M. Anshori 3612100039
Mega Suryaningsih 3613100010
Madaniya Hiya Effendi 3613100024
Mega Utami Ciptaningrum 3613100034
Shofia Emirasari 3613100079
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan tugas mata kuliah Perencanaan Wilayah yang berjudul “Perencanaan Wilayah
Berbasis Mitigasi Bencana, Studi Kasus : Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Sleman”
dengan lancar dan sesuai waktu yang telah ditentukan. Selama proses penulisan, penulis banyak mendapatkan
bantuan dari pihak-pihak lain sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan optimal. Penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan laporan ini,
diantaranya:
1. Bapak Dr.Ir.Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg. dan Ibu Ema Umilia, ST., MT. sebagai dosen mata kuliah
Perencanaan Wilayah yang telah memberikan masukan serta bimbingan dalam proses penyusunan
laporan ini
2. Orang tua yang senantiasa memberikan dukungan baik secara moril maupun materil
3. Teman-teman PWK ITS angkatan 2013 atas diskusi yangturut membantu kelancaran penyusunan
laporan ini
4. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian laporan ini yang tidak bisa
disebutkan satu per satu
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat secara luas bagi perkembangan wilayah serta
rekomendasi ke depannya. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Penulis
i
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
DAFTAR ISI
ii
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
iii
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
iv
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
BAB I PENDAHULUAN
1
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
2
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
Secara umum, dalam menempuh suatu manajemen bencana yang tepat hendaknya ditekankan
pengertian dan peristilahan yang terkait dengan kebencanaan, antara lain : Bahaya, Bencana, Risiko, dan
Kerentanan.
Bahaya (hazard) : Suatu kejadian yang jarang terjadi atau kejadian yang ekstrem dalam lingkungan alam
maupun lingkungan buatan yang merugikan kehidupan manusia, harta benda atau aktifitas manusia, yang
apabila meluas atau membesar menyebabkan bencana.
Bencana (disaster) : Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia dan atau
keduanya yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana, prasarana, dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
masyarakat.
Risiko (risk) : Perkiraan kehilangan /kerugian (orang meninggal, luka, kerusakan harta benda, gangguan
aktifitas ekonomi) akibat bencana. Risiko merupakan hasil dari bahaya dan kerugian, yang dapat dinyatakan
dengan rumus sederhana: R= HxV (E).
Kerentanan (vulnerability): Tingkat atau derajad kehilangan atau kerugian (dari 0 hingga 100%) yang
dihasilkan dari suatu fenomena yang potensial terjadi kerusakan. (Sumber : Sutikno, Indonesia Negeri 1001
Bencana, 2009:5).
Beberapa hal mendasar dalam penataan ruang yang berbasiskan mitigasi bencana alam, diantaranya
adalah sebagai berikut:
Penataan Ruang didasari pengenalan dan pemahaman atas risiko kebencanaan di kawasan yang akan
ditata sehingga diperlukan kajian zonasi kawasan bahaya.
Pengaturan pemanfaatan ruang yang memiliki ancaman bencana, melalui pengaturan fungsi ruang, at
uran membangun, pembatasan penggunaan.
Pengembangan struktur ruang dengan memperhatikan kebutuhan prasarana/fasilitas penting
pendukung kawasan rawan bencana.
Penyediaan jalur-jalur dan daerah evakuasi dan bantuan darurat untuk antisipasi keadaan darurat.
3
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
4
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
2.3 PERMEN ENERGI DAN SUBER DAYA MINERAL NO 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN
KAWASAN RAWAN BENCANA GEOLOGI
Berdasarkan peraturan tersebt, jenis bencana geologi terdiri atas bencana gunung api, gempa bumi,
tsunami, dan gerakan tanah. Sedangkan kawasan rawan bencana geologi terdiri dari Kawasan Rawan
Bencana Gunungapi, Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi, Kawasan Rawan Bencana Tsunami, dan Zona
Kerentanan Gerakan Tanah.
Penetapan kawasan rawan bencana gunungapi, gempa bumi, tsunami, dan zona kerentanan gerakan
tanah meliputi :
a. Kawasan Rawan Bencana Gunungapi, terdiri dari 3 Kawasan
- Rawan Bencana Gunungapi III (Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Tinggi)
- Rawan Bencana Gunungapi II (Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Menengah)
- Rawan Bencana Gunungapi I (Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Rendah)
b. Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi, terdiri dari 4 Kawasan :
- Rawan Bencana Gempa Bumi Tinggi
- Rawan Bencana Gempa Bumi Menengah
- Rawan Bencana Gempa Bumi Rendah
- Rawan Bencana Gempa Bumi Sangat Rendah
c. Kawasan Rawan Bencana Tsunami, terdiri dari 3 Kawasan :
- Rawan Bencana Tsunami Tinggi
5
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
2.4 PERATURAN DIY NO 2 TAHUN 2010 TENTANG RTRW PROVINSI DIY TAHUN 2009-2029
Dalam Peraturan Daerah DIY Yogayakarta tentang RTRW Yogyakarta 2009-2029, Kabupaten Sleman
yang berada di lereng Gunung Merapi merupakan kawasan dengan arahan penetapan kawasan rawan
letusan gunung berapi. Pengelolaan kawasan rawan bencana alam pada kawasan rawan letusan gunung
berapi meliputi terdiri dari memantau aktivitas gunung berapi, memetakan kawasan rawan letusan gunung
berapi, membangun dan memelihara bangunan pengendali sedimen yang ramah lingkungan, dan
mengendalikan kegiatan budi daya di dalam kawasan rawan letusan gunung berapi. Selain itu, kawasan
rawan bencana letusan Gunung Merapi yaitu minimal sejauh 7 km dari puncak Gunung Merapi tidak boleh
dilakukan kegiatan pertambangan.
6
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
7
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
• Memperhatikan aspek aktivitas manusia yang telah ada sebelumnya (existing condition) dan dampak
yang ditimbulkannya.
Susunan pusat-pusat hunian dan sistem jaringan prasarana dan saranapendukungnya pada setiap
kawasan akan berbeda tergantung dari variasi tingkatkerawanan/tingkat risikonya dan skala/tingkat
pelayanannya. Karena itu dalam perencanaan struktur ruangnya harus mempertimbangkan daya
dukunglingkungan, tingkat kerawanan, fungsi kawasan, dan tingkat pelayanan dari unsur-unsur pembentuk
struktur tersebut. Beberapa ketentuan agar kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan struktur
ruangnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. 4 Arahan Struktu Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi
Tipologi A Tipologi B Tipologi C
Peruntukan Ruang
Kota Desa Kota Desa Kota Desa
Pusat Hunian
Jaringan Air Bersih
Drainase
Sewerage
Sistem Pembuangan Sampah
Jaringan Transportasi Lokal
Jaringan Telekomunikasi
Jaringan Listrik
Jaringan Energi
Sumber : Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi
Keterangan :
Tidak layak untuk dibangun
Dapat dibangun dengan syarat
8
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
9
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
Merapimerupakan asset wisata maupun sumber daya alam galian C, namun diperlukan antisipasi yang
memadai untuk mengeliminir dampak lain negatif jika terjadi erupsi.
b) Kawasan timur, meliputi Kecamatan Prambanan, Kecamatan Kalasan dan Kecamatan Berbah. Di wilayah
ini terdapat banyak peninggalan purbakala (candi) yang merupakan pusat wisata budaya. Kondisi lahan
kering, memiliki cadangan bahan batu putih yang cukup banyak.
c) Kawasan tengah, yaitu wilayah aglomerasi kota Yogyakarta yang meliputi Kecamatan Mlati, Sleman,
Ngaglik, Ngemplak, Depok dan Gamping. Wilayah ini merupakan pusat pendidikan, perdagangan dan jasa.
d) Kawasan barat, meliputi Kecamatan Godean, Minggir, Seyegan dan Moyudan merupakan daerah pertanian
lahan basah dengan irigasi yang baik dan sumber bahan baku kegiatan industri kerajinan mendong, bambu
dan gerabah.
3.4 GEOLOGI
Berdasarkan peta geologi yang dikeluarkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan diperoleh informasi
bahwa batuan utama penyusun Gunung Merapi terdiri dari dua macam :
Endapan vulkanik Gunung Merapi Muda, yang terdiri dari tufa, lahar, breksi, dan lava andesitis hingga
basaltis. Endapan ini hampir tersebar merata di seluruh kawasan Gunung Merapi
Endapan vulkanik kwarter tua, yang keberadaannya secara setempat-setempat khususnya di
perbukitan. Endapan ini ditemui di bukit Turgo, Gono, Plawangan dan Maron.
3.5 VEGETASI
Gunung Merapi di bagian puncak tidak pernah ditumbuhi vegetasi karena aktivitas yang tinggi. Jenis
tumbuhan di bagian teratas bertipe alpina khas pegunungan Jawa, seperti Rhododendron dan edeweis jawa.
10
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
Agak ke bawah terdapat hutan bambu dan tetumbuhan pegunungan tropika. Hutan hujan tropis pegunungan di
bagian selatan Merapi merupakan tempat salah satu forma anggrek endemik Vanda tricolor 'Merapi' yang telah
langka. Lereng Merapi, khususnya di bawah 1.000 m, merupakan tempat asal dua kultivar salak unggul
nasional, yaitu salak 'Pondoh' dan 'Nglumut'.
11
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
Tabel 3. 3 Proporsi Penduduk yang Bekerja Per Lapangan Usaha Kabupaten Sleman
Tahun
No Sektor 2005 2006 2007 2008 2009
(%) (%) (%) (%) (%)
1 Pertanian 28,60 21,61 22,19 18,44 20,31
2 Pertambangan & Penggalian 2,27 0,76 0,57 0,61 0,67
3 Industri 11,70 13,64 12,86 15,48 12,83
4 Listrik, Gas & Air 0,26 0,01 0,16 0,07 0,30
5 Bangunan 4,33 8,12 7,81 7,08 7,77
6 Perdagangan 21,83 22,88 25,99 27,07 26,36
7 Angkutan & Komunikasi 4,05 4,87 2,94 4,25 3,42
8 Keuangan 4,27 2,51 3,34 3,75 3,43
9 Jasa-jasa 22,69 25,60 24,15 23,31 24,90
Lainnya - - - - -
Sumber : BPS Kab.Sleman
Pasca erupsi th 2010 mata pencaharian warga lereng Merapi banyak berubah. Penduduk yang dahulu
mayoritas bertani dan mengurus hewan ternak, saat ini bervariasi mulai dari mengurus loket pariwisata,
penyedia jasa angkutan wisata dengan Komunitas Mobil Jib, Komunitas Ojek, dan Komunitas Treil dengan
menyewakan sepeda motor Tril dan beberapa UMKM (memproduksi abon lele, krupuk dll). Sekitar 320 orang
yang terlibat menangani wisata dikawasan yang dulunya Kaliadem.
3.7 PEMANFAATAN
3.7.1 Taman Naional Gunung Merapi
Taman Nasional Gunung Merapi secara administrasi kepemerintahan masuk ke dalam wilayah dua
provinsi, yakni Jawa Tengah dan Yogyakarta. Tujuan pengelolaannya adalah perlindungan bagi sumber-
sumber air, sungai dan penyangga sistem kehidupan kabupaten/kota-kota Sleman, Yogyakarta, Klaten,
Boyolali, dan Magelang. Luas totalnya sekitar 6.410 ha, dengan 5.126,01 ha di wilayah Jawa Tengah dan
1.283,99 ha di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebelum ditunjuk menjadi TNG Merapi, kawasan hutan di
wilayah yang termasuk provinsi DI Yogyakarta terdiri dari fungsi-fungsi hutan lindung seluas 1.041,38 ha,
cagar alam (CA) Plawangan Turgo 146,16 ha; dan taman wisata alam (TWA) Plawangan Turgo 96,45 ha.
12
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
13
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
14
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
15
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
Kabupaten Sleman merupakan salah satu kawasan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang
berpotensi tinggi mengalami bencana letusan Gunung Merapi. Sehingga dibutuhkan suatu perencanaan wilayah
yang mempertimbangkan adanya potensi bencana tersebut. Tujuannya adalah untuk mengendalikan
pengembangan dan pembangunan di wilayah Kabupaten Sleman yang merupakan rawan terhadap erupsi
gunung berapi. Penanggulangan bencana untuk mengurangi risiko bencana geologi terutama gunung berapi di
Kabupaten Sleman dapat dilakukan secara efektif melalui kebijakan penatagunaan lahan atau penataan ruang.
Berikut merupakan peta kawasan rawan bencana Gunung Merapi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Gambar 4. 1 Peta kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, dan
Kabupaten Boyolali
Sumber : BPBD Pemerintah Kabupaten Sleman
16
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
dikeluarkan oleh BPBD Kabupaten Sleman, daerah yang menjadi kawasan rawan letusan antara lain terletak di
Kecamatan Cangkringan, Kecamatan Pakem, dan Kecamatan Turi. Dari ketiga kecamatan tersebut,
diklasifikasikan menjadi tiga kategori kawasan rawan bencana. Pengklasifikasian kawasan rawan bencana
tersebut bertujuan untuk menentukan tindakan penataan dan pemanfaatan ruang yang dapat diterapkan pada
kawasan rawan bencana tersebut.Berdasarkan Peraturan Menteri PU Nomor 21/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi, tipologi kawasan
rawan bencana di bagi menjadi 3 tipe yaitu Tipe A (KRB I), Tipe B (KRB II), dan Tipe C (KRB III).
Tipe A merupakan kawasan yang bepotensi terlanda banjir lahar dan tidak menutup kemungkinan dapat
terkena perluasan awan panas dan aliran lava. Kawasan ini memiliki tingkat risiko rendah karena jaraknya cukup
jauh dari sumber letusan serta pada waktu terjadi bencana letusan, masih memungkinkan manusia untuk
menyelamatkan diri, sehingga risiko bencana masih dapat dihindari. Kawasan Tipe B merupakan kawasan yang
berpotensi terlanda awan panas, aliran lahar dan lava, lontaran atau guguran batu pijar, hujan abu lebat, hujan
lumpur (panas), aliran panas dan gas beracun serta memiliki tingkat risiko sedang karena jaraknya cukup dekat
dengan sumber letusan. Sehingga risiko manusia untuk menyelamatkan diri pada saat letusan cukup sulit dan
kemungkinan untuk terlanda bencana sangat besar. Dan Tipe C merupakan kawasan yang sering terlanda awan
panas, aliran lahar dan lava, lontaran atau guguran batu (pijar), hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran
panas dan gas beracun serta memiliki tingkat resiko tinggi karena jaraknya yang sangat dekat dengan sumber
letusan. Selain itu, pada kawasan tipe C ini saat terjadi aktivitas magmatis, kawasan ini akan dengan cepat
terlanda bencana, makhluk hidup yang ada di sekitarnya tidak mungkin untuk menyelamatkan diri. Berdasarkan
Profil Kebencanaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2008, kawasan tipe C juga terdiri dari lembah-
lembah sungai yang berhulu di Merapi seperti Sungai Krasak, Sungai Boyong dan Sungai, yang menyambung
ke Sungai Code, Opak dan Gajahwong di kota Yogyakarta.Sebaran kawasan rawan bencana di Kabupaten
Sleman dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4. 1 Sebaran kawasan rawan bencana di Kabupaten Sleman
Desa/Kecamatan Kawasan Rawan Bencana
No
Kecamatan Cangkringan
1 Kepuharjo Kaliadem III
Petung III
Jambu III
Kopeng II
Batur II
Kepuh II
Manggong II
Pagerjurang I
2 Umbulharjo Kinahrejo/Pelemsari III
Pangukrejo III
Gambretan III
Pentingsari II
Gondang II
Plosorejo I
Plosokerejo I
3 Glagaharjo Kalitengah Lor III
Kalitengah kidul III
Srunen III
17
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
Singlar II
Kecamatan Pakem
4 Hargobinangun Kaliurang Timur III
Kaliurang Barat III
Boyong III
Ngipiksari II
5 Purwobinangun Turgo III
Kemiri III
Ngepring III
Kecamatan Turi
6 Gilikerto Ngandong Tritis III
Kemirikebo III
Nganggring II
Kloposawit II
7 Wonokerto Tunggularum III
Gondoarum II
Sempu II
Sumber :http://www.Slemankab.go.id/dan analisis, 2016
18
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
Gambar 4. 3 Peta indeks risiko bencana di kawasan rawan bencana Gunung Merapi
Sumber : BPBD Pemerintah Kabupaten Sleman
19
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
20
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
21
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
22
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
23
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
b. Perencanaan penanggulangan bencana terpadu, dalam hal ini yang menjadi fokus utama adalah
memperkuat perencanaan penanggulangan bencana partisipatif berdasarkan kajian risiko bencana serta
memperkuat sistem kesiapsiagaan daerah untuk bencana-bencana prioritas.
c. Penelitian, pendidikan dan pelatihan melalui kegiatan penyelenggaraan riset kebencanaan,
penyelenggaraan sekolah siaga bencana, diklat manajemen bencana, serta penyediaan bantuan
pengadaan buku pegangan dan bahan ajar untuk pendidikan siaga bencana sesuai dengan jenjang
pendidikan.
d. Peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat melalui program seperti pengarusutamaan pengurangan
risiko bencana melalui perkuatan kemitraan pemerintah daerah dan pembangunan budaya siaga bencana
melalui desa percontohan.
e. Perlindungan masyarakat dari bencana dan penanganan bencana. Fokus, program dan kegiatan strategi
perlindungan masyarakat dari bencana dan penanganan bencana digabung menjadi satu bagian yang
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4. 5 Fokus, Program, dan Kegiatan dalam Perlindungan Masyarakat dari Bencana dan Penanganan
Bencana
Strategi Fokus Program Kegiatan
Perlindungan Pencegahan dan Pencegahan dan mitigasi Pengawasan atas pelaksanaan tata guna
Masyarakat dari mitigasi bencana non struktural lahan daerah konservasi
Bencana Letusan gunung api Pencegahan dan mitigasi Pelaksanaan pembangunan saluran
Gunung Merapi struktural pengalihan aliran lahar di daerah
permukiman
Alokasi dan pemindahan masyarakat dari
kawasan rawan bencana gunung api
Kesiapsiagaan Pembangunan sistem Pembangunan sistem peringatan dini di zona
bencana gunung peringatan dini bencana prioritas penanggulangan bencana
api Peningkatan kapasitas Penyusunan dan penetapan Rencana
evakuasi masyarakat Evakuasi di zona prioritas penanggulangan
bencana
Penyelenggaraan latihan kesiapsiagaan di
kawasan rawan bencana gunung api
Pembangunan dan Peningkatan kapasitas sarana prasarana
pemeliharaan prasarana evakuasi masyarakat di Zona Prioritas
dan sarana Penanggulangan Bencana Provinsi
kesiapsiagaan bencana
Penanganan Bencana Tanggap darurat Penyelenggaraan operasi Kajian cepat bencana
bencana darurat bencana Pencarian, penyelamatan dan evakuasi
Pemenuhan kebutuhan dasar pangan,
sandang, hunian sementara, layanan
kesehatan, air bersih dan sanitasi
Pemulihan darurat fungsi prasarana dan
sarana kritis
Pemulihan Penyelanggaraan Pengkajian kerusakan dan kerugian
bencana rehabilitasi dan Penyusunan rencana aksi rehabilitasi
rekonstruksi rekonstruksi rumah warga korban bencana
Pemulihan prasarana sarana publik dan
rekonstruksi rumah warga korban bencana
Pemulihan kesehatan dan kondisi psikologis
Sumber : Rencana Penanggulangan Bencana Provinsi DIY tahun 2013-2017
24
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dalam pembahasan yang telah di jelaskan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kawasan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman merupakan kawasan yang memiliki potensi tinggi/rawan
terhadap bencana gunung berapi
2. Di Kabupaten Sleman, tercatat 3 Desa termasuk dalam Kawasan Rawan Bencana I, 12 Desa Kawasan
Rawan Bencana II serta 18 Desa termasuk Kawasan Rawan Bencana III.
3. Strategi pengelolaan kawasan rawan bencana khususnya bencana letusan Gunung Merapi diantaranya
adalah mengembangkan sistem peringatan dini (early warning system), mengembangkan jalur evakuasi
bencana, mengembangkan ruang evakuasi bencana serta mengembangkan hunian sementara (huntara)
dan hunian tetap (huntap).
4. Menurut hasil kajian penentuan pola ruang kawasan rawan bencana gunung Merapi Kab. Sleman,
a) Tipe A dan B, masih dapat dikembangkan menjadi kawasan budidaya dan berbagai infrastruktur
penunjangnya dengan kegiatan pertanian, perkebunan peternakan, perikanan, pertambangan,
pariwisata, permukiman, hutankota, industri, perdagangan danperkantoran
b) Tipe C ditentukan sebagai kawasan lindung dan masih dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata
terbatas
25
Perencanaan Wilayah Kawasan Rawan Bencana G.Merapi, Sleman
DAFTAR PUSTAKA
26