Anda di halaman 1dari 6

p-ISSN 1907-9850

e-ISSN 2599-2740

VALIDASI METODE DALAM PENENTUAN KADAR ETANOL PADA ARAK


MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI GAS DETEKTOR IONISASI NYALA

N. P. Widya Astuti1*, N. M. Suaniti2, I G. Mustika3


1
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas Dhyana Pura
2
Program Studi Kimia, FMIPA, Universitas Udayana
3
Program Studi Ilmu Gizi, Universitas Dhyana Pura
*Email: widyaastuti@undhirabali.ac.id

ABSTRAK

Arak merupakan hasil destilasi dari nira kelapa. Arak banyak di produksi di Kecamatan Sidemen,
Karangsem Bali. Produksi arak dilakukan secara tradisional sehingga belum diketahui dengan jelas kadar etanol
yang ada dalam arak tersebut. Metode kromatografi dapat digunakan sebagai metode dalam menentukan kadar
etanol dalam arak. Metode kromatografi dapat digunakan apabila telah dilakukan validasi. Penelitian ini
bertujuan untuk melakukan validasi metode kromatografi gas dengan detektor ionisasi nyala untuk menentukan
kadar etanol dalam arak. Kondisi kromatografi yang dipilih yaitu suhu injektor 250oC, suhu detektor 300oC,
dengan split rasio 20. Suhu awal kolom 500oC ditahan dua menit pada suhu tersebut, ditingkatkan secara
bertahap sebesar 10oC/menit sampai suhu mencapai 220oC dan ditahan selama lima menit. Laju alir dari kolom
yang terpilih adalah 0,7 mL/menit. Laju alir gas helium 40 mL/menit, laju alir nitrogen 50 mL/ menit dan laju
udara sebagai pengoksida 450 mL/menit. Senyawa standars yang digunakan dalam melakukan validasi yaitu
metanol, etanol dan butanol. Standar internal yang digunakan yaitu butanol. Hasil validasi metode kromatografi
gas yang diperoleh yaitu nilai resolusi Rs > 1,5 dan koefisien korelasi metanol 0,9998; etanol 0,9998 dan asam
asetat 0,9855. Batas deteksi dari masing – masing standar yaitu metanol 0,1059 ng; etanol 0,1688 ng. Nilai
ketelitian ditentukan dari koefisien variasi dari masing – masing standar yaitu metanol 0,7%; etanol 1,8%.
Sedangkan nilai ketepatan yaitu metanol 3,54%; etanol 3,53%.

Kata kunci: arak, etanol, kromatografi gas, detektor ionisasi nyala, validasi metode

ABSTRACT

Arak that contains an alcohol is the result from distillation of coconut palm. This kind of drink is widely
produced in Sidemen Sub-district, Karangsem Regency, Bali. The production of arak is commonly done
traditionally so that the level of ethanol in this palm wine it is not known exactly. The chromatographic method
can be used as the method for determining and then establishing the ethanol content in the wine. This method
can be applied for its determination after a validation has been carried out. This study aimed to validate the gas
chromatography method with a flame ionization detector. The chromatographic conditions selected were as
follows: the injector and the detector temperatures were of 250 oC and 300oC, respectively with a split ratio of 20.
The initial column temperature was of 50oC and was retained for two minutes followed by a gradual increase by
10o C/minute until the temperature reached 220oC and this temperature was retained for five minutes. The flow
rate of the selected column was 0.7 mL/minute. The flow rates of helium nitrogen gases and the air as the
oxidizer were of 40 mL/minute, 50 mL / minute, and 450 mL/minute, respectively. The standard compounds
used in this validation were methanol, ethanol and buthanol, during which buthanol was used as the internal
standard. The result of the gas chromatography method validation was as follows: Rs > 1.5 and the correlation
coefficients of methanol, ethanol and acetic acid were of 0.9998; 0.9998 and 0.9274, respectively, while the
detection limits of methanol and ethanol were of 0.1059 ng and 0.1688 ng, respectively. The precision values,
which were determined from the coefficient of variation from each standard, was found to be 0.7% for
methanol and 1.8% for ethanol, whereas the precision values for methanol and ethanol were of 3.54% and
3.53%, respectively.

Keywords: arak, ethanol, Gas Chromatography, Flame Ionization Detector, validation method

128
Validasi Metode Dalam Penentuan Kadar Etanol Pada Arak Menggunakan Kromatografi Gas
Detektor Ionisasi Nyala
(N. P. Widya Astuti, N. M. Suaniti, I G. Mustika)

PENDAHULUAN dalam kromatografi gas terdiri dari gas


pembawa, injektor, kolom dan detektor
Arak merupakan minuman beralkohol sedangkan kondisi yang dipilih yaitu suhu
yang digunakan dalam beberapa upacara injektor, suhu kolom, suhu detektor dan
keagamaan di Bali. Arak diproduksi dibeberapa kecepatan alir gas. Memisahkan senyawa
tempat di Bali. Salah satu tempat produksi arak dengan kromatografi gas perlu diperhatikan sifat
yaitu di Kecamatan Sidemen, Karangasem, Bali. fisik komponen yang akan dipisahkan. Suatu
Arak yang diproduksi di Kecamatan Sidemen metode analisis dapat digunakan apabila telah
masih dengan cara trandisonal dan tidak dilakukan validasi meskipun metode yang akan
dilakukan penentuan kadar etanol dari arak hasil dipakai sudah dipublikasikan pada jurnal, buku
produksi tersebut. Arak dihasilkan dari proses teks, dan buku resmi. Tanpa melakukan validasi
didestilasi dari nira kelapa yang telah pada kondisi percobaan, maka ada kemungkinan
difermentasi. Dalam menentukan kadar etanol data analisis yang diperoleh menyimpang dari
dalam arak diperlukan metode yang benar keadaan yang sebenarnya. Validasi metode
sehingga hasil yang diperoleh tepat dan akurat. dilakukan bertujuan untuk memberikan hasil
Metode kromatografi gas dengan detektor yang mendekati kebenaran. Karakteristik
ionisasi nyala merupakan metode yang tepat analisis dalam metode GC-FID yaitu linieritas,
dalam menentukan kadar etanol di dalam arak selektivitas, ketepatan dan ketelitian. semua
karena digunakan dalam pemisahan zat organik karakteristik dalam validasi metode tersebut
atau anorganik yang mempunyai sifat mudah digunakan untuk menentukan kualitas wine,
menguap (Tagliaro, 1992). GC-FID digunakan klasifikasi dan pengontrolan terhadap proses
dalam analisis kandungan etanol pada wine pembuatan wine (Ortega et al., 2001).
karena kandungan pada wine merupakan
senyawa yang mudah menguap. Metode ini MATERI DAN METODE
sangat memungkinkan dalam menentukan 30
kandungan senyawa volatil pada wine. Bahan
Kandungan senyawa volatile yang dianalisis Bahan yang digunakan arak hasil produksi
yaitu asetaldehid, 2,3-butanedione, aseton, di Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem,
alkohol, asam asetat, asam lemak dan 3-etil ester Bali, metanol, etanol, butanol dan aquades.
(Ortega et al., 2001).
Kromatografi gas digunakan untuk Peralatan
menentukan konsentrasi etanol. Metode ini Peralatan yang digunakan yaitu labu ukur
banyak dimodifikasi dan peningkatanya 10 mL, pipet mikro, gelas beker, kromatografi
signifikan dalam menentukan konsentrasi etanol gas GC-agilent Technologies 6890-N Network
(Tagliaro, 1992). Standar internal merupakan GC System, kolom HP InnoWax panjang 30 m;
modifikasi metode dalam kromatografi gas. diameter 0,32 µm dan laju alir 0,70 mL/menit,
Standar internal yang digunakan dalam dengan fase diam polietilen glikol, detektor
kromatografi gas bervariasi sesuai dengan ionisasi nyala (Flame Ionization Detector, FID),
teknik, peralatan dan kolom yang digunakan. gas pembawa helium (He), dan make-up gas
Senyawa yang sering digunakan sebagai standar nitrogen (gas tambahan)
internal yaitu n-propanol dan t-butanol (Zuba,
2002). Penggunaan standar internal bertujuan CARA KERJA
untuk membandingkan hasil kromatogram Penyiapan Larutan Standar
standar dengan sampel, standar internal Larutan metanol, etanol, butanol p.a
ditambahkan pada sampel yang akan dianalisis dibuat menjadi larutan 1000 ppm sebagai
(Cairn, 2009). larutan induk. Larutan tersebut diencerkan
Sebelum digunakan dilakukan optimasi sehingga diperoleh larutan methanol, etanol dan
kondisi kromatografi gas dengan memilih sistem butanol konsentrasi 50 ppm. Larutan campuran
dan kondisi yang sesuai, sehingga mendapatkan dibuat dengan mencampurkan larutan metanol,
pemisahan yang baik antara senyawa – senyawa etanol, butanol masing – masing dengan
yang akan dipisahkan. Sistem yang digunakan konsentrasi 1000 ppm dan perbandingan 1:1:1.
129
JURNAL KIMIA 12 (2), JULI 2018: 128-133

Larutan campuran diencerkan untuk injektor kromatografi gas kemudian dilakukan


memperoleh konsentrasi 25 ppm, 50 ppm, 100 pengamatan luas puncak. Data yang diperoleh
ppm, 200 ppm dan 300 ppm. Sampel arak dibuat persamaan regresi linier y=bx + a.
diencerkan 10 kali dan digunakan sebagai Masing – masing injeksi diulang sebanyak 3 kali
sampel penelitian. dan kemudian ditentukan koefisien
determinasinya. r2 ≥ 0,95 maka metode tersebut
Optimasi Kondisi Kromatografi Gas memenuhi parameter linieritas.
Larutan metanol, etanol, butanol masing –
masing dengan konsentrasi 50 ppm diinjeksikan Batas deteksi
ke dalam injektor kromatografi gas sebanyak 1,0 Batas deteksi ditentukan dari data persamaan
µL pada kondisi analisis. Setelah dipilih dan regresi
diperoleh kondisi kromatografi gas. Larutan
campuran metanol, etanol, butanol dengan Ketelitian dan ketepatan
perbandingan 1:1:1 konsentrasi 50 ppm Validasi ketelitian dan ketepatan
diinjeksikan ke dalam injektor kromatografi gas dilakukan dengan menginjeksikan larutan
sebanyak 1,0 µL. Kondisi yang optimal dipilih campuran 50 ppm sebanyak 1,0 µL dengan
berdasarkan kemampuan sistem dalam replikasi sebanyak 3x. Setelah memperoleh data
pemisahan metanol, etanol, butanol. dihitung standar deviasi (SD), koefisien variasi
(KV) dan area under curve (AUC) kromatogram
Parameter Validasi etanol.
Selektivitas
Pengujian selektivitas dilakukan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
cara menginjeksikan metanol, etanol, butanol, Optimasi kondisi kromatografi gas
dan sampel arak yang telah ditambahkan standar dilakukan dengan memilih sistem dan kondisi
internal butanol masing – masing sebanyak 1,0 yang sesuai, sehingga mendapatkan pemisahan
µL Masing – masing larutan metanol, etanol, yang baik antara senyawa – senyawa yang akan
butanol masing – masing dengan konsentrasi 50 dipisahkan. Kondisi kromatografi gas yang
ppm diinjeksikan ke dalam injektor kromatografi dipilih dalam penelitian ini yaitu suhu injektor
gas sebanyak 1,0 µL. Selektivitas dikatagorikan 2500C, suhu detektor 3000C, dengan split rasio
baik apabila terjadi pemisahan pada 20. Suhu awal kolom 500 C ditahan dua menit
kromatogram dengan nilai Rs ≥1,5 pada suhu tersebut, ditingkatkan secara bertahap
sebesar 100 C/menit sampai suhu mencapai 2200
Linieritas C dan ditahan selama lima menit. Laju alir dari
Uji linieritas dilakukan dengan cara satu kolom yang terpilih adalah 0,7 mL/menit. Laju
seri konsentrasi larutan campuran 25 ppm, 50 alir gas helium 40 mL/ menit, laju alir nitrogen
ppm, 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm masing – 50 mL/ menit dan laju udara sebagai pengoksida
masing diinjeksikan sebanyak 1,0 µL ke dalam 450mL/menit.

A B

Gambar 1. Kromatogram laruran standar (A) Kromatogram arak (B). (1) metanol, (2) etanol, (3)
butanol, (4) asam asetat
130
Validasi Metode Dalam Penentuan Kadar Etanol Pada Arak Menggunakan Kromatografi Gas
Detektor Ionisasi Nyala
(N. P. Widya Astuti, N. M. Suaniti, I G. Mustika)

Gambar 1 kromotogram larutan standar Hasil perhitungan ditunjukkan pada


(A) menunjukkan kromatogram memberikan tabel 1 dimana nilai koefisien korelasi dari
puncak pada waktu retensi 4,167 (metanol), senyawa standar yaitu r ≈ 1 .Menurut Suaniti et
4,646 (etanol), 8,282 (butanol), 11,232 (asam al., 2008, nilai koefisien korelasi yang baik yaitu
asetat). Sedangkan pada krmatogram arak r ≈ 1 dengan demikian detektor FID telah
memberikan puncak pada waktu retensi 4,634 memberikan respon yang linier antara luas
(etanol) dan 8,295 (butanol). Hasil analisis puncak dan konsentrasi sehingga hal tersebut
menunjukkan arak tidak mengandung metanol menunjukkan bahwa alat kromatografi gas yang
dan asam asetat Hal ini disebabkan karena arak digunakan mempunyai linieritas tinggi.
dihasilkan dari destilasi hasil fermentasi glukosa penentuan linieritas metode GC-FID yang
yang terkanung dalam nira kelapa. Proses digunakan mempunyai nilai linieritas pada
fermentasi glukosa menghasilkan etanol rentang yang normal yaitu r2 = 0,9938 dan
(Otulugbu, 2012) yaitu: 0,9998. Pada penelitian Ortega 2001 nilai r2
C6H12O6  2C2H5OH + 2 CO2 0,9938 – 0,9998 sehingga metode tersebut dapat
Standar internal yang digunakan dalam analisis digunakan dalam menentukan kandungan
larutan standar maupun sampel yaitu butanol. senyawa volatile pada wine.
Butanol mempunyai struktur kimia dan sifat –
sifat fisika yang hampir sama dengan etanol. Batas Deteksi
Standar internal digunakan dalam analisis Batas deteksi adalah konsentrasi analit
kromatogram karena fluktuasi parameter – terendah dalam sampel yang dapat dideteksi dan
parameter instrumental dapat mempengaruhi memberikan respon signifikan dibandingkan
keakuratan dalam analisis (Cairns, 2009). dengan blanko. Perhitungan dari hasil penelitian
menunjukkan nilai batas deteksi masing –
Selektivitas masing senyawa standar yaitu metanol = 0,1059
Nilai selektivitas hasil perhitungn ng ; etanol = 0,1688 ng ; asam asetat = 0,0837
senyawa standar menunjukkan nilai Rs ≥ 1,5, hal ng. Batas deteksi dari masing – masing standar
ini didukung oleh Skoog, et.al. 1992 bahwa dibawah 5,0 ng, hal ini didukung oleh
suatu senyawa akan terpisah sempurna dari Indrayanto 1994 bahwa apabila alat
senyawa – senyawa lain apabila nilai Rs ≥ 1,5. kromatografi gas dapat memberi respon pada
Selain itu telah dilakukan penelitian oleh Suaniti konsentrasi yang sangat kecil yaitu dibawah 5,0
2011 yang menunjukkan nilai Rs ≥ 1,5. ng, maka alat kromatografi gas mempunyai
Nilai resolusi menunjukkan kromatografi gas sensitifitas yang tinggi. Hal ini membuktikan
telah memisahkan senyawa – senyawa dengan bahwa alat kromatografi gas yang digunakan
selektifitas yang tinggi dalam kondisi yang dalam penelitian mempunyai sensitifitas yang
optimum. tinggi.

Linieritas Ketelitian dan Ketepatan


Nilai koefisien korelasi digunakan Validasi ketelitian dapat ditentukan dari
sebagai parameter untuk menentukan linieritas. simpangan baku dan koefisien variasinya.
Perhitungan hasil analisis diperoleh persamaan Koefisien variasi menunjukkan suatu
garis regresi senyawa standar. ketidaktelitian pengukuran. Hasil perhitungan
Tabel 1. Persamaan garis regresi standar pada tabel 2. menunjukkan koefisien variasi
metanol, etanol, dan asam asetat masing – masing standar yaitu metanol 0,7%;
etanol 1,8% dan asam asetat 1,8%.
Standar Persamaan garis Koefisien
regresi y=bx + a korelasi (r)
Metanol y = 0,34x – 1,41 0,9998
Etanol y = 0,32x – 0,79 0,9998
Asam Asetat y = 0,34x – 5,08 0,9855

131
JURNAL KIMIA 12 (2), JULI 2018: 128-133

Tabel 2. Data Validasi Ketelitian dan Ketepatan

Standar Konsentrasi Konsentrasi terukur (ng/µL) Sb KV K


sebenarnya I II III (%) (%)
(ng/µL)
Metanol 50 47,8971 48,5761 48,2209 0,34 0,7 3,54
Etanol 50 47,2684 48,4797 48,9534 0,87 1,8 3,53
Asam asetat 50 50,8274 49,7793 48,2028 0,88 1,8 0,79

Koefisien variasi dari standar telah memenuhi


syarat, yaitu ≤ 2%, hal ini didukung oleh SIMPULAN DAN SARAN
Chapman and Hall 1983 menyatakan bahwa Simpulan
koefisien variasi suatu senyawa telah memenuhi Berdasarkan hasil penelitian dapat
syarat apabila KV ≤ 2% yang menunjukkan disimpulkan bahwa metode kromatografi gas
pengukuran dengan kromatografi gas telah dengan menggunakan standar internal
memberikan ketelitian dengan validitas tinggi. memberikan hasil dengan validasi yang tinggi
Ketepatan dapat diungkapkan dengan yaitu nilai selektivitas dari masing – masing
kesalahan yaitu nilai ketepatan tergantung pada standar Rs > 1,5. Nilai linieritas ditunjukkan
besarnya penyimpangan data dari nilai rata – dengan koefisien korelasi metanol 0,9998;
rata dengan nilai sebenarnya. Uji validitas etanol 0,9998 dan asam asetat 0,9274. Batas
ketepatan memenuhi syarat apabila kurang dari deteksi yaitu metanol 0,1059 ng; etanol 0,1688
5% maka kromatografi yang digunakan ng; asam asetat 0,0837 ng. Nilai ketelitian yaitu
mempunyai validitas yang tinggi (Suaniti, metanol 0,7%; etanol 1,8% dan asam asetat
2011), hal ini mendukung hasil perhitungan 1,8%. Nilai ketepatan yaitu metanol 3,54%;
yang menunjukkan nilai ketepatan masing – etanol 3,53% dan asam asetat 0,79%. Metode
masing senyawa standar kurang dari 5% yaitu kromatogri gas dengan detektor ionisasi nyala
metanol 3,54%; etanol 3,53% dan asam asetat (GC-FID) yang telah dilakukan validasi dapat
0,79%. digunakan untuk menentukan kadar etanol
dalam arak
Penentuan Kadar Etanol Dalam Arak
Penentuan kadar etanol dalam arak Saran
dilakukan dengan menambahkan sampel arak Perlu dilakukan validasi dengan
dengan standar interal butanol dan dilakukan menggunakan metode lain dan mengaplikasikan
analisis menggunakan GC-FID setelah pada pengukuran sampel arak.
dilakukan validasi metode. Hasil analisis arak
ditunjukkan pada kromatogram yang UCAPAN TERIMA KASIH
memberikan puncak pada waktu retensi retensi
4,634 (etanol) dan 8,295 (butanol).Penentuan Penulis mengucapakn terimakasih kepada
kadar etanol pada arak dihitung menggunakan Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat,
persamaan kurva kalibrasi etanol dan diperoleh Direktorat Jendral Penguatan Riset dan
sebesar 17,88% (b/v). Hasil tersebut Pengembangan Kemetrian Riset, Teknologi dan
menunjukkan penentuan kadar etanol pada arak Pendidikan Tinggi atas bantuan dana hibah
menggunakan metode GC-FID yang telah dosen pemula yang telah diberikan.
divalidasi dan menggunakan standar internal
butanol dapat memberikan pemisahan yang baik. DAFTAR PUSTAKA
Metode ini telah digunakan dan menghasilkan
pemisahan yag baik setelah dilakukan validasi Cairns, D., 2009, Intisari Kimia Farmasi Edisi
terhadap sensitivitas, stabilitas, linieritas, akurasi Kedua, Penerjemah: Puspita. Jakarta:
dan presisi dalam menentukan α-tokoferol pada Penerbit Buku Kedokteran EGC.
plasma manusia (Demirkaya and Kadioglu, Terjemahan dari: Essentials of
2007)
132
Validasi Metode Dalam Penentuan Kadar Etanol Pada Arak Menggunakan Kromatografi Gas
Detektor Ionisasi Nyala
(N. P. Widya Astuti, N. M. Suaniti, I G. Mustika)

Pharmaceutical Chemistry Second Skoog, D.A., West, D.M., Heller, F.J., 1992,
Edition. Fundamentals of Analytical Chemistry,
Chapman and Hall, 1983, Statistics for sixth edition, Squanders College
Analytical Chemists, first edition, New Publishing, London.
Fetter Lane, London. Suaniti, N.M., 2011, Validasi Metode Analisis
De Martinis BS, Martin CC., 2002, Automated Alkohol dengan Kromatografi Gas
Headspace Solid-Phase Microextraction sebagai Acuan dalam Penentuan Etanol
And Capillary Gas Chromatography dalam Darah yang Terekspos Alkohol,
Analysis Of Ethanol In Postmortem Proceeding, Jurusan Kimia, F.MIPA,
Specimens, Forensic Sci Int., 128:115– Universitas Negeri Surabaya, ISBN: 978-
119. 979-028-378-7, 294-299.
Demirkaya, F. and Kadioglu, Y., 2007, Simple Tagliaro F, Lubli G, Ghielmi S, 1992,.
GC-FID Method Development And Chromatographic methods for
Validation For Determination Of Α - bloodalcohol determination. J
Tocopherol (Vitamin E) In Human Chromatogr.;580:161–190.
Plasma, Journal of biochemical and Zuba D, Parczewski A, Reichenbacher M.,
biophysical methods, 363–368. 2002, Optimization Of Solid-Phase
Ortega, C.., 2001, .Fast Analysis Of Important Microextraction Conditions For Gas
Wine Volatile Compounds Development Chromatographic Determination Of
And Validation Of A New Method Based Ethanol And Other Volatile Compounds
On Gas Chromatographic – Flame In Blood, J Chromatogr B Analyt
Ionisation Detection Analysis Of Technol Biomed Life Sci., 773:75–82.
Dichloromethane Microextracts, journal
of Chromatography, 923: 205–214.

133

Anda mungkin juga menyukai