Abstrak
Tujuan : Tujuan dari studi ini adalah untuk menentukan keluaran perinatal dan
komplikasi kehamilan (kelahiran premature, ketuban pecah dini preterm, preeklampsia,
lepasnya plasenta dan terhambatnya pertumbuhan janin intrauterine [IUGR] yang
menjadi ancaman untuk keguguran.
Material dan Metode : Sebanyak 963 pasien dimasukkan ke studi. Dari total ini, 493
perempuan terancam mengalami keguguran. Kelompok kontrol terdiri dari 470
kehamilan tanpa perdarahan pervagina di trimester pertama. Kami membandingkan dua
kelompok berdasarkan usia ibu, graviditas, paritas, riwayat aborsi spontan atau yang
diinduksi, periode kehamilan, keguguran atau kehamilan hidup, berat badan neonatus,
dan skor Apgar setelah 1 dan 5 menit, jenis kelamin neonatus untuk kehamilan hidup
dan persalinan preterm.
Hasil: Insidensi persalinan preterm, aborsi, berat badan janin rendah dan ketuban pecah
dini meningkat dalam kelompok yang terancam keguguran. Periode kehamilan rata-rata
pada kelompok yang terancam keguguran adalah 243 hari, pada kelompok kontrol 263
hari. Terdapat pengaruh lain dari usia ibu dan riwayat aborsi pada hasil akhir kehamilan
dengan ancaman keguguran. Namun jenis kelamin janin dan skor Apgar pada menit ke
1 dan ke 5 hampir mirip pada kedua kelompok.
Pendahuluan
Perdarahan pada trimester pertama merupakan gejala yang umum pada kehamilan,
terjadi pada 16%-25% dari semua kehamilan. Empat penyebab utama dari perdarahan
nontraumatik pada awal kehamilan adalah kehamilan ektopik, keguguran (ancaman,
sedang berlangsung, inkomplit dan komplit), implantasi kehamilan dan patologi serviks.
Pemeriksaan pelvis dan pemeriksaan fisik harus dilakukan dan dilanjutkan dengan
bantuan tehnik pencitraan, diagnosis, dan rencana penanganan harus dirancangkan.
Tujuan dari studi ini untuk menginvestigasi apakah ancaman aborsi membuat risiko
tinggi kehamilan, apa keluaran neonatal yang jelek dan karakteristik ibu yang mana
yang dapat mengubah hasil di klinik kami. Jawaban untuk pertanyaan ini dapat
mengubah penanganan anterpartum, peripartum dan postpartum kami. Kami bertujuan
untuk menyelidiki ancaman aborsi dan hasil akhir kehamilan pada pasien kami.
Data dianalisa dengan SPSS.21.0. Analisis statistik dari perbedaan antara kelompok
pasien dan kontrol untuk parameter yang menunjukkn distribusi normal dilakukan
dengan tes parametrik “independent-samples Student’s t test.” Digunakan sebagai tes
non parametrik, “Mann-Whitney U” digunakan untuk membuat perbandingan antara
International Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences
Vol. 4, No. 1, January 2016, 4–7
parameter yang tidak menunjukkan distribusi normal. Tes Pearson chi-square (non-
parametrik) dilakukan untuk menguji signifikansi statistikal dari perbedaan dalam
proporsi. Nilai p<0.05 dianggap sebagai signifikan secara statistik.
Hasil
Kami memeriksa pasien yang didiagnosis dengan ancaman keguguran yang datang ke
klinik karena perdarahan pervaginam trimester pertama antara 2007 dan 2015. Total
963 pasien yang terkumpul dalam studi. Dari 963 pasien, 493 wanita terancam
keguguran (kelompok A). Kelompok kontrol (kelompok B) termasuk 470 wanita hamil
tanpa perdarahan pervaginam trimester pertama. Hasil untuk kedua kelompok
ditampilkan pada tabel 1.
Pada kelompok A, terdapat dua kelompok, pertama ialah dengan lahir hidup dan kedua
ialah aborsi spontan. Kedua kelompok ini dibandingkan dengan masing masing sesuai
dengan usia ibu, gravida, paritas , aborsi spontan atau induksi. Namun, tidak ada
perbedaan yang signifikan diantara semua kelompok.
Pada 58 pasien (11,7%) dari kelompok A, terminasi kehamilan dengan aborsi spontan.
Pada 435 pasien (88,3%) dari kelompok A, kehamilan dilanjutkan setelah 24 minggu
gestasi. Hubungan antara perdarahan oervaginam dan kehamilan preterm juga
dievaluasi. Pada kelompok studi ini 94 pasien (21,6%) dari persalinan preterm, 60
pasien (63,8%) dengan usia gestasi 34-37 minggu dan 13 pasien (13,8%) antara 24-28
minggu gestasi.
Pada kelompok A; trombofilia herediter ditemukan pada 20 pasien selama penilaian pra
kehamilan. Pasien ini menggunakan low molecular weight heparin selama periode
kehamilan. 29 pasien hipotiroid, 4 diantaranya komplikasi plasenta previa dan
hipertensi yang diinduksi kehamilan terjadi pada 2 pasien. 11 diantaranya memiliki
penyakit berbeda seperti asma (satu pasien), psikosis (3 pasien), kanker serviks (1
pasien), bedah jantung (2 pasien), hipertensi kronik (3 pasien), diabetes melitus
pregestasional (2 pasien) dan sarkoidosis (1 pasien ). Juga 29 pasien dari kelompok A
ialah hipotiroid dan 5 diantaranya memiliki aborsi spontan. Kelompok wanita dengan
ancaman keguguran; 10 diantaranya memiliki komplikasi plasenta previa, 5 diantaranya
International Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences
Vol. 4, No. 1, January 2016, 4–7
Seperti yang terlihat dibawah, pada kelompok A dengan ancaman aborsi, usia maternal
lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol dan secara statistik signifikan. Tidak ada
perbedaan pada gravida karena dua kelompok. Namun, terdapat perbedaan secara
statistik pada paritas dan aborsi spontan. Pada kelompok kontrol, periode kehamilan
lebih panjang dibandingkan kelompok A. Jenis kelamin fetus sama di kedua kelompok.
Karena persalinan preterm lebih tinggi pada kelompok A; usia kelahiran lebih rendah
pada kelompok kontril. Namun, skor APGAR pada pertama dan menit ke-5 tidak
berubah.
Pada kelompok A, cerclage servikal dilakukan pada 1 pasien yang memiliki riwayat
konisasi servikal. Pada 8 pasien dengan persalinan preterm premature rupture of
membrane terjadi. Pada kelompok A< terdapat 2 kelompok; lahir hidup dan kelompok
aborsi spontan. Ketika kami membandingkan dua kelompok ini ; usia maternal, gravida,
paritas, ada atau tidaknya aborsi spontan atau aborsi induksi sebelumnya dan lahir hidup.
pada kelompok ancaman aborsi, tidak terdapat perbedaan statistik yang signifikan
antara aborsi atau lahir hidup selama kehamilan (Tabel 2).
Ancaman
Aborsi Kontrol Nilai P
(n = 493) (n = 470)
a P < 0.05 signifikan
Lahir Nilai
Hidup Aborsi P
(n = 435) (n = 58)
Usia 33.3±5.3 34.8±6.1 0.11
Gravida 2.1±1.2 2.1±1.4 0.21
Paritas 0.50±0.75 0.55±0.94 0.25
Riwayat Aborsi 0.51±0.86 0.44±0.78 0.55
Riwayat Dilatasi Kuretase 0.13±0.46 0.24±0.51 0.075
Lahir Hidup 0.46±0.70 0,48±0.78 0.61
a P < 0.05 signifikan
Diskusi
International Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences
Vol. 4, No. 1, January 2016, 4–7
Persalinan prematur dan PPROM berhubungan dengan Berat Badan Lahir rendah
sebagai faktor yang dapat diprediksi. Studi kami menunjukkan bahwa berat janin lahir
International Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences
Vol. 4, No. 1, January 2016, 4–7
rendah lebih rendah pada kelompok kasus dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ini
terkait dengan kelahiran pada kehamilan sebelumnya.
Unit perawatan intensif neonatal untuk berat badan lahir rendah meningkat karena
komplikasi prematuritas seperti gangguan pernapasan. Parameter obyektif dari sampel
darah tali pusat janin tidak terdeteksi untuk pH janin. Tapi kami mencatat skor APGAR
setelah menit ke-1 dan ke-5 pada kelompok ancaman aborsi karena meningkatkan
resiko prematuritas.
Selain itu pada kelompok dengan ancaman keguguran, riwayat obstetri maternal
(graviditas, paritas dan aborsi spontan atau induksi, exitus intrauterine) penting untuk
pemeriksaan selama perawatan prenatal. Dengan ancaman keguguran sebelumnya,
kehamilan ini mungkin lebih kompleks dengan kelahiran prematur, PPROM, berat lahir
rendah. Dalam literatur juga situasi ini terkait dengan hipertensi yang diinduksi
kehamilan dan preeklamsia dan skor Apgar yang jelek dengan riwayat obstetri
sebelumnya yang buruk
Jumlah dan karakteristik perdarahan terkait dengan outcome ibu dan janin yang buruk
yang tidak kami catat. Penelitian kami bersifat retrospektif sehingga kami menyelidiki
hanya pada rekam medis pasien. Jika hematom subkhorion terjadi, kami mencatat
ukuran hematoma pada scanning ultrasound. Ukuran sampel kami untuk hematoma
tidak cukup sehingga kami tidak memasukkannya. Semua data pasien diperoleh dari
database komputer dan file pasien sehingga jumlah pasien di bawah perkiraan. Di klinik
kami, sangat sedikit pasien dengan ancaman aborsi yang dirawat di rumah sakit; sangat
sedikit pasien yang dimasukkan dalam penelitian ini. Kami hanya menyertakan pasien
yang memiliki data lengkap baik dari database komputer dan file pasien.
Kesimpulan
Pada kesimpulan, ancaman aborsi adalah keadaan yang penting untuk memprediksi
hasil kehamilan lanjut, pada hasil akhir ibu dan janin. Riwayat obstetri ibu tentang
kehamilan sebelumnya harus ditanyakan. Hal ini untuk mempertimbangkan apakah
kehamilan ini kelompok risiko tinggi yang membutuhkan pelayanan antenatal yang
cermat.
International Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences
Vol. 4, No. 1, January 2016, 4–7
Isu Etika
Penyelidikan dilakukan dan dikirim ke Komisi Etik Universitas Ankara. Karena sifat
data non-rahasia yang diperlukan untuk studi, sifat retrospektif dari pengumpulan data,
persetujuan etika dan persetujuan pasien dianggap tidak perlu.
Konflik berkepentingan
Tidak ada yang harus diumumkan.
Dukungan keuangan
Studi kami tidak menggunakan dana dari otoritas apa pun.
Referensi
1. Evrenos A, Güngör A, Gülerman C, Cosar E. Obstetric outcomes of patients
with abortus imminens in the first trimester. Arch Gynecol Obstet.
2014;289(3):499- 504. doi:10.1007/s00404-013-2979-5.
2. Lykke JA, Dideriksen KL, Lidegaard O, Langhoff-Roos J. First trimester
vaginal bleeding and complications later in pregnancy. Obstet Gynecol.
2010;115(5):935- 944. doi: 10.1097/AOG.0b013e3181da8d38.
3. Saraswat L, Bhattacharya S, Maheshwari A, Bhattacharya S. Maternal and
perinatal outcome in women with threatened miscarriage in the first trimester: a
systematic review. BJOG. 2010;117:245- 257. doi:10.1111/j.1471-
0528.2009.02427.x.
4. Hossain R, Harris T, Lohsoonthorn V, Williams M. Risk of preterm delivery in
relation to vaginal bleeding in early pregnancy. Eur J Obstet Gynecol Reprod
Bio. 2007;135(2):158-163. doi.org/10.1016/j. ejogrb.2006.12.003.
5. Dadkhah F, Kashanian M, Eliasi GA. Comparison between the pregnancy
outcome in women both with or without threatened abortion. Early Hum Dev.
2010;86(3):193-196. doi:10.1016/j. earlhumdev.2010.02.005.
International Journal of Women’s Health and Reproduction Sciences
Vol. 4, No. 1, January 2016, 4–7