Hidrolisis Pati
Hidrolisis Pati
Jurusan Pendidikan Mipa, Program Study Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung
ABSTRAK
Pati merupakan salah satu polimer alami yang tersusun dari struktur bercabang yang
disebut amilopektin dan struktur lurus yang disebut amilosa, pati diperoleh dengan cara
mengekstraksi tanaman yang kaya akan karbohidrat. Hidrolisis pati merupakan proses
pemecahan molekul menjadi bagian-bagian penyusunnya yang lebih sederhana seperti
dekstrin, isomaltosa, maltose dan glukosa. Tujuannya yaitu agar mampu melakukan
hidrolisis berbagai macam pati secara enzimatis dan membuktikan berbagai polisakarida
merupakan polimer dari 1,4ꭤ-glukosa. Pada praktikum ini dilaksanakan di Lab Biologi
UIN Sunan Gunung Djati pada pukul 10:00 WIB. Praktikum ini menguji empat sample
uji yaitu tepung terigu, tepung beras, tepung maizena dan tepung kanji. Metode yang
dipakai adalah uji iodin dan uji barfoed. Pada uji iodin dipakai untuk mengetahui
kandungan amilum yang digunakan untuk 1 ml larutan pati baik yang suspense maupun
yang jernih sedangkan pada uji barfoed dipakai untuk 2 ml larutan pati dan dididihkan
selama 5 menit baik yang suspensi maupun yang jernih. Pati terdiri dari 2 macam yaitu
amilosa dana milopectin, dari sample yang ada seperti tepung beras, tepung kanji,
tepung terigu dan tepung meizena terdapat kandungan amilase dan amilopektin hal ini
menunjukan bahwa terdapat kandungan yang membuktikan sebagai polisakarida
merupakan polimer dari 1,4ꭤ-glukosa.
ABSTRACT
Starch is a natural polymer composed of branched structures called amylopectin and a
straight structure called amylose, starch is obtained by extracting plants that are rich in
carbohydrates. Starch hydrolysis is the process of breaking down molecules into simpler
constituent parts such as dextrin, isomaltose, maltose and glucose. The goal is to be able
to carry out hydrolysis of various types of starch enzymatically and prove that various
polysaccharides are polymers of 1,4-glucose. This practicum was held at the Biology
Lab of UIN Sunan Gunung Djati at 10:00 WIB. This practicum examines four test
samples namely flour, rice flour, cornstarch and starch. The method used is the iodine
test and barfoed test. In the iodine test used to determine the starch content used for 1 ml
of starch solution both suspense and clear while in the barfoed test used for 2 ml of
starch solution and boil for 5 minutes both the suspension and clear. Starch consists of 2
types, namely amylose and milopectin, from existing samples such as rice flour, starch,
flour and meizene flour, there are amylase and amylopectin contents. This shows that
there is a content which proves to be a polysaccharide is a polymer of 1,4-glucose.
Latar Belakang
Pati merupakan salah satu polimer alami yang tersusun dari struktur bercabang
yang disebut amilopektin dan struktur lurus yang disebut amilosa. Pati diperoleh dengan
cara mengekstraksi tanaman yang kaya akan karbohidrat seperti sagu, singkong, jagung,
gandum, dan ubi jalar. (Sakinah, 2018, p. 431).
Selulosa senyawa yang melimpah dimuka bumi ini membentuk fibril serupa
kabel dan dinding kokoh selulosa merupakan olimer glukosa, namon monomer-
monomer glukosanya terlarut unik (Simon, 2019, p. 42) Hidrolisis pati adalah proses
pemecahan amilum menjadi bagian-bagian penyusun amilum yang lebih sederhana
seperti dekstrin, isomaltosa, maltose dan glukosa dan terdiri atas liquifikasi dan
sakarifikasi. Liquifikasi merupakan proses pencairan gel pati untuk memperoleh
viskositas yang lebih rendah dengan cara hidrolisisoati menjadi molekul sederhana yaitu
oligosakarida atau dekstrin melalui bantuan enzim ꭤ amilase prosesnya diawali dengan
gelatinase pati atau pati atau pemanasaran granula pati dengan air hingga mengembang
dan merusak/ sakarifikasi adalah ketika dekstrin hasil liquifikasi akan dihidrolisis lebih
lanjut oleh enzim tunggal (glikoamilase) maupun enzim campuran yang disebut
dextrozyme untuk dikonvermenjadi glukosa (Yulistiani, 2015, p. 10).
Karbohidrat terdiri dari fraksi pati dan serat kasar yag merupakan bagian
terpenting yang digunakan sebagai bioaktif molekl monosakarida yang membentuk
polisakarida larut air adalah kondensasi dari monosakarida(pentose dan hektosa) dan
asam organic dari gula-gula yang reduksi PA akan dihidrolisis menghasilan
monosakarida antara lain rhamosa, fruktosa, arabinose, D-glukosa, D-mannosa, D-
galaktosa, asam D-galakturonat (Fidyasar, 2017, pp. 18-20).
Tujuan
METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan yaitu gelas ukur, gelas kimia, spatula, hot plate, tabung reaksi,
pipet tetes, incubator dan spektrofotometer. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini
yaitu pati tepung beras, tepung maizena, tepung aci, tepung terigu, glukosa, aquades,
enzim amilase dan reagen.
Langkah Kerja
Hasil
2 ml larutan tepung
Biru Muda, Menggumpal
maizena suspensi + 10 tetes
(beku)
Barfoed
Tepung meizena 2%
1 ml larutan tepung
maizena suspensi + 5 tetes Putih kekuningan
iodin
1 ml larutan tepung
maizena jernih + 5 tetes Jernih
iodin
Pembahasan
Pada praktikum kali ini menjelaskan tentang hidrolisis pati. Pati merupakan
salah satu polimer alami yang tersusun dari struktur bercabang yang disebut amilopektin
dan struktur lurus yang disebut amilosa. Pati diperoleh dengan cara mengekstraksi
tanaman yang kaya akan karbohidrat seperti sagu, singkong, jagung, gandum, dan ubi
jalar. (Sakinah, 2018, p. 431).
Praktikum kali ini uji pada tepung terigu 2% pada 1 ml larutan tepung terigu
suspense yang ditetesi 2 tetes iodin menghasilkan ungu muda hal ini dikarnakan
terdapat kandungan amilopektin dan negative monosakarida maupun disakarida.
kemudian pada 1 ml tepung terigu jernih di hasilkan ungu pekat hal ini dikarnakan
terdapat amilopektin pula. Warna ungu dalam uji pati pada tepung terigu ini seperti
pendapat (Hee-Joung An, 2005) yang menyatakan bahwa Selain perbedaan struktur,
panjang rantai polimer, dan jenis ikatannya, amilosa dan amilopektin mempunyai
perbedaan dalam hal penerimaan terhadap iodin. Amilosa akan membentuk kompleks
berwarna biru sedangkan amilopektin membentuk kompleks berwarna ungu-coklat bila
ditambah dengan iodine. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada uji iodin tepung
terigu tidak terhidrolisis karna masih berupa polisakarida.
Pada uji tepung terigu 2% yang di tetesi 2 larutan barfoed dan dipanaskan
menghasilkan warna biru cerah dan disertai dengan penggumpalan hal ini karna larutan
tersebut menunjukan adanya pati dan larutan yang pekat sehingga ketika dipanaskan
terjadi penggumpalan seperti pendapat (Nisah, 2017, p. 109) yang menyatakan bahwa
apabila granula pati dipanaskan hingga suhu gelatinisasinya, maka granula
glatinisasinya akan mengental. Besarnya visikositas tergantung jenis dan konsentrasi
pati , berbeda dengan larutan tepung yang jernih menghasilkan warna biru dan tidak
menggumpal dikarnakan larutan yang tidak pekat hingga tidak terjadi penggumpalan.
Dari hasil uji berikut dapat dinyatakan bahwa pada tepung terigu yang diuji dengan uji
barfoed tidak mengalami hidrolisis karna tidak menunjukan reaksi positif pada uji
barfoed sehingga masih berupa polisakarida.
Pada uji tepung terigu 4%. 1 ml yang disuspensikan dan dicampur larutan iodin
menunjukan tidak adanya perubahan hal ini karna pati telah terhidrolisis yang
ditunjukan dengan tidak berubah warna, berbeda dengan uji tepung terigu yang jernih
menunjukan warna ungu yang peka sehingga belum terhidrolisis. Pada 2 ml tepung
terigu dengan larutan barfoed yang disuspensikan menghasilkan biru tua memadat hal
ini dikarnakan hasil dari ikatan kompleks antara amilum dan iodin serta tidak terjadi
endapan warna merah pada dasar tabung akan tetapi endapan yang terbentuk berasal
dari granulaglatinasinya yang ketika dipanaskan akan memadat Sedangkan pada 2 ml
larutan tepung terigu yang diberi 2 tetes larutan barfoed tidak terdapat perubahan hal ini
dikarnakan tidak terhidrolisis dengan baik.
Uji coba pada tepung maizena 2% dalam 1 ml larutan suspensi tepung maizena
yang diberi iodin menunjukan perubahan warna menjadi putih kekuningan hal ini
menunjukan tidak terjadi hidrolisis karna terdapat perubahan pada warna. sedangkan
pada larutan 1 ml tepung maizena jernih tidak menunjukan perubahan warna hal ini
karena larutan telah terhidrolisis. uji coba pada 2 ml larutan maizena suspense yang
diberi 10 tetes larutan barfoed menghasilkan biru muda menggumpal hingga membeku
hal ini menunjukan tidak terjadi hidrolisis pada larutan dan hanya granula glatinisasinya
yang mengental. sedangkan pada larutan maizena jernih berwarna biru muda dan tidak
terdapat endapan hal ini juga menunjukan tidak terjadi hidrolisis pada larutan.
Uji coba pada tepung beras 2%. Pada 1 ml larutan tepung beras suspensi di
tambahkan dengan 2 tetes iodin sehingga menghasilkan warna ungu. Sedangkakn pada
1 ml larutan tepung beras jernih yang ditambah dengan 2 tetes larutan iodin
menghasilkan warna coklat. Pada percobaan terebut dapat diketahui bahwa pada tepung
beras yang suspensi maupun yang jernih memiliki kandungan amilopektin yang tinggi.
Hal ini sesuai dengan Eka (2014:126) bahwa pati yang memiliki kandungan amilosa
yang tinggi akan cenderung bersifat pera. Perbandingan berat amilosa dan amilopektin
pada suatu pati beragam tergantung pada jenis tumbuhannya. Pati akan merepleksikan
warna biru bila polimer glukosanya lebih besar dari 20 (seperti amilosa). Bila polimer
glukosa kurang dari 20, seperti amilopektin akan dihasilkan warna merah atau ungu-
coklat. Pada uji iodin hanya patilah yang menunjukkan reaksi positif bila direaksikan
dengan iodin. Hal ini disebabkan karena dalam larutan pati terdapat unit-unit glukosa
yang membentuk rantai helix karena adanya ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit
glukosanya.
Tepung beras
suspensi+iodin Tepung Tepung beras
berasjernih+iodin Tepung beras
suspense+barfoed
jernih + barfoed
Uji tepung beras 4% dalam 2 ml larutan tepung beras suspensi dan 2 ml larutan
tepung beras jernih yang ditambahkan dengan 2 mol larutan barfoed kemudian didihkan
selama 5 menit hasilnya tidak mengalami perubahan apapun. Pada larutan tepung beras
suspensi dan larutan beras jernih yang ditambahkan dengan 2 tetes larutan iodin,
masing-masing menghasilkan warna ungu tuda dan coklat. Sedangkan pada 2 ml larutan
tepung beras suspensi dan jernih yang ditambahkan dengan 2 mol larutan barfoed yang
didihkan selama 5 menit tidak mengalami perubahan apapun. menurut Sari (2014:38),
bahwa Dalam hidrolisis pati akan mengalami proses pemutusan rantai oleh enzim
selama pemanasan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Ada beberapa tingkatan
dalam reaksi hidrolisis tersebut, yaitu mula-mula pati pecah menjadi unit rantai glukosa
yang lebih pendek (6-10 molekul) yang disebut dekstrin. Desktrin kemudian pecah
menjadi maltosa yang selanjutnya dipecah lagi menjadi unit terkecil glukosa.
Uji coba pada tepung kanji 2%. Pada 1 ml larutan 2% suspensi yang
ditambahkan dengan 2 tetes larutan iodin yang di panaskan menghasilkan warna bening
dan berupa endapan. Sedangkan pada 1 ml larutan 2% jernih yang ditambahkan dengan
2 tetes larutan iodin yang dipanaskan menghasilkan warna bening. Hal ini tidak sejalan
dengan teori yang dikemukakan Anna Poedjiadi (1994:35) Bila makanan yang kita
tetesi lugol menghitam, maka makanan tersebut mengandung karbohidrat. Semakin
hitam berarti makanan tersebut banyak kandungan karbohidrat. Mungkin saja dalam
melakukan percobaan teralalu lama dalam peroses pemanasan sehingga tidak dapat
terhidrolisis. Pada uji tepung kanji 2%. Pada 2 ml larutan 2 % suspansi yang ditambah
dengan 2 mol larutan barfoed yang telah dipanaskan selama 5 menit menghasilkan
warna biru muda gelap dan adanya endapan. Sedangkan pada larutan 2 % jernih yang
ditambah dengan 2 mol larutan barfoed yang dipanaskan selama 5 menit menghasilkan
warna biru muda jernih. Hal itu menandakan bahwa pada uji barfoed ini tepung kanji
merupakan disakarida. Karena pada uji barfoed tepung kanji tidak terhidrolisis. Karena
jika terhidrolisis seharusnya sesuai dengan teori yang di kemumukan oleh Poedjiadi
(1994:56), bahwa Apabila karbohidrat mereduksi suatu ion logam, karbohidrat ini akan
teroksidasi. Menjadi gugus karboksilat dan terbentuklah asam monokarboksilat.
Contohnya galaktosa akan teroksidasi menjadi asamm glukonat. Kesalahan pada uji
barfoed biasanya disebabkan karena terlalu lama pada saat pemanasan
Uji coba pada tepung kanji 4%. Pada 2 ml larutan 4 % suspansi yang ditambah
dengan 4 mol larutan barfoed yang telah dipanaskan selama 5 menit menghasilkan
warna biru gelap hal ini menunjukan tidak terjadinya hidrolisis pada larutan dan
memiliki endapan. Sedangkan pada 2 ml larutan 2 % jernih yang ditambah dengan 2
mol larutan barfoed yang telah dipanaskan selama 5 menit menghasilkan warna biru
muda jernih. Hal ini menunjukkan bahwa pada uji coba tepung kanji 4% pun tidak
terhidrolisis, sehingga pati yang ada belum terhidrolisis dan masih berbentuk
polisakarida.
Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Pati merupakan
salah satu polimer alami yang tersusun dari struktur bercabang yang disebut amilopektin
dan struktur lurus yang disebut amilosa. Pati diperoleh dengan cara mengekstraksi
tanaman yang kaya akan karbohidrat seperti sagu, singkong, jagung, gandum, dan ubi
jalar. Pati terdiri dari 2 macam yaitu amilosa dan amilopektin, dari sample yang ada
seperti tepung beras, tepung kanji, tepung terigu dan tepung meizena terdapat
kandungan amilase dan amilopektin hal ini menunjukan bahwa terdapat kandungan
yang membuktikan sebagai polisakarida merupakan polimer dari 1,4ꭤ-glukosa
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas karunia yang
diberikan sehingga bisa menyelesaikan jurnal laporan ini. Penulis ucapkan terimakasih
atas dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik untuk dosen dan asprak yang sudah
membimbing dalam praktikum Biokimia, orangtua dan sahabat yang selalu mensuport
hingga dapat menyelesaikan jurnal laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Cambell, N. (2008). Biologi Jilid 1 Edisi Delapan. Jakarta: Erlangga.
Fidyasar, d. (2017). Identifikasi Komponen Kimia Pada Umbi Bentul (Calocasia Esculenta)
sebagai Pangan Fungsional. Jurnal Farmasi, Vol 10. No 1. Hal:14-21.
Sumardjo, D. (2009). Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan
Program Strata 1 Fakultas Bioeksata. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Yoga, H. (2015). Pemanfaatan Umbi Minor Gadung Sebagai Bahan Baku Produksi Gula Cair
Menggunakan Proses Likuifikasi dan Proses Sakarifikasi Secara Enzimatis. Jurnal
Agroindustri, Vol 1. No 1. Hal: 147-157.
Yulistiani. (2015). pembuatan gula carir dari pati singkong dengan menggunakan hidrolisis
enzimatis. Jurnal fluida.