Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Epiglotitis adalah Suatu keadaan inflamasi akut yang terbatas pada struktur

supraglottis, sebagai contoh epiglotis, lipatan ariepiglotika,dan lipatan arytenoid. Yang bisa di

tandai dengan edema pada daerah tersebut dan memungkinkan terjadinya obstruksi dari jalan

nafas.1

Walaupun sudah jarang di temukan semenjak terdapat vaksin H.Influenza, epiglotitis

merupakan penyebab nyeri tenggorokan akut pada anak-anak maupun orang dewasa.

Penyakit ini paling sering di sebabkan oleh Haemophilus influenzae, namun pada orang

dewasa, epiglotitis dapat disebabkan organisme piogenik lainnya. H.influenza B adalah

organisme tersering kemungkinan penyebab kondisi ini pada anak-anak. 2,3

Penegakan diagnosisnya dengan gambaran klinik. Pemeriksaan rongga-mulut harus

secara berhati-hati. Pengobatan terdiri dari pemberian antibiotik amoxyciline dengan asam

clavulanat secara parenteral. Bila ada alergi terhadap antibiotika tersebut, dapat diberikan

jenis sefalosporin sebagai alternatif. Apabila jelas ada stridor, rawat inap di rumah sakit perlu

dan bila stridornya berat intubasi endotrakeal dan perawatan di bagian ICU (internsive care

unit). Trakeotomi jarang dilakukan.4


BAB II

A. Anatomi epiglottis

Epiglottis merupakan tulang rawan yang tipis fleksibel,berbentuk daun dan

fibroelastik. Sisi epiglottis dihubungkan dengan kartilago aritenoidea oleh plika ariepiglotika,

yang merupakan sebuah lipatan membrana mukosa. Pinggir atas epiglotis bebas. Membrana

mukosa yang melapisinya berjalan ke depan, meliputi permukaan posterior lidah sebagai

plika glossoepiglotika mediana. Lekukan pada membrana mucosa di kanan dan kiri plika

glossoepiglotika disebut vallekula. Di sebelah lateral, membrana mucosa berjalan ke dinding

faring membentuk plika glossoepiglotika lateralis.5,6

Epiglotis dapat dibagi menjadi bagian suprahioid dan bagian infrahioid. Bagian

suprahioid bebas baik pada permukaan laringealnya maupun permukaan lingualnya, dengan

permukaan mukosa laring lebih melekat dibandingkan dengan permukaan lingual. Akibat

permukaan mukosa laring melipat ke arah pangkal lidah, terbentuk tiga lipatan :dua buah

lipatan glosoepiglotika lateral dan sebuah lipatan glosoepiglotika medial. Dua lekukan yang

terbentuk dari ketiga lipatan tersebut disebut dengan valekula (dalam bahasa Latin berarti

“lekukan kecil”). Bagian infrahioid hanya bebas pada permukaan laringealnya atau

permukaan posterior. Permukaan ini memiliki tonjolan kecil yang disebut tuberkel. Di antara

permukaan anterior dan membran tiroid dan kartilago tiroid terdapat celah pre-epiglotika

yang berisilapisan lemak. Yang melekat secara lateral adalah membran kuadrangular yang

memanjang ke aritenoid dan kartilago kornikulata, membentuk lipatan ariepiglotika.2

B. Definisi epiglotitis

Suatu keadaan inflamasi akut yang terbatas pada struktur supraglottis, sebagai contoh

epiglotis, lipatan ariepiglotika,dan lipatan arytenoid. Yang bisa di tandai dengan edema pada

daerah tersebut dan memungkinkan terjadinya obstruksi dari jalan nafas.2


C. Etiologi

Walaupun sudah jarang di temukan semenjak terdapat vaksin Haemophilus Influenza,

epiglotitis merupakan penyebab nyeri tenggorokan akut pada anak-anak maupun orang dewasa.

Penyakit ini paling sering disebabkan oleh Haemophilus influenzae, namun pada orang dewasa

,epiglotitis dapat disebabkan organisme piogenik lainnya. Haemophilus influenza B adalah organisme

tersering kemungkinan penyebab kondisi ini pada anak-anak. 2,3

Daftar patogen-patogen yang dapat dikaitkan dengan supraglottitis meliputi, H. influenzae

yang tidak spesifik, H. para influenzae, Staphylococcus aureus, Streptococcus a-hemolitik, kelompok

Streptococcus A, B, dan C, S.moniae ( pneumocccus), S. pyogenes, S. milleri, S. viridans, E. coli,

Bacteroidesmelanogenus, K. pneumoniae, N. meningitidis, P. aeruginosa, Kingellakingae, Vibrio

vulnificus, Serratiaescens, Pasteurella multocida, Citrobacter diversus, M. catarrhalis, Aspergillus,

Mucormycosis, C. albicans, virus herpes simplex, virus varicella zoster, cytomegalovirus, virus

parainfluenza, virus influenza tipe B, dan M. tuberculosis. Meskipun sudah ada daftar patogen yang

sering kali di kaitkan dengan penyakit suprglottitis atau epiglotisis tetapi masih banyak kasus

supraglottitis terjadi tanpa identifikasi mikroorganisme yang jelas.2

D. ManifestasiKlinik

 Timbulnya gejala secara tiba-tiba dengan perkembangan cepat

 Nyeri tenggorokan dan disfagia adalah gejala yang sering di temukan pada pasien dewasa

 Dyspnea dan stridor adalah gejala yang sering di dapatkan pada anak-anak. Gejala ini

bersifat progresif dan mungkin bisa berakibat fatal kecuali di tangani

 Demam mungkin mencapai 40C,yang disebabkan oleh sepsis. Kondisi pasien bisa

memburuk dengan cepat.2

Gejala pada anak-anak dan orang dewasa umumnya hampir sama yaitu dengan jsakit

tenggorokan, demam, dan gangguan pernapasan. Anak dengan epiglotitis cenderung duduk

dengan mulut terbuka dan dagu mengarah ke depan,tidak serak dan batuk tidak disertai

croupy,namun kemungkinan besar mengalami disfagia, di kenal dengan posisi tripod. Suara
yang hilang atau serak, disertai dengan stridor menjadi gejala yang terakhir didapatkan.

Penyakit ini dapat memburuk dan menyebabkan gangguan pernapasan dengan sangat cepat.

Pada orang dewasa, obstruksi jalan nafas dapat terjadi lebih perlahan-lahan dibanding anak-

anak,namun tetap sama-sama berbahaya.1,4,6,7

E. Diagnosis

 Penekanan pada lidah dengan menggunakan spatel menunjukkan epiglottis yang

kemerahan dan bengkak.

 Laryngoskopi indirect menunjukkan udem dan kongesti dari struktur

supraglottic.Pemeriksaan ini bertujuan untuk menghindari ketakutan obstruksi komplit

pada laring, sebaiknya di lakukan di ruang operasi dengan fasilitas intubasi yang tersedia

 Pemeriksaan foto radiologi di leher dengan posisi lateral menunjukkan gambaran yang

dikenal dengan‘thumb sign” dan hal ini disebabkan oleh epiglotis yang bengkak2,8

F. Diagnosis Banding

Epiglotitis Akut Laringotrakeobronkitis

Akut

Patogen Haemophilusinflueza Parainfluenza tipe 1&2

tipe B

Umur 2 – 7 tahun 3 bulan – 5 tahun

Lokasi obstruksi Epiglotis / Supraglotik Subglotik

Onset Tiba – tiba dalam Bertahap dalam

beberapa hari beberapa hari

Suhu Tinggi Rendah

Disfagia Berat Biasanya tidak ada

Progresifitas Cepat Lambat


Gambaran radiologi Thumb print sign on Steeple sign on antero

lateral view posterior view


3

G. Penatalaksanaan

a. Rawat Inap

Rawat inap penting untuk menghindari kaegawat daruratan obstruksi jalan

nafas.Pasien biasanya dirawat harus dalam observasi dengan pengawasan yang sesuai oleh

departemen THT, dan unit perawatan intensif (ICU), sesuai dengan keadaan pasien.

Keterlibatan ahli anestesi dan dokter anak sangat penting dalam penanganan pasien

dengan kasus ini,oleh karena itu biasanya pasien dengan kasus seperti ini biasanya di

tangani dalam bentuk tim. Meskipun biasanya ada perbaikan dalam penanganan jalan

napas, kematian epiglottitis masih sering dikaitkan akibat komplikasi dari masalah jalan

nafas itu sendiri. Penanganan tepat yang segera dilakukan sangat penting untuk

meminimalkan hal yang tidak diinginkn. Penanganan khusus berdasarkan evaluasi yang

tepat terhadap pasien ini merupakan hal yang harus diperhatikan dan penanganan

konservatif dengan pengawasan ketat dengan intervensi jalan napas buatan untuk pasien

dengan distres nafas atau stridor yang berat. Pengawasan ketat harus di perhatikan karena

pada beberapa pasien, penyakit ini dapat memburuk dari pasien yang awalnya tanpa ada

gejala gangguan pernapasan berkembang menjadi gangguan nafas berat yang dapat terjadi

hanya dalam beberapa jam saja. 3,10

b. Antibiotik

Ampisilin atau sefalosorin generasi ketiga efektif melawan H. influenzae dan

diberikan melalui rute parenteral (mis. Atau iv) tanpa menunggu hasil usap tenggorokan

dan kultur darah


 Ampicilin

Ampicillin 50 mg/kg/hari dalam dosis terbagi ,efektif terhadap infeksi sekunder

yang disebabkan oleh bakteri coccus gram negatif dan H.influenza.

 Seftriaxone

Seftriaxone merupakan antibiotik pilihan untuk penyakit epiglotitis, obat ini

merupakan golongan obat sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas

yang bekerja terhadap organisme gram negatif, dengan efektifitasnya lebih rendah

terhadap organisme gram positif, dan efisiensi yang lebih tinggi terhadap

organisme resisten. mekanisme kerjanya yaitu pensilin berikatan dengan satu atau

lebih protein pengikat, ceftriaxone menghambat sintesis dinding sel bakteri dan

pertumbuhan bakteri. Dosis pemberian pada epiglottitis ceftriaxone 250 mg IM

sekali pemberian dapat dikombinasikan azitromisin 1 g oral sekali sehari

(dianjurkan).3,11

 Kloramfenikol

Kloramfenikol digunakan jika pasien alergi terhadap penisilin dan sefalosporin.

obat ini bekerja dengan berikatan dengan subunit bakteri-ribosom 50S di subunit

pada bakteri dan menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis

protein. Kloramfenikol efektif melawan bakteri gram negatif dan gram positif.

Dosis pemberian kloramfenikol 50 mg / kg / hari IV diberikan setiap 6 jam.

 Sefuroxime

Sefuroxime adalah antibiotik sefalosporin generasi kedua dengan kerja melawan

bakteri gram positif dan beberapa gram negatif, termasuk Haemophilus

influenzae. Cefuroxime berikatan dengan protein pengikat penisilin dan

menghambat proses transpeptidasi akhir pada sintesis peptidoglikan, yang


mengakibatkan kematian dinding sel. Dosis sefuroxime pada pasien dengan

epiglottitis 250 mg oral 2 kali sehari yang diberikan selama 10 hari.

 Sefotaksim

Sefotaksim adalah antibiotik sefalosporin generasi ketiga lainnya dengan kerja

spektrum luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. Obat ini berikatan

dengan protein pengikat penisilin dan menghambat langkah transpeptidasi akhir

sintesis peptidoglikan, yang mengakibatkan kematian dinding sel. Dosis

sefotaksim pada epiglottitis adalah 1 gr IM atau IV / 12 jam per hari.

 Klindamisin

Klindamisin adalah antibiotik semisintetik yang dihasilkan oleh substitusi 7 (S)-

kloro dari kelompok 7 (R) hidroksil dari senyawa induk linkomisin. Obat ini

menghambat pertumbuhan bakteri, dengan menghahambat disosiasi peptidyl

tRNA dari ribosom, yang menyebabkan sintesis protein yang bergantung pada

RNA untuk ditahan. klindamisin akan beredar luas di dalam tubuh, tanpa

penetrasi ke sistem saraf pusat. Obat ini membentuk ikatan protein dan

diekskresikan oleh hati dan ginjal. Dosis klindamisin pada epiglottitis klindamisin

50-450 mg 2 kali satu perhari 7 hari,tidak melebihi 1,8 g per hari, atau dapat di

berikan sebanyak 600-900 mg IV per delapan jam perhari.

c. Steroid

Hidrokortison atau deksamethasone diberikan dalam dosis tepat secara intra muskuler

atau intravena. Obat ini meringankan edema dan menyingkirkan kemungkinan untuk

trakeostomi. Contohnya pemberian hidrokortison 100 mg secara intravena perhari.

d. Cairan yang adekuat.

Pasien mungkin membutuhkan cairan yang diberikan secara parenteral.


e. Oksigenasi

Pasien mungkin membutuhkan terapi oksigen dengan menggunakan alat bantu

f. Intubasi atau trakeostomi

Intubasi pasien pada tahap yang relatif dini ini harus dilakukan dalam ruang operasi

dengan ahli anestesi berpengalaman karena risiko penyumbatan jalan napas dengan

instrumentasi pada laring . Trakeostomi jarang dilakukan dan hanya diperlukan pada

kasus yang sangat mendesak di mana pasien telah datang pada fase akhir

penyakitnya,dan intubasi tidak memungkinkan untuk dilakukan.Dalam data studi

kasus epiglottitis di Amerika Serikat, trakeostomi dilakukan pada 3% kasus

epiglottitis dewasa .3,9,11

H. Prognosis

Prognosis pada orang dewasa dengan epiglotitis akut dengan pengobatan yang sesuai

dan waktu yang tepat . Sebagian besar pasien dapat diekstubasi dalam beberapa hari.

Namun, epiglottitis yang tidak dapat dikenali dengan cepat dapat menyebabkan gangguan

jalan nafas dan kematian.

Meskipun epiglottitis akut memiliki prognosis yang baik, risiko kematian pada

penderita tetap tinggi hal ini disebabkan oleh obstruksi jalan tiba-tiba dan kesulitan

melakukan intubasi pasien dengan pembengkakan struktur supraglotis yang luas. Beberapa

kasus dilaporkan dengan berhentinya aktivitas jantung dan paru-paru secara tiba-tiba yang

di dapatkan pada pasien tanpa riwayat obstruksi jalan nafas sebelumnya ketika di rawat di

unit perawatan intensif (ICU). Penting untuk melakukan pengawasan ketat dan proteksi

jalan nafas yang adekuat pada pasien. Angkat kematian pasien dewasa pada kasus ini

sekitar 7%.
Sebuah studi retrospektif oleh Bellis et al dari 11 kasus dewasa epiglottitis akut berat

dilaporkan dari pengamata, penyebab utama kematian termasuk hiperemia dan edema

pada epiglottis dan edem pada daerah lipatan ariepiglotis.

Sebuah studi retrospektif oleh Shapira Galitz dan al menunjukkan pada epiglottitis

akut dewasa, pasien yang disertai keganasan umumnya lebih sering pada laki-laki, dengan

dispnea dan stridor, edema epiglottis dan edema lipatan ariepiglotis, dan juga

peningkatkan protein C-reaktif , hiperglikemia, dan riwayat penyakit epiglotitis episode

berulang.
Bab III

Daftarpustaka

1.anatomi klinis

2.ballenger

3. dhingra di web

4.bukuilmlmuthtessensial(4)

5.foto buku di album

6ilmu tenggorok

7boies
8.maqbool

9.scoot brown

10. current diagnosis and treatment

11.medscape

Anda mungkin juga menyukai