Anda di halaman 1dari 11

International Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences

Vol. 4, No. 1, January 2016, 4–7

Perdarahan pada Trimester Pertama dan Akibatnya pada


Kehamilan: Studi Case Control
Betül Yakıştıran, Tuncay Yüce*, Feride Söylemez

Abstrak
Tujuan : Tujuan dari studi ini adalah untuk menentukan keluaran perinatal dan
komplikasi kehamilan (kelahiran premature, ketuban pecah dini preterm, preeklampsia,
lepasnya plasenta dan terhambatnya pertumbuhan janin intrauterine [IUGR] yang
menjadi ancaman untuk keguguran.

Material dan Metode : Sebanyak 963 pasien dimasukkan ke studi. Dari total ini, 493
perempuan terancam mengalami keguguran. Kelompok kontrol terdiri dari 470
kehamilan tanpa perdarahan pervagina di trimester pertama. Kami membandingkan dua
kelompok berdasarkan usia ibu, graviditas, paritas, riwayat aborsi spontan atau yang
diinduksi, periode kehamilan, keguguran atau kehamilan hidup, berat badan neonatus,
dan skor Apgar setelah 1 dan 5 menit, jenis kelamin neonatus untuk kehamilan hidup
dan persalinan preterm.

Hasil: Insidensi persalinan preterm, aborsi, berat badan janin rendah dan ketuban pecah
dini meningkat dalam kelompok yang terancam keguguran. Periode kehamilan rata-rata
pada kelompok yang terancam keguguran adalah 243 hari, pada kelompok kontrol 263
hari. Terdapat pengaruh lain dari usia ibu dan riwayat aborsi pada hasil akhir kehamilan
dengan ancaman keguguran. Namun jenis kelamin janin dan skor Apgar pada menit ke
1 dan ke 5 hampir mirip pada kedua kelompok.

Kesimpulan : Ancaman keguguran merupakan keadaan penting untuk memprediksi


hasil akhir ibu maupun janin pada kehamilan lanjut. Riwayat obstetri ibu pada
kehamilan sebelumnya harus ditanyakan. Hal ini penting untuk mempertimbangkan
kehamilan ini sebagai kelompok risiko tingi dan penyediaan perawatan antenatal yang
cermat.
Kata kunci : Aborsi, Perdarahan uterin, hasil akhir perinatal, persalianan preterm
International Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences
Vol. 4, No. 1, January 2016, 4–7

Pendahuluan
Perdarahan pada trimester pertama merupakan gejala yang umum pada kehamilan,
terjadi pada 16%-25% dari semua kehamilan. Empat penyebab utama dari perdarahan
nontraumatik pada awal kehamilan adalah kehamilan ektopik, keguguran (ancaman,
sedang berlangsung, inkomplit dan komplit), implantasi kehamilan dan patologi serviks.
Pemeriksaan pelvis dan pemeriksaan fisik harus dilakukan dan dilanjutkan dengan
bantuan tehnik pencitraan, diagnosis, dan rencana penanganan harus dirancangkan.

Abortus imminens didiagnosis sebagai perdarahan pervagina pada trimester pertama


dengan serviks yang tertutup dan dikonfirmasi dengan dentak jantung janin pada
ultrasound. Konfirmasi doppler pada aktivitas jantung janin untuk meyakinakan
perdarahan tidak berhubungan dengan kematian janin. Setelah menentukan diagnosis,
penanganan merupakan hal yang penting. Hampir 50% dari kehamilan berakhir pada
keguguran, jika kehamilan berlanjut, hasil akhir ibu dan janin yang jelek seperti
persalinan preterm, KPD preterm, preeklampsia, lepasnya plasenta dan terhambatnya
pertumbuhan janin (IUGR) dapat terjadi. Diketahui juga bahwa usia ibu, penyakit
sistemik seperti diabetes melitus, hipotiroidisme, terapi infertilitas, thrombofilia, berat
badan ibu dan anomali struktur uterin meningkatkan risiko dari abortus imminens.

Tujuan dari studi ini untuk menginvestigasi apakah ancaman aborsi membuat risiko
tinggi kehamilan, apa keluaran neonatal yang jelek dan karakteristik ibu yang mana
yang dapat mengubah hasil di klinik kami. Jawaban untuk pertanyaan ini dapat
mengubah penanganan anterpartum, peripartum dan postpartum kami. Kami bertujuan
untuk menyelidiki ancaman aborsi dan hasil akhir kehamilan pada pasien kami.

Bahan dan Metode


Pada studi retrospketif ini kami memeriksa 493 pasien dengan diagnosa abortus
imminens yang diakui dari Department of Gynecology and Obstetric, Medical Faculty,
Ankara University antara 2007 dan 2015. Ancaman keguguran ditentukan sebagai detak
jantung janin poitif pada ultrasound dan riwayat perdarahan vagina pada trimester
pertama. Kami memeriksa 470 perempuan hamil sebagai kelompok kontrol tanpa gejala
dari ancaman keguguran seperti perdarahan pervagina, bercak, atau nyeri pelvis.
International Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences
Vol. 4, No. 1, January 2016, 4–7

493 perempuan dengan ancaman keguguran dinamai kelompok A. Kelompok kontrol


(kelompok B), yaitu 470 kehamilan tanpa perdarahan pervagina trimester pertama.
Kami membandingkan dua kelompok berdasarkan usia ibu, graviditas, paritas, riwayat
aborsi spontan atau yang diinduksi, periode kehamilan, keguguran atau kehamilan hidup,
berat badan neonatus, dan skor Apgar setelah 1 dan 5 menit, jenis kelamin neonatus
untuk kehamilan hidup dan persalinan preterm.
Pengukuran hasil akhir termasuk persalinan preterm, berat badan lahir, skor Apgar
setelah menit ke 1 dan 5, keguguran atau kehamilan hidup, jenis kelamin janin, dan
riwayat obstetri ibu sebelumnya (graviditas, paritas, aborsi spontan, riwayat aborsi yang
diinduksi). Penilaian pada seluruh pasien meliputi penyakit ibu; trombofilia herediter,
kronik hipertensi dan diabetes melitus, hipotiroid, preeklampsia dan abnormalitas janin.
Trombofilia herediter meliputi thrombosis, mutasi G1691A pada 5 gen faktor, mutasi
G20210A pada gen protrombin, mutasi C677T dan mutasi A1298C pada gen MTHFR,
antitrombin 3, defisiensi protein C dan S.

Kriteria inklusi adalah kehamilan tunggal yang terdapat komplikasi perdarahan


pervagina setidaknya pada usia gestasi kurang dari 14 minggu dengan pulsasi detak
jantung positif yang dideteksi dengan ultrasound. Usia gestasi ditentukan dari periode
menstruasi terakhir dan ultrasound trimester pertama. Jika periode menstruasi terakhir
lebih dari 7 hari dari hitungan ultrasound yang terakhir, ultrasound digunakan untuk
menetapkan usia kehamilan.

Kehamilan multiple, pasien yang mempunyai patologi ginekologi seperti polip,


servisitis atau mioma servikal di eksklusi. Semua periode kehamilan pasien direkam dan
persalinan pretem (kehamilan<37 minggu) dan aborsi ( kehamilan <24 minggu)
diterima.

Data dianalisa dengan SPSS.21.0. Analisis statistik dari perbedaan antara kelompok
pasien dan kontrol untuk parameter yang menunjukkn distribusi normal dilakukan
dengan tes parametrik “independent-samples Student’s t test.” Digunakan sebagai tes
non parametrik, “Mann-Whitney U” digunakan untuk membuat perbandingan antara
International Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences
Vol. 4, No. 1, January 2016, 4–7

parameter yang tidak menunjukkan distribusi normal. Tes Pearson chi-square (non-
parametrik) dilakukan untuk menguji signifikansi statistikal dari perbedaan dalam
proporsi. Nilai p<0.05 dianggap sebagai signifikan secara statistik.

Hasil

Kami memeriksa pasien yang didiagnosis dengan ancaman keguguran yang datang ke
klinik karena perdarahan pervaginam trimester pertama antara 2007 dan 2015. Total
963 pasien yang terkumpul dalam studi. Dari 963 pasien, 493 wanita terancam
keguguran (kelompok A). Kelompok kontrol (kelompok B) termasuk 470 wanita hamil
tanpa perdarahan pervaginam trimester pertama. Hasil untuk kedua kelompok
ditampilkan pada tabel 1.

Pada kelompok A, terdapat dua kelompok, pertama ialah dengan lahir hidup dan kedua
ialah aborsi spontan. Kedua kelompok ini dibandingkan dengan masing masing sesuai
dengan usia ibu, gravida, paritas , aborsi spontan atau induksi. Namun, tidak ada
perbedaan yang signifikan diantara semua kelompok.

Pada 58 pasien (11,7%) dari kelompok A, terminasi kehamilan dengan aborsi spontan.
Pada 435 pasien (88,3%) dari kelompok A, kehamilan dilanjutkan setelah 24 minggu
gestasi. Hubungan antara perdarahan oervaginam dan kehamilan preterm juga
dievaluasi. Pada kelompok studi ini 94 pasien (21,6%) dari persalinan preterm, 60
pasien (63,8%) dengan usia gestasi 34-37 minggu dan 13 pasien (13,8%) antara 24-28
minggu gestasi.

Pada kelompok A; trombofilia herediter ditemukan pada 20 pasien selama penilaian pra
kehamilan. Pasien ini menggunakan low molecular weight heparin selama periode
kehamilan. 29 pasien hipotiroid, 4 diantaranya komplikasi plasenta previa dan
hipertensi yang diinduksi kehamilan terjadi pada 2 pasien. 11 diantaranya memiliki
penyakit berbeda seperti asma (satu pasien), psikosis (3 pasien), kanker serviks (1
pasien), bedah jantung (2 pasien), hipertensi kronik (3 pasien), diabetes melitus
pregestasional (2 pasien) dan sarkoidosis (1 pasien ). Juga 29 pasien dari kelompok A
ialah hipotiroid dan 5 diantaranya memiliki aborsi spontan. Kelompok wanita dengan
ancaman keguguran; 10 diantaranya memiliki komplikasi plasenta previa, 5 diantaranya
International Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences
Vol. 4, No. 1, January 2016, 4–7

komplikasi preeklampsia dan 13 diantaranya memiliki hipertensi yang diinduksi


kehamilan selama kehamilan. Hanya 1 diantara mereka yang memiliki exitus intrauterin
dan fetus kemudian diterminasi. Juga kolestasis diamati pada 3 pasien. Pada minggu
awal kehamilan 5 abnormalitas fetal ditentukan dengan ultrasound. 3 diantaranya ialah
trisomi 21 dan semuanya diterminasi. Abnormalitas lainnya termasuk Walker-warburg
syndrome dan higroma sistik; 3 kehamilan tidak dilakukan terminasi karena tidak
adanya persetujuan suami. Hanya 1 yang memiliki abrupsi plasenta pada 33 minggu
gestasi. IUGR pada 9 kehamilan dan DM gestasional pada 13 pasien didiagnosa.

Seperti yang terlihat dibawah, pada kelompok A dengan ancaman aborsi, usia maternal
lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol dan secara statistik signifikan. Tidak ada
perbedaan pada gravida karena dua kelompok. Namun, terdapat perbedaan secara
statistik pada paritas dan aborsi spontan. Pada kelompok kontrol, periode kehamilan
lebih panjang dibandingkan kelompok A. Jenis kelamin fetus sama di kedua kelompok.
Karena persalinan preterm lebih tinggi pada kelompok A; usia kelahiran lebih rendah
pada kelompok kontril. Namun, skor APGAR pada pertama dan menit ke-5 tidak
berubah.

Pada kelompok A, cerclage servikal dilakukan pada 1 pasien yang memiliki riwayat
konisasi servikal. Pada 8 pasien dengan persalinan preterm premature rupture of
membrane terjadi. Pada kelompok A< terdapat 2 kelompok; lahir hidup dan kelompok
aborsi spontan. Ketika kami membandingkan dua kelompok ini ; usia maternal, gravida,
paritas, ada atau tidaknya aborsi spontan atau aborsi induksi sebelumnya dan lahir hidup.
pada kelompok ancaman aborsi, tidak terdapat perbedaan statistik yang signifikan
antara aborsi atau lahir hidup selama kehamilan (Tabel 2).

Tabel 1. Perbandingan Outcome kehamilan pada kelompok Kontrol dan kelompok


Kasus

Ancaman
Aborsi Kontrol Nilai P
(n = 493) (n = 470)

Usia Maternal 33.5±5.4 28.8±5.2 <0.001


International Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences
Vol. 4, No. 1, January 2016, 4–7

Gravida 2.1±1.2 1.9±1.1 0.077


Paritas 0.51±0.75 0.68±0.94 0.006
Aborsi spontan 0.51±0.86 0.18±0.5 <0.001
Dilatasi Kuretase 0.14±0.47 0.09±0.42 0.11
Lahir hidup 0.46±0.71 0.65±0.78 0.002
Periode Kehamilan 243±59 263±35 <0.0001
Berat lahir 3115±665 3239±619 0.005
Jenis Kelamin 180/206 188/262 0.147
APGAR menit I 8±(0-9) 8±(0-9) 0.080
(median ± min-max)
APGAR menit ke-5 9±(0-10) 9(0-10) 0.060
(median ± min-max)
Kehamilan Preterm 94/493 40/470 <0.001
Abortus 58/493 20/470 <0.001

a P < 0.05 signifikan

Tabel 2. Aborsi Spontan dan Kelompok Lahir Hidup pada Kelompok A

Lahir Nilai
Hidup Aborsi P
(n = 435) (n = 58)
Usia 33.3±5.3 34.8±6.1 0.11
Gravida 2.1±1.2 2.1±1.4 0.21
Paritas 0.50±0.75 0.55±0.94 0.25
Riwayat Aborsi 0.51±0.86 0.44±0.78 0.55
Riwayat Dilatasi Kuretase 0.13±0.46 0.24±0.51 0.075
Lahir Hidup 0.46±0.70 0,48±0.78 0.61

a P < 0.05 signifikan

Diskusi
International Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences
Vol. 4, No. 1, January 2016, 4–7

Studi mengindikasikan bahwa wanita yang memiliki perdarahan pervaginam trimester


pertama meningkatkan resiko komplikasi kehamilan; terutama persalinan preterm ,
periode kehamilan lebih pendek, berat gestasi fetal yang lebih rendah dan preterm
rupture of membrane (1,2,7) . rerata periode kehamilan dengan kelompok ancaman
aborsi ialah 243 hari. Pada kelompok kontrol 263 hari. Terdapat pengaruh yang jelek
dari usia maternal dan riwayat aborsi pada kehamilan dengan ancaman aborsi (6,8).
Namun jenis kelamin dari fetus dan skor APGAR setelah 1 dan 5 menit sama antara dua
kelompok.

Perdarahan selama trimester pertama berhubungan dengan peningkatan resiko


persalinan prematur. Karena kegagalan implantasi dan invasi trofoblas, aborsi spontan
dapat terjadi pada awal kehamilan, aborsi spontan dapat terjadi pada awal kehamilan ,
PROM, PPROM ablasi plasenta dan preklampsia terjadi pada periode selanjutnya
(2,4,9) hasi kami sama dengan yang dilaporkan sebelumnya oleh Hossain et al. Menurut
studi tersebut, perdarahan pervaginam trimester pertama dan kedua sering dibandingkan
dengan perdarahan trimester perrtama, tetapi hanya resiko persalinan preterm pada
perdarahan trimester 3.

Persalinan preterm dan PPROM meningkatkan ancaman kegurguan. Karena


defisit besi bebas meningkat dari perdarahan subkorionik, radikal hidroksil yang
dikatalis kehancuran membrannya. Etiologi PPROM ialah reaksi inflamasi kronik
dalam desidua dan membran plasenta dengan kelamahan dan ruptur membran.
Investigator memiliki spekulasi bahwa trombosis desidua dan membran plasenta dengan
kelamahan dan ruptur membran. Pemeriksa memiliki spekulasi bahwa trombosis
desidua, iskemia dan nekrosis menghasilkan perdarahan pervaginam dengan respon
inflamasi dan pembentukan trombin. Trombin merupakan agen uterotonika dan dapat
membuat persalinan preterm selama persalinan dan aborsi spontan selama minggu awal
gestasi. Hematoma subkorionik dapat menyebabkan nidus yang dapat menjadi terinfeksi
dan menyebabkan ketuban pecah dini. Pada Saraswat et al mempelajari hasil yang
serupa untuk PPROM.

Persalinan prematur dan PPROM berhubungan dengan Berat Badan Lahir rendah
sebagai faktor yang dapat diprediksi. Studi kami menunjukkan bahwa berat janin lahir
International Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences
Vol. 4, No. 1, January 2016, 4–7

rendah lebih rendah pada kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ini
terkait dengan kelahiran pada kehamilan sebelumnya.

Unit perawatan intensif neonatal untuk berat badan lahir rendah meningkat karena
komplikasi prematuritas seperti gangguan pernapasan. Parameter obyektif dari sampel
darah tali pusat janin tidak terdeteksi untuk pH janin. Tapi kami mencatat skor APGAR
setelah menit ke-1 dan ke-5 pada kelompok ancaman aborsi karena meningkatkan
resiko prematuritas.

Selain itu pada kelompok dengan ancaman keguguran, riwayat obstetri maternal
(graviditas, paritas dan aborsi spontan atau induksi, exitus intrauterine) penting untuk
pemeriksaan selama perawatan prenatal. Dengan ancaman keguguran sebelumnya,
kehamilan ini mungkin lebih kompleks dengan kelahiran prematur, PPROM, berat lahir
rendah. Dalam literatur juga situasi ini terkait dengan hipertensi yang diinduksi
kehamilan dan preeklamsia dan skor Apgar yang jelek dengan riwayat obstetri
sebelumnya yang buruk

Jumlah dan karakteristik perdarahan terkait dengan outcome ibu dan janin yang buruk
yang tidak kami catat. Penelitian kami bersifat retrospektif sehingga kami menyelidiki
hanya pada rekam medis pasien. Jika hematom subkhorion terjadi, kami mencatat
ukuran hematoma pada scanning ultrasound. Ukuran sampel kami untuk hematoma
tidak cukup sehingga kami tidak memasukkannya. Semua data pasien diperoleh dari
database komputer dan file pasien sehingga jumlah pasien di bawah perkiraan. Di klinik
kami, sangat sedikit pasien dengan ancaman aborsi yang dirawat di rumah sakit; sangat
sedikit pasien yang dimasukkan dalam penelitian ini. Kami hanya menyertakan pasien
yang memiliki data lengkap baik dari database komputer dan file pasien.

Kesimpulan
Pada kesimpulan, ancaman aborsi adalah keadaan yang penting untuk memprediksi
hasil kehamilan lanjut, pada hasil akhir ibu dan janin. Riwayat obstetri ibu tentang
kehamilan sebelumnya harus ditanyakan. Hal ini untuk mempertimbangkan apakah
kehamilan ini kelompok risiko tinggi yang membutuhkan pelayanan antenatal yang
cermat.
International Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences
Vol. 4, No. 1, January 2016, 4–7

Isu Etika

Penyelidikan dilakukan dan dikirim ke Komisi Etik Universitas Ankara. Karena sifat
data non-rahasia yang diperlukan untuk studi, sifat retrospektif dari pengumpulan data,
persetujuan etika dan persetujuan pasien dianggap tidak perlu.

Konflik berkepentingan
Tidak ada yang harus diumumkan.

Dukungan keuangan
Studi kami tidak menggunakan dana dari otoritas apa pun.

Ucapan terima kasih


Tidak ada yang harus diumumkan.

Referensi
1. Evrenos A, Güngör A, Gülerman C, Cosar E. Obstetric outcomes of patients
with abortus imminens in the first trimester. Arch Gynecol Obstet.
2014;289(3):499- 504. doi:10.1007/s00404-013-2979-5.
2. Lykke JA, Dideriksen KL, Lidegaard O, Langhoff-Roos J. First trimester
vaginal bleeding and complications later in pregnancy. Obstet Gynecol.
2010;115(5):935- 944. doi: 10.1097/AOG.0b013e3181da8d38.
3. Saraswat L, Bhattacharya S, Maheshwari A, Bhattacharya S. Maternal and
perinatal outcome in women with threatened miscarriage in the first trimester: a
systematic review. BJOG. 2010;117:245- 257. doi:10.1111/j.1471-
0528.2009.02427.x.
4. Hossain R, Harris T, Lohsoonthorn V, Williams M. Risk of preterm delivery in
relation to vaginal bleeding in early pregnancy. Eur J Obstet Gynecol Reprod
Bio. 2007;135(2):158-163. doi.org/10.1016/j. ejogrb.2006.12.003.
5. Dadkhah F, Kashanian M, Eliasi GA. Comparison between the pregnancy
outcome in women both with or without threatened abortion. Early Hum Dev.
2010;86(3):193-196. doi:10.1016/j. earlhumdev.2010.02.005.
International Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences
Vol. 4, No. 1, January 2016, 4–7

6. Gitau G, Liversedge H, Goffey D, Hawton A, Liversedge N, Taylor M. The


influence of maternal age on the outcomes of pregancies complicated by
bleeding at less then 12 weeks. Acta Obstetricia et Gynecologica
2009;88(1):116-118. doi:10.1080/00016340802621005.
7. Johns J, Jauniaux E. Threatened miscarriage as a predictor of obstetric outcome.
Obstet Gynecol. 2006;107:845-850. doi:10.1097/01.
AOG.0000206186.91335.9a.
8. Yang J, Savitz DA, Dole N, et al. Predictors of vaginal bleeding during the first
two trimesters of pregnancy. Paediatric Perinatal Epidemiol. 2005;19(4):276-
283. doi: 10.1111/j.1365-3016.2005.00655.x.
9. Hackney DN, Glantz JC. Vaginal bleeding in early pregnancy and preterm birth:
systematic review and analysis of heterogeneity. J Maternal-Fetal Neonatal Med.
2011;24(6):778-86. doi:10.3109/14767058.2010 .530707.
10. Velez Edwards DR, Baird DD, Hasan R, Savitz DA, Hartmann KE. First
trimester bleeding characteristics associate with increased risk of preterm birth:
data from a prospective pregnancy cohort. Hum Reprod. 2012;27(1):54-60.
doi:10.1093/humrep/der354.
11. Yang J, Savitz DA. The effect of vaginal bleeding during pregnancy on preterm
and small for gestational age births: US national Maternal and Infant Health
Survey, 1988. Paediatric Perinatal Epidemiol. 2001;15(1):35-39.
doi:10.1046/j.1365-3016.2001.00318.x.
12. Mulik V, Bethel J, Bhal K. A retrospective population based of primigravid
women on the potential effect of threatened miscarriage on obstetric outcome. J
Obstet Gynecol. 2004;24(3):249-253. doi:10.1080/01 443610410001660724.
13. Rosen T, Kuczynski E, O’Neill LM, Funai EF, Lackwood CJ. Plasma levels of
thrombinantithrombin complexes predict preterm premature rupture of the fetal
membranes. J Maternal- Fetal Med. 2001;10(5):297-300.
doi:10.1080/jmf.10.5.297.300.
14. Yang J, Hartmann KE, Savitz DA, et al. Vaginal bleeding during pregnancy and
preterm birth. Am J Epidemiol. 2004;160(2):118-125. doi:10.1093/aje/kwh180.
15. Sun L, Tao F, Hao J, Su P, Liu F, Xu R. First trimester bleeding and adverse
pregnancy outcomes among Chinese women: from a large cohort study in China.
International Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences
Vol. 4, No. 1, January 2016, 4–7

J Maternal-Fetal Neonatal Med. 2012;25(8):1297-1301.


doi:10.3109/14767058.2011.632034.

Anda mungkin juga menyukai