TERAPEUTIK
Disusun Oleh :
Khairul Waldi
10542 0388 12
Pembimbing:
dr.Zulfikar Tahir, M.kes.,Sp.An
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
terapeutik
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Pembimbing
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala limpahan rahmat dan hidayah-
Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan hamba-Nya sehingga
penulis bisa menyelesaikan Referat dengan judul Anastesi pada laringoskopi,
bronkoskopi diagnostik dan terapeutik. Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Anestesiologi.
Penulis juga menyadari bahwa Referat ini masih jauh dari yang diharapkan oleh
karena itu penulis akan senang menerima kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan tugas ini. Semoga Referat ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan
Khairul Waldi
BAB I
PENDAHULUAN
Ikeda 1966 memperkenalkan bronkoskopi serat opticyang fleksibel, sejak itu bronkoskopi
serat optik dipakai secara luas dalam tindakan kelainan pada saluran nafas.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Laringoskopi
1. Definisi
Laringoskopi merupakan pemeriksaan laring yang digunakan untuk menginspeksi
nasofaring, hipofaring, dan glotis. Laringoskopi dapat digunakan untuk intubasi trakea
saat anastesi atau resusitasi jantung paru serta prosedur-prosedur operatif di bagian
laring dan saluran napas atas.3
2. Klasifikasi
a. Laringoskopi tidak langsung
Bagian luar laring selalu diperiksa lebih dahulu dengan inspeksi dan meraba
bagian luarnya. Bagian dalam laring diperiksa dengan laringoskopy indirect.
Pasien mengambil sikap-kepala tegak sambil melakukan insipirasi dalam
melalui hidung. Pasien menjulurkan lidah dan lidah itu dipegang diantara ibu
jari dan jari tengah dengan bantuan sepotong kasa. Pemeriksaan dibantu
dengan lampu kepala dan kaca tenggorok yang sudah dihangatkan ditempatkan
di tenggorok sampai ke dekat dinding belakang faring,dengan arah kaca ke
bawah, sehingga dapat dilihat seluruh laring sampai ke struktur dalamnya.
Perhatikan permukaan selaput-lendir laring, lumen, dan gerakan pita suara
yang diperiksa dengan cara pasien diminta mengeluarkan suara “iiii..” panjang.
Kadang-kadang pemeriksaan sukut dilakukan karena pasien mempunyai reflex
faring yang tinggi atau gerakan ingin muntah. Dengan menyemprotkan obat
analgetik local misalnya xylocaine 10%, reflex mintah dapat dikurangi.
Dengan memutar kaca ketika memeriksa laring tidak langsung,dapat terlihat
dengan jelas bagian-bagian laring 4
Gambar.1 laringoskopi tidak langsung
b. Laringoskopi langsung
Untuk pemeriksaan secara terinci dan untuk berbagai tindakan perlu dilakukan
laringoskopi langsung dengan narkosis. Laringoskopi direk (direct
laryngoscopy) merupakan pemeriksaan laring secara langsung dengan
menggunakan kabel serat optik dan laringoskopi kaku. Berbeda dengan
gambaran yang dihasilkan kaca pada laringoskopi indirek, pada laringoskopi
direk dapat terlihat laring secara langsung untuk mendeteksi adanya tumor,
benda asing, kerusakan saraf atau struktur lain maupun kelainan-kelainan lain.
Terdapat dua cara pemeriksaan laringoskopi direk (laryngoscopy direct) yang
saat ini dilakukan untuk memeriksa laring, yaitu: 1) menggunakan alat
laringoskop kaku yang dimasukkan langsung dari mulut hingga ke dalam
laring; 2) menggunakan kabel serat optik yang lentur (fleksibel) yang
dimasukkan melalui hidung dan diteruskan hingga masuk ke dalam
tenggorokan dan disebut flexible fiber-optic laryngoscopy (FFOL). 1 Flexible
fiber-optic laryngoscopy merupakan pemeriksaan yang paling umum
digunakan untuk melihat tenggorokan dan struktur sekitarnya. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui kelainan, biopsi, atau melihat adanya jaringan
abnormal, seperti polip pada bagian laring. Laringoskopi fiber optik fleksibel
dapat menunjukkan bagian-bagian seperti nasofaring, orofaring, hipofaring
dan laring. Salah satu keuntungan dari jenis laringoskopi ini ialah kamera yang
fleksibel dapat dimanipulasi secara tepat sehingga dapat menunjukkan gerakan
pita suara secara penuh. Selain itu, endoskopi yang digunakan dalam prosedur
ini terbuat dari kabel fiber optik yang tipis dan fleksibel sehingga pasien hanya
mengalami sedikit tidak nyaman saat alat dimasukkan dan tidak memerlukan
waktu yang lama.3,4
Kontrol Lidah
Karena teknik gunting dilakukan pada sisi kanan mulut pasien ,penyisipan
awal bilah laringoskop diarahkan dari kiri ke kanan. Setelah penyisipanselesai.
Bilah laringoskop harus sepenuhnya mengendalikan lidah dan
mengarahkannya ke sisi kiri mulut pasien. Teknik ini dilakukan dengan sedikit
rotasi pergelangan tangan melawan arah jarum jam. Kontrol lidah yang tidak
memadai adalah kesalahan yang sering terjadi pada intubator pemula.
Penyebab kontrol yang tidak memadai menyebabkan lidah njatuhkan kedua sisi
bilah tracheostomy dan mengurangi area untuk visualisasi dan penempatan dari
tabung trakea.5
Kontrol Epiglotis
Identifikasi Landmark
Tracheal tube harus dimasukkan dan masuk ke dalam dari sisi kanan.
Menempatkan tabung sejajar dengan garis pandang dapat mengarah
kerongkongan. Jika tabung tidak terlihat melewati celah di antara pita suara,
ujungn dari tracheal tub harus diamati melewati anterior ke celah interarytenoid
dan kartilago posterior.Trakea tube memiliki panjang standar 30 cm. Disituasi
tertentu, tidak jarang tabung menjadi masuk terlalu jauh. Tabung harus
distabilkan pada ujung garis bibir, dan penanda sentimeter di sepanjang tabung
harus diperiksa. Kedalaman penyisipan di garis bibir biasanya 23 cm untuk pria
dan 21 cm untuk wanita.5
3. Komplikasi
Komplikasi laringoskopi langsung:
1 Kontusio bibir dan lidah
2. Gigi yang hilang
3. Perforasi faring: Jika ada kemungkinan telah terjadi, pasien harus diamati dengan
cermat.Sebaiknya di konsul ke dokter bedah thorax. Perforasi dapat diobati dengan
operasi atau secara medis dengan cairan intravena, dengan antibiotik spektrum luas;
intake oral dihentikan. Perforasi sembuh cepat dengan rejimen ini, tetapi sebaiknya
dikonfirmasi dengan pemberian kontras sebelum membiarkan pasien melanjutkan
diet normal.
4. Gangguan pada jalan nafas bisa disebabkan oleh kompresi atau kinking tabung
endotrakeal.
5. gambaran hilangnya gelombang pada ekg harus diperhatikan dalam arrythmias
jantung. Jika terjadi, laringoskop harus dikeluarkan dari suspensi dan pasien
diventilasi dengan oksigen. aritmia berulang ketika alat di pasang ulang, maka tidak
disarankan untuk melanjutkan operasi.
6. Pembengkakan mukosa laring terutama di daerah subglotis pada anak-anak, harus
dihindari dengan kelembutanmanipulasi setiap saat.
7. Penghentian pemasangan laringoskop sering menyebabkan sedikit sianosis pada
lidah, yang tidak memiliki konsekuensi.
8. Laringospasme ini biasanya sering dan langsung terjadi setelah operasi diakibatkan
oleh darah atau sekresi lainnya di laring atau iritasi laring oleh bagian dari
endoskopi atau tabung . Kebanyakan ahli anestesi tidak menggunakan anestesi lokal
pada pita suara dan hal ini penting karena refleks batuk pasien harus segera ada
mengingat kemungkinan darah dilaring atau faring.6
B. Bronkoskopi
1. Definisi
Bronkoskopi, dengan menggunakan serat optik atau kaku, adalah sebuah prosedur
invasif untuk visualisasi bagian atas dan bawah saluran pernapasan untuk diagnosis
dan manajemen dari spektrum penyakit inflamasi, infeksi, dan keganasan pada jalan
nafas dan paru-paru. Bronkoskopi dapat mencakup pengambilan spesimen
jaringan(sikat bronkial, forceps, dan jarum), pencucian sel, lavage bronchoalveolar,
koagulasi, atau pengangkatan jaringan abnormal dengan laser. Bronkoskopi banyak
digunakan sebagai alat diagnostik dan terapeutik untuk manajemen jalan nafas.
Bronkoskopi dilakukan oleh seorang ahli bronkoskopi dokter yang terlatih khusus
dan dibantu oleh tenaga kesehatan profesional terlatih.7
Gambar 4.Bronkoskopi
2. Indikasi
a. Adanya lesi etiologi yang tidak diketahui pada foto radiografi dada atau
keperluan mengevaluasi pneumonia berulang, atelektasis persisten atau
infiltrat paru.
b. Kebutuhan untuk menilai fungsi dan kelayakan fungsi mekanik jalan nafas
atas.
c. Kebutuhan untuk menginvestigasi hemoptisis, batuk menetap tanpa penyebab
yang jelas, dispnea, mengi terlokalisir, atau stridor
d. Hasil sitologi sputum mencurigakan atau positif
e. Kebutuhan untuk meneliti sekresi saluran pernapas bagian bawah, cell
washings, dan biopsi untuk evaluasi sitologi, histologis, dan mikrobiologis.
f. Kebutuhan untuk menentukan lokasi dan luasnya cedera dari inhalaso atau
aspirasi dari zat beracun
g. Kebutuhan untuk mengevaluasi masalah yang terkait dengan endotrakeal tube
atau trakeostomi (kerusakan trakea, obstruksi jalan napas, atau penempatan
dari tabung)
h. kebutuhan untuk membantu dalam melakukan kasus intubasi yang sulit atau
trakeostomi perkutan
i. Kecurigaan bahwa sekresi atau lendir yang menyebabkan atelektasis lobus
ataupu segmental
j. Kebutuhan untuk menghilangkan jaringan endobronkial abnormal atau benda
asing dengan forsep,atau laser.
k. Kebutuhan untuk mengambil benda asing (meskipun dalam sebagian besar
keadaan, bronkoskopi kaku lebih dipilih)
l. Manajemen terapi toilet endobronkial pada ventilator terkait pada kasus
pneumonia
m. Intubasi selektif bronkus
n. Kebutuhan dalam menempatkan dan / atau menilai fungsi jalan napas dari stent
o. Kebutuhan ketika dilatasi balon saluran napas dalam pengobatan stenosis
trakeobronkial.7
3. Kontraindikasi
Kontraindikasi absolut termasuk
a. Tidak ada persetujuan dari pasien atau perwakilannya kecuali terjadi
kegawatdaruratan dan pasien tidak perlu untuk memberikan izin
b. Tidak adanya ahli bronkoskopi berpengalaman untuk melakukan atau
langsung mengawasi prosedur
c. Kurangnya fasilitas dan personil yang memadai untuk merawat keadaan
darurat seperti itu seperti henti jantung paru, pneumotoraks, atau perdarahan
d. Ketidakmampuan untuk oksigenasi yang memadai pasien selama prosedur
bronkioskopi.7
Anestesi general.
Untuk semua operasi endoskopi rutin kecuali augmentasi akibat paralisis dari cabang
nervus spinalis, teknik yang disering pakai adalah anestesi umum dengan tabung
endotrakeal dengan manset / cuffed.
Atropin 0,4 mg dengan injeksi intramuskular akan membuat faring kering dan
suxamethonium intravena melumpuhkan laring untuk diperiksa. premedikasi 0,5 mg
intramuscular atropine sulfate (Harvest Pharmaceutical Co, Ltd,Shanghai, Cina) 30
menit sebelum operasi. 6,8
Akses intravena dibuat dan sisrem pemantaan otomatis non-invasifsistem (Philips
Medical Systems, Herrsching,Jerman) dilengkapi dengan elektrokardiograf, otomatis
cuff inflasi / deflasi sphygmomanometer dan denyut pulseoksimeter digunakan untuk
mengukur secara terus-menerus denyut jantung (HR), tekanan arteri rata-rata (MAP)
dansaturasi oksigen darah (SpO2) dari pasien. Midazolam (0,03 mg / kg;Nhwa
Pharmaceutical Co, Ltd, Xuzhou, Cina) sebelumnya diberikan untuk induksi anestesi,
diikuti oleh infus target-controlled (TCI) 3,0 µg / mLpropofol (AstraZeneca UK
Limited, London, UK) dan 5,0 ng / mL remi fentanil hidroklorida (Humanwell
Pharmaceutical Co, Ltd, Yichang, Cina) menggunakan syringe pump sistem TCI
(SLGO Medical Technology Co., Ltd.,Beijing, Cina).8
Beberapa ahli anestesi lebih memilih menghindari penggunaan obat pelemas otot,
sebagai gantinya anestesi inhalasi kuat digunakan dalam membantu intubasi trakea dan
memberikan relaksasi selama operasi. Obat-obat ini memungkinkan transmisi
neuromuskuler untuk pulih, dan efek dari obat ini dapat dengan cepat dihilangkan
diakhir operasi. Secara teori, desflurane dan sevoflurane mungkin menawarkan
beberapa keuntungan, karena kelarutan darahnya rendah.Sevoflurane mungkin lebih
efektif daripada desflurane untuk insiden yang lebih rendah dari refleks jalan nafas
rangsang selama induksi inhalasi. 9
D. Anestesi pada Bronkosopi
1. Premedikasi
a. Antikolinergik - Misalnya, injeksiatropin 10 μg / kg intramuskuler / intravena dan
injeksi glikoprolrolat 5 ug / kg intravena /intramuskuler 30-60 menit sebelum prosedur
b. Benzodiazepin - Misalnya, injeksi midazolam 0,05-0,07 mg / kg intravena bisa
digunakan sebagai obat anti-kecemasan secara selektif pada beberapa kelompok
pasien
c. Bronkodilator - uji coba acak terkontrol telah menunjukkan bahwa tidak ada manfaat
agonis beta kerja pendek inhalasi sebelum bronkoskopi pada pasien dengan
kronispenyakit paru obstruktif. 11
2. Anestesi Topikal
Anestesi topikal sangat penting terutama dalam bronkoskopi fleksibel karena
membantu dalam membuat pasien lebih nyaman dengan sedasi. Anestesi hidung,
orofaring dan hipofaring diperlukan.Anestesi topikal di luar glotis menghambat refleks
batuk dan memungkinkan prosedur berlangsung lancar.
Anestesi topikal bervariasi di berbagai titik. Dasar teknik anestesi topikal terdiri dari
aplikasi 2% lignokain pada mukosa hidung dan menyemprotkan di cavum oral.
Lignocaine adalah obat yang paling umum digunakan untuk anestesi. Agen lain yang
dapat digunakan adalah tetracaine (2%), benzocaine (10-20%) dan kokain(4–10%).
Lignocaine umumnya digunakan karena kurang toksik, mudah didapat, dan durasinya
pendek. 11
3. Anestesi Umum pada bronkoskhopi
Obat sedasi pada bronkioskopi yang ideal harus mudah digunakan, memiliki yang
conset cepat, durasi aksi yang singkat dan dengan waktu pemulihan yang cepat. 9
Benzodiazepin
Obat ini biasa digunakan untuk sedasi. Obat ini meningkatkan efek asam butirat
gamma amino dan memiliki sifat sedasi, hipnotik, ansiolitik, antikonvulsan dan sifat
relaksasi otot. Midazolam adalah obat pilihan karena obat ini memiliki waktu paruh
eliminasi pendek dan onset aksi yang lebih cepat.Obat dapat menekan pusat ventilasi
dalam dosis rendah dan dapat menyebabkan apnea jika dalam dosis besar terutama pada
pasien dengan komorbiditas dan pada mereka yang menggunakan obat lain yang
menekan sistem pernafasan. Lorazepam dan diazepam juga dapat digunakan nsmun
demikian obat merupakan obat dengan aksi panjang. Dosis untuk midazolam,
lorazepamdan diazepam adalah 0,01-0,1 mg / kg, 0,03-0,05 mg / kgdan 0,04-0,2 mg /
kg, masing-masing. 11
Opioid
Obat ini sering digunakan karena sifat analgesiknya,sifat antitusif dan sedatif.
Dalam dosis tinggi, obat inidapat menyebabkan bradikardia dan hipotensi. Fentanyl
adalah opiod yang 100 kali lebih kuat daripada morfin dan memiliki aonset aksi yang
lebih cepat. [Dosis yang dianjurkan adalah 50-200 ug dengan dosis tambahan 25 ug.
Propofol
Propofol adalah agen anestesi kerja pendek yang digunakan pada bronkoskopi
untuk sedasi sedang. profopol memiliki onset cepat dan pemulihan yang cepat. obat
ini digunakan untuk efek hipnosis, antiemetik dan antipruritik. obat ini juga
melemahkan refleks jalan nafas atas tetapi bisa menyebabkan depresi pernapasan.
Dapat digunakan dalam dosis bolus atau infus terus menerus. Untuk induksi sedasi,
dosis 0,5-1 mg / kg selama 1 menit, diperlukan di ikuti oleh infus pemeliharaan adosis
1,5-4,5 mg / kg / jam. Dibandingkan dengan midazolam profopol memiliki kegunaan
dan keamanan yang hampir sama, tetapi dengan onset yang lebih cepat dan pemulihan
lebih cepat. Karena indeks terapi sempit antara sedasi sedang dan anestesi disarankan
untuk digunakan hanya oleh ahli anestesi. 9
BAB III
KESIMPULAN
Laringoskopi adalah suatu prosedur untuk memvisualisasikan struktur jalan nafas
bagian atas, dengan tujuan untuk menilai fungsi dan struktur serta jika ada gangguan di
jalan nafas bagian atas, laringoskopi terbagi atas dua yaitu laringoskopi indirect dan
laringoskopi direct Laringoskopi direct sering dilakukan untuk tujuan intubasi. Adapun
anestesi yang digunakan pada laringoskopi dapat berupa anastesi lokal yaitu contohnya
dengan penggunaan lidocaine 2% serta panggunaan kapas wol yang mengandung
kokain biasa digunakan untuk keperluan anestesi lokal. Adapun teknik anestesi yang
biasanya digunakan adalah anestesi umum dengan tabung endotrakeal dengan manset /
cuffed. Penggunaan obat pelumpuh otot pada laringoskopi pada umumnya di hindari
oleh ahli anestesi.
Bronkoskopi adalah suatu prosedur pemeriksaan pada bronkus untuk menilai
adanya infeksi, keganasan pada jalan nafas dan paru-paru. Bronkoskopi dapat mencakup
penilaian jalan nafas, pengambilan specimen untuk kepentingan diagnostik. Anestesi
yang digunakan pada bronkoskopi biasanya diawali dengan premedikasi berupa
antikolinergik, Benzodizepin,dan bronkodilator. Adapun lokal anestesi yang bisa
diberikan adalah lignokain 2% yang disemprotkan di daerah cavum oris.Obat-obat
sedasi yang biasa digunakan pada bronkoskopi adalah benzodiazepine,opiod dan
profopol.
DAFTAR PUSTAKA
1. Collin MD, 2014. Respiratory care,Direct and Indirect Laryngoscopy : Equipment and
technique, 59 (6) p.1-2
2. Mulyadi, 2011. Jurnal Kedokteran Syach Kuala,Bronkoskopi serat optic pada saluran nafas
bawah,11 (1) p.28
3. Broek PV, Feenstra L, Buku saku Ilmu kesehatan tenggorok, hidung dan telinga Edisi
12,Iskandar N.Anamnesis dan Pemeriksaan,p.32
4. Moninja YKG,Mengko SK,Peleaulu OCP, 2019, Jurnal e Clinic, Gambaran hasil pemeriksaan
fiber optik pada pasien rawat inap di RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Periode 2014-2019,7(1)p.13
5. Levitan RM, Cook Sather SD, 2000,Ochroch EA,Demistifying Direct Laryngescopy and
Intubation,Hospital Physican,p.49-56.
6. Anzy NJA, 2017,Direct Laryngoscopy a prospective study, p.5,7
7. AARC,2007, Bronchoscopy Asisting, Respiratory Care, 52(1),p 74-75
8. Pang L,Zhuang YY, Dong Z 2014,Intubation Without Muscle relaxation for suspension
laryngoscopy: A randomized, Controlled Study.Nigerian journal of clinical practice.17(4).p
457-458
9. Elksharkawy HA, Gakway U,2012,Anesthesic Management of direct laryngoscopy and
dilatation of subglottic stenosis in a patient with severe myasternya gravis.p 2
10. English J,Norris A,Bedforth N,2006, Anesthesia for Airway surgery,Continuing education in
Anesthesia, Critical care & pain.p 29
11. Chadha M, Kulshresta M, Biyani A 2015, Anesthesia for bronchoscopy,Indian Journal Of
Anesthesia.59(9),p 567-570.