control as a discipline/course and the increasing
emphasis on managemen accounting courses as service courses. Kedua hal ini juga menjadi
penyebab dalam perkembangan akuntansi keperilakuan sektor publik dalam konteks tuntutan
masyarakat dalam mewujudkan good goverrnment governance dalam bahasan selanjutnya.

2. Akuntansi Keperilakuan di Sektor Publik - Pemerintahan

Perkembangan akuntansi saat ini tidak lagi berfokus sebagai bahasa bisnis di
organisasi profit tetapi fungsi akuntansi menjadi mutlak pula pada organisasi sektor publik
yaitu instansi pemerintah maupun organisasi nirlaba lainnya.

Akuntansi sektor publik dulu dikenal sebagai akuntansi pemerintahan berkembang


pesat pada tahun 2000 sejalan dengan bergeraknya roda reformasi sektor publik di Indonesia.
Tuntutan rakyat akan terlaksananya good government governance dan penegakan demokrasi
turut memaksa birokrasi untuk mereinventing kembali organisasinya agar menjadi organisasi
yang efisien, efektif dalam memampukan terciptanya kesejahteraan masyarakat.

Di Indonesia, penelitian akuntansi keperilakuan pada organisasi publik masih sangat


jarang dilakukan namun beberapa mulai bermunculan. Kebanyakan penelitian masih
terinsipirasi oleh penelitian serupa di organisasi bisnis, misalnya penelitian tentang sistem
pengendalian akuntansi yang dihubungkan dengan kinerja yang dilakukan oleh Darma, 2005,
fenomena budgetary slack (Mardiasmo,2001; Henrika dan Mardiasmo,2002;
Yuhertiana,2004).

Organisasi sektor publik terdiri dari instansi pemerintahan dan organisasi nirlaba.
Pada organisasi kepemerintahan aspek akuntansi keperilakuan terjadi pada setiap siklus
anggaran. Siklus anggaran pemerintahan terdiri dari tahap perencanaan, tahap ratifikasi, tahap
implementasi dan tahap pelaporan/pertanggungjawaban (Mardiasmo, 2000).

 Aspek keperilakuan dalam siklus penganggaran pemerintah

Secara detil aspek keperilakuan dalam setiap siklus penganggaran pemerintah diulas berikut
ini:

1. Tahap Perencanaan

Saat ini terjadi reformasi penganggaran yang mengakibatkan perubahan perilaku di


sektor publik. Pada paradigma lama pengelolaan keuangan negara didasarkan fundamental
distrust, kontrol terhadap input relatif sangat ketat. Hal ini tercermin dari anggaran
berdasarkan line item, kontrol terhadap komitmen, verifikasi yang ketat terhadap dokumen
pembayaran, dan kontrol akuntansi.

Paradigma baru didasarkan pada hasil (performance) dari pelaksanaan kebijakan dan
kegiatan. Paradigma ini

antara lain memuat pengertian-pengertian baru yang menyangkut:

- Anggaran, adalah penjabaran dari rencana sesuai konsep money follows functions
dan berdasarkan kinerja, bukan sebagai nilai pagu yang harus dicapai atau yang harus
dihabiskan

- Penekanan pada kebijakan tidak sekedar peraturan yang kaku, rencana merupakan
moving target yang dapat bergulir (kerangka pengeluaran jangka menengah) sesuai
perkembangan kondisi;

- Fleksibilitas pengelolaan keuangan, sesuai dengan konsep lets the managers


manage;

- Akuntabilitas menekankan pada pengukuran kinerja, bukan kepada input dan


proses, tetapi pada output dan outcome.

Pergeseran paradigma tersebut tidak mudah, karena pada kenyataannya sulit merubah
budaya yang telah terjadi sekian lama, sehingga yang terjadi adalah anggaran yang berbaju
kinerja tetapi content-nya masih dominan tradisional.

Dalam bidang akuntansi, tahap perencanaan telah menjadi perhatian beberapa


peneliti, terutama terkait dengan isu budgetary slack dan partisipative budgeting
(Mardiasmo,2001; Henrika dan Mardiasmo,2002; Yuhertiana,2004). Yuhertiana, 2004
menemukan bahwa partisipative budgeting masih bersifat semu (pseudo). Di sisi lain
budgetary slack yang terjadi masih cukup besar.

Banyak faktor yang mempengaruhi budgetary slack termasuk salah satunya adalah
faktor budaya. Budaya paternal cukup kuat berpengaruh dalam meningkatkan budgetary
slack. Berbagai permasalahan di lapangan membuktikan hal itu. Contoh timbulnya polemik
atas surat edaran KPK untuk tidak menganggarkan THR dari APBN maupun APBD (Antara,
2005). Dapat dipahami upaya KPK untuk memberantas korupsi melalui himbauan ini.
Namun kali ini tampaknya KPK akan berhadapan dengan budaya yang sudah sangat
mengakar. Dalam masyarakat Indonesia momentum hari raya tidak saja sekedar semangat
merayakan dengan berbagai hidangan istimewa tetapi ada semangat berbagi di dalamnya.
THR yang diperoleh juga digunakan untuk men-THR-i lagi, THR bagi pembantu rumah
tangga, loper koran atau juga berbagi angpao saat mudik ke desa. Bahkan bagi seorang
pegawai rendahan sekalipun turut menyisihkan sejumlah seribuan atau limaribuan bagi sanak
saudara. Lebih baik tidak mudik kalau tidak memiliki sesuatu untuk “ninggali”.

Di sisi lain himbauan KPK agar pemberian THR tidak menggunakan dana APBD
sebetulnya sama artinya bahwa PNS tidak diperbolehkan menerima THR. Dan kalau ini
terjadi maka terdapat perlakuan diskriminasi terhadap tenaga kerja karena pemberian THR
juga berlaku di sektor swasta sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Menteri Tenaga
Kerja. Walaupun dalam suratnya dinyatakan bahwa hadiah lebaran dapat diberikan dengan
dana yang berasal dari iuran pejabatnya. Hal ini sangat sulit untuk direalisasikan karena gaji
maupun tunjangan pejabat PNS masih rendah. Apakah tidak sebaliknya, himbauan ini justru
akan mendorong pejabat untuk menerima pemberian dari pihak lain ?

Dalam budaya paternal yang sangat kental di pemerintahan, seorang pejabat akan
mencari-cari cara agar dapat “nyangoni” anak buah. Salah satu cara yang dapat dilakukannya
adalah dengan mengajukan anggaran berlebih. Dalam teori perilaku anggaran, hal ini dikenal
sebagai budgetary slack, yaitu kecenderungan berperilaku tidak produktif dengan
meng”overestimate’kan cost saat seorang pegawai mengajukan anggaran belanjanya. Maka
bukannya tidak mungkin kecenderungan untuk membuat SPJ fiktif dan mark-up anggaran
akan semakin besar.

2. Tahap Ratifikasi

Isu perilaku dalam aspek ratifikasi anggaran sangat kental dengan nuansa politis.
Tarik ulur kepentingan ekskutif dan legislatif sering terjadi, tahapan yang alot sehingga
menyebabkan mundurnya jadwal pengesahan APBD. Banyak APBD pemerintah daerah di
Indonesia yang mengalami keterlambatan pengesahan, antara lain Pemko Tanjung Pinang
(Sinar harapan, 31 Januari, 2009), Cimahi (pikiran-rakyat.com, 31 Desember 2008), Sumenep
(suarasurabaya.net, 26 Januari 2009). Bahkan menurut Menteri Dalam Negeri, pada tahun
2008, dari 33 propinsi hanya 22 propinsi yang menyelesaikan APBD tepat pada waktunya.
(Pos Kota, 29 Oktober 2008). Tentu saja keterlambatan pengesahan ini menyebabkan
terganggunya proses penganggaran berikutnya yang lebih krusial, yaitu realisasi mewujudkan
berbagai program pembangunan untuk kepentingan rakyat.
3. Tahap Implementasi

Tahap implemetasi anggaran adalah tahapan paling krusial khususnya bagi


pengendalian keuangan. Pada tahap inilah dana dicairkan untuk mendanai berbagai kegiatan
yang telah direncanakan dan telah disetujui oleh legislatif.

Masalah keperilakuan mulai timbul saat pengesahan APBD tidak sesuai dengan
jadwal. RAPBD yang seharusnya disahkan akhir Desember seringkali mundur menjadi bulan
Maret. Oleh karenanya kegiatan bulan Januari sampai dengan Maret menjadi tersendat. Di
sisi lain, bulan-bulan menjelang akhir tahun, kegiatan di kepemerintahan menjadi sangat
sibuk, karena proyek harus segera diselesaikan di tahun anggaran tersebut. Keterlambatan ini
tentu saja akan mempengaruhi kualitas pekerjaan terutama pekerjaan terkait aktivitas
pembangunan fisik.

Saat ini pemerintah Indonesia bekomitmen kuat untuk memberantas korupsi. Tiga
strategi dilakukan pemerintah yaitu, prevensi, edukasi dan investigasi. Kerjasama pemerintah
dengan berbagai media baik media cetak dan elektronik untuk mengekspos berbagai kasus
korupsi, misalnya kasus Gubernur NAD, kasus KPU, kasus BNI, kasus DPRD di berbagai
daerah saat ini mampu memjadi pressure bagi birokrat untuk bertindak lebih hati-hati. Hal ini
terbukti dari enggannya Pegawai Negeri Sipil untuk menjadi pimpinan proyek. Padahal dulu
jabatan pimpinan proyek dianggap sebagai jabatan basah yang banyak diincar PNS.

Aspek keperilakuan yang muncul saat implementasi anggaran juga disebabkan oleh
reformasi keuangan yang terjadi di sektor publik. Faktor pengendalian akuntansi sangat
dominan saat ini. Kesadaran pemerintah menggunakan akuntansi modern untuk mengelola
keuangannya menyebabkan beberapa konsekuensi timbul. Avianti, 2006, mengatakan
profesionalisme sumberdaya manusia di pemerintahan yang memahami akuntansi masih
lemah. Akuntansi pemerintahan lama tradisional masih menggunakan cash basis dan model
single entry, perubahan menuju akuntansi modern membutuhkan pegawai yang memiliki
kemampuan akuntansi memadai. Di sisi lain reformasi akuntansi pemerintahan menuntut
diterapkannya sistem akuntansi berbasis komputer. Keharusan untuk mengejar ketinggalan
ini memaksa pegawai birokrasi untuk berbenah memperbaiki kemampuannya. Aspek
keperilakuan timbul karena perubahan sistem berdampak terhadap aspek individu. Oleh
karena itu , Adam, 2004, meneliti aspek locus of control terhadap technological acceptance
pegawai pemerintah kota Surabaya. Lina, 2006, meneliti pemahaman akuntansi anggota
DPRD Bojonegoro.
4. Tahap Pelaporan/Pertanggungjawaban

Reformasi akuntansi dominan pada tahap pelaporan. Keberadaan PP 24 tahun 2005


sebagai tonggak akuntansi kepemerintahan di Indonesia memacu perubahan di tahap
recording maupun reporting data akuntansi. Segenap stakeholder sektor publik mulai dari
penyusun yaitu pemerintah/birokrat itu sendiri, legislatif, pemeriksa, pengawas, masyarakat,
LSM, media, lembaga donor, pemerintah asing perlu memahami laporan keuangan
pemerintahan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan
Catatan Atas Laporan Keuangan.

Peran pemeriksa maupun pengawas dominan pada siklus ini. Aspek keperilakuan
dominan dalam tahap ini dipicu oleh keberadaan pemeriksan BPK, Khairiansah, yang
terekspose sangat kuat di media karena keberaniannya menguak kasus korupsi KPU. Istilah
whistleblower, undang-undang perlindingan saksi sempat menjadi tema sentral.

Keberadaan tekanan dalam lingkup kerja auditor telah banyak mendapat perhatian
dari para peneliti akuntansi keperilakuan. Beberapa faktor yang sering dihubungkan dengan
tekanan adalah budget waktu, deadline waktu, akuntabilitas dan justifikasi (Rahmawati dan
Honggowati, 2004). Tekanan muncul karena adanya potensi konflik yang terjadi ketika
auditor berusaha untuk memenuhi tanggungjawab profesionalnya. Akuntan secara terus
menerus berhadapan dengan dilema etika yang melibatkan pilihan antara nilai-nilai yang
bertentangan. (Muawanah dan Indriantoro, 2001).

Louwers et al, 1997 dalam Muawanah dan Indriantoro, 2001, menyebutkan bahwa
klien memiliki peran dalam konflik etika auditor. Klien bisa menekan auditor untuk
mengambil tindakan yang melanggar standar pemeriksaan. Konflik terjadi karena dengan
memenuhi tuntutan klien berarti melanggar standar, di sisi lain menolak tuntutan klien bisa
berakibat pada berhentinya penugasan.

Fenomena Khairiansah membuktikan betapa besar tekanan yang dihadapi oleh


seorang auditor. Tekanan tersebut tidak hanya berasal dari klien-nya saja tetapi bahkan dari
atasannya yang hendak menjatuhkan sanksi karena dianggap Khairiansah tidak prosedural
melaporkan temuannya.Perlu menjadi catatan bahwa seorang auditor dituntut memiliki
profesional judgement. Sedangkan profesional judgment didasarkan pada keyakinan dan nilai
individu, maka pertimbangan moral memainkan peran penting dalam keputusan akhir
seseorang.
 Aspek Akuntansi Keperilakuan di Siklus Perencanaan Anggaran

Fase ini merupakan tahap awal bagian dari persiapan anggaran dari keseluruhan
siklus anggaran. Perencanaan merupakan tugas utama dari eksekutif sebagai bagian dari
tanggungjawab utamanya dalam mengelola negara.

Di Indonesia, perencanaan negara diatur dalam Undang-Undang No. 25 tahun


2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mengaturtahapan
perencanaan. Dalam perencanaan dikenal perencanaan jangka panjang, menengah, dan
tahunan. Perencanaan jangka panjang berjangka waktu 20 tahun dan perencanaan
jangka menengah berjangka waktu lima tahun. Pada institusi pemerintahan, badan
perencana baik pusat maupun daerah memiliki fungsi strategis karena
bertangggungjawab penuh sebagai pemilik tugas pokok dan fungsi. Adapun perencanaan
tahunan yang sifatnya jangka pendek memiliki arti lebih strategi lagi karena pada
perencanaan tahunan inilah tindakan riil akan direalisasikan atau dieksekusi. Saat ini terjadi
reformasi penganggaran yang mengakibatkan perubahan perilaku di sektor publik. Pada
paradigma lama pengelolaan keuangan negara didasarkan fundamental distrust, kontrol
terhadap input relatif sangat ketat. Hal ini tercermin dari anggaran berdasarkan line item,
kontrol terhadap komitmen, verifikasi yang ketat terhadap dokumen pembayaran, dan
kontrol akuntansi.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Akuntansi sektor publik adalah suatu proses pengumpulan, pencatatan,


pengklasifikasian, penganalisaan dan pelaporan transaksi keuangan suatu organisasi publik
yang menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang berguna
untuk pengambilan keputusan.

 Aspek keperilakuan dalam siklus penganggaran pemerintah

Secara detil aspek keperilakuan dalam setiap siklus penganggaran pemerintah diulas antara
lain : Tahap Perencanaan, Tahap Ratifikasi, tahap implemenstasi, Tahap
Pelaporan/Pertanggungjawaban

 Aspek Akuntansi Keperilakuan di Siklus Perencanaan Anggaran

Di Indonesia, perencanaan negara diatur dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2004


tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mengaturtahapan perencanaan.
Dalam perencanaan dikenal perencanaan jangka panjang, menengah, dan tahunan.
Perencanaan jangka panjang berjangka waktu 20 tahun dan perencanaan jangka
menengah berjangka waktu lima tahun. Pada institusi pemerintahan, badan perencana baik
pusat maupun daerah memiliki fungsi strategis karena bertangggungjawab penuh sebagai
pemilik tugas pokok dan fungsi. Adapun perencanaan tahunan yang sifatnya jangka pendek
memiliki arti lebih strategi lagi karena pada perencanaan tahunan inilah tindakan riil akan
direalisasikan atau dieksekusi. Saat ini terjadi reformasi penganggaran yang mengakibatkan
perubahan perilaku di sektor publik. Pada paradigma lama pengelolaan keuangan negara
didasarkan fundamental distrust, kontrol terhadap input relatif sangat ketat. Hal ini
tercermin dari anggaran berdasarkan line item, kontrol terhadap komitmen, verifikasi yang
ketat terhadap dokumen pembayaran, dan kontrol akuntansi.
Daftar pustaka
Nurlaela dan Rahmawati. 2010. “Pengaruh Faktor keperilakuan Organisasi
Terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah”. Simposium Nasional
Akuntansi XIII. Purwokerto.

Yuhertiana Indrawati.2009. “Menggali Peluang Baru Penelitian Diranah Akuntansi


Keperilakuan Sektor Publik. Jurnal, “Akuntansi Keperilakuan”

Yuhertiana Indrawati, Pranoto Soeparlan, Priono Hero.2015. “Perilaaku Difungsional


Pada Siklus Penggangaran Pemerintahan Tahap perencanaan Anggaran” Jurnal, perilaku
difungsional. Vol 19. Hal.2-14

http://hamtox.blogspot.com/2014/02/teknik-akuntansi-sektor-publik.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai